King Maker : The Change Of Destiny Ep 7 Part 3

Sebelumnya...


Pelayan datang, untuk mengambil piring bekas makanan.

Saat pelayan mau keluar, Bong Ryeon menahannya dan meminta bantuan.

Bong Ryeon lalu menatap Dan.

Dan berdiri, kemudian cengengesan.

Si pelayan ikut cengengesan sambilan menatap bingung kedua orang itu.


Dan Dan pun memukul leher si pelayan. Si pelayan jatuh pingsan dan meja nampan yang dibawanya jatuh. Untunglah Bong Ryeon sigap menangkap meja nampan itu sebelum jatuh ke lantai dan menimbulkan keributan.

Bong Ryeon dan Dan lantas melepas baju si pelayan.


Dan menatap Bong Ryeon.

Dan : Tidak ada cara untuk menghentikanmu, bukan?

Bong Ryeon : Lagi pula, kita di sini... Setidaknya mari cari pengakuan itu. Mungkin ada di sini. Kita tidak bisa melewatkan kesempatan ini.

Dan : Jika sesuatu terjadi, larilah, mengerti?

Bong Ryeon hanya tersenyum, lalu melepas bajunya.


Bong Ryeon keluar pakai baju pelayan. Di gerbang depan, dia melihat beberapa penjaga.

Bong Ryeon mencari jalan lain tapi.... dia tak sengaja melihat dua orang keluar dari dalam pavilun belakang. Salah satunya adalah pelayan In Gyu.

Bong Ryeon terus menatap pria yang keluar dari paviliun bersama pelayan In Gyu. Meihat barang yangg dibawa pria itu, ia pun sadar pria itu adalah seorang tabib.


Bong Ryeon lantas menaruh meja nampannya di atas tembok dan berniat masuk ke sana.


Chun Joong menyuruh Ha Jeon memanfaatkan Jae Hwang.

Chun Joong : Gunakan putra Heungseon-gun, Jae Hwang, sebagai bonekamu. Jalan menjadi raja mengundang segala macam bahaya. Kirim Jae Hwang sebagai tameng dahulu. Tetap di belakang perisai, bertahanlah dan menjadi raja.

Ha Jeon mendengar Chun Joong dengan serius.

Chun Joong : Sebelum melakukan apa pun, kita harus menemukan pengakuanku yang menuduh kita atas konspirasi ini.

Ha Jeon : Sungguh pemikiran yang licik. Suka atau tidak, kita di pihak yang sama. Daripada membunuh peramal terbaik Joseon, kenapa tidak memanfaatkannya untuk keuntunganmu?


Ha Jeon merasa Chun Joong ada benarnya.

Chun Joong tersenyum menatap Ha Jeon.


Bong Ryeon masuk ke paviliun dan kaget melihat Man Seok terbaring lemah disana.

Bong Ryeon bergegas mendekati Man Seok.

Bong Ryeon : Bangun! Kau baik-baik saja? Bisakah kau melihatku? Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini?

Dengan suara lemas, Man Seok menyebut nama Chun Joong.

Bong Ryeon : Jangan cemaskan itu untuk sekarang. Pulihkan dulu kesehatanmu. Aku akan meminta bantuan.

Tapi Man Seok terus berkata, ia harus memberikan sesuatu pada Chun Joong. Setelah mengatakan itu, Man Seok pingsan lagi.

Bong Ryeon : Hei!


Pelayan masuk. Bong Ryeon langsung pura-pura mengambil nampan yang ada disana dan beranjak keluar tapi pelayan yang curiga mengejarnya.


"Aku belum pernah melihatmu. Bagaimana kau mendapat izin masuk?"

"Pengurus rumah tangga memintaku..."

"Kepala pengurus tidak ada di sini sekarang. Kau mencurigakan."


Mendengar itu, Bong Ryeon mulai kesal. Jiwa premannya keluar.

Bong Ryeon : Kau sungguh intuitif.


Bong Ryeon lalu menyuruh pelayan mengambil nampan di tangannya.

Saat pelayan hendak mengambil nampan di tangannya, dia pun memukul kepala pelayan dengan nampan itu serta menendang bagian bawah milik si pelayan. Sontak si pelayan jatuh dan kesakitan.

Bong Ryeon lalu mencengkramnya.

Bong Ryeon : Beri tahu tuanmu. Aku akan pergi sekarang dan mengirim anak buahku pulang.


Bong Ryeon bergegas lari. Dia memanjat tembok dan lari ke gerbang.

Pelayan : Tangkap wanita itu!


Bong Ryeon terus lari.

Tanpa ia sadari, seorang wanita muncul di belakangnya. Wanita itu menutupi sebagian wajahnya dengan syalnya dan terkejut melihat

Bong Ryeon. Wanita itu, Ban Dal! Ibunya Bong Ryeon! *Yey, Ban Dal masih hidup.


Chun Joong mulai bergerak keluar meninggalkan kediaman Ha Jeon.

Begitu melihat Chun Joong, Pal Ryeong yang menunggu diluar, langsung menariknya dan tanya apa yang mereka bicarakan.

Chun Joong bilang, tidak banyak. Impiannya saat masih kecil.

Pal Ryeong : Apa? Kau tidak membicarakan masa depan dan apa yang akan terjadi?

Chun Joong : Dia hanya bicara soal terlahir hebat, mulai dari impiannya. Dia hanya orang yang suka bicara.

Pal Ryeong : Ya, aku yakin semua bangsawan hanya duduk dan berkata, "Kata Konfusianisme..." Semua maskulinitas mereka dihabiskan untuk kata-kata mereka. Hanya bicara dan bicara...

Pal Ryeong lalu heran sendiri kenapa Chun Joong selalu memenangkan situasi seperti itu. Pertama, kau meyakinkan Raja. Kini kau yakinkan Lee Ha Jeon yang mencoba membunuhmu.

Chun Joong : Aku tidak meyakinkan mereka. Aku hanya mengatakan apa yang ingin mereka dengar.

Pal Ryeong : Kurasa tidak ada pria atau wanita yang tidak bisa kau rayu.


Chun Joong berjalan pergi.

Pal Ryeong : Kecuali untuk satu orang. Aku, Pal Ryeong. Karena aku merayumu!


Pal Ryeong menyusul Chun Joong.

Pal Ryeong : Mari kita bersama selamanya.

Chun Joong : Diam.

Pal Ryeong : Aku mencintaimu. *Ngakak


Ha Jeon memikirkan kata-kata Chun Joong yang menyuruhnya memanfaatkan Jae Hwang.

Chun Joong : Tetap di belakang perisai, bertahanlah dan menjadi raja. Sebelum melakukan apa pun, kita harus menemukan pengakuanku yang menuduh kita atas konspirasi ini.

Ha Jeon tersenyum kesal, Choi Chun Joong....


In Gyu mulai meninggalkan kantornya, membawa sebuah kotak merah panjang.

Ternyata kotak merah itu isinya pengakuan Chun Joong. Akan ada konferensi dengan bangsawan senior tanpa kerabat Raja. Byeong Woon menyuruh In Gyu datang membawa pengakuan itu.


Tapi dalam perjalanan, mereka diserang. Seorang ninja yang berdiri di atap, melemparkan bom asap pada mereka.

Ninja itu kemudian turun dan membuat In Gyu jatuh dari kudanya.

Kotak merah berisi pengakuan Chun Joong yang dipegang In Gyu jatuh ke tanah saat In Gyu jatuh.


Ninja itu, Chi Sung, lalu bertarung melawan pasukan In Gyu.

Sadar apa yang sedang terjadi, In Gyu berusaha menyelamatkan pengakuan itu.


Usai melumpuhkan para pasukan In Gyu, Chi Sung bertarung melawan In Gyu. Dengan mudahnya, Chi Sung merebut kotak itu. Tak rela kehilangan kotak itu, In Gyu membalas Chi Sung dan berhasil menjatuhkan pedang Chi Sung. Chi Sung kemudian kabur, meninggalkan pedangnya. Dia kabur dengan memanjat atap. Sontak lah, In Gyu berteriak marah.


Goo Cheol bilang pada dua orang yang datang untuk diramal Chun Joong, kalau mereka tidak buka hari itu.


Sementara Ja Young sedang mengajari anak-anak.

Nyonya Paeng datang membawakan makanan untuk anak-anak.

Ja Young yang merasa tidak enak, minta maaf karena sudah merepotkan dan berjanji akan langsung pergi setelah mendapat panti asuhan yang baru.

Nyonya Paeng : Tidak apa-apa. Tuan Choi berusaha mencari tempat baru, jadi, duduklah dengan tenang.

Ja Young : Terima kasih, Nyonya.

Tapi Nyonya Paeng diam saja dan hanya menatap Ja Young saat Ja Young manggil dia 'nyonya'. Nyonya Paeng baru tersenyum saat dipanggil 'kakak'.


