King Maker : The Change Of Destiny Ep 5 Part 1

Sebelumnya...

Lanjut Chun Joong Doryongnim lagi ya guys...


Bong Ryeon menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Kita berteman, lalu menjadi pengantin baru. Kau adalah keluarga pemimpin Ganghwa dan aku seorang putri dukun yang memetik herbal. Dahulu kau tidak pernah memperlakukanku seperti orang hina. Kau berharap aku akan berbeda?

Chun Joong tak menjawab. Dia masih dag dig dug ditatap sedekat itu oleh Bong Ryeon.


Wanita pemilik kedai masuk membawa obat. Sontak lah, Chun Joong dan Bong Ryeon langsung bangun dari posisi mereka tadi.

Tapi si wanita pemilik kedai salah paham.

"Maaf, masa muda itu indah..." ucapnya yang langsung disangkal oleh Chun Joong dan Bong Ryeon.

"Tidak, silakan lanjutkan! Aku akan segera pergi." ucap wanita itu.

"Bukan begitu." sangkal Chun Joong.

"Nona, ini bukan..." Bong Ryeon juga menyangkal.

"Aku tahu apa yang kulihat! Silakan lanjutkan. Beruntung! Aku kesepian..." Wanita pemilik kedai keluar lagi.


Chun Joong dan Bong Ryeon salah tingkah. Tapi setelahnya, keduanya saling tersenyum setelah menatap satu sama lain.


Chun Joong mengantarkan Bong Ryeon keluar, tapi tiba-tiba, Bong Ryeon terkejut menatap sesuatu di depannya dan langsung menarik Chun Joong sembunyi. Ternyata pasukan keluarga Kim lewat dan berlalu begitu saja.


Bong Ryeon lalu memberitahu Chun Joong bahwa itu pasukan keluarga Kim.

Bong Ryeon : Jika keluar selarut ini, mereka mencari seseorang atau mungkin lebih buruk.

Chun Joong langsung cemas, kalau begitu...

Bong Ryeon : Ya, mereka mencariku. Aku ketahuan meninggalkan kediamanku di malam hari. Aku harus pergi.


Bong Ryeon mulai berjalan, tapi Chun Joong menahannya.

Tahu Chun Joong cemas, Bong Ryeon tersenyum dan melarang Chun Joong cemas.

Bong Ryeon : Aku paling gesit di Ganghwa dan sekarang di Hanyang juga. Jaga dirimu. Sampai aku menghubungimu lagi.


Bong Ryeon lalu pergi. Tapi kemudian dia berhenti melangkah dan kembali menatap Chun Joong tapi hanya sebentar, karena setelahnya Bong Ryeon benar-benar pergi. Chun Joong menatap Bong Ryeon pergi dengan perasaan tak karuan tergambar di wajahnya.


Dan yang menunggu Bong Ryeon di halaman belakang kediaman Bong Ryeon, panic karena Bong Ryeon belum pulang juga.

Tak lama kemudian, Bong Ryeon pulang. Dan langsung mendekatinya.

Dan : Nona! Kenapa lama sekali? Aku khawatir!

Dan lalu mengambilkan pakaian Bong Ryeon.


Setelah berganti pakaiannya, Bong Ryeon mengendap-ngendap kembali ke kamarnya tapi tepergok

Byeong Woon yang memang sengaja menunggunya.

Byeong Woon : Bagaimana bisa kau pergi sendiri tanpa tandu? Seorang putri tidak boleh bersikap seperti itu. Jika menyelinap keluar, kau pasti menemui seseorang. Siapa yang kau temui? Aku akan mengirim pasukan untuk mencari tahu.

Bong Ryeon gelagapan.


Tapi Nahab datang menyelamatkan Bong Ryeon.

Nahab : Aku meminta Tuan Putri untuk minum denganku. Kami pergi ke kedai di dekat pegunungan utara. Perutku sakit karena terlalu banyak minum. Karena itulah aku kembali lebih dahulu. Tuan Putri berjalan pulang.

Byeong Woon tak percaya.

Byeong Woon : Dia berjalan? Bukan wanita biasa, tapi Tuan Putri? Berjalan pulang?

