All Content From : tvN
Sinopsis Lengkap : Maestra
Sebelumnya : Maestra Episode 3
Selanjutnya : Maestra Episode 4 Part 2
Di episode sebelumnya, Pil berterima kasih pada Se Eum. Pil lalu mengatakan kalau dia jadi teringat masa lalu. Pil kayaknya mau ngajak Se Eum baikan. Tapi belum selesai kata2nya, A Jin datang. A Jin marah melihat Se Eum ada di sana. Sementara Pil yang terkejut melihat A Jin datang, berusaha membawa A Jin keluar. Tapi A Jin gak mau dan mendekati Se Eum. Dia lantas menaruh foto USG nya di atas meja. Sontak lah Se Eum terkejut melihat hasil USG itu. A Jin menyuruh Pil mengambil keputusan.
Pil terkejut dan menatap Se Eum.
Sambil menahan tangis, Se Eum memberikan ucapan selamat pada Pil.
Se Eum : Kau selalu menginginkan bayi.
A Jin mengajak Pil keluar negeri.
Se Eum : Ya, pergilah. Tapi jangan sekarang. Banyak yang harus kami kerjakan.
Se Eum lalu menyuruh Pil mengurus A Jin.
Pil pun menarik A Jin keluar. A Jin marah dan bertingkah seperti istri sah Pil.
A Jin : Kenapa aku harus pergi? Dialah yang harus pergi.
Pil : Kubilang, ayo.
Pil menyeret A Jin ke pintu. A Jin ngamuk.
A Jin : Kenapa aku? Usir wanita itu! Lepaskan aku! Kenapa aku yang pergi? Usir dia! Usir dia dari rumah kita!
Diluar, pasangan selingkuh itu bertengkar.
Pil : Seharusnya kabari aku lebih dahulu. Kau asal masuk...
A Jin : Memang itu penting?
Pil : Pulanglah. Nanti kutelepon.
Pil mau kembali ke dalam. A Jin tanya haruskah dia aborsi.
Pil kesal, aku tak bilang begitu.
A Jin : Intinya begitu!
Pil : Beri aku waktu! Beri aku waktu untuk berpikir.
A Jin kecewa, begitu. Ini sesuatu yang perlu kau pikirkan.
Pil : Maafkan aku. Tapi kau tahu ini juga berat bagiku.
A Jin : Baiklah. Aku paham maksudmu.
A Jin pun beranjak pergi. Pil menahan A Jin. Tapi A Jin gak mau denger apa2 lagi.
Pil kembali ke atas. Dia mau masuk, tapi melihat sebentar ke bawah dan melihat mobil A Jin masih ada di sana. Pil menghela nafas.
Di mobil, A Jin nangis.
Se Eum masih terdiam. Dia berusaha sekuat tenaga agar tangisnya tak tumpah. Pil masuk dan hanya berdiri menatap Se Eum.
Se Eum berusaha tenang, sedang apa kau?
Pil : Se Eum-ah, aku sungguh…
Se Eum : Ayo kita selesaikan ini.
Pil : Aku akan mengerjakannya sendiri hari ini.
Se Eum : Tidak, para anggota menunggu.
Pil pun beranjak ke piano.
Se Eum mencoba konsentrasi. Tapi tidak bisa. Dia menekan pensilnya ke buku musik, hingga pensilnya patah. Marah dan kecewa atas pengkhianatan Pil, terlihat jelas di raut wajahnya.
Jae Man, Yo Sub, Ru Na dan Sang Do tengah membahas nasib Hanphil.
Sang Do : Sudah berapa hari, ya? Berlatih saja kita tak bisa, apalagi mengadakan konser.
Yo Sub : Bukankah kita harus bertindak?
Sang Do : Ini membuatku senewen. Se Eum cuma bisa membual.
Ru Na : Konsernya akan diadakan. Se Eum sudah menjamin itu.
Sang Do : Caranya? Kita tak punya musik.
Yo Sub : Ini harus terwujud. Jika tidak, Hanphil tamat.
Ru Na : Dia menjanjikan satu minggu. Masih ada waktu.
Jae Man : Sudahlah. Semua, tenanglah. Kita tunggu sebentar lagi, ya?
Sang Do : Aku tak sanggup menghadapi tekanan ini.
