Skip to main content

King Maker : The Change Of Destiny Ep 7 Part 2

Sebelumnya...


Chun Joong dan Pal Ryeong berjalan-jalan di pasar. Pal Ryeong tanya, bagaimana rasanya kembali hidup setelah nyaris tewas.

Chun Joong bilang, dia tidak terkejut karena dia orang yang sangat disukai.

Chun Joong : Tapi napas Gila Ganda sangat menjijikkan.

Pal Ryeong tertawa, Tuan lucu, sangat lucu.

Chun Joong menatapnya aneh.

Chun Joong : Kau kenapa? Mabuk?


Pal Ryeong memeluk Chun Joong dan berteriak, mengaku kalau ia hanya bahagia karena mereka bisa membuka bisnis ramalan mereka lagi. Sontak lah, teriakan Pal Ryeong langsung membuat mereka jadi tontonan beberapa orang. Chun Joong mendorong Pal Ryeong sembari memasang muka jijik abis dipeluk Pal Ryeong.


Mereka lalu kembali berjalan dan berhenti di depan toko barang antik.

"Apa itu? Sebuah lukisan?" tanya Pal Ryeong saat melihat tulisan 'Goods' di depan toko.

"Ini bahasa Mirigyeon." jawab Chun Joong.

"Mirigyeon, Amerika. Mirigyeon?" tanya Pal Ryeong.


Mereka lantas masuk.

Terdengar suara si pemilik toko yang mengucapkan selamat datang kepada mereka. Si pemilik toko, si Biksu Merah, berdiri dan tanya apa yang bisa ia bantu tapi saat melihat wajah Pal Ryeong, ia kaget dan berteriak. Teriakan Biksu Merah membuat Pal Ryeong ikut berteriak karena kaget.

Chun Joong menoleh.

"Apa? Kenapa?" tanya Chun Joong.

"Kenapa kau di sini?" tanya Pal Ryeong.

"Melihat hantu? Kau hantu!" sewot Biksu Merah.


Biksu Merah lantas tanya, kenapa Chun Joong ada di tokonya.

Chun Joong : Berganti profesi?

Biksu Merah : Tidak, hanya paruh waktu. Meramal tidak menghasilkan banyak uang karena seseorang...


Chun Joong hendak menyentuh Biksu Merah. Biksu Merah menjauh karena takut.

Chun Joong menepuk2 punggung Biksu Merah dan meminta Biksu Merah mencarikan sesuatu untuknya.

Biksu Merah : Sebutkan saja. Di sini ada berbagai macam Bangnaepum yang diimpor ke Hanyang secara ilegal. Ada yang bisa kubantu?


Bong Ryeon bosan di kamarnya. Dan kemudian masuk sambil berteriak kalau ada surat.

Bong Ryeon : Surat? Dari siapa?

Dan : Dari Tuan Choi Chun Joong!


Bong Ryeon langsung bersemangat dan bergegas membaca surat Chun Joong.

Setelah itu, ia bilang pada Dan kalau ia harus pergi.

Dan mengerti dan mau menyiapkan tandu tapi Bong Ryeon bilang dia akan pergi sendiri.


Bong Ryeon berlari ke dermaga, menemui Chun Joong yang menunggunya disana.

Bong Ryeon senang melihat Chun Joong.

Chun Joong : Kudengar kau melewati banyak kesulitan untukku.

Bong Ryeon : Tidak, aku baik-baik saja.

Chun Joong : Kau yakin baik-baik saja?


Bong Ryeon mengambil bangku, lalu duduk dan menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Selama kau di sini dan hidup, aku baik-baik saja.

Chun Joong : Kudengar kau menjual semua barangmu untuk membantuku. Aku akan membalas dengan ini.


Chun Joong memberikan sesuatu pada Bong Ryeon, lalu duduk.

Bong Ryeon : Apa ini?


Bong Ryeon membuka hadiah dari Chun Joong. Isinya pistol.

Chun Joong : Prajurit pengelana, dalam perjalanan pulang dari Beijing, membawa kembali senjata asing ini. Ini disebut "musket".

Bong Ryeon : Musket?


Chun Joong : Aku akan mengajarimu cara menembak. Kau harus melatih bidikanmu untuk menggunakannya dengan benar.

Bong Ryeon : Aku pernah menembak dengan ini.

Chun Joong : Kapan?

Bong Ryeon : Di pertemuan para bangsawan kerabat Raja, sekali alih-alih busur. Sebenarnya aku cukup andal.

Chun Joong : Benarkah? Kau baru mencobanya sekali, tapi sudah cukup hebat? Jika itu benar, kau mampu berlatih sendiri.


Chun Joong berdiri dan beranjak pergi. Mendengar itu, Bong Ryeon langsung menahannya. Bong Ryeon yang masih ingin berlama- lama dengan Chun Joong, minta Chun Joong mengajarinya. Bong Ryeon mencari alasan, akan bermanfaat bagi mereka berdua jika berlatik membidik bersama.

Chun Joong geli mendengarnya.

Chun Joong lalu bilang kalau dia akan mengirimi Bong Ryeon surat lagi.


Chun Joong kemudian beranjak mendekati sungai. Dia menatap ke arah sungai sejenak, lalu berbalik dan tersenyum menatap Bong Ryeon. Bong Ryeon membalas senyuman Chun Joong.


Setelah itu mereka kembali berjalan, meninggalkan dermaga. Tanpa mereka sadari, seorang pria mengawasi mereka.


Pria itu melapor pada In Gyu.

In Gyu kesal.

In Gyu : Choi Chun Joong, dasar kau... Kau tidak bisa menjauh dari Bong Ryeon.


In Gyu pergi bersama pengawalnya.


Gila Ganda menyusup ke kantor In Gyu dan mencuri surat pengakuan Chun Joong.

Tapi saat mau pergi, dia dipergoki pengawal yang ditampar In Gyu.

"Kena kau, Tikus Kecil! Gila Ganda!"


Gila Ganda langsung diikat di kursi penjara.

Gila Ganda : Pengakuan itu... Aku hanya berusaha mendapatkannya untuk melindunginya!

"Kau tahu kenapa letnan membiarkanmu hidup? Untuk mendengar apa yang kau dan Tuan Choi bicarakan. Aku diperintahkan untuk menekanmu sampai napas terakhir."

Pengawal mengambil besi panas dan menempelkannya ke wajah Gila Ganda.


Paginya, rombongan In Gyu menghalangi jalan rombongan Bong Ryeon.

Dan marah dan berniat mencabut pedangnya tapi orang2 In Gyu langsung mengarahkan pedang padanya.

Dan : Mundur!

"Dan-ah, ada apa?" tanya Bong Ryeon dari dalam tandu. Bong Ryeon menyuruh tandunya diturunkan.


Bong Ryeon keluar dan kaget melihat In Gyu.

Bong Ryeon marah, beraninya kau menghalangi jalan seorang Tuan Putri! Aku belum pernah melihat kelancangan seperti itu. Akhirnya kau menjadi gila!

In Gyu : Tidak, tapi kesabaranku menipis. Sejak Chun Joong melarikan diri aku merasa ingin membunuh apa pun yang menghalangiku. Dan kau, Tuan Putri, menuangkan minyak ke apiku.


Bong Ryeon : Apa maksudmu? Jika kuberi tahu istana soal tindakanmu, kau akan dihukum berat. Kau sudah siap?

In Gyu gak peduli dan menyuruh orangnya mengawal Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Aku akan pergi sendiri!

Bong Ryeon pergi dengan berjalan kaki, tanpa tandunya. Orang2 In Gyu mengawalnya.


Pengawal setia In Gyu tanya kenapa In Gyu melepaskan Bong Ryeon.

In Gyu : Chun Joong akan mendengar bahwa aku telah menangkap Tuan Putri. Dia pasti akan melakukan sesuatu. Awasi dia baik- baik.


Goo Cheol memberitahu Chun Joong soal Gila Ganda yang tertangkap.

Goo Cheol : Ya, menurut penjaga, mereka memukuli dan membawanya.

Pal Ryeong : Aku tahu dia akan tertangkap. Dia sebodoh penampilannya.

Chun Joong : Dia sudah tertangkap... Mendapatkan pengakuan itu akan sulit.


Polisi datang mencari Chun Joong.

Chun Joong : Ada yang bisa kubantu?

Polisi minta Chun Joong ikut dengannya.

Chun Joong : Aku harus tetap di rumah, ini perintah Raja.

Polisi bilang tidak masalah jika ia bersama Chun Joong. Ada yang harus Chun Joong temui.


In Gyu bersama pelayan mengantarkan makanan untuk Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Apa ini?

In Gyu : Hadiah atas kesabaranmu.

Bong Ryeon tertawa, kau sangat baik.

In Gyu : Kenapa kau belum kabur? Dinding rumahku pasti mudah dilompati.


Bong Ryeon : Aku tidak akan merusak reputasiku sebagai Tuan Putri.

In Gyu : Atau mungkin kau menunggu Choi Chun Joong?

Bong Ryeon : Kau ingin aku membuat keributan? Tuan Putri ditangkap di kediaman pribadi jaksa. Kau berharap seluruh Hanyang mengetahuinya? Apa ini jebakan? Atau... Perasaanmu?


In Gyu terdiam. Tapi kemudian, dia melarang keras Bong Ryeon meninggalkan rumahnya tanpa seizinnya.

In Gyu : Atau akan kupastikan kau tidak bisa keluar lagi.

In Gyu keluar.


Polisi mengantarkan Chun Joong ke Ha Jeon. Ha Jeon bilang dia akan bicara berdua dengan Chun Joong dan menyuruh si polisi pergi. Polisi mengingatkan kalau Ha Jeon tidak boleh mencelakai Chun Joong.

"Raja memberikan perintah agar dia aman dan tenang di rumah. Tuan Jo Young Ha juga bersikeras."

Setelah itu, polisi minta Chun Joong tidak khawatir dan pergi.


Orang2 Ha Jeon memegangi Pal Ryeong.


Chi Sung lalu memberikan Chun Joong pedang.

Chun Joong tanya apa Ha Jeon mau membunuhnya?

Ha Jeon : Jika terserah kepadaku, aku pasti langsung membunuhmu karena menghinaku di depan semua orang itu.

Chun Joong : Niatku tidak pernah menghinamu.

Ha Jeon : Ramalanmu sudah menyebar ke seluruh penjuru negeri. Lee Ha Jeon dari Dojeonggung bukan raja berikutnya. Raja sebenarnya adalah anak Heoungseon-gun, Lee Jae Hwang. Tampaknya Lee Ha Jeon berkhayal!


Chun Joong : Jika kau semarah itu, akankah membunuhku membuat perbedaan? Jadi, akankah kau membunuhku?

Ha Jeon : Aku tidak seperti keluarga Jangdong Kim-moon. Aku kerabat takhta, jadi, harus adil. Aku akan memberimu kesempatan untuk berjuang demi hidupmu.


Pal Ryeong : Kau ingin Tuan berkelahi dengan Yeon Chi Sung Tidak, ini benar-benar konyol!


Chun Joong mengambil pedangnya.

Pal Ryeong takut, Tuan! Yeon Chi Sung adalah monster! Jangan melawannya!


Chun Joong : Aku banyak mendengar tentangmu. Kau telah membunuh lebih dari 20 prajurit Arasa sendirian di Sungai Dumangang. Arasa, Rusia.  Kau dikenal sebagai Serigala Gunung Baekdu. Aku penasaran kenapa kau menjadi anjing penjaga.

Chi Sung : Akan kuberi tahu jika kau melawanku dan bertahan hidup.


Chun Joong mencabut pedangnya tapi kemudian dia menjatuhkannya dan bilang tidak mau berkelahi.

Ha Jeon : Peramal hebat takut dengan kematiannya sendiri.

Chun Joong : Tidak, aku akan ditemani olehmu, jadi, aku baik-baik saja.

Ha Jeon : Apa?


Chun Joong : Alasan sebenarnya kau mencoba membunuhku adalah karena pemerintah memegang pengakuanku, bukan? Pengakuannya palsu. Tuan tidak pernah bersekongkol untuk merebut takhta. Hanya aku yang bisa membuktikan ini, tapi kau mencoba membunuhku?

Ha Jeon : Kau akan mengatakan apa pun untuk hidup.

Chun Joong : Menurutmu kenapa Raja mengampuniku? Kenapa Ibu Suri diam-diam membuatku dikawal? Menurutmu siapa yang paling ingin aku mati sekarang? Keluarga Jangdong Kim-moon. Jika aku mati, Lee Ha Jeon dari Dojeonggung, kau akan mudah disingkirkan! Kau masih ingin membunuhku?


Ha Jeon : Beraninya kau! Kau sudah melambungkan reputasi putra kedua Heungseon-gun dengan mengumumkan masa depannya. Apa dia benar-benar pantas menjadi raja? Bicara! Siapa yang akan menjadi raja berikutnya?

Chun Joong : Raja yang sesungguhnya... Raja yang sesungguhnya adalah orang yang selamat.

Ha Jeon kaget mendengar jawaban Chun Joong.

Bersambung ke part 3...

Comments

Popular posts from this blog

I Have a Lover Ep 50

Sebelumnya.... “Aku rasa aku jatuh cinta lagi padamu.” Ucap Jin Eon begitu Hae Gang menghampirinya. “Aku sudah tahu.” jawab Hae Gang. “Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon. “Tidak mau, tas melambangkan harga diri seorang wanita.” Jawab Hae Gang. “Berikan padaku. Tas wanitaku melambangkan harga diriku.” ucap Jin Eon. Hae Gang pun tersenyum, lalu memberikan tas alias keranjangnya yang berisi peralatan mandi pada Jin Eon. Jin Eon kemudian menyuruh Hae Gang menggandeng lengannya. Hae Gang pun menggandeng lengan Jin Eon, dan selanjutnya keduanya beranjak pergi menuju sauna dengan senyum terkembang. “Kau akan memakai itu?” tanya Hae Gang saat melihat Jin Eon sedang memilih2 baju sauna. “Aku pernah memakainya dulu.” Jawab Jin Eon. “Tak bisa kubayangkan…” dan Hae Gang pun tersenyum geli, “… tapi entah bagaimana tampaknya akan lucu.” “Awas ya kalau kau jatuh cinta padaku.” Ucap Jin Eon.   Ajumma penjaga sauna kemudian memberitahu bahwa Jin Eon...

I Have a Lover Ep 17 Part 2

Sebelumnya <<< Hae Gang di rumah sakit, menunggui Moon Tae Joon yang sedang di operasi. Wajahnya tampak cemas. Tak lama kemudian, Jin Eon datang. Dua staf keamanan Jin Eon yang sudah duluan tiba di sana, langsung menemui Jin Eon begitu Jin Eon datang. "Bagaimana dengan Moon Tae Joon?" tanya Jin Eon. "Dia sedang di operasi." jawab salah satu staf keamanan Jin Eon. "Lalu Do Hae... ah, maksudku Nona Dokgo Yong Gi?" tanya Jin Eon. "Dia menunggu di depan ruang operasi." jawab staf keamanan itu lagi. "Kau sudah mendapatkan nomor platnya?" tanya Jin Eon. "Sudah." Staf keamanan Jin Eon pun memberikan nomor plat kendaraan yang menabrak Tae Joon pada Jin Eon. Jin Eon menatap nomor plat itu dengan wajah cemas. Ia lalu menyusul Hae Gang ke ruang operasi. Keluarga Moon Tae Joon menyalahkan Hae Gang atas kecelakaan yang menimpa Tae Joon. Kakak Tae Joon berkata, jika saja Tae Joon mendengarkannya untuk m...

I Have a Lover Ep 29 Part 2

Sebelumnya... Seok sedang galau di kamar yang dulu ditempati Hae Gang. Tak lama kemudian, sang ayah datang. Seok mengaku bahwa mungkin dia harus keluar dari rumah untuk sementara waktu karena ia tidak bisa mengendalikan dirinya. “Berusaha melupakan dengan putus asa akan membuatmu bertambah putus asa. Tidak bisakah putus asamu berkurang sedikit?” tanya sang ayah. “Aku punya penyesalan. Aku menyesal dan itu membuatku gila. Aku seharusnya menikahinya saat kau menyuruhku tahun lalu. Maka dengan begitu, dia akan berada di sampingku selamanya. Setidaknya, aku bisa mengatakan padanya untuk tinggal, untuk memohon padanya untuk tinggal. Aku rasa aku tidak bisa melepaskannya. Aku rasa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku rasa aku tidak akan pernah bisa melepaskannya.” Jawab Seok. “Hanya kau menahan seseorang, hanya karena kau menyukainya, itu hanya akan membuat tanganmu sakit.   Tanpa bisa merasakan kehangatan, kau akan berteriak kesakitan. Itu sebabnya cinta bertepuk sebelah ...