Skip to main content

Ruby Ring Ep 68 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na bertanya, apa yang akan dilakukan Gyeong Min sekarang.

Gyeong Min balik bertanya, apa yang akan dilakukan Roo Bi jika berada di posisinya.

"Apa pernikahan ini berarti?" tanya Gyeong Min.

"Aniyo, karena pernikahan itu palsu." jawab Roo Bi dalam hati.


"Aku tidak bisa memaafkan Roo Bi. Aku berusaha memahaminya dan mengerti dirinya tapi dia sudah benar-benar tidak bisa dikenali." ucap Gyeong Min.

"Akan lebih baik bagi kalian berdua untuk berpikir." jawab Roo Bi.

"Ini aneh. Bagaimana bisa aku mengatakan hal ini padamu." ucap Gyeong Min.

"Benar, aku membencimu." jawab Roo Bi, dalam hati.


Tak lama kemudian, In Soo datang. Ia terdiam melihat Gyeong Min dan Roo Bi.

In Soo lalu menghela nafas, sebelum akhirnya memanggil Roo Bi dengan nama Roo Na.

Begitu In Soo datang, Gyeong Min langsung pergi.


Setelah Gyeong Min pergi, In Soo dan Roo Bi pun bicara.

"Jadi mereka akhirnya tahu?" tanya In Soo.

Roo Bi mengangguk.

"Bagaimana Roo Na?" tanya In Soo.

"Kau cemas? Kau masih peduli padanya?" sewot Roo Bi.

"Bukan begitu." jawab In Soo.


"Cinta bukanlah sesuatu yang bisa kau lupakan begitu saja. Saat kau berpikir, kau sudah membuka hatimu untuk orang lain, cinta itu tumbuh kembali seperti rumput liar." ucap Roo Bi.

"Bagaimana denganmu?" tanya In Soo.

"Aku tidak tahu. Semua ini kesalahan Jeong Roo Na dan korban utama disini adalah Gyeong Min. Itulah kenapa aku marah." jawab Roo Bi.

"Maksudku bukan itu. Aku ingin tahu, apa cintamu tumbuh kembali seperti rumput liar? Sesulit itukah melupakan Bae Gyeong Min?" tanya In Soo.

"Jawaban apa yang ingin kau dengar? Hanya ada satu cinta di hatiku." jawab Roo Bi.

In Soo pun menghela nafas mendengarnya.


Ponsel Roo Bi lantas berdering. Setelah membaca pesannya, ia langsung pamit.

"Interview nya hari ini kan? Semoga sukses." ucap In Soo.

"Aku gugup. Aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik." jawab Roo Bi.

"Kau bilang kau ingin bersikap seperti Jeong Roo Na. Dalam hal ini, kau pasti bisa melakukannya dengan baik." ucap In Soo.

Roo Bi pun menatap lirih In Soo.


Jihyeok sedang memasangkan koyo ke punggung Dongpal dan Daepung.

"Berapa lama kita harus melakukan ini? Ini membunuhku." ucap Daepung.

"Jaga bicaramu. Ini mata pencaharian kita." jawab Dongpal.

"Kenapa tidak mencari pekerjaan lain saja?" tanya Jihyeok.

"Dongpal-ya, turunkan harga dirimu dan pergilah ke restoran ayam itu. Kau bilang mereka orang-orang baik. Mereka pasti akan menerimamu kembali." pinta Daepung.

"Tutup mulutmu dan tidurlah. Besok kita harus bangun pagi." jawab Dongpal.


Roo Na ke hotel. Resepsionis berkata, yang tersisa hanyalah kamar dengan tipe suite room.

Roo Na terkejut, "Suite room?"

"Kamar VVIP yang sangat cocok untuk Jeong Roo Bi."

"Kau mengenalku?" tanya Roo Na.

"Tentu saja, kau seorang bintang."

"Aku akan langsung membayarnya." ucap Roo Na, lalu menyerahkan kartu kreditnya.

Tapi kartu kreditnya tidak berfungsi. Petugas pun meminta kartu yang lain. Roo Na pun menyerahkan kartunya yang lain tapi hasilnya sama saja. Sontak, Roo Na kaget.


Ternyata Tuan Bae lah yang membekukan seluruh kartu kredit Roo Na.

Nyonya Park tidak setuju dengan tindakan suaminya.

"Biarkan aku yang mengurus ini. Ini tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan apa yang dia lakukan pada kita. Aku tidak bisa lagi percaya padanya." ucap Tuan Bae.


Nyonya Park lantas mengambil syalnya.

