Skip to main content

King Maker : The Change Of Destiny Ep 2 Part 3

Sebelumnya..


Lee Ha Eung mendatangi biro polisi. Byeong Woon keluar dan menemui Ha Eung.

Byeong Woon : Salam, aku tidak sadar kau akan menjadi hakim yang ditunjuk.

Ha Eung : Hanya mengikuti perintah Raja. Dia meminta untuk bertindak dengan integritas.

Byeong Woon : Ya, tentu saja! Silakan.

*Untuk selanjutnya kita panggil Hakim Lee ya....


Hakim Lee ke penjara dan melihat Gubernur Choi tak berdaya dengan kepala dipasung. Ia pun teringat masa lalu mereka, bersama Raja.

Flashback...


Hakim Lee dan Gubernur Choi menemui Raja, membahas Keluarga Kim yang mengirim Byeong Woon ke kapal barang.

Hakim Lee : Jika Keluarga Jangdong Kim Moon mengirim Kim Byeong Woon, itu untuk mengambil uang mereka dari kapal barang.

Raja menatap Gubernur Choi.

Raja : Kau akan aman?

Gubernur Choi : Tuan, aku tidak akan mengecewakan.


Gubernur Choi meminta Hakim Lee mengambil alih tugasnya jika sesuatu terjadi kepadanya.

Hakim Lee : Aku bersumpah dengan hidupku akan melindungi Raja dan mengadili mereka.

Flashback end...


Setelah itu, Hakim Lee menemui Bong Ryeon. Hakim Lee tanya kenapa Bong Ryeon ingin bertemu dengannya.

Bong Ryeon ingin mengatakan sesuatu, tapi dia ragu.

Hakim Lee meminta Bong Ryeon bicara saja dengan bebas.

Bong Ryeon : Sebenarnya....


Dan, seorang pria bemasker pun menerobos masuk dan langsung mengarahkan pedangnya pada Byeong Woon.

Pasukan polisi yang berjaga, mengarahkan pedang mereka ke pria itu.

"Aku di sini hanya untuk memberikan kebenaran kepada hakim. Jangan buat aku menebasmu." ucap pria itu.

"Silakan." jawab Byeong Woon.


Pria itu membuka maskernya. Dia Chun Joong.

Chun Joong : Aku putra Gubernur Choi Gyung, Choi Chun Joong. Tolong, maafkan sikapku.


Hakim Lee menyuruh para polisi menurunkan pedang mereka dari Chun Joong.

Hakim Lee : Bicaralah. Kenapa ada mesiu di kapal barang?

Chun Joon : Awalnya kami menemukan mesiu tersembunyi di pelabuhan. Anak buah Kim Byeong Woon berusaha membakarnya, tapi aku bisa menghentikan mereka. Tapi kami tidak menyadari Tuan Kim juga menyembunyikan mesiu di kapal. Aku punya saksi mata. Tuan Putri yang telah membantuku sejauh ini.

Hakim Lee pun meminta penjelasan Bong Ryeon.


Bong Ryeon yang berada di bawah tekanan Byeong Woon, tak punya pilihan lain selain menyangkal kata-kata Chun Joong.

Bong Ryeon : Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan. Aku menyaksikan Choi Gyung dan anak buahnya memindahkan mesiu ke kapal.

Sontak lah Chun Joong kaget Bong Ryeon mengkhianatinya.

Byeong Woon lantas menyuruh polisi menangkap Chun Joong.


Chun Joong ditangkap.

Chun Joong : Bong Ryeon-ah!


Dan, Chun Joong dipukuli polisi karena memberontak. Melihat itu, Bong Ryeon nangis dan langsung berlari arah Chun Joong tapi langkahnya tertahan.

Chun Joong berkelahi dengan para polisi yang hendak membawanya. Setelah itu ia kabur. Bong Ryeon hanya bisa menangis melihatnya.


Hakim Lee menatap Byeong Woon. Sepertinya dia sadar Bong Ryeon dibawah tekanan Byeong Woon.


Besoknya, Hakim Lee membawa Gubernur Choi. Salju turun dengan deras.


Chun Joong hanya bisa pasrah menatap ayahnya di dalam kurungan.


In Gyu yang melihat itu, ingat masa lalunya.

