Hide and Seek Ep 20 Part 2

Sebelumnya...


Eun Hyuk dan Chae Rin tiba di rumah.

Eun Hyuk menatap Chae Rin dengan lembut dan bertanya, apakah Chae Rin baik-baik saja.

"Bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja. Jika mengatakan aku tidak baik, kau akan khawatir.  Setidaknya aku mengetahui ini, jadi aku sedikit lega. Aku tidak penasaran lagi." jawab Chae Rin.

Eun Hyuk lantas menyuruh Chae Rin masuk karena ia harus menghubungi seseorang.


Setelah Chae Rin turun, Eun Hyuk menghubungi Kyung Sik. Ia meminta bantuan Kyung Sik mencari Kim Sun Hye. Eun Hyuk memberitahu Kyung Sik bahwa Sun Hye telah meninggal dan mengaku ingin tahu bagaimana kehidupan Sun Hye agar ia bisa mencari orang-orang yang mungkin mengenal Sun Hye.


Sementara itu, Chae Rin masuk ke dalam dan terkejut melihat Pil Doo.

Chae Rin menatap tajam Pil Doo dan bertanya apa yang Pil Doo lakukan di tempat Eun Hyuk.

Pil Doo pun berkata, bahwa ia hanya mengunjungi putranya.

"Tapi apa yang dilakukan putri keluarga kaya di tempat seperti ini? Selain itu, kurasa kau tidak boleh melakukan ini pada adikmu yang menghilang selama 20 tahun." ucap Pil Doo.

"Keluar sekarang! Beraninya kau datang kesini. Kau tidak punya hak. KELUAR!"

Chae Rin lantas mengambil ponselnya dan berniat menelpon polisi. Pil Doo dengan cepat mendorong Chae Rin dan merebut ponsel Chae Rin.

Chae Rin berdiri dan kembali mengambil ponselnya. Ia mengaku tidak takut sama sekali pada Pil Doo.


Pil Doo pun marah dan berniat memukul Chae Rin.

Untunglah, Eun Hyuk langsung datang. Melihat kekasihnya hendak dipukul, Eun Hyuk tidak terima dan balas memelintir tangan Pil Doo.

Ia memperingatkan Pil Doo agar tidak menyentuh Chae Rin lagi.

Eun Hyuk lantas mendorong Pil Doo dan membawa Chae Rin pergi.


Eun Hyuk membawa Chae Rin ke sebuah rumah. Eun Hyuk berkata, rumah itu adalah pemberian ayahnya. Satu-satu ayahnya di dunia, Cha Min Chul.

"Cha Min Chul, aku harus mengingatnya. Jika dia istimewa bagimu, dia istimewa bagiku juga. Tapi kenapa kau tinggal disana jika punya tempat ini?"

"Aku tidak cukup percaya diri untuk hidup disini. Aku tidak melakukan apa-apa selain membuatnya khawatir. Aku selalu khawatir Jo Pil Doo akan datang ke sini dan menyakiti orang tuaku. Kau tidak apa-apa sendirian, kan? Tidak ada yang tahu tempat ini."


Eun Hyuk hendak pergi tapi Chae Rin langsung memegang tangannya.

"Tetaplah disini, bersamaku." pinta Chae Rin.

Eun Hyuk pun menatap lembut Chae Rin.

Ia tidak jadi pergi.

*Suka banget liat tatapan Eun Hyuk ke Chae Rin. Penuh Cinta.


Di ruangannya, Yeon Joo teringat kata-kata Jae Sang.

"Kau tidak tahu kenapa dia memperdayamu? Agar kau kesulitan. Dia ingin kau menyadari kesalahanmu." ucap Jae Sang.

Setelah mengingat kata-kata itu, Yeon Joo langsung pergi.


Diluar, dia bertemu Do Hoon.

"Ini mengenai kasus bahan-bahan mentah. Ayah masih rapat dengan pembeli?"

"Kau akan bagaimana? Kau harus menunggu keputusannya dulu." jawab Do Hoon.

"Ini bukan urusanmu." ucap Yeon Joo, lalu pergi. Tapi Do Hoon menahannya.

"Dia tidak bisa melakukannya dengan cara lain. Lagipula ada yang bersedia membuangnya dan aku bersedia melakukan itu. Apa kau tahu kenapa ayah memperdayaiku? Dia menghukumku. Dia berpura-pura seolah-olah itu bukan masalah besar diluar." ucap Yeon Joo, lalu pergi.


Cemas, Do Hoon pun langsung menghubungi Chae Rin dan mengatakan apa yang terjadi.

Chae Rin terkejut mendengarnya.


Kini Yeon Joo sudah berada di gudang penyimpanan bahan baku. Ia memerintahkan pekerja gudang untuk membuang semua bahan baku yang tidak terpakai.

Tapi mereka tidak mau melakukannya tanpa izin Presdir Min.

"Aku akan melaporkannya pada pimpinan, jangan khawatir." ucap Yeon Joo.

"Tapi ini diluar kuasa anda. CFO Min Chae Rin melalui banyak kesulitan mendapatkan ini. Dia berusaha sangat keras memperoleh ini dari pemasok yang dia kenal karena seleksi ketat." jawab pegawai yang dipermalukan Yeon Joo waktu itu di lobby kantor.

"Jadi maksudmu kau tidak berani melakukannya? Kau berani membalas ucapanku?" tanya Yeon Joo.

Yeon Joo lalu berteriak-teriak dan mendorong para pekerja. Ia menyuruh para pekerja membuang bahan-bahan mentah itu.


Tepat saat itu, Chae Rin datang.

"Kau sudah gila! Kenapa membuang bahan-bahan mentah!" bentak Chae Rin.

"Kau sedang apa disini? Aku CFO disini!" jawab Yeon Joo.

"Kau harus menemukan solusi untuk suatu masalah. Menyingkirkannya dari pandanganmu tidak akan membuat semuanya beres. Apa kau tahu ini bahan mentah apa?"


Chae Rin lalu menyuruh para pekerja kembali bekerja.

Yeon Joo berteriak, mengancam akan memecat mereka semua jika tidak menuruti perintahnya.

"Semua ini bahan dasar untuk produk-produk kita. Bisakah kalian menyingkirkan dengan tangan yang menciptakan produk kita? Kalian yakin bisa melakukannya?" tanya Chae Rin.

"Aku putri Pimpinan Min Joon Sik dan CFO. Aku akan menjadi pemilik perusahaan ini. Min Chae Rin disini adalah penjual keliling!" jawab Yeon Joo sambil menatap tajam Chae Rin.


Yeon Joo lantas menyuruh mereka memutuskan akan melaksanakan perintah siapa.

Para pekerja pun memutuskan mendengar kata-kata Chae Rin.

Kesal, Yeon Joo membuang bahan baku itu dan berteriak-teriak.

Chae Rin berusaha menghentikan Yeon Joo.

Tepat saat itu, Do Hoon datang dan membantu Chae Rin menghentikan Yeon Joo.

"Pikirmu kau ini siapa! Ini bukan urusanmu!"

"Ada solusi untuk masalah ini. Kita bisa membuat deterjen dan sabun dari bahan-bahan mentah ini." jawab Chae Rin.


Jae Sang memberitahu ayahnya bagaimana pekerjaan Soo A di kantor.

JAe Sang mengaku, mengatakan sesuatu yang membuat Soo A terhasut.

"Itu bagus. Bagaimana jika orang seperti Min Chae Rin ada di sana. Situasinya tidak akans ama."


Di kantor, Chae Rin dan tim nya sedang mengemas sabun dan deterjen yang mereka buat dari bahan-bahan mentah yang tidak terpakai. Tim Chae Rin menyayangkan jika produk itu akan diberikan begitu saja sebagai sampel.

"Ide siapa membuat ini? Orang itu pasti jenius." ucap rekannya.

Chae Rin si pencetus ide hanya tersenyum mendengarnya.


Presdir Min memuji Yeon Joo. Yeon Joo mengaku bahwa ide membuat sabun dan deterjen itu sebagai idenya.

Ia berkata, bahan-bahan mentah itu terlalu berharga baginya sehingga ia tidak bisa membuangnya begitu saja.

Do Hoon yang juga ada di sana hanya tersenyum miris mendengarnya.


Begitu keluar dari ruangan Presdir Min, Do Hoon meminta Yeon Joo jujur bahwa itu ide Chae Rin.

"Kau tidak suka aku dipuji ayah?"

"Kau tidak perlu berbohong untuk mendapatkan pengakuannya. Kau bisa belajar dan menjadi profesional." jawab Do Hoon.

"Itu membutuhkan waktu yang lama. Apa ayah akan menungguku selagi aku belajar? Dia sudah menghukumku untuk satu kesalahan yang kubuat. Jika tidak kulakukan, kepercayaannya tidak bisa kudapatkan kembali." ucap Yeon Joo.


"Apa maksudmu?" tanya Presdir Min yang tiba-tiba saja muncul.

Sontak, Yeon Joo dan Do Hoon kaget. Terutama Yeon Joo.

"Jadi itu ide Chae Rin?" tanya Presdir Min.

"Siapa pun bisa terpikirkan ide itu." jawab Yeon Joo.

"Tetap saja itu bukan idemu! Kau harus selalu jujur. Ayah kecewa padamu." ucap Presdir Min, lalu beranjak pergi.


Nyonya Do melamun lagi. Dong Joo pun berkata, bahwa Yeon Joo tidak akan pernah kembali meskipun sang ibu bersikap seperti itu.

"Dia punya keluarga kaya. Untuk apa dia kesini. Ibu tidak menunggunya."

"Haruskah aku menemuinya jika ibu begitu penasaran?" tanya Geum Joo.

"Aku sudah kesana untuk melihat keadaannya. Dia menjadi CFO di perusahaan itu. Aku hampir tidak mengenalinya karena pakaian mewahnya. Dia tampak sangat rapi dan mewah." ucap Dong Joo.


Tepat saat itu, Yeon Joo datang. Namun ia hanya berdiri di depan pintu dan mendengarkan percakapan mereka.

"Jangan  berkata begitu seolah kau mengenalnya! Ibu tidak akan membiarkannya jika kau bicara dengannya dan membuatnya tidak nyaman." jawab Nyonya Do.

"Bukan begitu. Aku hanya mengintip. Itu saja." ucap Dong Joo.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Geum Joo.

"Apa dia tampak sehat?" tanya Nyonya Do.

"Tentu saja, tapi akan sulit baginya karena dia tiba-tiba dipromosikan ke posisi tinggi." jawab Dong Joo.

"Apa yang kau bicarakan! Tidak ada yang salah dengan kakakmu. Dia baik dalam semua hal. Dia gadis pintar. Apapun perkataan orang, Yeon Joo adalah yang terbaik." bela Nyonya Do.

Yeon Joo yang mendengar itu pun menangis.


Sekarang, Yeon Joo minum-minum di bar bersama Jae Sang.

"Apa kau tahu ini semua karenamu?" tanya Yeon Joo.

"Aku tidak tahu situasinya akan menjadi seperti ini." jawab Jae Sang.

"Kau tahu, kupikir aku akan bahagia jika menjadi pewaris. Tapi ternyata itu tidak benar." ucap Yeon Joo.

"Sulit untuk hidup sebagai konglomerat. Orang yang tidak paham mengira kita menikmati kemewahan." jawab Jae Sang.

"Itu menyebalkan. Setelah bagaimana aku kembali..." Yeon Joo pun tertidur.


Jae Sang pun menggunakan kesempatan itu untuk mengadu domba Chae Rin dan Eun Hyuk.

Ia menghubungi Eun Hyuk dan mengatakan bahwa gadis Eun Hyuk ada di tempat mereka biasa minum.

Usai menghubungi Eun Hyuk, ia menghubungi Chae Rin dan mengajak Chae Rin bertemu di bar itu.


Tak lama kemudian, Eun Hyuk datang dan terkejut melihat yang mabuk disana adalah Yeon Joo, bukan Chae Rin.

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Eun Hyuk kesal.

"Ah, aku lupa dia mantan pacarmu. Tapi siapapun dia, bawalah dia pulang. Dia begini karenamu." jawab Jae Sang.


Eun Hyuk lantas memapah Yeon Joo.

Chae Rin kemudian datang dan melihat Eun Hyuk seperti memeluk Yeon Joo.

Tapi Chae Rin sama sekali tidak terhasut. Ia menyuruh Eun Hyuk mengantarkan Yeon Joo yang mabuk dan berkata akan menunggu Eun Hyuk di bar itu.


Setelah mereka pergi, Chae Rin mendekati Jae Sang.

"Moon Jae Sang-ssi, kenapa kau begitu kekanak-kanakan?" tanya Chae Rin membuat Jae Sang terkejut.


Sementara itu, Yeon Joo yang sudah sadar berusaha menghentikan mobil.

Eun Hyuk pun langsung menghentikan mobil.

"Ada apa denganmu? Bagaimana kalau kita kecelakaan?"

Yeon Joo tidak menjawab dan turun dari mobil.


Eun Hyuk menyusul Yeon Joo.

Tapi Yeon Joo malah merangkulnya dan mencoba menciumnya.

Sontak, Eun Hyuk langsung mendorong Yeon Joo.

Yeon Joo kecewa dan berjalan pergi menuju mobil.

Bersambung ke part 3........

1 Comments:

  1. Unknown said...:

    Semangat kakak...
    Semoga sampe ending ttep bagus dramanya... Gak sabar... 😁😁😁

Post a Comment