"Kau mau kemana di jam segini?" tanya Tuan Bae.

"Aku mau ke rumah sakit." jawab Nyonya Park.

"Bukankah ada Gyeong Min di rumah sakit yang menjaga ibu?" tanya Tuan Bae.

"Akan lebih baik jika aku yang kesana." jawab Nyonya Park.


Di depan kamar, Nyonya Park bertemu Geum Hee. Geum Hee ingin ikut ke rumah sakit. Tapi Nyonya Park bilang, Geum Hee bisa menjenguk nenek lain kali.

"Apa aku bukan bagian dari keluarga ini? Nenek dan aku sangat dekat." protes Geum Hee.

"Baiklah, baiklah! Cepat ganti bajumu!" jawab Nyonya Park.


Roo Na berusaha mengambil uangnya, tapi ternyata ATM nya juga diblokir.

Ia pun sadar siapa yang sudah memblokir kartu-kartunya.


Roo Bi sendiri tengah bersiap-siap. Tak lama kemudian, produsernya datang dan menyuruhnya bersiap karena acara akan dimulai 30 menit lagi.


Roo Bi lantas menatap ke cermin. Ia seolah melihat wajah Roo Na di sana.

"Lihalah, Jeong Roo Na. Akan kutunjukkan padamu, apa yang tidak bisa kau miliki sekeras apapun kau mencoba dan berusaha. Kau mencuri wajahku dan bersikap seolah-olah kau adalah diriku, tapi ada sesuatu yang tidak akan pernah kau miliki. Lihatlah." ucap Roo Bi.


Roo Na masih berkeliaran di jalan. Orang-orang di sekelilingnya pun sibuk membicarakannya.

"Jeong Roo Na, bagaimana bisa kau berakhir seperti ini? Apa yang akan kau lakukan? Apa Gyeong Min akan memaafkanmu? Bagaimana jika mertuamu tidak menginginkanmu lagi? Kemana aku harus pergi sekarang? Aku tidak bisa kembali ke rumah mertuaku atau rumah ibuku. Tidak ada tempat untukku."


Roo Bi sudah duduk di stage bersama si pembawa acara. Acaranya akan dimulai beberapa menit lagi. Ia terlihat gugup.

"Istriku adalah penggemar beratmu. Healing sense, semua orang membicarakannya." ucap si pembawa acara.

Sontak, Roo Bi terkejut dan senang mendengarnya.

"Jangan gugup dan bicaralah normal seperti biasanya." ucap si pembawa acara.

5...4...3...2...1


Acara dimulai!

"Selamat datang di acara 'Hot Personality'. Tamu kita hari ini adalah yang membuat produk Healing Essence yang telah terjual sebanyak 10 juta bulan lalu." ucap si pembawa acara.

"Annyeong haseyo, Jeong Roo Na imnida." jawab Roo Bi.

"Suatu kehormatan bisa mengundang dirimu. Pertanyaan pertama, darimana kau mendapatkan inspirasi hingga bisa menciptakan Healing Essence?"

"Belakangan ini, konsumen mencemaskan kesehatan mereka. Bahkan hanya untuk minuman sederhana, orang memilih minuman yang sehat dan cerdas." jawab Roo Bi.


Soyoung yang menonton di restoran bersama Chorim dan Gilja pun berdecak kagum.

"Bahkan sejak di Chuncheon, Roo Na terlihat cocok dengan kamera." jawab Chorim.

"Dia sangat cantik." ucap Gilja lesu.



"Semangatlah eonni, masalah yang menimpa Roo Bi akan berakhir dengan sendirinya. Bukan berarti dia tidak pernah hamil, kan? Mungkin saja dia sudah mau menceritakannya tapi waktunya tidak pas." jawab Chorim.

Gilja diam saja.

"Tapi tidakkah mertua Roo Bi keterlaluan? Orang yang paling sedih di dunia ini jika kehilangan anak adalah ibunya. Bagaimana bisa mereka mengusir Roo Bi seperti itu." ucap Chorim.

"Benar.  Aku bertanya-tanya apa ada sesuatu yang lain?" jawab Gilja.

"Roo Bi bukan gadis seperti itu. Meskipun Roo Bi telah banyak berubah tapi dia tetap Roo Bi. Jangan cemas." ucap Chorim.

"Jangan cemas, sonsaengnim. Roo Bi Eonni akan baik-baik saja." jawab Soyoung.


Di rumah sakit, nenek juga sedang menonton wawancara Roo Bi.

"Dia fasih juga. Dia sangat berbeda sejak pertama kali kami bertemu. Dulu Roo Bi seperti itu." ucap nenek.


Tak lama kemudian, Geum Hee datang sambil menangis.

"Samonim, kau baik-baik saja? Kau akan segera sembuh kan?" ucapnya.

"Auto, diam! Apa ada yang mati? Kenapa kau menangis?" protes nenek.


Nyonya Park lalu masuk. Nenek sebal karena Nyonya Park membawa Geum Hee.

"Dia bilang ingin melihatmu." jawab Nyonya Park.

Nyonya Park lantas menanyakan Gyeong Min.

"Dia menelpon seseorang diluar." jawab nenek.


Gyeong Min sedang bicara dengan Roo Na.

"Kau bisa tinggal dengan ibumu mulai sekarang." ucap Gyeong Min.

Gyeong Min lantas kaget.

"Mwo? Mworago? Kau membuat nenek pingsan dan kau menghancurkan rumah kami, tapi apa? Kartu kreditmu? Aku tidak akan bicara denganmu. Aku tutup teleponnya sekarang." ucap Gyeong Min.


Roo Na pun syok.


Berbanding terbalik dengan Roo Bi yang tertawa di studio.

Si pembawa acara lalu menanyakan pertanyaan berikutnya.

"Momen apa yang paling membahagiakan dalam hidupmu?"


"Momen bahagia dalam hidupku?" tanya Roo Bi.

Tepat saat itu, Gyeong Min datang dan menyaksikan wawancara Roo Bi.


Roo Bi sendiri mengingat saat-saat Gyeong Min melamarnya.

"Momen paling bahagia adalah saat pria yang kucintai mengajakku menikah." jawab Roo Bi.

Gyeong Min pun langsung berkaca-kaca mendengarnya.


Nyonya Park datang.

"Gyeong Min-ah, kau sedang apa disini?"

Gyeong Min pun tampak bingung menjawabnya.


Roo Na berusaha menghubungi Eun Ji. Ia kesal karena Eun Ji tidak menjawab teleponnya.

Lalu langkahnya terhenti ketika ia lewat di depan toko elektronik.

Ia terkejut melihat wawancara Roo Bi.

"Jeong Roo Bi, apa ini? Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa kau duduk di kursiku! Wae? Benar, kau selalu seperti ini. Saat aku berada di bawah, kau berada di atas. Ketika aku menangis karena putus dari In Soo, kau bahagia dengan pertunanganmu. Ketika aku tidak bisa masuk ke perguruan tinggi, kau masuk sekolah terbaik dengan nilai tertinggi. Ketika aku dipecat dari stasiun TV menyedihkan, kau bertunangan dengan pria kaya raya, Bae Gyeong Min. Ketika aku diusir mertuaku, kau berada di atas lagi." ucapnya dalam hati.


Ia pun menggenggam tasnya kuat2.

"Wae? Kenapa kau selalu bahagia? Aku Jeong Roo Bi sekarang, tapi kenapa kau masih memiliki semuanya!"


Roo Na pun membanting tasnya.


Pertanyaan terakhir. Host menanyakan apa arti Roo Na bagi Roo Bi.

"Aku dan kakakku cukup dekat, sampai kami selalu berbagi apapun yang tidak bisa kami dengan orang lain." jawab Roo Bi.


Roo Bi lalu menatap ke arah kamera.

"Saking dekatnya kami bahkan sampai berbagi cinta." ucapnya dengan wajah dingin.


In Soo yang menyaksikan wawancara Roo Bi di ruang siaran pun merasa bersalah pada Roo Bi.

"Ini semua salahku. Mianata Jeong Roo Bi. Tapi apakah hanya Bae Gyeong Min satu-satunya pria yang kau cintai, meski kau tahu kau tidak akan bisa memilikinya lagi? Tidak bisakah kau membuka hatimu? Apa yang harus kulakukan, agar kau bahagia?" tanya In Soo.


Gilja, Chorim dan Soyoung yang baru pulang terus masuk ke kamar Roo Bi. Ia terkejut melihat Roo Na tidak ada di kamar.

"Mungkin dia kembali ke rumah mertuanya, tapi kopernya masih disini." ucap Soyoung.

Gilja lantas menghubungi Roo Na, tapi tidak dijawab.


Dan benar saja! Roo Na memang pergi ke rumah Gyeong Min. Ia berdiri di depan rumah Gyeong Min dan tak berani masuk.


Tepat saat itu, Eun Ji menghubunginya.

"Neon jigeum eodiya?" tanya Roo Na.

Bersambung ke part 2...........

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...