Nahab : Dia dibesarkan di pedesaan Ganghwa. Seperti gadis peternakan sejati, dia suka berjalan.

Byeong Woon : Kau berharap aku memercayai ini?


Nahab tak mau kalah.

Nahab : Kenapa? Kau tidak percaya ucapan selir rendahan? Haruskah aku bicara dengan ayahmu? Dia memperlakukanku dengan hormat sebagai istri. Mau kuberi tahu putranya bersikap tanpa rasa hormat kepada orang tercinta ayahnya?

Byeong Woon kesal menatap Nahab, baiklah, sudah cukup!


Byeong Woon lalu menatap kesal Bong Ryeon.

Byeong Woon : Kau harus sangat berhati-hati, Tuan Putri.


Setelah Byeong Woon pergi, Bong Ryon mendekati Nahab.

Bong Ryeon : Kenapa kau melakukan ini?

Nahab : Aku berinvestasi. Aku akan memanggilmu. Aku berharap kau membalas budi.

Nahab lalu pergi.


Man Seok sedang mencari kamar. Dia mendatangi sebuah hostel. Pemilik hostel yang sedang melayani para tamu yang hendak makan, langsung mengantarkan Man Seok ke sebuah kamar. Tanpa Man Seok sadari, seorang pria mengawasinya. Pria itu adalah pria yang menemui Chun Joong di Wallsongru, untuk menanyakan ramalan Chun Joong soal Hakim Lee.


Pria itu lalu melapor pada atasannya. Atasannya, In Gyu!

"Dia menginap di hostel. Haruskah kita menangkapnya?"

"Tidak." jawab In Gyu. In Gyu lalu tanya soal ramalan Hakim Lee.

"Maaf, Tuan, pria bernama Tuan Choi tidak mau bicara. Dia memintamu datang langsung jika kau benar-benar penasaran. Sungguh pria yang arogan dan bodoh."

"Benarkah? Aku sekalian saja meminta masa depanku diramal. Di mana Tuan Choi tinggal?" *Njiiir, Chun Joong dalam bahaya.


Ja Young berlari di tengah pasar. Sepertinya terjadi sesuatu.

Beberapa preman merusak panti asuhan. Anak-anak ketakutan.


Tak lama, Ja Young datang dan memeluk salah satu anak yang ketakutan.

Ja Young : Ini panti asuhan milik pemerintah! Apa yang kau lakukan?

Salah satu preman mendekatinya.

"Berhentilah merengek. Tempat ini milik kami sekarang."

Ja Young pun terdiam.


Sekarang, anak-anak itu sedang makan di kedai hostel tempat Chun Joong menginap.

Chun Joong dan Pal Ryeong datang.

Chun Joong heran melihat banyak anak-anak disana.

Chun Joong : Apa ini?

"Tuan Choi, kau datang?" jawab wanita si pemilik kedai.

Chun Joong lalu melihat Ja Young.

Chun Joong : Kau gadis dari toko obat.

Ja Young : Aku tidak tahu kau Tuan Choi yang terkenal. Aku datang untuk meminta bantuanmu. Panti asuhan kami telah diancam. Mereka bilang akan menghancurkannya. Tolong kami. Aku takut anak- anak ini mati kedinginan di jalanan.

Chun Joong : Bukankah itu fasilitas pemerintah? Siapa yang berani menghancurkan itu?


Wanita itu yakin pelakunya keluarga Kim.

Pal Ryeong melarang Chun Joong ikut campur.

Pal Ryeong : Menghancurkan satu-satunya panti asuhan? Pasti ulah Geng Gila Ganda.

Chun Joong : Geng Gila Ganda?

Tapi memang benar, itu ulah keluarga Kim.


Pal Ryeong menjelaskan siapa Geng Gila Ganda.

Pal Ryeong : Pembunuhan dengan pemukulan dan bahkan perampokan. Dua orang jahat yang menjadi saudara di penjara. Mereka melakukan berbagai pekerjaan kotor untuk Keluarga Kim- moon. Julukan pemimpinnya adalah "Gila Ganda". Dua kali lebih gila!</i>

Chun Joong : Apa alasannya?


