King Maker : The Change Of Destiny Ep 3 Part 2

Sebelumnya...


Ha Eung sedang berjudi.


In Gyu juga ada disana. Dia sedang mengawasi Ha Eun atas perintah Byeong Woon.

Byeong Woon : Selidiki aktivitas terbaru Tuan Heungseon-gun. Raja jatuh sakit, keluarga kerajaan akan mulai mencari kekuasaan. Cari tahu siapa yang dia temui, apa yang dia lakukan, awasi dia baik-baik.


Pal Ryeong dan Chun Joong datang.

Pal Ryeong : Inilah pertunjukan terkenal Baeohgae kami! Anak itu, dia adik dari pemilik kedai!

Anak yang dimaksud Pal Ryeong tersenyum pada mereka.

Pal Ryeong : Taruhannya besar! Lihatlah.


Chun Joong mendekat dan menatap wajah Ha Eung yang bersinar, padahal ruangan itu gelap.


Ha Eung melihat kartunya.


Setelah itu, dia meminta adik dari si pemilik kedai untuk memperlihatkan kartunya.

"Lima besar! Delapan besar." ucap adik si pemilik kedai.


Pria bertubuh gemuk menatap wanita disampingnya. Wanita itu mengerti dan langsung menggoda Ha Eung. Ia bahkan menunjukkan pahanya dan minta Ha Eung menunjukkan kartunya.

Pria bertubuh gemuk, menyentuh paha wanita itu. Tapi sebenarnya dia mengambil sesuatu.


Ha Eung yang melihat itu tertawa.

Ha Eung lalu menunjukkan kartunya.

Ha Eung : Aku punya sembilan ganda! Aku menang lagi...

Ha Eung mengambil semua uang taruhan di atas meja. Tapi pria bertubuh gemuk menghentikannya.

"Kau bergerak dengan tidak sabar, Tuan. Satu, dua, tujuh, dan sepuluh ganda!" ucapnya.

"Sepuluh ganda? Tidak mungkin, aku punya satu dari sepuluh!" jawab Ha Eung bingung, lalu mencari2 sepuluh gandanya.

"Tuan, penglihatanmu cepat sekali memburuk!" ucap si pria gemuk.


Ha Eung kemudian menatap wanita itu. Tak lama sadarlah ia bahwa si pria gemuk sudah mencuri sepuluh gandanya.

Ha Eung marah dan mencengkram baju si pria gemuk. Tapi lantaran si pria gemuk lebih besar darinya, dia takut dan melepas cengkramannya.


Tiba-tiba, pasukan dari biro polisi datang menggerebek tempat itu.


Ha Eung pun bergegas mengambil semua uang di meja. Chun Joong menatap Ha Eung. Lagi2 ia melihat wajah Ha Eung bersinar dalam gelap.


Pal Ryeong dan adik pemilik kedai berusaha melarikan diri.


Si pria gemuk tertangkap.


Ha Eung yang juga hendak ditangkap, mohon ampun pada petugas.

Petugas mau menangkap Chun Joong, tapi Chun Joong membuat para petugas itu pingsan dalam sekali gerakan dan bergegas pergi.

Chun Joong lalu melumpuhkan petugas yang hendak menangkap Ha Eung. Setelah itu, ia membawa Ha Eung lari.


Kepala Polisi terkejut melihat In Gyu ada disana.

"Letnan, kau sedang apa disini?"

"Aku ada urusan." jawab In Gyu tenang.


Chun Joong dan Ha Eung berhenti di sebuah gang.

Chun Joong kembali menatap wajah Ha Eung yang terus saja bersinar.

Chun Joong : Dia tidak bisa mengingatku. Wajahnya luar biasa. Matanya bersinar dalam gelap. Hidungnya mancung. Pria ini memiliki fitur harimau!

Ha Eung menatap Chun Joong.

Ha Eung : Kita aman, tidak ada yang mengikuti kita!