Kamera menyorot Ru Na yang baru keluar dari ruangan Sang Do. Sambil berjalan menyusuri koridor, Ru Na menatap chat nya yang tidak dibalas Se Eum. Dalam pesannya, Ru Na bilang semua mengkhawatirkan Se Eum, termasuk dirinya. Dia juga meminta Se Eum menghubunginya jika butuh sesuatu. Lalu dia tanya kabar Se Eum. Ru Na menghela nafas. Dia berniat menghubungi Se Eum, namun mengurungkan niatnya.
Ru Na lanjut berjalan dan melihat Tae Ho di depan wastafel.
Tae Ho berseru.
Tae Ho : Ini benar-benar berfungsi? Keren.
Ru Na mendekati Tae Ho, kau sedang apa?
Sontak Tae Ho langsung berbalik dan terkejut melihat Ru Na.
Ru Na : Tae Ho?
Tae Ho : Ya? Oh, ya. Wastafel di lorong ini. Sampai sekarang, kupikir ini hanya semacam instalasi seni. Ternyata kita bisa menyalakan airnya.
Ru Na : Violis harus sering mencuci tangan karena rosin di alat geseknya.
Tae Ho : Oh, begitu. Menarik sekali.
Ru Na : Aku…
Tae Ho : Ya?
Ru Na ingin mengatakan sesuatu tapi tak jadi.
Sementara Bong Ju yang tengah berjalan sambil memayungi dirinya, diikuti seseorang. Bong Ju yang sadar itu, mempercepat langkahnya. Tapi, dua orang muncul di depannya. Tak lama, sebuah van berhenti di dekatnya dan... dia diculik.
Ternyata orang2 itu suruhan Jeong Jae. Bong Ju dibawa ke hadapan Jeong Jae.
Bong Ju menyeringai menatap Jeong Jae.
Sambil mengikat tali sepatunya, Jeong Jae bertanya, apa Bong Ju yang membocorkan foto itu.
Bong Ju tertawa, astaga…
Jeong Jae : Berani sekali kau melakukan itu.
Bong Ju : Memang kau punya bukti?
Jeong Jae : Kau kurang ajar, ya? Kau… Tapi bagaimana kau tahu apa yang kumaksud?
Jeong Jae lantas mendekatu Bong Ju.
Jeong Jae : Apartemen studiomu lebih mirip toko obat. Pil-pil apa semua itu? Kau bisa mati overdosis.
Bong Ju : Apa urusannya denganmu? Apa kau memecatku? Atau mau melaporkanku pada polisi?
Jeong Jae : Tidak, itu tak membuatmu takut. Kau sudah pernah dikeluarkan dari orkestra dan ditahan, tapi kau bebas. Gara-gara ayahmu anggota dewan.
Bong Ju : Kalau sudah tahu, kenapa kau geledah rumahku dan membawaku ke sini?
Jeong Jae : Kenapa kau pikir hanya kau?
Bong Ju : Apa?
Jeong Jae lalu menatap ke arah pintu. Anggota Dewan Kim masuk. Bong Ju kaget melihat ayahnya.
Jeong Jae menatap Anggota Dewan Kim.
Jeong Jae : Mungkin kau harus berhenti memusingkan negara ini dan mulai memikirkan putramu.
Bong Ju membela diri, ayah, si bajingan ini berbohong.
Anggota Dewan Kim menampar Bong Ju.
Anggota Dewan Kim : Dasar anak kurang ajar!
Jeong Jae : Pak Kim ternyata mudah marah. Tetapi kau harus memberinya pelajaran di rumah. Bawalah dia. Jangan sampai kulihat wajahnya lagi jika kau ingin dipilih kembali.
Anggota Dewan Kim menyuruh Bong Ju mengikutinya.
Bong Ju pun dikurung di gudang. Dia merengek, minta dibukain pintu sama ayah-ibunya tapi ayah-ibunya tak kunjung membuka pintu.
Dan Seketaris Park memberitahu Jeong Jae bahwa karya Pil sudah selesai.
Se Eum bersiap untuk pulang. Pil memuji Se Eum. Dia bilang Se Eum hebat dan semua karena Se Eum. Se Eum lantas memberikan Pil sebuah amplop. Dia bilang dia sudah mengisi keterangannya dan menyuruh Pil mengajukannya. Pil membuka amplop itu. Bersamaan dengan itu, Se Eum beranjak pergi. Pil terkejut membaca surat di dalamnya. Surat permohonan cerai.
Para anggota Hanphil berdatangan. Satu per satu mereka mengambil partitur, karya terbaru Pil, yang sudah diletakkan di atas meja. Mereka mengaku tak sabar melihat partiturnya.
Jeong Jae ditemani Han Gil latihan menembak.
Jeong Jae bilang dia sudah punya target. Han Gil bilang itu mengerikan dan tanya siapa dia.
Jeong Jae : Kelakuan mereka membuatku jengkel. Tapi sepertinya aku tak bisa menang.
Han Gil : Kau tak pernah kalah.
Jeong Jae : Tapi aku juga benci melihat mereka sedih.
Han Gil : Kau benci kelakuan mereka, tapi tak bisa mengalahkan mereka. Kau juga tak suka mereka sedih. Apa maksudnya?
Jeong Jae : Entahlah.
Jeong Jae beranjak pergi.
Han Gil menatap kepergian Jeong Jae.
Han Gil: Maksudnya adalah Cha Se Eum.
Yoo Ra datang, kenapa kau sendirian? Di mana sayangku?
Han Gil : Dia mengomel, lalu pergi. Kenapa kau ikuti mantanmu seperti penguntit?
Yoo Ra : Bukan urusanmu.
Han Gil : Saudariku sayang, aku takut usahamu itu sia-sia.
Yoo Ra : Apa?
Han Gil : Jeong Jae sepertinya menyukai orang lain.
Yoo Ra : Siapa?
Han Gil : Cinta pertamanya.
Yoo Ra : Cinta pertama? Itu sudah lama sekali.
Han Gil : Lebih tepatnya saat ini.
Yoo Ra mulai sewot, apa maksudmu? Cepat katakan.
Se Eum tengah mengintip ke dalam kelas. Mereka melihat para anggota yang tengah berlatih. Sang Do mendekati Se Eum. Dia bilang Se Eum luar biasa.
Sang Do : Harus kuakui, musiknya fantastis. Bagus sekali. Aku tahu kau pasti berhasil. Aku pun merasa begitu. Berasal dari Amerika mungkin alasan kau pandai mempromosikan dirimu.
Se Eum : Tahu, tidak? Aku tak melihat Bong Ju.
Sang Do : Dia mungkin pingsan karena mabuk di suatu tempat. Dia kadang-kadang begitu. Dia sudah dikabari musiknya siap, jadi dia akan datang besok.
Se Eum : "Kadang-kadang" apa?
Sang Do : Oh, itu… Kadang-kadang, tidak sering. Aku berencana untuk bicara dengannya besok. Tapi Ajin izin sakit hari ini. Dia ingin cuti.
Se Eum : Baiklah.
Se Eum melihat lagi. Ru Na melihat Se Eum. Dia pun bergegas mengejar Se Eum.
Ru Na : Bu Se Eum.
Se Eum berbalik menatap Ru Na.
Ru Na : Kau kembali. Semua suka simfoni itu, jadi suasana latihan sangat menyenangkan.
Se Eum : Baguslah.
Ru Na : Kau baik-baik saja, 'kan?
Se Eum : Kenapa kau tanya begitu?
Ru Na : Kau tampak agak lelah.
Se Eum : Aku baik-baik saja.
Ponsel Se Eum berbunyi. Telepon dari Pak Cha.
Se Eum pun pamit pada Ru Na.
Se Eum : Selamat berlatih, ya.
Ru Na menatap kepergian Se Eum dan teringat malam itu saat dia melihat Pil dan A Jin bertengkar. Ternyata bukan hanya Bong Ju yang tahu perselingkuhan mereka. Tapi Ru Na juga. Habis dipergoki Bong Ju berciuman di tangga, giliran Ru Na yang memergoki mereka bertengkar.
A Jin : Kau bilang akan mengakhirinya. Kau menyuruhku menunggu!
Pil : Tapi bukan seperti ini.
A Jin : Jadi, kau ingin aku diam saja saat kalian berdua pergi ke Amerika?
Pil : Apa?
A Jin : Apa kau akan meninggalkan Se Eum? Kenapa kau tak bisa jawab?
Ru Na terkejut mendengarnya.
Ru Na pun ke rumah A Jin. A Jin terkejut Ru Na datang.
Ru Na : Kudengar kau kurang sehat, jadi aku khawatir.
A Jin : Terima kasih atas perhatianmu.
Ru Na : Bolehkah aku masuk sebentar?
A Jin mempersilahkan Ru Na masuk. Ru Na memberikan A Jin partitur.
Ru Na : Aku membawakanmu simfoninya. Karya baru Profesor Kim. Ini bagus sekali. Sesuai janji Se Eum.
A Jin terdiam menatap partitur itu. Ru Na menatap A Jin. Tak lama, A Jin menerima partiturnya dan mencoba tersenyum.
A Jin : Terima kasih. Silakan duduk.
Ru Na : Sakitmu tidak parah, 'kan?
A Jin : Hanya flu, tapi aku sudah mendingan.
Ru Na : Kukira kau tak akan mampu tampil.
Ru Na kemudian tersenyum dan berkata, syukurlah A Jin sudah mendingan.
A Jin : Setelah dipikir-pikir, aku tak menawarimu minum. Kau mau apa? Jus? Kopi?
Ru Na : Air saja.
A Jin beranjak ke dapur. Ru Na terus memperhatikan A Jin. Tiba2, dia melihat A Jin muntah-muntah. Ru Na berpikir sejenak. Tak lama dia sadar penyebab A Jin muntah2.
Pil menatap foto hasil USG A Jin. Setelah itu, dia menatap surat cerainya.
Pil pun bingung harus gimana.
Pak Cha mengajak Se Eum makan di restoran favorit mereka. Dulu, mereka sering makan di sana. Pak Cha bilang tempat itu tidak berubah. Se Eum mengiyakan.
Pak Cha : Saat kau masih belia, kau suka jjajangmyeon di sini. Setiap tahun, di hari pertama sekolah dan setiap kelulusan, kita datang ke sini bersama ibumu, kita bertiga. Untuk makan mi ini.
Pak Cha lalu menatap nama restoran itu.
Pak Cha : Youngchunwon. "Musim semi yang abadi". Mereka memilih nama yang bagus. Alangkah bagusnya jika orang-orang seperti musim semi abadi. Tapi orang-orang berubah.
Pak Cha kemudian bertanya soal ucapan Se Eum di berita.
Pak Cha : Ucapanmu di berita itu tak perlu dikhawatirkan, 'kan?
Se Eum hanya bilang kalau dia dan Pil akan segera mengadakan konser dan meminta sang ayah menonton konsernya.
Pak Cha : Tentu. Kau tak bisa mencegah ayah.
Pak Cha kemudian mengatakan tentang Nyonya Bae dengan hati2.
Pak Cha : Ibumu menunggu kunjunganmu. Saat kau sempat, ayo kita kunjungi dia bersama-sama.
Se Eum terdiam. Dia nampak tertekan dan belum siap menemui ibunya. Pak Cha paham dan mengalihkan topic pembicaraan.
Pak Cha : Ayah kelamaan mengoceh di depan makanan ini, ya? Ayo makan sebelum ini jadi lembek.
Pak Cha mengaduk2 mie di mangkuknya. Setelah itu dia memberikannya ke Se Eum.
Pak Cha : Makanlah.
Se Eum : Ayah makan lebih dahulu.
Pak Cha : Ini bentuk perhatian Ayah. Makanlah lebih dahulu.
Pak Cha lantas mengambil mie punya Se Eum.
Se Eum mulai makan.
Pak Cha mengaduk2 mie lagi, sambil menatap Se Eum dengan tatapan sedih meski bibirnya menyunggingkan senyuman.
Nyonya Bae tengah disuapi oleh pengasuhnya.
Nyonya Bae : Se Eum-ah.
Pengasuh Nyonya Bae terkejut Nyonya Bae memanggilnya Se Eum.
Nyonya Bae : Putriku.
Pengasuh : Apa kau merindukan putrimu?
Nyonya Bae tak mau makan.
Pengasuh : Katanya dia akan datang jika kau menghabiskan makananmu.
Tapi Nyonya Bae kumat lagi. Dia menjatuhkan makannya dan berkata seharusnya dia membunuh Se Eum sejak dulu.
Di rumahnya, Se Eum memikirkan kata2 sang ayah.
Pak Cha : Ibumu menunggu kunjunganmu.
Se Eum lantas menatap foto dirinya bersama ibu-ayahnya yang dia selipkan di buku kecilnya.
Besoknya, Se Eum kembali mengajar.
Se Eum : Halo, Semuanya.
Se Eum lalu melihat banyak kursi kosong.
Se Eum : Kulihat banyak kursi kosong. Kali ini, kita akan pakai pemain tamu untuk obo dan horn.
Yo Sub : Aku akan menghubungi Bong Ju dan A Jin.
Se Eum : Jangan. Mereka bolos latihan tanpa pemberitahuan, jadi bagaimana mereka bisa tampil?
Semua terdiam.