Chun Joong dan Pal Ryeong kembali.

Ja Young langsung menyapa Chun Joong.

Chun Joong : Hei, kau bekerja keras.


Goo Cheol lalu ingat dan menyerahkan surat pada Chun Joong.

Pal Ryeong yakin itu surat dari bangsawan yang mau diramal.

Tapi surat itu dari Hakim Lee.


Bong Ryeon datang ke kedai, mencari Chun Joong. Goo Cheol bilang Chun Joong sedang pergi.

Bong Ryeon tanya, kemana dan menemui siapa.

Pal Ryeong memberikan surat itu. Di suatu tempat di Gunung Inwangsan...


Bong Ryeon membaca surat itu.

"Seokpa? Guksadang, Usi dengan Seokpa. Guksadang, kuil dekat Gunung Inwangsan. Usi, sekitar pukul 17.00-19.00. Seokpa, nama panggilan Heungseon-gun."

Sadar ada yang tidak beres, Bong Ryeon pun cemas dan langsung pergi.


Ja Young yang melihat Bong Ryeon heran.


Chun Joong datang menemui Hakim Lee yang sudah menunggunya di gunung itu.

Hakim Lee terlihat marah.

Hakim Lee : Ada apa, Tuan Choi?

Chun Joong : Tuan! Maaf, tapi izinkan aku bertanya dahulu. Sampai kapan kau akan hidup seperti ini? Berapa lama harimau bisa menundukkan kepala dan melanjutkan hidup? Jangdong Kim-moon menguasai tanah ini. Apa kau nyaman hidup begitu?

Hakim Lee hanya menghela nafas.


Chun Joong : Tidak. Dunia ini milik keluarga Kim-moon yang ingin aku mati. Jika ingin selamat, aku harus lari seumur hidupku. Jika tidak suka, aku harus menghancurkan dan membangun kembali dunia ini. Aku ingin menyelamatkan negara ini dari tirani satu keluarga terhadap orang lain dan monopoli semua kekayaan. Serta membuat Raja sejati menduduki takhta. Tuan Heungseon-gun, maukah kau bergabung denganku?


Hakim Lee : Tentu. Jangdong Kim-moon harus dihancurkan. Mereka akar dari semua kejahatan. Tapi sebelum itu, aku telah memutuskan untuk menghancurkanmu lebih dahulu.

Hakim Lee mengeluarkan pistolnya.


Bong Ryeon tiba dan melihat Hakim Lee mau menembak Chun Joong.

Hakim Lee : Aku tahu kau bertindak atas perintah Keluarga Jangdong Kim-moon.

Chun Joong : Kau salah.

Hakim Lee : Alasanku dan anak-anakku selamat adalah karena kami menghindari aroma kekuatan yang manis. Panggilan menggoda untuk kekuasaan selalu menusuk dari belakang. Kami selalu menghindari godaan seperti itu. Tapi kau menghancurkan segalanya. Kau telah memberikan Keluarga Kim-moon alasan untuk menyakiti kerabat raja.

Chun Joong : Kau tidak mau mendengarkan apa pun yang kukatakan.

Hakim Lee : Lidahmu bisa menipu Raja dan Ibu Suri, bahkan Lee Ha Jeon. Tapi kau tidak bisa membodohiku.


Bong Ryeon teriak, berhenti!


Bong Ryeon pun langsung berlari dan berdiri di depan Chun Joong.

Bong Ryeon : Jangan, Tuan Heungseon-gun. Jangan lakukan ini!

Hakim Lee : Putri Hwa Ryun, bagaimana kau...

Chun Joong menyuruh Bong Ryeong minggir.

Bong Ryeon tidak mau. Jika aku minggir, kau mati. Aku sudah melihatnya. Aku tidak akan bergerak.

Hakim Lee semakin marah. Minggir!

Bong Ryeon : Tidak akan!


Hakim Lee meletuskan pelurunya.

Chun Joong langsung menarik Bong Ryeong ke belakangnya tapi terlambat, peluru keburu mengenai mereka berdua.


Bong Ryeon yang terluka parah tertembak pistol Hakim Lee, jatuh ke jurang.

Chun Joong yang tidak terlalu parah, syok melihat Bong Ryeon jatuh.

Chun Joong : Bong Ryeon-ah!


Hakim Lee langsung terduduk lemas melihat pelurunya mengenai Bong Ryeon.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment