Skip to main content

Ruby Ring Ep 63 Part 2

Sebelumnya...


Soyoung terkejut saat Gilja berkata, akan mencari koki baru.

"Pilihan apa yang kita punya, dia tidak masuk kerja. Aku masih tidak percaya dia mengatakan anaknya sebagai keponakannya." jawab Gilja.

"Sonsaengnim, tidakkah kau mengerti? Anak itu bukan anaknya Dongpal. Wanita yang dicintai Dongpal pergi meninggalkannya dan Dongpal membesarkan anak itu seperti anaknya sendiri. Bukankah dia sangat keren dan setia?" ucap Soyoung.

"Itu karena dia jatuh cinta dengan wanita itu!" jawab Chorim.

"Tapi wanita itu sudah pergi meninggalkannya beberapa tahun lalu." ucap Soyoung.

"Mereka bilang, kau tidak akan pernah bisa melupakan cinta pertamamu." jawab Chorim.

"Jadi kau ingin menikah dengan pria yang tidak pernah jatuh cinta pada siapapun?" tanya Soyoung.

"Tidak masalah, Komo. Kau bersikeras menikah dengan bujangan, meskipun itu bukan anaknya, Chef No tetaplah bukan bujangan sejati. Hubunganmu dengannya penuh liku-liku dan mungkin itu pertanda kau tidak ditakdirkan dengannya. Jadi akhiri saja hubunganmu dengannya dan dia tidak akan pernah bekerja lagi disini." jawab Gilja.

"Aku akan melakukannya." ucap Chorim.

"Eonni!" protes Soyoung.

"Kau diamlah! Jangan buat dia bingung!" Gilja menyentak Soyoung.

*Poor Dongpal. Sy bukannya gak ngerti sih perasaan Chorim. Sy paham, tapi masa sih mereka gk bisa ngeliat ketulusan Dongpal. Dongpal bahkan rela bersusah payah membesarkan Jihyeok yang jelas2 bukan anaknya. Padahal mah kalau Dongpal mau, bisa aja dia membuang Jihyeok kan setelah ibu kandung Jihyeok pergi.


Se Ra berjalan terburu-buru di lorong. Saat melihat In Soo yang berjalan ke arahnya, dia pun langsung menutupi wajahnya dengan dompetnya dan buru-buru masuk ke ruangan lain.


Se Ra masuk ke ruangan meeting. Tuan Bae langsung memberikan tatapan tajamnya. Se Ra hanya nyengir dan buru-buru ke kursinya.


Roo Bi sedang menjelaskan konsep produk barunya.

"Konsep produk baru kami adalah kesejahteraan. Kekuatan dan kelemahan produk, serta peluang dan resiko, departemen pemasaran telah memutuskan bahwa kesejahteraan adalah yang terpenting untuk menarik minat konsumen." ucap Roo Na.

Tuan Bae langsung setuju meminta produksinya segera dimulai.


Tuan Bae lalu memuji Roo Bi. Roo Bi pun berkata, bahwa itu bukan idenya sendiri tapi ide dari rekan-rekannya di tim pemasaran juga.

"Ditambah, masih terlalu dini untuk merayakannya." ucap Roo Bi.


Tuan Bae kemudian beranjak pergi. Setelah Tuan Bae pergi, Jin Hee memberikan ucapan selamat pada Roo Bi.

"Jangan membuatku malu." jawab Roo Bi.

"Kau hebat, aku bangga padamu." ucap Roo Na.


"Selamat, Cheo-je." ucap Gyeong Min.

"Aku akan mentraktir seluruh departemen makan malam sebagai hadiah atas kerja keras kalian." jawab Roo Na.


"Maaf, tapi aku sudah ada janji." ucap Roo Bi.

"Aku juga harus melakukan sesuatu." jawab Gyeong Min.

Mendengar itu, Roo Na pun langsung curiga. Ia curiga, Gyeong Min akan pergi dengan Roo Bi.


Roo Na menghampiri Roo Bi di kamar mandi. Ia bertanya, Roo Bi punya janji dengan siapa.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan menemui Gyeong Min di belakangmu." jawab Roo Bi.

"Jaga kata-katamu, kita di kantor." ucap Roo Na.

"Berapa lama kau akan menipunya. Kapan kau akan mengatakan kebenarannya? Jika kau sulit untuk mengatakannya, biar aku saja yang mengatakannya. Gyeong Min dan aku sangat dekat. Dia mungkin marah tapi dia pasti akan mengerti." jawab Roo Bi.

Mendengar itu, Roo Na marah dan langsung mencengkram tangan Roo Bi.

"Jika kau mengatakan satu kata saja soal keguguranku, ibu dan bibi akan kecewa." ucap Roo Na.

"Baiklah, aku akan menutup mulutku. Tapi aku penasaran mana yang lebih kejam. Mematahkan hati Gyeong Min dengan memberitahu keguguranmu atau menipunya dan membuatnya berpikir kalau bayi itu masih hidup." jawab Roo Bi.


Roo Bi lalu beranjak pergi. Setelah Roo Bi pergi, Roo Na tambah curiga kalau Gyeong Min akan pergi bersama Roo Bi.

Curiga, Roo Na pun memutuskan mengikuti Gyeong Min. Ia mendapati Gyeong Min masuk sebuah gedung.


Roo Na terus mengikuti Gyeong Min. Ia melihat Gyeong Min masuk ke lift, menuju ke sebuah lantai.

Roo Na mengikuti Gyeong Min. Saat keluar dari lift, ia terkejut melihat kantor hukum di depannya.

"Kantor hukum. Jangan-jangan..." Roo  Na curiga Gyeong Min mau menceraikannya.

Tepat saat itu, Gyeong Min datang.

"Aku ketahuan. Tadinya aku ingin mengejutkanmu." ucap Gyeong Min.


Gyeong Min pun mengajak Roo Na ke workshop kayu. Ternyata, yang selama ini dilakukan Gyeong Min adalah membuat ranjang untuk bayinya. Roo Na terkejut. Ia langsung memeluk Gyeong Min.


Setibanya di rumah, Gyeong Min membacakan cerita untuk calon bayinya. Melihat perlakuan manis Gyeong Min, Roo Na pun tambah enggan memberitahu Gyeong Min soal kegugurannya. Ia memutuskan, mengatakan kebenarannya pada Gyeong Min setelah yakin kalau Gyeong Min benar-benar sudah memaafkannya.


Keesokan harinya, di kamar mandi, ia berusaha memasang bantalan perut tapi ia lelah sendiri dengan kebohongan yang diciptakannya itu. Ia merasa, hal yang dilakukannya itu salah. Ia berkata, kalau Jeong Roo Bi tidak pernah melakukan hal seperti itu.

"Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya." ucap Roo Na.


Tapi saat akan mengatakan yang sebenarnya pada Gyeong Min, Gyeong Min malah mengajaknya ke bawah karena ada rapat keluarga.

Roo Na pun terkejut, ia bertanya-tanya apa dirinya sudah ketahuan pura-pura hamil.


Ternyata nenek mengadakan rapat keluarga untuk memberikan nama bagi janin di kandungan Roo Na. Nenek memberikan nama Geumdong.

Mendengar itu, Roo Na pun memutuskan untuk tetap berpura-pura hamil.


Semua orang setuju dengan usulan nenek. Lalu, nenek mengajak Roo Na ke kamarnya. Nenek bilang, temannya memberikan dia sebuah cream yang bagus untuk ibu hamil jadi ia mau memijat Roo Na dengan cream itu.

Tak mau kebohongannya terbongkar, Roo Na pun mengaku kalau ia malu ada orang lain yang menyentuh tubuhnya.

"Tapi aku nenekmu." ucap nenek.


"Tapi tetap saja, kau nenek mertuanya. Berikan saja pada Gyeong Min. Biar Gyeong Min yang melakukannya." jawab Se Ra.

"Benar, berikan saja padaku. Aku akan memijatnya setiap malam." ucap Gyeong Min.

Roo Na makin merasa terpojok.


Bersambung..............

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...