Flashback....


Gubernur Choi : Kau telah menipu rakyat kita dan untung lebih dari 200 kali lipat! Lewat darah dan keringat rakyat, kau membeli jalan menuju status bangsawan. Sekarang katakan, apa kau bangsawan kaya dari Ganghwa atau pencuri licik!

Pria yang berlutut di depan Gubernur Choi minta ampun dan mengakui kesalahannya.

Tapi Gubernur Choi tidak mau berkompromi.

Gubernur Choi : Seluruh keluargamu tidak lebih dari pencuri yang memakai sutra! Geledah rumah Jinsa Chae!

Ternyata pria itu ayah In Gyu. Para pasukan membawa ayah In Gyu.


Dari kejauhan, In Gyu hanya bisa diam menahan amarah menatap bagaimana ayahnya diperlakukan.

Flashback end...


Rakyat tak rela Gubernur Choi dibawa ke Hanyang. Mereka yakin, Gubernur Choi akan digorok setibanya di Hanyang.

"Kita harus menyelamatkan Tuan kita! Selamatkan dia!"


Rakyat yang percaya Gubernur Choi tidak bersalah, berusaha menyelamatkan Gubernur Choi.

Rakyat berhasil membebaskan Gubernur Choi dari kurungan. Mereka lalu membawa Gubernur Choi ke tempat yang sedikit lebih aman.


Melihat itu, Chun Joong pun lari menghampiri sang ayah. Ia mau bawa ayahnya ke tempat yang benar-benar aman, tapi ayahnya menolak.

Gubernur Choi : Jika kabur, kita menjadi penjahat sesuai ucapan mereka! Chun Joong, ingat kata-kata ayah.  Jangan membalas dendam! Tundukkan kepalamu dan hiduplah diam-diam. Kau harus mempertahankan hidupmu! Ayah hanya ingin kau tetap aman.


In Gyu tiba-tiba datang dan menusuk Gubernur Choi dengan pedangnya!

Chun Joong terhenyak melihat In Gyu menusuk ayahnya. Setelah menghabisi Gubernur Choi, In Gyu pun pergi.


Melihat ayahnya terluka, Chun Joong pun membopong ayahnya dan berusaha membawanya pergi.

Tapi Gubernur Choi tiba-tiba muntah darah.

Gubernur Choi : Chun Joong, jangan. Nak, maafkan ayah.

Gubernur Choi mengatakannya dengan napas tersengal. Tak lama kemudian, ia menghembuskan napas terakhirnya.


Chun Joong langsung menurunkan ayahnya dan berusaha membangunkan ayahnya tapi percuma, ayahnya sudah tiada.

Chun Joong : Ayah!!!


Dari kejauhan, Hakim Lee melihat itu. Tapi dia tidak melakukan apapun dan malah beranjak pergi.


Bong Ryeon keluar dari kediamannya. Diluar, ia berpapasan dengan In Gyu. Merasa mengenal In Gyu, Bong Ryeon berhenti melangkah dan menatap In Gyu. Sontak ia kaget menyadari itu In Gyu yang melecehkannya dulu. Bong Ryeon kemudian pergi menuju tandunya.


Anak buah Byeong Woon menyuruh rakyat berlutut, memberi hormat pada Byeong Woon yang hendak lewat.

Rombongan Byeong Woon lewat. Tentu saja ada In Gyu disana.


Di dalam tandu, Bong Ryeon menangis menatap sebuah aksesoris rambut.

Flashback....


Byeong Woon tanya, apa Bong Ryeon kenal aksesoris itu?

Bong Ryeon panic.

Bong Ryeon : Apa yang anda lakukan kepada ibuku! Di mana ibuku!

Byeong Woon : Jika kau khawatir, jaga mulutmu.

Bong Ryeon : Apa aku harus takut dengan ancaman itu?

Byeong Woon : Kenapa kau tidak mengujiku? Selamatkan Choi Chun Joong dan lihat mayat ibumu.

Bong Ryeon marah, beraninya anda... Ibuku... Beraninya anda!


Byeong Woon kemudian pergi. Bong Ryeon yang tak berdaya, mengejar Byeong Woon. Ia minta Byeong Woon berjanji tidak akan membunuh ibunya.

Byeong Woon : Ampuni ibumu, ampuni Chun Joong...  Jika menginginkan itu, kenapa kau tidak berlutut dan memohon kepadaku?


Bong Ryeon pun berlutut.

Bong Ryeon : Kumohon, Tuan. Aku akan menuruti perintah, maka tolong ampuni Chun Joong.

Byeong Woon : Baiklah. Tapi begitu kita kembali ke Hanyang, kau harus membuktikan rasa terima kasihmu kepadaku.


Byeong Woon pergi. Bong Ryeon menangis.

Flashback end...


Chun Joong melihat rombongan Byeong Woon lewat.

Saat tandu Bong Ryeong lewat, Chun Joong menatapnya dengan sorot mata terluka.


Langit mulai gelap. Biksu alam membawa Chun Joong dengan gerobak.

Biksu : Bagaimana perjuanganmu melawan takdir?

Chun Joong yang berbaring di dalamnya, dibawah tikar jerami hanya bisa diam dan menangis.


Sementara dua pelayan wanita melepas baju Bong Ryeon dan memegangi Bong Ryeon.

Bong Ryeon marah, apa yang kalian lakukan! Lepaskan!

Byeong Woon muncul.

Byeong Woon : Aku sudah mengampuni Chun Joong seperti yang kau minta. Sebagai balasannya, buktikan bahwa kau milik keluarga kami.


Byeong Woon menatap seorang pria, pelayannya.

Pria itu mengerti dan mengambil besi yang sudah dipanaskan.

Bong Ryeon ketakutan, tidak! Hentikan!

Dibawah besi itu, ada simbol Keluarga Kim.


Pelayan Byeong Woon lalu meletakkan besi itu di punggung Bong Ryeon.

Bong Ryeon teriak kesakitan.


Byeong Woon : Jika kau mengkhianati keluarga kami atau mencoba kabur dari kami, ibumu dan Chun Joong akan dibantai!

Byeong Woon dan para pelayannya pergi.

Bong Ryeon hanya bisa menangis menatap kepergian Byeong Woon.


Di sebuah tempat, Chun Joong tampak membaca sebuah buku sampai pagi.


Biksu yang duduk diluar, tersenyum menatap Chun Joong yang tertidur setelah mempelajari banyak hal semalaman.


Hari berganti hari, Chun Joong yang berada di gunung, mempelajari banyak hal.


Sekarang, keadaan Chun Joong sudah jauh lebih baik setelah waktu berlalu begitu banyak.

Chun Joong yang sudah bukan seorang tuan muda lagi, berkeliaran di pasar Hanyang, melihat festival rakyat.


Seorang pria bernama Yong Pal Ryong dilempar keluar kedai dan dipukuli beberapa pria.

Tak lama kemudian, pria lainnya muncul.

"Jika mendapat untung di lingkungan kami, kau harus bayar pajak!" ucap pria itu pada Pal Ryong.

"Untung? Aku hanya menjual rokok dan arak beras, apa maksudmu untung?" ucap Pal Ryong.

Pal Ryong kembali dipukuli.


Chun Joong datang dan menghentikan mereka.

Chun Joong : Kalian bawahan Jangdong Kim-moon?

Pria itu mendekati Chun Joong.

"Apa urusanmu, Pengemis Kotor?"


Pria itu menoyor kepala Chun Joong. Chun Joong pun membalas pria itu. Dia memukul pria itu dengan sekali pukulan yang cukup cepat, hingga pria itu jatuh dan pingsan.

Anak buah pria itu juga berhasil dilumpuhkan Chun Joong.

Sontak, Pal Ryong dan penduduk yang melihat itu, langsung bertepuk tangan.


Malam harinya, Chun Joong yang berdiri di ketinggian, menatap sebuah tempat yang bersinar terang.


Tempat yang bersinar terang itu ternyata gibang.

Keluarga Kim sedang berpesta disana.

Bong Ryeon keluar. Ya, dia juga berada disana dan menatap kesal Byeong Woon. Byeong Woon juga menatap sengit ke arah Bong Ryeon.


Tiba2, sekelompok kunang2 muncul dan beterbangan di sekitar Bong Ryeon. Sontak Bong Ryeon terkejut.


Bersambung....

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...