King Maker : The Change Of Destiny Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Hakim Lee terduduk lemas setelah Bong Ryeon terkena tembakannya dan jatuh ke jurang.

Chun Joong turun ke bawah, mencari Bong Ryeon.

Hakim Lee : Apa aku membunuh Tuan Putri?


Chun Joong tiba di bawah. Sambil memegangi dadanya yang terus mengeluarkan darah, dia teriak memanggil Bong Ryeon.


Hakim Lee berniat membunuh Chun Joong juga karena Chun Joong adalah satu-satunya saksi dalam kejadian itu.


Chun Joong akhirnya sampai di kali dan terus berteriak memanggil Bong Ryeon. Tapi kemudian, dia akhirnya tumbang dan tak sadarkan diri karena luka tembak di dadanya mulai parah.


Hari sudah gelap. Hakim Lee tiba di kali tempat Chun Joong pingsan dan terus celingukan mencari Chun Joong.

Beberapa orang lewat. Hakim Lee yang melihat beberapa orang itu, bergegas pergi.

Chun Joong sendiri masih belum sadar.


Orang-orang di kedai heran Chun Joong masih belum pulang.

Nyonya Paeng penasaran kenapa Chun Joong belum pulang juga padahal sudah pergi cukup lama.

Goo Cheol yakin Chun Joong akan kembali.

Pal Ryeong :  Aku menunggu begitu lama, aku lapar...


Orang2 yang lewat di kali, melihat Chun Joong.

Mereka pun bergegas mendekati Chun Joong. Mengetahui Chun Joong masih bernapas, mereka bergegas membawa Chun Joong.


Bong Ryeon dibawa oleh seseorang ke sebuah gubuk.

Dari pakaiannya, jelas dia adalah Ban Dal.

Ban Dal melihat luka Bong Ryeon. Dia terkejut.


Hakim Lee yang sudah tiba di rumahnya, masih tegang mengingat kejadian tadi. Tak mau ada yang tahu ia menembak Bong Ryeon, ia pun bergegas menyembunyikan pistolnya di laci. Lalu tiba-tiba, ayahnya masuk dan ia bergegas menutup laci lemarinya tempat ia menyembunyikan pistolnya.

Melihat raut wajah ayahnya yang tegang, Jae Hwang tanya apa sang ayah baik-baik saja.

Hakim Lee bilang dia baik-baik saja.

Jae Hwang lalu bilang, bahwa ada surat untuk sang ayah. Ibu Suri memanggil mereka ke istana besok. Hakim Lee terkejut dan berusaha berpikir kenapa Ibu Suri memanggil mereka ke istana.


Paginya, Jae Hwang datang ke istana bersama ayahnya. Ibu Suri menatap tajam Jae Hwang, kau Jae Hwang?

Jae Hwang diam saja dengan wajah tertunduk.


Tiba-tiba, pelayan Ibu Suri datang dan membisikkan sesuatu.

Ibu Suri kaget, apa maksudmu Tuan Putri hilang??

Hakim Lee tegang mendengarnya.


Pelayan membisikkan sesuatu lagi. Ibu Suri pun langsung memberi perintah untuk memanggil In Gyu da Jwa Geun.

Pelayan mengerti dan bergegas pergi.


Jae Hwang tanya, apa ada masalah?

Ibu Suri : Bagaimana ini bisa terjadi? Aku berencana memperkenalkanmu kepada Putri Hwa Ryun, tapi aku mendengar kabar buruk! Pergilah untuk hari ini. Pergilah. Aku akan memanggil kalian lagi.


Hakim Lee dan Jae Hwang berjalan meninggalkan ruangan Ibu Suri. Sampai diluar, Hakim Lee terjatuh. Jae Hwang pun langsung memegangi ayahnya dan tanya apa ayahnya baik-baik saja. Hakim Lee menjawab kalau dia baik-baik saja. Lalu dia mulai berjalan lagi perlahan dengan wajah tegang sambil bertanya-tanya dalam hatinya apa yang harus ia lakukan.


Chun Joong tersadar dari pingsannya. Dia masih di kali. Chun Jung bangun dengan wajah terkejut. Lalu dia menoleh ke samping dan menemukan Bong Ryeon yang tergeletak tak jauh darinya. Chun Joong pun langsung berlari ke arah Bong Ryeon tapi wajah Bong Ryeon pucat, seperti mayat. Tubuhnya juga dingin.

Chun Joong pun terpukul Bong Ryeon meninggal.


Ternyata itu hanyalah mimpi Chun Joong. Chun Joong sendiri sudah berada kembali di kedai tapi dia masih belum sadarkan diri dan dirawat oleh teman-temannya. Teman-temannya menangis dan berharap ia bertahan.