Ha Eung lalu berdiri dan berniat memberikan Chun Joong uang tapi Chun Joong menolak.

Ha Eung : Kenapa kau menatapku begitu?

Chun Joong : Maafkan aku. Kau memiliki mata yang bersinar.

Ha Eung : Mata yang bersinar? Aku punya mata yang bersinar seperti mata harimau? Apa kau semacam peramal? Kau pasti sangat berbakat! Mari kita lihat... Jadi, saat di rumah judi, kau menyadari mataku berkedip dan bersinar?

Chun Joong : Tidak, Tuan. Harimau sejati akan menyembunyikan matanya di tempat semenyedihkan itu.


Ha Eung : Kau terus mengawasiku tadi, ya? Aku Lee Ha Eung.

Chun Joong : Aku... Choi Mu Myung.

Ha Eung : Mu Myung katamu? Jika itu nama aslimu, hidupmu pasti penuh kesulitan, bukan? Jika ditakdirkan, mari kita bertemu lagi! Aku akan pergi sekarang.

Ha Eung pun pergi.


Raja memanggil Ha Eung. Ia menuliskan sesuatu di kertas dan minta Ha Eung untuk berhati-hati dengan tulisan itu karena tulisan itu akan digantung di Seowon.

Raja : Terima kasih sudah datang selarut ini. Aku sudah menghabiskan banyak waktu di Pulau Ganghwa dan tidak punya banyak kerabat, serta orang yang membuatku nyaman.

Ha Eung : Terima kasih, Yang Mulia. Tolong panggil aku kapan saja.

Raja : Bagaimana tulisanku?

Ha Eung : Rajaku, anda tidak boleh menulis ini. Ada banyak keluarga Seowon di seluruh negeri yang jika menerima tulisan dari Raja secara pribadi, akan berkuasa atas yang lain. Anda tahu ini?


Raja : Aku punya telinga untuk mendengarkan, tentu saja aku mengerti efeknya. Tapi Kim Jwa Keun telah memintanya, jadi, bagaimana aku bisa menolaknya? Aku punya telinga untuk mendengarkan, tapi sudah kehilangan mulut untuk berkata tidak.

Raja pun sedih atas ketidakberdayaannya.

Raja : Aku akan menulis ulang ini. Besok Menteri Keuangan, Kim Byung Woon.....

Ha Eung pun terdiam.


Paginya, di depan sebuah kolam, Nahab, selirnya Jwa Geun sedang melakukan ritual bersama dukun.

Jwa Geun juga menyaksikannya. Ia duduk saja menikmati tehnya mengawasi jalannya ritual.

"Kami berdoa kepada raja naga lautan, terimalah persembahan sederhana kami dan beri kami kekayaan, ketenaran, dan kehormatan! Berikan keberuntungan kepada yang malang, perpanjang umur kami, sembuhkan yang sakit, pandu yang mati ke surga." ucap si dukun.

"Pimpin Keluarga Jangdong Kim-moon kami selamanya! Berikan kami harta dan kekayaan!" ucap Nahab.


Nahab lalu mengambil beras yang sudah mereka siapkan dan membuangnya ke kolam.

Sontak lah rakyat yang melihat itu heboh.

"Lihat semua nasi putih itu! Mereka memberi semua itu pada ikan? Semua beras berharga itu! Nyawa kita lebih tidak berharga dari ikan itu."

"Keluarga Kim-moon sudah gila dengan kekayaan! Rakyat kelaparan!"


Chun Joong dan Pal Ryeong muncul, melihat ritual gila itu.


Selesai membuang beras, Nahab juga membuang uang ke dalam kolam.


Biksu merah yang melihat itu bersama dua anak buahnya, ingin menyelam tapi dihentikan anak buahnya.

"Kau tidak melihat tumpukan uang itu? Ayo, cepat." ucap biksu merah.

"Kau tidak mendengarkan tuan aneh tadi? Awas air, katanya."

"Kalian tidak tahu berapa kerugian kita akibat iblis siang bolong itu? Pikirkan semua orang yang kubayar untuk berdiri di luar!" jawab biksu merah.

"Kau membayar mereka? Bagaimana dengan kami?"

"Cepatlah, kita tidak punya waktu."

"Kakak."


"Apa?"

"Kau tidak bisa berenang!"

"Jika kita tidak mencurinya, seseorang mungkin mencurinya sebelum kita! Cepat! Kalian membuatku gila!"

Tapi kedua anak buahnya tidak mau ikut.


Biksu sewot, pergi! Tinggalkan aku, Bodoh!

"Baiklah, kami benar-benar akan pergi! Ayo makan semangkuk sup."

Kedua anak buahnya beneran pergi.

Biksu : Benarkah? Kalian sungguh akan pergi? Kalian tidak setia!


Si biksu lalu melepas jubah merahnya dan nyemplung ke air.

Biksu : Dingin sekali!


Nahab yang masih melakukan ritual, sontak menjerit melihat tubuh yang menyembul di dalam kolam.

Nahab : Apa kalian tidak melihatnya? Seseorang lakukan sesuatu!


Para pasukan langsung nyebur ke kolam, menangkap si biksu.


Jwa Geun menatap sinis si biksu, lalu beranjak pergi.

Nahab mengambil koin yang sempat diambil si biksu tadi.

Nahab : Dia merusak ritual untuk Raja Naga. Beri dia hukuman berat!

Nahab pergi menyusul Jwa Geun.


Kepala pasukan menyuruh anak buahnya memukuli si biksu.

"Perhatikan baik-baik! Siapa pun yang mengganggu Keluarga "Jangdong Kim-Moon"...


Chun Joong datang menyuruh mereka berhenti.

Chun Joong : Kalian merampas uang dan beras, tapi keluarga "Jangdong Kim-Moon" memilih memberi makan ikan? Dan mencoba menginjak-injak dan membunuh rakyat seperti serangga? Kalian tidak takut pada Langit? Kalian tidak takut kepada rakyat?

Ucapan Chun Joong didukung oleh para penduduk.

Pasukan Keluarga Kim yang takut amukan rakyat, akhirnya mengalah dan pergi.


Setelah mereka pergi, Chun Joong dan kedua anak buah si biksu mendekati si biksu.

Biksu : Iblis siang bolong... Hati-hati dengan air...

Biksu pingsan. Kedua anak buahnya membawanya pergi.


Bong Ryeon dibantu para pelayan dapur istana, sedang memberikan makanan kepada pangeran kecil.

Sembari memberi makanan, Bong Ryeon memeriksa wajah anak2 itu satu per satu.


Bong Ryeon lalu memikirkan ucapan Jwa Geun yang menyuruhnya mencari raja berikutnya.

Bong Ryeon : Tidak satu pun dari mereka pantas menjadi Raja.

Bong Ryeon lalu mendengar keributan diluar.


Seorang gadis ketahuan mencuri makanan.

"Aku bukan pencuri!  Seseorang membuangnya!" ucap gadis itu.

Gadis itu lalu mengembalikan makanan yang dicurinya pada pengawal.

Bong Ryeon keluar, biarkan saja! Biarkan anak itu makan sisa makanan dari pesta. Ambillah.

"Aku punya alasan atas tindakanku. Tapi aku tetap tidak akan melupakan kemurahan hati anda."


Gadis itu mendongak, ternyata Ja Young! Sontak Bong Ryeong pun terkejut melihat gadis itu.

Ja Young lalu pergi.

Bong Ryeon : Anak dengan mata membara. Potensi raja sejati ada di dalam gadis itu!


Ja Young berjalan, menyusuri pasar sambil memeluk buntelan berisi makanan. Dia tersenyum teringat wajah Bong Ryeon.


Adik si pemilik kedai makanan menyuruh Chun Joong ikut dengannya keluar.

Chun Joong : Kemana?

"Kau akan tahu nanti, silakan ikuti aku."


Ternyata diluar sudah berkumpul orang-orang dengan Pal Ryeong berdiri di tengah.

"Pahlawan yang menyelamatkan warga di tepi sungai! Tuan Muda Baeohgae yang baru!" ucap Pal Ryeong.

Chun Joong keluar dan kaget melihat kerumunan.

"Ini dia, Tuan Choi!" ucap Pal Ryeong.

Wanita yang diramal si biksu mengatakan, bahwa Chun Joong meramal masa depannya dengan sempurna.

Orang2 langsung tanya berapa harga ramalannya.


Pal Ryeong : Ramalannya tiga koin, dua untukmu, satu untukku, ya atau tidak?

Chun Joong kaget, apa?

Pal Ryeong : Kurang? Lantas, aku ingin tinggal dengan gratis di kedai selamanya. Aku bisa bersepakat dengan wanita kedai itu.

Wanita pemilik kedai menghampiri mereka dan setuju dengan ide Pal Ryeong.

Pal Ryeong : Ya atau tidak?

Mereka menanti jawaban Chun Joong.

Chun Joong : Tinggal gratis? Selamanya?


Belum lagi Chun Joong menjawab, Pal Ryeong sudah mengumumkan harganya.

Pal Ryeong langsung menyuruh Chun Joong masuk.


Ja Young menemui pasangan suami istri bangsawan.

Ja Young : Tolong bayar utang anda. Ayahku bekerja keras demi uang itu sebelum dia meninggal.

"Aku membayar biaya pemakamannya. Aku membayar jasadnya disiapkan dan makamnya digali, bukan?"

"Aku memang menghargai itu, tapi menyiapkan jasad biayanya delapan koin, dan enam koin untuk penggali kubur. Aku tidak salah ingat, bukan? Panggil para pekerja dan biarkan kita memastikannya. Mereka akan setuju. Ayahku punya lebih dari 100 koin untuk dibayar kembali." ucap Ja Young.

Si tuan bangsawan marah.

"Beraninya seorang anak membalas perkataan orang dewasa seperti ini!"

"Keluarga kami sudah kehilangan pilar. Aku tidak meminta rasa kasihan atau duka anda, tapi kuharap anda bersikap seperti pria sejati, bukan pencuri rendahan."


Istri si tuan bangsawan lalu menyuruh Ja Young membantunya di dapur.

"Bantu para pelayan keluarga dengan usahamu, aku berjanji akan mengembalikan 100 koinmu."

Ja Young tersenyum.

Ja Young : Keluarga kami miskin jika menyangkut materi, tapi sepertinya keluarga anda miskin jika menyangkut hati dan otak."


Si tuan bangsawan marah dan langsung berdiri.

"Aku belum pernah melihat berandal begini."

"Aku akan kembali untuk uang ayahku. Tapi aku tidak mau dengar kebohongan yang disamarkan sebagai empati."

Ja Young pergi.

"Kemari dan lempari dia dengan garam!" ucap si istri bangsawan memanggil pelayannya.


Dan menghampiri Bong Ryeon yang menunggu di kamar.

Dan : Nona, aku menyelidiki si pencuri cilik itu. Dia pelayan di kediaman Selir Wallsong-ru. Tidak ada yang tahu nama atau alamatnya. Aku akan meninggalkan pesan di Wallsong-ru, untuk membawa anak itu ke sini.


Bong Ryeon : Tidak, jangan kirim siapa pun ke Wallsong-ru. Jika Kim Byung Woon tahu soal dia, dia akan mencari tahu urusan kita. Bawakan aku samaran selir.

Dan : Nona, jangan!

Bong Ryeon : Hari ini aku akan menjadi selir.

Bersambung ke part 3....

0 Comments:

Post a Comment