Babel Ep 12 Part 3

Sebelumnya...


Di ruang interogasi, Jung Won memikirkan Woo Hyuk. Jung Won lantas bicara dalam hatinya, kalau ia mencintai Woo Hyuk dan menginginkan Woo Hyuk tapi cintanya malah membuat Woo Hyuk dalam bahaya.

"Apa yang paling menyakitkan bagiku adalah... bahwa aku hanya bisa melihatmu sambil merasa kasihan padamu.  Aku tidak ingin melakukan itu lagi."

Jung Won menangis.


Di ruangannya, Woo Hyuk menatap surat perintah penangkapan Jung Won. Cukup lama ia memandangi  surat itu, sebelum akhirnya ia mengambil stempelnya dan menyetujuinya.


Sekarang, Manajer Oh menyerahkan surat itu pada staff wanita. Deok Bae dan staff pria terkejut mengetahui Woo Hyuk menyetujui surat itu, terutama staff pria yang tahu perasaan Woo Hyuk pada Jung Won.


Jae Il yang baru tiba di restoran, menerima kabar soal surat perintah penangkapan Jung Won yang sudah terbit.

Jae Il menghela nafas.


Lalu, ia masuk ke dapur dan melihat Mi Sun memasak banyak makanan.

"Kau masak apa?" tanya Jae Il.

Melihat Jae Il, Mi Sun langsung berhenti memasak dan mendekati Jae Il. Mi Sun menanyakan Jung Won.

Mi Sun emosi saat mendengar surat perintah penangkapan Jung Won sudah keluar. Ia mengambil tasnya dan berniat pergi. Jae Il berusaha menghentikannya. Mereka lantas berdebat. Mi Sun marah pada Woo Hyuk. Jae Il membela Woo Hyuk. Ia mengatakan, Woo Hyuk sudah mencoba segalanya. Tapi Mi Sun tidak mau mengerti dan menyebut Woo Hyuk sampah yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Jangan mengatakan hal-hal tanpa berpikir." ucap Jae Il.

"Kau tipe orang yang sama dengan dia!" teriak Mi Sun.


Sementara Yoo Ra masuk ke ruangannya dan menemukan sebuah amplop di atas laptopnya. Ia membuka amplop itu dan mendapati flashdish di dalamnya.

Yoo Ra : Kau yang memulai gara-gara.

Yoo Ra lalu menyalakan laptopnya dan melihat isi flashdisk itu.

Ada sebuah folder yang berjudul 'Babel' tapi folder itu dikunci.

Yoo Ra : Cha Woo Hyuk, kau sembunyikan apa disini?


Woo Hyuk sedang berjalan menuju rumahnya. Ia melewati lokasi tempat jasad Ricky ditemukan yang masih dipasangi garis polisi.

Woo Hyuk menghela nafas, dan terus berjalan menuju gedung apartemennya. Tapi baru sampai di depan pintu, ia mendengar bunyi ponsel.

Woo Hyuk lantas teringat kata-kata Jae Il yang mencemaskan dirinya.

Suara ponsel itu berhenti. Woo Hyuk pun memutuskan menaiki tangga yang menuju rumahnya tapi suara ponsel itu kembali terdengar.

Woo Hyuk menghentikan langkahnya dan mengarahkan pandangannya ke sebuah kotak besi berwarna merah tempat bunyi ponsel itu berasal. Ia membuka kotak itu dan menemukan sebuah ponsel di sana.

Woo Hyuk menjawabnya. Ternyata, telepon itu dari operator undian berhadiah.


Woo Hyuk lantas mengecek panggilan keluar dan menemukan namanya serta nama 'Madam' disana.


Sekarang Woo Hyuk sudah berada di rumahnya. Ia memeriksa ponsel itu yang layarnya ada bekas darah.

Woo Hyuk menemukan foto pisau di sana. Ia bingung..

Lalu ia mengecek pesan suara. Terdengar lah suara Ricky.


Rupanya Ricky sengaja merekam suaranya saat ia yang sudah babak belur, tengah dikejar-kejar si pria penyusup.

"Meskipun aku tahu ini akan terjadi, karena keserakahannya, aku tidak memprediksi masa depan. Tiga puluh tahun yang lalu, untuk membuat lelucon padaku, dia memberi banyak uang. Ketua Tae, maksudku. Aku sudah gila. Kutinggalkan istri dan anak-anakku karena keluar dari pikiranku. Aku mencoba untuk kembali. Aku ... aku ... Tiga puluh tahun telah berlalu sementara aku hanya berpikir. Setelah kau menghubungiku, aku merasa seperti aku menemukan garis hidup. Kau pasti penasaran, bukan? Kenapa dan bagaimana...  ayahmu mati?"

"Ayahmu, Cha Seong Won..." kata-kata Ricky terputus saat ia tiba-tiba melihat pria penyusup di depannya.

Ricky langsung melarikan diri. Ia pergi ke apartemen Woo Hyuk.


Ricky menyelesaikan rekamannya lalu menyimpan ponselnya di dalam kotak surat itu.


Di depan rumah Woo Hyuk, Ricky bertemu si pembunuh. Kali ini Ricky tersenyum dan menghampiri si pembunuh tanpa rasa takut.

Sekarang, Ricky sudah terduduk di bangku taman. Di depannya, si pembunuh berdiri menatapnya dengan dingin

Tak lama kemudian, Ricky menghembuskan nafas terakhirnya dan si pembunuh mengambil pisau itu.


Kembali ke Woo Hyuk yang masih mendengarkan rekaman itu.

Ricky : Pisau itu yang membunuh ayahmu.

Woo Hyuk sontak kaget. Emosinya pecah seketika. Ia meninju meja berkali-kali hingga tangannya luka. Tangisnya keluar.


Sekarang, Woo Hyuk sedang menuju suatu tempat. Ia tak peduli dengan tangannya yang luka.


Yoo Ra menemui seseorang yang ahli komputer.

"Kau bisa masuk ke folder yang terkuunci? Akan kubayar dua kali lipat jika kau bisa membukanya dalam 30 menit."

Tak lama kemudian, pria itu selesai dengan tugasnya. Yoo Ra terkejut melihat file-file tentang perusahaan dan keluarganya.

Yoo Ra lalu membayar pria itu dan beranjak pergi.


Di mobilnya, Yoo Ra melihat isi folder 'Babel' itu. Ia terkejut melihat banyaknya file tentang Geosan.


Pimpinan Tae masih terjaga.


Nyonya Shin yang baru pulang ke rumah, mendapati Woo Hyuk yang sudah menunggunya.

Nyonya Shin lalu menyuruh kedua staffnya pergi.

Woo Hyuk menatap tajam Nyonya Shin dan mengaku, bahwa hari itu adalah hari paling bahagia dalam hidupnya.

Woo Hyuk : Aku harus tahu kebenaran yang aku cari sepanjang hidupku.

Nyonya Shin : Aku tidak tahu apa itu dan tidak ingin tahu. Kenapa aku perlu mendengar hal seperti itu dari lelaki kecil sepertimu?


Woo Hyuk lantas mendekati Nyonya Shin dan menatap tajam Nyonya Shin.

Woo Hyuk : Tidak, kau tidak perlu mendengarnya. Karena giliranmu untuk berbicara. Kenapa kau membunuh ayahku? KATAKAN!

Nyonya Shin terkejut dan menatap heran Woo Hyuk.

"Ayahmu?" tanyanya.

"Cha Seung Won, kau membunuh ayahku." jawab Woo Hyuk.

Nyonya Shin terkejut, Cha... Cha Seung Won?

Bersambung.......

0 Comments:

Post a Comment