Se Eum : Oke. Setelah penantian lama, ini latihan perdana untuk Sunflower Kim Pil. Kalian jelas sudah lihat simfoninya, tapi aku mau beri gambaran singkat. Di irama pertama, kalian harus merasakan kegembiraan dan kegugupan bunga matahari muda saat pertama kali melihat matahari. Di irama kedua, akhirnya matahari dan bunga matahari bertemu dan jatuh cinta. Di irama ketiga, cinta mereka mencapai klimaks. Tapi musim pun berakhir dan bunga matahari menundukkan kepalanya. Dengan intensitas yang dahsyat, semua berakhir di irama keempat. Mungkin kita bisa menggambarkannya sebagai tragedi yang indah?
Ru Na terus menatap Se Eum.
Se Eum : Nah, sambil merasakan kegembiraan si bunga matahari, mari kita mulai irama pertama.
Latihan dimulai.
Mereka terus dan terus latihan.
Se Eum dan Pil diwawancara.
Pewawancara : Setelah menikah, kaulah yang pertama menampilkan musik Pak Kim. Apa yang membuat karyanya unik?
Se Eum : Kehangatannya. Saat aku memimpin salah satu karyanya, rasanya seperti berdiri di bawah sinar matahari yang hangat. Perasaan semacam itu.
Pewawancara : Romantis sekali. Kalau begitu, apa arti Pak Kim bagimu, Cha Se Eum-ssi?
Se Eum : Dia partner yang sempurna. Aku bersyukur dia memperluas spektrum musikku.
Se Eum dan Pil saling menatap dan tersenyum.
Se Eum dan yang lain kembali latihan dengan serius.
Tae Ho merekam proses latihan.
Tak lama, latihan selesai. Ru Na menatap Se Eum dengan tatapan kagum.
Sang Do yang juga melihat proses latihan, memberikan tepuk tangannya.
Spanduk konser Hanphil mulai dipasang di gedung Hanphil.
Kepala Hwang senang melihat tiket mereka hampir ludes terjual.
Kepala Hwang : Syukurlah, tiketnya laris gila-gilaan.
Sang Do : Apa maksudmu "syukurlah"? Kenapa kau terkejut? Aku sudah tahu ini bakal sangat lancar.
Kepala Hwang : Omong-omong, kenapa Pak Yoo tak datang belakangan ini? Biasanya dia ke sini setiap hari.
Sang Do : Benar juga. Ada apa, ya?
Jeong Jae kesal melihat spanduk konser Hanphil.
Dia makin kesal saat melihat artikel Pil dan Se Eum.
Jeong Jae : Menyebalkan sekali.
A Jin berniat mengirimi Se Eum pesan.
A Jin : Kau harus merelakannya. Demi bayi ini.
Tapi kemudian dia menghapus kalimatnya dan menulis kalimat lain.
A Jin : Ayo bertemu. Kita harus bicara.
Tapi A Jin gak jadi mengirim pesannya.
A Jin lalu melihat karya Pil yang berjudul 'Sunflower'.
Sontak lah dia langsung ingat bunga yang diberikan Pil ke Se Eum begitu konser pertama mereka selesai. Pil memberi Se Eum bunga matahari.
Itu membuat A Jin kesal. Dia berteriak marah.
Besoknya, Tae Ho menjemput Se Eum di hotel. Se Eum menatap ke arah mobil dan bingung sendiri. Tae Ho menjelaskan, kalau Jeong Jae ingin Se Eum berangkat kerja dengan aman. Se Eum terdiam sebentar mendengarnya. Setelah itu, dia mengangguk dan masuk ke mobil.
Di mobil, Tae Ho memuji Se Eum.
Tae Ho : Berangkat kerja sangat menyenangkan belakangan ini. Rasanya luar biasa saat menontonmu
dari kursi penonton, tapi melihatmu dari dekat sungguh mengagumkan. Bahkan saat aku merekam, aku merasa merinding…
Tapi Se Eum cuek. Sambil memasang headphone ke telinganya, dia mengajak Tae Ho berangkat.
Tae Ho melajukan mobilnya. Se Eum memejamkan mata sambil mendengarkan musik. Tapi baru saja keluar dari hotel, mobil mereka ditabrak mobil putih. Se Eum dan Tae Ho langsung tak sadarkan diri. Se Eum terluka. Kamera lantas menyorot pemilik mobil putih yang menabrak mobil Se Eum. Tenyata A Jin!! A Jin juga terluka.
*Heh? Si A Jin mau ngapain ke hotel Se Eum? Lagak nya udah kek istri sah aja. Btw, episode kali ini aku bikin dua part ya guys... Maaf lama update sinopsis Maestra nya..
Bersambung ke part 2...
0 Comments:
Post a Comment