Skip to main content

Unknown Woman Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Ji Won datang saat Beom sudah berada di tangan wanita dari panti asuhan.

Ji Won : Sudah kubilang aku akan menemukanmu, Son Yeo Ri!

Ji Won lalu melirik Beom.

"Beom eomma, aku pergi sekarang." ucap wanita itu, lalu pergi membawa Beom.

Ji Won menatap tajam Yeo Ri.

"Tidakkah kau merasa, kau harus membayar dosamu dengan ini?"

Ji Won menyeringai, lalu beranjak pergi.


Yeo Ri mengejar Beom. Para sipir pun sontak menahannya. Yeo Ri berteriak, tidak bisa membiarkan putrinya dibawa pergi.

Sipir yang tidak tahu apa-apa, mengatakan, semua itu demi kebaikan Beom.

Yeo Ri : Aku akan membesarkannya sendiri!


Yeo Ri dibawa menuju sel. Yeo Ri yang takut Beom jatuh ke tangan Ji Won pun berusaha melepaskan diri dari para sipir. Ia menggigit pergelangan tangan para sipir dan mencoba kabur. Sipir yang lain, yang berdiri di depan pintu, langsung menangkapnya.

Yeo Ri : Beom-ah! Beom-ah!


Sementara itu, Ji Won menyusul wanita itu.

"Jadi namanya Beom?"

"Kau siapa? Kudengar dia tidak punya keluarga."

Ji Won pun mengaku mengenal Yeo Ri dengan sangat baik. Ia lalu berkata, Beom tidak bersalah.

Ji Won : Dia berada disini karena dosa ibunya.

Ji Won memeriksa Beom dan menyadari Beom sedang sakit.

"Kesehatannya sedang tidak baik. Sepertinya ini pneumonia."

"Lalu kenapa kau masih berdiri disini? Bawa dia ke rumah sakit! Masuklah ke mobilku."

Wanita panti asuhan itu pun menurut dan pergi bersama Ji Won.


Yeo Ri dikurung di sel isolasi.

Yeo Ri : Uri Beom-i tidak boleh bertemu wanita itu! Tidak boleh! Beom-ah!


Hae Joo kebingungan lantaran anak laki-lakinya terus saja menangis.

Hae Joo : Na eottoeke? Eomma yeogiseo.


Ji Won sedang menuju rumah sakit bersama Beom dan wanita dari panti asuhan.

Wanita dari panti asuhan berkata, Beom mulai sulit bernapas.

Ji Won dihubungi Hae Joo. Ia terkejut.

Ji Won : Mwo? Gaya, Ma Ya-ga! Kau sudah menghubungi Moo Yeol? Eomma sedang di jalan menuju rumah sakit. Kita bertemu disana.

Yeo Ri sudah mulai tenang. Ia pun mulai dikeluarkan dari sel isolasi.


Yeo Ri dikembalikan ke selnya. Sampai disana, ia menanyakan kabar Beom pada teman-temannya. Tapi dua temannya seperti merahasiakan sesuatu tentang Beom darinya. Yeo Ri mulai cemas.

"Anakmu meninggal. Saat kau membuat masalah kemarin dan dikunci di ruang isolasi, Beom atau siapa pun nama bayi itu, meninggal." ucap si wanita bermata satu.

Sontak Yeo Ri kaget dan juga marah.

Yeo Ri : Dangsin michyeosseoyo! Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu! Siapa yang mengatakannya padamu! Tarik kata-katamu kembali!

Wanita itu menampar Yeo Ri. Ia lalu memarahi kedua teman Yeo Ri yang berusaha merahasiakan hal itu dari Yeo Ri. Ia berkata, itu bukanlah sesuatu yang pantas untuk dirahasiakan, terlebih Yeo Ri adalah ibu kandung Beom.

Wanita itu lantas memberitahu Yeo Ri, bahwa saat Yeo Ri dikurung di sel isolasi kemarin, mereka menerima surat kematian Beom.

Tangis Yeo Ri pecah.


Yeo Ri : Geojitmal!

Yeo Ri pun memanggil sipir.


Yeo Ri terkejut membaca surat kematian Beom. Sipir berkata, seharusnya mereka mengirim Beom lebih cepat. Sipir menjelaskan, bahwa Beom tidak bisa bertahan melawan penyakit pneumonianya.

Yeo Ri tidak percaya. Ia yakin ada yang tidak beres. Yeo Ri yang tidak percaya lantas merobek surat kematian itu dan meminta anaknya dikembalikan.

Yeo Ri : Uri Beom-i menungguku di panti asuhan. Nae ttal deorawa! Uri Beom-i! Nae ttal!


Sipir dan wanita dari panti asuhan membawa Yeo Ri ke makam Beom.

Yeo Ri marah. Ia menggali tanah dan menemukan guci abu Beom di sana.

Tangis Yeo Ri pecah.

Yeo Ri : Beom-ah, eomma yeogiseo! Beom-ah!

Sipir dan wanita dari panti asuhan juga ikut menangis melihat Yeo Ri.


Sebulan telah berlalu, tapi Yeo Ri masih menangisi kematian Beom. Si wanita bermata satu pun kesal. Ia menyebut, Yeo Ri sudah membuat selera makannya hilang. Wanita itu lantas menasehati Yeo Ri, bahwa bukan cuma Yeo Ri yang punya kisah sedih.

Teman Yeo Ri yang gendut membenarkan. Ia bercerita, suaminya berselingkuh saat ia bekerja banting tulang jadi ia mematahkan leher keduanya.

Teman yang satu lagi berkata, ia membunuh seseorang lantaran tidak membayarnya yang sudah menjadi supir penggganti.

"Dan bos kita, Mal Yoon, rentenir terbaik di Myeong-dong, yang memelintir anak konglomerat...."


Si wanita bermata satu, Mal Yoon, pun menyuruh si gendut diam. Lalu, ia memberikan kode pada si gendut.

Si gendut mengerti dan langsung mengambil gumpalan koran di dalam rak dan memberikanya pada Yeo Ri.

Si gendut berkata, Yeo Ri beruntung karena Mal Yoon menyisakan kue beras untuknya. Si gendut bilang, Mal Yoon biasanya berbagi kue beras itu dengan suaminya (-nya disini Mal Yoon ya). Tapi Yeo Ri tetap keras kepala, menolak makan.

Mal Yoon pun kaget.

"Baik, kelaparan lah sampai kau mati!"

Tangis Yeo Ri pecah. Kedua teman Yeo Ri takut kalau Yeo Ri akan bunuh diri.


Yeo Ri lalu menghapus tangisnya dan tidak sengaja memegang kertas koran itu. Saat itulah ia melihat artikel keluarga Wid. Ada foto keluarga Wid disana, lengkap dengan Moo Yeol dan kedua bayi kembarnya. Artikel itu berjudul, 'Hong Ji Won, harapan untuk anak-anak, Wid Group Foundation'.

Yeo Ri pun marah.


Sementara itu, Ji Won sedang menyuapi kedua cucunya makan.

Hae Joo lalu datang sambil membaca artikel itu. Ia pura-pura kesal lantaran wajahnya terlihat kusam di foto sementara wajah Ji Won terlihat cantik.


Kemarahan Yeo Ri semakin menjadi saat membaca tulisan bahwa Ji Won membantu orang-orang lemah sejak kehilangan Hae Sung.

Ia lalu teringat ketika Ji Won berusaha menyeretnya ke rumah sakit. Ia juga ingat kata-kata Ji Won yang akan membuatnya merasakan sakitnya kehilangan anak.

Ji Won menggendong Ga Ya. Ia berniat mengajak Ga Ya mendengarkan musik bersamanya. Sementara Hae Joo sedang menyuapi Ma Ya.


Tapi baru mau menggendong Ga Ya, ponselnya berdering. Ji Won terkejut melihat siapa yang menelponnya. Ji Won masuk ke kamar.

"Ini aku, Son Yeo Ri."

"Aku sudah menunggumu. Aku membayangkan kau akan menelponku."

"Putriku meninggal. Apa kau membayangkan itu juga?"

"Aku membacanya di berita. Sayang sekali." jawab Ji Won sembari tersenyum puas.

"Kenapa Beom-i ku yang tidak bersalah harus meninggal?" tanya Yeo Ri.


Pertanyaan yang sama. Ji Won juga menanyakan itu saat Hae Sung meninggal dan menuduh Yeo Ri yang membunuh Hae Sung.

Sekarang, Yeo Ri menuduh Ji Won membunuh Beom.

Yeo Ri : Aku menjadi pembunuh karena kau, datang ke penjara dan kehilangan Beom.

Ji Won : Sekarang kau mengerti perasaanku? Setiap hari, setelah kehilangan Hae Sung, aku merasa seperti hidup di penjara. Bahkan ketika langis cerah, aku menangis. Ketika aku melihat daun yang melambai karena angin, hatiku hancur. Aku hidup seperti mayat. Jika kau tidak lari waktu itu, Hae Sung ku pasti bertahan. Anakku mati karena anakmu yang belum lahir. Kau yang membunuh anakmu sendiri. Kau membuatnya sakit dan membunuhnya.


Yeo Ri : Aku tidak akan memaafkanmu! Beraninya kau.... aku tidak akan memaafkanmu.

Ji Won : Lalu apa yang mau kau lakukan padaku?

Yeo Ri : Kau, putrimu, menantumu, aku akan menghancurkan kalian semua.

Ji Won : Caranya? Kau terkunci di penjara.Bahkan jika kau keluar, kau tidak punya kekuatan!

Yeo Ri : Ingatlah apa yang kukatakan. Namaku, wajahku dan rasa sakitku.Jangan berani melupakannya. Aku tidak akan melupakanmu.


Yeo Ri lalu berjalan ke halaman penjara dan berkata dalam hatinya bahwa ia tidak akan memaafkan satu pun dari mereka.


Mal Yoon duduk di tangga dan menatap kue berasnya. Ia lalu teringat kata-kata suaminya saat datang mengunjunginya.

Flashback...

Mal Yoon : Bagaimana putri kita, Seol? Dia sudah pindah ke asrama?

"Dia pindah kemarin. Jangan cemaskan kami. Sayangku Mal Yoon." ucap tuan Yoon.

*Berarti Yoon Seol yang dimaksud si dokter yang membantu persalinan Yeo Ri adalah putrinya Mal Yoon.


Mal Yoon tersenyum. Ia lantas memakan kue berasnya tapi karena tidak mengunyah dengan benar, kue berasnya tersangkut di tenggorokan.

Akibatnya, Mal Yoon tidak bisa bernapas. Untunglah Yeo Ri datang tepat waktu. Ia memeluk Mal Yoon dan mengguncang-guncangkan tubuh Mal Yoon hingga akhirnya kue beras itu keluar dari mulutnya.


Mal Yoon pun terkejut melihat siapa penolongnya.


Setelah kembali sel, Mal Yoon pun memperkenalkan dirinya pada Yeo Ri.

Mal Yoon : Aku Seo Mal Yoon yang selalu membalas kebaikan yang kuterima dari orang lain. Katakan keinginanmu. Minggu depan aku bebas, jadi aku akan mengabulkan keinginanmu.

Yeo Ri tertarik, apapun itu?

Mal Yoon : Sepanjang tidak melukai orang lain.

Yeo Ri : Lupakan.


Tapi rupanya Mal Yoon tahu apa yang ada di otak Yeo Ri. Yeo Ri pun berkata, ia tidak punya kekuatan apapun untuk membalas dendam.

Mal Yoon : Buatlah sebuah pukulan. Jika David menurunkan Goliath yang perkasa dengan satu pukulan, maka kau harus membuat pukulan itu. Buat dirimu kuat. Kau pikir orang lain akan membalaskan dendammu jika kau merajuk seperti ini? Buat dirimu kuat sampai mereka memohon ampun padamu.


Yeo Ri terhasut!


Karena itu lah, demi balas dendamnya, ia mulai mencoba bangkit. Ia belajar hukum, membaca buku-buku hukum siang dan malam.


Setelah membacanya, ia merobek lembaran demi lembaran dan menelan lembaran itu.

Bersambung ke part 2..............

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...