Diluar, seorang pria mengawasi kedai. Pria itu lalu diberi uang oleh Hakim Lee. Hakim Lee : kerja bagus.


Lalu pria itu pergi dan Hakim Lee meminum araknya.

Hakim Lee tegang, jadi kau selamat Chun Joong...


Ibu Suri marah pada In Gyu.

Ibu Suri : Beraninya seorang pria dari kementerian membawa tuan putriku dan mengurungnya di kediamannya! Aku seharusnya memenggal kepalamu sekarang!

In Gyu yang diikat, berkata bahwa ia tidak tahu dimana Bong Ryeon setelah Bong Ryeon lari dari kediamannya.

Ibu Suri makin marah, kau yakin tidak melakukan kejahatan karena perasaanmu kepadanya?

In Gyu : Jika melukai tubuh atau kehormatan Tuan Putri, aku akan bunuh diri!


Ibu Suri menatap Byeong Woon yang juga disana.

Ibu Suri : Lalu di mana Tuan Putri?

Byeong Woon : Akan kubawa dia kembali.

Ibu Suri : Jangan sampai ada yang tahu soal ini.


In Gyu diikat di ruang penyiksaan. *Mampus.

Byeong Woon : Apa kau menyentuh Tuan Putri?

In Gyu : Tidak, Tuan! Aku tidak mengharapkan itu! Itu hanya upaya untuk memancing Choi Chun Joong!

Byeong Woon : Dasar bodoh! Menurutku, Choi Chun Joong terlalu pintar untukmu. Kau tidak berharga bagiku sekarang.

In Gyu : Tuan! Teganya anda?

Byeong Woon : Jika Tuan Putri tidak kembali, kau akan bertanggung jawab dan dibunuh. Mengembalikanmu ke Ganghwa adalah bantuan terbesar yang bisa kuberikan.

In Gyu : Tuan! Izinkan aku tetap di sini untuk memperbaiki semua ini!

Byeong Woon beranjak pergi.


In Gyu berontak dan langsung dipegangi pasukan penjaga.

In Gyu : Tuan! Tuan! Aku bisa memperbaiki semua ini Tuan!


Nahab menunjukkan perhiasan Bong Ryeon pada Jwa Geun, Byeong Woon dan Byung Hak.

Nahab menjelaskan kalau rakyat di jalan belakang menemukan perhiasan Bong Ryeon.

Nahab : Kami telah menginterogasi mereka soal keberadaan Tuan Putri, tapi mereka hanya preman tanpa informasi.

Byeong Woon : Tuan Putri mungkin saja menjual perhiasannya sendiri.

Byung Hak : Kenapa? Apa alasan seorang Tuan Putri harus menjual perhiasannya sendiri?

Byeong Woon : Kau tidak tahu? Tentu saja untuk menyelamatkan Chun Joong.

Byung Hak : Kau benar! Mereka pernah bertunangan! Dia Tuan Choi yang bilang putra Heungseon-gun akan menjadi raja, bukan?

Jwa Geun : Kenapa? Byung Hak, kau mendukung ramalannya?

Byung Hak : Tentu saja tidak! Putra Heungseon-gun menjadi raja? Itu benar-benar omong kosong! Kita harus segera memenggal kepala peramal palsu itu!

Jwa Geun : Diam!

Jwa Geun lalu bilang ke Byeong Woon kalau Raja masih belum tahu Bong Ryeon hilang dan mereka harus mencari Bong Ryeon sebelum Raja tahu. Byeong Woon bilang dia akan mencari ke dasar sungai bila perlu.


Malam kembali datang. Chun Joong akhirnya siuman.

Pal Ryeong dan Goo Cheol yang menjaga Chun Joong langsung memanggil Nyonya Paeng dan Ja Young.

Nyonya Paeng senang Chun Joong sadar.

Pria suruhan Hakim Lee mengawasi mereka lagi.


Chun Joong pun cerita kalau Hakim Lee lah yang menembaknya dan wanita yang coba menyelamatkannya juga ikut tertembak.

Nyonya Paeng : Lalu apa yang terjadi kepada nona itu?

Chun Joong : Dia jatuh dari tebing. Aku tidak bisa menemukannya.

Nyonya Paeng : Astaga, apa yang harus kita lakukan?

Pal Ryeong : Entah apakah dia sudah mati. Jika kita mencarinya, dia mungkin masih hidup!

Chun Joong : Apa pun yang terjadi, kita akan menemukannya. Goo Cheol, aku ingin kau pergi ke Pelabuhan Songpa sekarang Pergilah ke toko dan cari Jin Sang si Biksu Merah.

Setelah itu Chun Joong menyuruh Pal Ryeong mengumpulkan pria kuat di Jalan Baeogae, tempat kedai mereka.

Pal Ryeong : Itu bisa dilakukan, tapi soal Heungseon, apa yang akan kita lakukan dengannya? Bukankah kita harus membalasnya?

Chun Joong : Belum. Pertama, kita harus menemukan nona itu. Begitu dia ditemukan, kita akan mengurus Heungseon.


Pal Ryeong : Aku sudah lama penasaran siapa wanita itu?

Ja Young yang tahu wanita itu siapa, menatap Chun Joong yang hanya diam saja dengan wajah cemas.


Paginya, Ja Young lagi main batu-kertas-gunting sama Jae Hwang. Mereka ada di kediaman Jae Hwang. Jae Hwang kalah terus melawan Ja Young.

Ja Young : Luar biasa bagaimana kau tidak bisa mengalahkanku sekali pun!

Jae Hwang : Tapi Nona Ahnguk-bang, kau juga mengeluarkan yang sama, bukan?

Ja Young : Kau benar. Tapi sudah kubilang jangan memanggilku begitu lagi.

Jae Hwang : Benarkah? Lalu aku harus memanggilmu apa? Berdasarkan umur, kau wanita tua bagiku, dan kau tinggal di Ahnguk-bang. Kurasa tidak ada pengganti yang pas untuk Nona Ahnguk-bang.

Ja Young : Lupakan saja.


Ja Young lalu berdiri dan melihat-lihat buku Jae Hwang.

Ja Young : Kau sudah membaca semua buku ini?

Jae Hwang : Ya.

Ja Young adalah calon Ratu Myeongseong. Jae Hwang si calon Raja Gojong.


Ja Young lalu bertanya-tanya, kenapa Chun Joong memilih Jae Hwang.

Jae Hwang bingung, apa?

Ja Young : Bukan apa-apa. Apa ayahmu pergi untuk urusan bisnis?


Hakim Lee pergi mencari Ha Jeon. Chi Sung bilang Ha Jeon lagi ada tamu.


Tamu Ha Jeon adalah seorang pelayan wanita.


Pelayan wanita itu kemudian pergi dengan terburu2 dan lewat di depan Hakim Lee.


Hakim Lee masuk, menemui Ha Jeon. Hakim Lee mau ngomong soal Bong Ryeon. Dia ngomong terbata2.

Ha Jeon : Tuan Putri? Kau sudah dengar? Tuan Putri menghilang. Tuan Haok dan Keluarga Kim-Moon membuat kesalahan besar!

Hakim Lee tegang, itu...

Ha Jeon : Ini kesempatan untuk menyerang keluarga Jangdong Kim-moon. Juga, seperti saran Tuan, aku harus memakai perisai baruku.

Hakim Lee : Perisai?


Ha Jeon berdalih kalau itu hanya perandaian.

Hakim Lee : Siapa yang akan kau pakai sebagai perisaimu?

Ha Jeon : Akan ada banyak situasi.

Ha Jeon lalu teriak memanggil orang diluar.

Ha Jeon : Seseorang beri tahu Tuan Choi dari Baeogae!


Sadarlah Hakim Lee kalau Ha Jeon berencana menjadikan Jae Hwang sebagai perisai atas saran Chun Joong. Hakim Lee kesal tapi ia masih menahan diri.


Bong Ryeon akhirnya siuman setelah tak sadar beberapa hari. Luka di lengannya juga sudah diobati.

Bong Ryeon lalu bangun dan melihat sekelilingnya.


Tak lama, dia melihat seorang wanita yang tidur sambil bersender di dinding.

Bong Ryeon membangunkan wanita itu.

Ban Dal terbangun dan langsung terdiam sembari memegangi syalnya.

Bong Ryeon memegang tangan Ban Dal sambil terus bertanya apa Ban Dal yang menyelamatkannya.

Saat memegang tangan Ban Dal, syal yang menutupi wajah Ban Dal pun lepas.

Sontak lah Bong Ryeon kaget melihat wajah Ban Dal.

"Eom.... eomma?" tanya Bong Ryeon sembari menahan tangisnya.

Ban Dal hanya mengangguk.


Bong Ryeon lalu mendekati Ban Dal dan melihat wajah Ban Dal dari dekat.

Bong Ryeon : Kau ibuku, kan?

Ban Dal : Aga-ya.

Bong Ryeon pun langsung memeluk ibunya. Tangis keduanya akhirnya pecah.


Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment