Dan, Only Love Ep 1 Part 4

Sebelumnya...


Ni Na yang sedang bersiap di ruang ganti, diberi semangat oleh rekannya.

Setelah rekannya pergi, Ni Na menatap dirinya di cermin.

Nina : Kau yang terbaik. Balerina utama Fantasia hanya kau, Geum Ni Na. Kau lah sang bintang.



Beralih ke Yeon Seo yang langsung jadi bahan perbincangan begitu ia masuk ke dalam gedung. Semua orang menyebutnya gadis malang dan kasihan padanya karena kondisinya.

Tuan Jo yang tak mau Yeon Seo terluka, menyuruh Yeon Seo menunggu di mobil. Tapi Yeon Seo bilang dia mau ke toilet.

Tuan Jo : Di sebelah kirimu.

Yeon Seo : Aku bisa pergi sendiri. Tempatnya tidak jauh.

Yeon Seo lalu memanjangkan tongkatnya dan beranjak menuju toilet.


Dan yang melihat Yeon Seo pun mengeluh karena saputangannya.


Satu per satu para undangan mulai memasuki ruangan pertunjukan.

Tuan Jo gelisah dan terus menatap ke pintu, mencari Yeon Seo.

Yeon Seo sendiri masih berdiam di toilet.


Saat hendak keluar, ia mendengar dua orang membicarakannya.

"Luar biasa. Yeon Seo ada di sini? Kau melihat dia?" tanya balerina pertama.

"Jangan panggil dia begitu. Aku pernah mengidolakan dia. Panggil dia, Yeon Seo Eonni." jawab balerina kedua.

"Omong-omong, entah kenapa dia datang padahal buta. Semoga dia tidak membuat kita sial." ucap balerina pertama.

Lalu mereka bergegas pergi saat mendengar pengumuman kalau pertunjukan akan segera dimulai.

Setelah mereka pergi, barulah Yeon Seo keluar dari toilet.


Pertunjukan dimulai dengan Ni Na sebagai bintang utamanya.


Tuan Jo masih terus menatap ke pintu, mencari Yeon Seo.

Para hadirin tampak menikmati pertunjukan, termasuk Dan yang duduk di tengah jalan.


Yeon Seo masuk ke ruang latihan.

Dari ruang latihan, ia bisa mendengar suara musik yang mengiringi pertunjukan Ni Na.

Yeon Seo berdiri menghadap jendela. Lalu ia mengeluarkan saputangan Dan, dan memelintir saputangan itu, kemudian membuat lingkaran.


Setelah itu, Yeon Seo mulai menari, menarikan tarian Odette yang juga sedang ditarikan Ni Na.

Yeon Seo terus menari hingga akhirnya ia mendengar suara gemuruh tepuk tangan.


Di ruangan pertunjukan, para undangan memberikan tepuk tangan untuk Ni Na.

Yeon Seo yang mendengar itu menangis.


Pak Jo mencari Yeon Seo ke toilet tapi Yeon Seo tidak ada disana.


Sementara di ruangan lain, seorang pria memberikan ucapan selamat kepada Ni Na.

Setelah itu, ia mendekati Bu Choi dan tanya, dimana Odette yang asli.

Bu Choi : Dia akan segera tiba. Tiga tahun sudah berlalu.


Pak Jo mencari Yeon Seo ke mobil, tapi Yeon Seo juga tidak ada disana.

Tapi saat Pak Jo datang, seorang pria muncul dari balik mobil Pak Jo dan bergegas pergi sambil melepas sarung tangan hitamnya.


Bu Choi menanyakan Yeon Seo pada Roo Na.

Sementara itu, pembawa acara mulai memanggil nama Yeon Seo.

"Untuk merayakan hari jadi Yayasan Fantasia Cultural yang ke-20, kami telah mengundang seorang tamu spesial. Dia putri tunggal Pimpinan utama. Kami telah mengundang Nona Lee Yeon Seo. Beri dia sambutan hangat. Tiga tahun telah berlalu. Putri dan primadona Fantasia. Di mana Anda, Nona Lee Yeon Seo?" ucap si pembawa acara.

Bu Choi menyuruh Roo Na melakukan sesuatu. Ia bilang, mereka harus membuat Yeon Seo diam dulu.


Roo Na pun mendekati si pembawa acara dan membisikkan sesuatu.


Tapi tepat saat itu, Yeon Seo muncul bersama Pak Jo.

Semua orang langsung memberikan tepukan yang hangat tapi tidak dengan Bu Choi yang terlihat kesal.


Yeon Seo masuk ke dalam ditemani Pak Jo. Begitu Yeon Seo masuk, seorang pria berkacamata hitam ikut masuk dan bersender di pintu, melihat Yeon Seo.


Yeon Seo memulai pidatonya.

Yeon Seo : Halo, aku Lee Yeon Seo. Ini adalah hari spesial. Hari jadi Fantasia yang ke-20 dan peringatan kematian orang tuaku. Aku sudah memikirkan cara merayakan acara ini. Aku berniat muncul sebagai mayat dengan gantung diri di toilet. Untuk membuat adegan dramatis. Semua kaget mendengar ucapan Yeon Seo. Si pria berkacamata hitam itu juga kaget dan langsung membuka kacamatanya.

Yeon Seo : Kalian pasti menatapku dengan iba. Kuharap kalian bisa mendukung kami sebesar rasa iba kalian kepadaku dan seperti kalian berpikir aku pantas mengalami ini. Seperti yang kalian tahu, saat aku menjadi satu-satunya penari utama di sini, Geum Ni Na menjadi penari penggantiku. Dengan kata lain, dia bayanganku. Jika aku sakit atau kabur karena jatuh cinta, dia bertanggung jawab untuk menggantikanku. Sayangnya, aku terlalu sehat. Selain balet, bagiku semuanya membosankan. Aku tidak pernah melewatkan latihan. Namun, matahari telah terbenam dan bulan datang menggantikan. Seperti yang kalian tahu, aku kehilangan penglihatanku. Ni Na melakukan debut dengan sukses sebagai penggantiku. Saat aku hidup dalam kegelapan selama tiga tahun, Ni Na bersinar sebagai balerina utama. Bukankah cerita ini cukup dramatis? Dukunglah Fantasia, balet perusahaan kami seperti kalian menganggap kisah ini menghibur dan seperti kalian akan menceritakannya kepada orang lain. Maaf atas pidato panjangku. Nikmatilah hari ini. Tidak ada yang bisa memastikan apakah esok kalian akan baik-baik saja.


Yeon Seo lalu mengangkat gelasnya tinggi2 dan meminum wine nya.

Sementara Ni Na agak kesal dengan pidato Yeon Seo.


Selesai dengan pidatonya, Yeon Seo langsung pergi bersama Pak Jo.

Bu Choi menyusul Yeon Seo. Roo Na dan Pak Kim berusaha mencegah Bu Choi tapi tak berhasil.

Bu Choi mencengkram tangan Yeon Seo.

Pak Jo marah, Direktur Choi!

Bu Choi : Kau sudah keterlaluan.

Yeon Seo :Lepaskan tanganku!

Bu Choi : Aku tahu kau sangat tidak sopan dan melakukan apa pun semaumu seperti tuan putri yang manja. Tapi ini sudah keterlaluan.

Yeon Seo : Seharusnya Bibi bersiap karena mengadakan pesta tepat saat peringatan kematian orang tuaku.

Bu Choi : Orang-orang di dalam sana termasuk persentil pertama negeri ini. Waktu mereka sangat berharga. Kau pikir mudah mengatur jadwal mereka?


Yeon Seo tertawa. Melihat tawa Yeon Seo, Bu Choi makin kesal.

Bu Choi : Selagi kita membahasnya, mari berterus terang. Apa salah kami kepadamu? Apa dendammu kepada kami hingga jauh-jauh kemari dan menghancurkan acara ini?

Yeon Seo marah dan menatap tajam bibinya itu.

Yeon Seo : Bibi tersenyum! Pada hari itu Bibi tersenyum!

Flashback...


Saat Yeon Seo berada di rumah sakit, usai kecelakaan di atas panggung yang merenggut penglihatannya. Bu Choi datang bersama Ni Na dan Pak Kim. Bu Choi langsung memeluk Yeon Seo. Tapi, ia tersenyum!

Flashback end...


Bu Choi terkejut Yeon Seo tahu dia senyum. Tapi Bu Choi menyangkalnya.

Bu Choi : Kau menyebalkan! Aku adalah bibimu. Bisa dikatakan bahwa kita saudara jauh. Tapi kita tetap keluarga. Ada batas yang tidak boleh dilanggar. Kupikir kau hanya buta. Mungkinkah kau juga gila?

Yeon Seo tambah marah.

Pak Jo menyuruh Bu Choi diam. Bu Choi tidak mau.

Bu Choi : Bagaimana jika aku menolak?

Pak Jo : Akan ada masalah yang lebih besar.


Roo Na dan Pak Kim langsung memegangi Bu Choi agar dia berhenti.

Sementara Pak Jo membawa Yeon Seo pergi.


Pak Jo dan Yeon Seo beranjak menuju mobil.

Seikat bunga tampak di tangga, di jalan menuju masuk ke dalam gedung.

Yeon Seo menoleh ke bunga itu, seolah2 tahu ada bunga disana.

Lalu Yeon Seo masuk ke mobilnya.


Dan pun muncul disamping bunga itu dan ia sudah mendapatkan kembali saputangannya.

Flashback....


Dan mengambil saputangannya yang diletakkan Yeon Seo di dekat jendela, saat Yeon Seo menari balet di ruang latihan.

Dan tampak senang, memainkan saputangannya, seperti anak kecil.


Lalu Dan tersenyum saat melihat Yeon Seo menari dan memberikan tepuk tangannya ketika Yeon Seo selesai menari.

Flashback end...


Mobil yang membawa Yeon Seo mulai melaju.

Dan masih duduk di tangga, menatap Yeon Seo.

Dan : Dasar bodoh. Tarian kakimu yang indah menghapus semua ucapanmu yang tidak sopan. Berkat Dia yang memberimu bakat.

Dan lalu memasukkan saputangannya ke dalam sakunya. Lalu ia mengambil bunganya dan  berdiri seraya tersenyum menatap langit.


Sementara itu, Yeon Seo dan Pak Jo masih di jalan.

Pak Jo : Sepertinya matahari akan terbenam. Cahaya matahari terbenamnya sangat indah. Cahayanya sangat indah. Mari mulai bersiap secara perlahan. Kau bisa memulai rehabilitasimu.  Dan yayasan...

Yeon Seo : Hentikan!

Pak Jo : Yeon Seo-ya...

Yeon Seo : Sudah kubilang berhentilah memanggilku begitu! Aku benci semuanya! Aku benci balet, yayasan, semuanya! Jangan coba mendikteku!

Pak Jo marah dan langsung menghentikan mobilnya.

Pak Jo : Lee Yeon Seo!

Yeon Seo kaget dibentak Pak Jo.


Pak Jo berusaha menyadarkan Yeon Seo.

Pak Jo : Kau ada di tengah medan perang. Kau tahu berapa orang yang berusaha menyerangmu?

Yeon Seo : Entah, tapi semoga aku bisa mati sekaligus dengan cepat.

Pak Jo : Berhentilah berkata kau ingin mati. Kita hampir berhasil. Jika kau menunggu sebentar lagi, aku akan mengembalikanmu pada posisimu.

Yeon Seo : Posisiku? Bagaimana? Kau akan memberiku mata? Mengembalikanku? Di mana? Siapa yang mengizinkanmu? Memang siapa dirimu? Jika sekali lagi kau berlagak seperti ayahku, aku sungguh akan memecatmu.

Pak Jo pun diam. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya menasihati Yeon Seo.

Pak Jo lalu kembali menyalakan mobilnya.


Malam pun tiba. Semua masih terlihat baik2 saja. Tapi saat hendak mengurangi kecepatan, Pak Jo baru sadar rem mobil nya blong. Pak Jo lalu teringat pria yang dilihatnya tadi di parkiran saat ia mencari Yeon Seo.


Yeon Seo ketakutan. Pak Jo pun menyuruh Yeon Seo pegangan yang erat.

Pak Jo berusaha mengendalikan mobil, namun gagal. Mobil mereka menabrak pembatas jalan sebelum akhirnya berguling di jalanan.


Hujan turun sangat deras. Dan berlarian di jalanan dengan wajah ceria. Namun tiba2, ia mendengar suara teriakan minta tolong yang terdengar sangat lemah.


Ternyata suara itu suara Yeon Seo. Mobil Yeon Seo sudah berada di bibir jurang.

Yeon Seo memanggil2 Pak Jo, tapi Pak Jo tidak menjawab.

Pak Jo sendiri, tidak sadarkan diri.


Tak lama kemudian, Dan datang.

Dan lantas melihat bunganya.

Dan : Siapa yang menyangka bunga ini untuk pemakaman?

Dan lalu meletakkan bunga itu di atas kaca spion yang tergeletak di jalan.

Dan : Beristirahatlah dengan tenang.


Dan berniat pergi, tapi langkahnya terhenti saat ia mendengar suara Yeon Seo.

Yeon Seo lagi2 bisa mendengar suara Dan.

Yeon Seo : Apa ada orang di sana? Di sebelah sini. Ada orang di sini. Di sebelah sini. Kumohon. Kumohon tolong kami.

Dan terkejut melihat Yeon Seo.

Yeon Seo menangis meminta tolong. Dan diam saja.

Yeon Seo kesal, kau  tidak punya hati nurani? Jika kau kabur karena takut, setidaknya buatlah laporan.


Dan menutup telinganya agar tak bisa mendengar suara minta tolong Yeon Seo. Tapi suara Yeon Seo terus terdengar, membuat ia kesal.

Yeon Seo menatap Dan. Dan mendengar bunyi lonceng. Dan menggeleng dan mengatakan pada dirinya kalau ia tak boleh ikut campur urusan manusia.

Yeon Seo : Kumohon. Selamatkan aku. Tidak. Waktuku sempit. Aku harus pergi. Aku ingin hidup. Setiap hari aku ingin mati, tapi sekarang ingin hidup.

Mendengar kata2 Yeon Seo, Dan menutup telinganya dan teringat masa lalunya.

Flashback...


Dan kecil tampak bergelantungan di tebing. Tak lama kemudian, ia jatuh ke laut.

Bersamaan dengan itu, Yeon Seo kecil menoleh. Hujan turun dengan deras saat itu.

Dan : Aku ingin hidup. Setiap hari aku ingin mati, tapi sekarang ingin hidup.

Flashback end..


Mobil Yeon Seo jatuh ke bawah.

Tapi tiba2, mobil itu berhenti dan melayang di udara.


Dan pun terbang ke bawah dan melihat Yeon Seo.

Dan : Seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku tidak boleh melakukan itu.


Bersambung....

Next epi :

Yeon Seo mendapatkan donor mata dari Pak Jo.

Dan menjadi seketaris Yeon Seo.

0 Comments:

Post a Comment