Adik wanita pemilik kedai menjelaskan.

"Mereka berencana membangun perumahan dengan pemanas. Orang kaya punya hobi membangun perumahan dengan pemanas untuk dipenuhi bunga dan burung asing, lalu berkumpul untuk pamer."


"Membuat anak-anak terlantar ke jalanan? Untuk hobi?" Chun Joong mulai kesal.

"Tuan Choi, kudengar bahkan kerabat Raja, Heungseon-gun, mengantre untukmu. Tolong bantu kami." pinta Ja Young.


Chun Joong ke kantor polisi, melaporkan kejadian pengrusakan di panti. Tapi polisi tidak bisa berbuat apa-apa melawan keluarga Kim.

"Kami tidak bisa menentang mereka demi anak yatim piatu." jawab rekannya In Gyu.

"Lalu siapa yang melindungi orang lemah? Yang melindungi rakyat kita? Rakyat kita mati bekerja, membayar pajak, bahkan berperang untuk kita. Apa gunanya negara jika tidak melindungi rakyatnya?" ucap Chun Joong.

"Silakan pergi, Tuan Choi."

"Aku akan bertanya lagi. Siapa yang mampu melindungi yang lemah?"

"Tidak ada yang bisa kukatakan."


Chun Joong kembali ke hostel. Di ruangannya, dia sedang menulis surat.

Pal Ryeong dan adik wanita itu datang.

Pal Ryeong : Tuan! Apa yang kau lakukan?

Chun Joong : Aku sedang menulis surat untuk anak-anak yatim piatu. Untuk orang yang mampu melindungi yang lemah. Tugas siapa melindungi dan melayani rakyat?

Pal Ryeong : Siapa itu?

Chun Joong : Raja.

Pal Ryeong : Tuan Choi, tidak diragukan lagi kau populer tapi Raja tidak akan mau membaca suratmu. Surat itu bahkan tidak akan sampai kepadanya.

Chun Joong : Lantas, kita buat sampai.

Pal Ryeong : Bagaimana caranya?

Chun Joong : Aku akan menulis kepada para kerabat Raja dan bangsawan. Aku tidak bisa berjanji bahwa mereka akan mendukung, tapi aku harus berusaha.

Pal Ryeong : Kukira kau tidak mau terlibat. Apa yang berubah?

Chun Joong : Hanya aku yang bisa membantu meskipun sia-sia. Itu saja.


Tanpa mereka sadari, Ja Young mendengarnya. Ja Young tersentuh, lalu ia beranjak pergi.


In Gyu menemui Byeong Woon. Byeong Woon sambil minum tehnya, membicarakan Ha Jeon.

Byeong Woon : Tuan Dojeonggung...

In Gyu : Ya, silakan lanjutkan.

Byeong Woon : Dia sangat naif, tidak takut pada dunia.


Byeong Woon ingat saat Ha Jeon memukuli pelayannya yang tidak sopan pada Hakim Lee.


In Gyu : Aku sudah dengar dia merepotkanmu di depan istana. Aku berusaha memberinya pelajaran.

Byeong Woon : Aku telah membawamu ke keluarga kami. Kau tidak pernah mengecewakanku. Teruskan kerja kerasmu.

In Gyu : Terima kasih, Yang Mulia. Aku tidak akan mengecewakanmu.


Ha Jeon sendiri sedang melihat pertunjukan tembak bersama beberapa bangsawan dan Hakim Lee.

Ha Jeon : Apa itu senapan baru yang dibawa dari Rusia?

"Ya, Tuan Dojeonggung. Dibeli khusus untukmu, Tuan. Kami sudah menyiapkannya. Silakan." jawab Kepala Pasukan.

Kepala Pasukan lalu memberi aba-aba pada pasukannya.

Kepala Pasukan : Bidik! Tembak!

Para pasukan mulai menembak.


Ha Jeon tertawa senang dan memuji mereka karena menembak tepat sasaran.

Sementara itu, Hakim Lee hanya duduk saja sambil meminum tehnya dengan wajah tegang.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment