Train Episode 2

 All Content From : OCN
Sinopsis Lengkap : Train
Sebelumnya : Train Episode 1
Selanjutnya : Train Episode 3

Do Won yang pingsan setelah dipukul Sung Wook dengan sekop, akhirnya siuman. Tiba-tiba, dia mendengar suara kereta. Do Won pun menatap lurus ke depannya. Tak lama kemudian, sebuah kereta muncul dan melaju ke arahnya. Sontak lah Do Won kaget dan langsung menghindar. Kereta api melesat dengan cepat dan tiba2 menghilang. Do Won kesakitan karena kepalanya membentur batu di pinggir rel, saat melompat, menghindari kereta, ke pinggir rel.



Sung Wook melihat koper tempat ia menyembunyikan korban, sudah terbuka. Dia pun bergegas mencari seseorang yang menemukan korban yang dia bunuh. Seo Kyung yang sembunyi, melihat Sung Wook. Dia pun ingat kata-kata Do Won tentang Sung Wook yang mengalami kecelakaan.

Do Won : Itu berarti kasus ini mungkin telah dilakukan oleh seseorang yang tidak waras secara mental.


Seo Kyung lantas menghubungi Do Won. Namun Do Won yang kesakitan, tidak bisa menjawab panggilan Seo Kyung. Seo Kyung menelpon Do Won lagi. Do Won pun akhirnya berdiri dan meraih ponselnya yang jatuh di dekat rel. Tapi saat dia menjawab, panggilan Seo Kyung mati. Do Won pun menghubungi Seo Kyung balik. Seo Kyung yang lagi bersembunyi, buru2 mematikan panggilan Do Won. Tapi Sung Wook keburu mendengar bunyi ponsel Seo Kyung.


Do Won yang masih belum sadar Seo Kyung dalam bahaya, dihubungi Jae Hyeok. Jae Hyeok memberitahu kalau Sung Wook tak ada di rumah dan Nyonya Jo Young Ran, ibu Sung Wook, tak tahu Sung Wook dimana.

Jae Hyeok : Haruskah kami menunggu di sini sebentar?

Do Won : Tidak. Datang ke Stasiun Mugyeong. Dan hubungi Unit Investigasi Daerah. Kupikir korban kelima ada di dalam stasiun.

Jae Hyeok : Baik.


Usai bicara dengan Jae Hyeok, Do Won menemukan bungkus permen okchun di dekat tempat dia dipukul tadi. Ternyata, Sung Wook sempat memakan permen okchun dan membuang bungkusnya begitu saja usai memukul Do Won. Barulah Do Won sadar Seo Kyung dalam bahaya.


Sung Wook berhasil menemukan Seo Kyung. Seo Kyung tidak gentar, padahal Sung Wook menatapnya dengan beringas.

Sung Wook : Kau melihat segalanya, bukan?

Seo Kyung : Itu kau, bukan? Wanita itu dan mayat lainnya. Kau yang membunuh mereka, kan? Katakan padaku. Kau yang membunuh mereka, bukan?

Sung Wook pun mengayunkan sekopnya ke arah Seo Kyung. Seo Kyung menghindar.

Namun dia terjatuh.


Bantuan tiba dan mulai menyusuri stasiun.


Sung Wook masih berusaha membunuh Seo Kyung. Dia mengayunkan sekop lagi ke arah Seo Kyung, tapi Seo Kyung lagi2 berhasil menghindar dan memukul Sung Wook. Disaat Sung Wook kesakitan, Seo Kyung lari ke pintu. Tapi baru membuka pintu, Sung Wook berhasil menangkapnya.

Sung Wook mencekik Seo Kyung.


Do Won menyisir ke sekitar stasiun, mencari Seo Kyung.

Lalu dia menghubungi Seo Kyung. Begitu mendengar bunyi ponsel Seo Kyung, Do Won pun meletuskan tembakannya ke atas.


Jung Min dan yang lain mendengar bunyi tembakan.

Jung Min : Suara tembakan. Temukan mereka!

Mereka pun bergegas mencari Do Won dan Seo Kyung.


Sung Wook masih mencekik Seo Kyung. Seo Kyung meraba-raba, mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk melawan Sung Wook. Tak lama, dia berhasil meraih pecahan botol yang ada di dekatnya. Dia pun menggunakan itu untuk menusuk Sung Wook.


Do Won kemudian datang. Melihat Seo Kyung tergeletak di lantai, Do Won pun marah dan memukuli Sung Wook. Seo Kyung yang melihat Do Won memukuli Sung Wook, berdiri dan mengarahkan pistolnya ke Sung Wook.

Seo Kyung : Cukup, Kak! Itu dia. Lee Sung Wook adalah orang yang membunuh ayahku.

Mendengar itu, Do Won pun terdiam menatap Sung Wook.

Seo Kyung minta penjelasan ke Sung Wook, kenapa Sung Wook membunuh ayahnya.

Seo Kyung : Kenapa kau melakukannya? Apa yang ayahku lakukan padamu? Han Kyu Tae, ayahku! Kau membunuhnya.

Mata Do Won pun mulai berkaca-kaca sambil menatap ke arah Sung Wook usai mendengar pertanyaan Seo Kyung. Sung Wook nya tanya balik, siapa Han Kyu Tae.


Seo Kyung marah, kepalamu terluka. Apa ingatanmu jadi hilang? Terus? Apakah kau hidup dalam damai? Tidak pernah untuk satu hari pun ... aku melupakan bagaimana ayahku meninggal. Kau lupa semua yang kau lakukan dan tidur dengan tenang selama ini?

Do Won yang mendengar itu, nangis.

Seo Kyung lantas berkata kalau dia akan membunuh Sung Wook.

Seo Kyung : Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.

Do Won : Bukan dia.

Seo Kyung : Korban kelimanya. Dia memiliki tanda pencekikan. Sama seperti ayahku.

Do Won : Itu bukan pembunuh yang sama. Tidak mungkin.


Do Won akhirnya mengaku bahwa pelaku yang membunuh ayah Seo Kyung sudah meninggal 12 tahun yang lalu.

Do Won : Malam itu, pelakunya meninggal dalam kecelakaan setelah membunuh ayahmu saat dia melarikan diri.

Seo Kyung : Apa yang kau bicarakan? Bagaimana kau tahu itu?

Do Won : Dia adalah ayahku. Dia adalah orang yang membunuh ayahmu 12 tahun yang lalu. Ayahku yang melakukannya. Ayahku yang meninggal dalam kecelakaan tabrak lari malam itu. Ayahku.


Jung Min yang sudah berada diluar, mendengar semuanya.

Dia terkejut.


Seo Kyung bilang dia tak mengerti apa yang dikatakan Do Won.

Seo Kyung : Aku tidak bisa memahaminya sama sekali.

Do Won : Apa kau benar-benar tidak mengerti apa yang aku katakan? Alasanku tinggal bersamamu. Dan alasan aku harus meninggalkanmu. Ini adalah alasan sebenarnya di balik itu.

Seo Kyung membeku mendengarnya.

Sung Wook dibawa ke mobil polisi.


Do Won duduk terdiam di depan jasad korban ke-5 setelah mengakui semuanya pada Seo Kyung tadi.

Jung Min yang tengah mengidentifikasi mayat, bahkan tak tahu harus bagaimana saat melihat Do Won yang terguncang. Setelah diam beberapa saat, Jung Min akhirnya membuka suara. Dia memberitahu Do Won bahwa korban sudah lama meninggal tapi untungnya tubuh korban tidak membusuk.

Jung Min : Aku akan dapat mengidentifikasi mayatnya dengan cepat setelah melakukan tes sidik jari. Dia memiliki cedera kepala yang sama seperti kerangka lainnya, tetapi aku menemukan tanda-tanda sesak napas.

Do Won tak menanggapi apa yang dibilang Jung Min. Dia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.


Diluar, Do Won muntah2. Jae Hyeok dan Jin Woo melihat itu. Jae Hyeok pun mendekati Do Won. Dia tanya, apa Do Won baik-baik saja. Do Won tak menjawab. Jae Hyeok lalu menunjukkan sebuah peluru ke Do Won. Dia bilang peluru itu ditembakkan dari gudang. Do Won ingat itu peluru Seo Kyung.

Flashback...

Seo Kyung menembakkan pistolnya ke atas. Setelah itu, dia menyuruh Do Won meminta maaf padanya karena sudah memberitahunya omong kosong.

Seo Kyung : Katakan saja bahwa kamu benci dan kesal karena aku terus menempel padamu dan tak mau menjauh. Kau tahu bahwa kau tidak seharusnya berbohong, jadi tolong katakan padaku kau menyesal.

Do Won : Apa kau ingat kalung emas itu? Senjata pembunuhan yang hilang dari TKP? Itu kalung almarhum ibumu. Kalung itu ada di barang-barang ayahku.

Seo Kyung syok mendengarnya.

Do Won : Apakah kau paham sekarang? Mengapa pelaku Kasus Stasiun Mugyeong tidak mungkin membunuh ayahmu dan orang yang harus menghadapi hukuman sudah lama meninggal. Hanya aku, yang telah menipumu selama ini.

Seo Kyung yang terguncang mendengar pengakuan Do Won, beranjak pergi.

Flashback end...


Jae Hyeok : Apakah itu terjadi ketika kau mencoba menangkap tersangka?

Do Won pun menyimpan peluru itu.

Do Won : Aku akan berbicara dengan atasan nanti.


Nyonya Jo gelisah saat melihat berita di TV bahwa pelaku pembunuhan berantai yang meninggalkan mayat-mayat di Stasiun Mugyeong ditangkap. Dia mengkhawatirkan Sung Wook. Namun, dia terkejut saat melihat di berita bahwa pelaku yang ditangkap adalah Sung Wook.


Polisi mendatangi kediaman Sung Wook. Jae Hyeok menunjukkan surat penangkapan Sung Wook pada Nyonya Jo. Setelah itu, dia menyuruh para petugas menggeledah rumah Nyonya Jo. Nyonya Jo berusaha meyakinkan detektif kalau Sung Wook bukan pelakunya, tapi detektif tak percaya.


Do Won di toilet, membasuh mukanya. Setelah itu dia terdiam menatap pantulan wajahnya di cermin dan memikirkan Seo Kyung setelah pengakuannya tadi bahwa ayahnya lah yang membunuh ayah Seo Kyung. Do Won yang tertekan, meminum obatnya.


Keluar dari toilet, dia bertemu Direktur Oh di koridor.

Direktur Oh : Apa kau menemukan bukti lain selain sidik jari tersangka?

Do Won : LFN menelepon. Mereka mendeteksi air mani di pakaian dalam korban kelima. Itu sedang dibandingkan dengan sampel DNA Tersangka sekarang. Dan kami berusaha mengidentifikasi Korban sekarang.

Direktur Oh : Bukankah Tersangka memiliki cacat mental? Pastikan kau benar-benar mengikuti protokol saat menginterogasi, jadi tidak ada yang bisa menentangnya nanti.

Do Won : Baik, Bu.

Do Won lantas memberitahu Direktur Oh bahwa dia sudah memberitahu Seo Kyung semuanya.

Direktur Oh kaget mendengarnya.

Do Won : Aku sudah berniat melakukannya dari awal. Dan aku tahu apa yang akan terjadi. Dia mungkin akan mendatangi anda. Anda tidak ada hubungannya dengan ini, oke?

Direktur Oh : Do Won-ah.

Do Won : Semuanya adalah keputusanku. Aku yang membuat keputusan. Aku memutuskan untuk menyembunyikan kejahatan ayahku dan tinggal di sisinya. Jadi, aku akan menghadapi konsekuensinya juga.

Direktur Oh : Jika bukan aku detektif yang menangani kasus itu, aku bertanya-tanya apakah semuanya akan berbeda. Aku mengantar kalian ke tepi kehancuran.

Do Won : Ini bukan salah anda. Ini karena ayahku dan aku yang egois.

Direktur Oh terdiam mendengar itu.

Do Won lalu beranjak pergi.


Di ruangannya, Direktur Oh membaca lagi berkas kasus pembunuhan ayah Seo Kyung.


Saat pulang ke rumah, Direktur Oh mendapati Seo Kyung di depan pagarnya.

Dia pun menyuruh Seo Kyung masuk.

Di dalam, Seo Kyung bilang bahwa dia baru saja mendengar sesuatu yang gila dan mendapati dirinya memikirkan sesuatu yang lebih gila.

Seo Kyung : Rupanya, orang yang membunuh ayahku adalah ayah Do Won. Ibu tidak tahu, bukan?


Melihat raut wajah Direktur Oh, Seo Kyung syok.

Seo Kyung : Tidak mungkin... Ibu tahu kebenarannya dan berbohong kepadaku tentang hal itu.

Direktur Oh : Ada sesuatu yang harus kukembalikan padamu.

Seo Kyung kaget itu kalung ibunya.

Direktur Oh : Bagaimana ibu memilikinya?


Direktur Oh lantas berlutut.

Direktur Oh : Do Won membawakannya padaku setelah pemakaman ayahnya, tapi aku menghentikannya, Seo Kyung. Aku mengatakan kepadanya untuk merahasiakannya.

Seo Kyung : Mengapa? Kenapa Ibu melakukan itu?

Direktur Oh : Karena aku terlalu peduli padanya. Dia baru berusia 10 tahun, tapi dia selalu sibuk berusaha menghasilkan uang agar bisa mendapatkan cukup uang untuk membantu ayahnya. Ayahnya seorang pecandu alkohol parah. Rutinitas hariannya adalah mengunjungi kantor polisi, sehingga dia dapat mengeluarkan ayahnya dari penjara. Lalu, kasus ayahmu terjadi. Ayahnya, si Pembunuh, sudah mati. Dan itu akan menjadi kasus tertutup. Aku tidak tega melihatnya menjalani sisa hidupnya sebagai putra seorang pembunuh.

Seo Kyung : Lalu, bagaimana denganku? Bagaimana Ibu bisa mengatakan itu kepadaku? Aku hanya ingin tahu siapa yang membunuh ayahku. Karena itu, aku selalu memikirkan kematian ayahku selama 12 tahun terakhir. Aku memikirkan hari itu berulang kali. Begitulah caraku menjalani hidupku. Dan Ibu selalu berada di dekatku untuk menyaksikannya. Mengapa Ibu tidak menghentikan Kak Do Won sampai akhir? Ibu harus menghentikannya sehingga kami tidak berakhir seperti ini. Ketika dia pertama kali membawaku ke sini, Ibu seharusnya menyuruhku pergi.

Direktur Oh : Alasan Do Won tetap diam tentang dosa ayahnya adalah karena dia ingin membawamu pulang. Dia tidak bisa membiarkanmu tinggal di sana.

Seo Kyung ingat saat Do Won datang menolongnya ketika dia diperkosa oleh Sung Wook.

Seo Kyung yang marah, menjatuhkan foto2 mereka dari atas meja.

Seo Kyung lalu menatap Direktur Oh : Sepanjang hidupku, kupikir hadiah terakhir ayahku untukku adalah Ibu dan Do Won. Karena kalian satu-satunya yang membantuku setelah aku ditinggal sendirian. Kalian adalah keluargaku Kalian adalah alasanku untuk hidup.

Direktur Oh : Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa kepadamu,tapi Seo Kyung, Do Wonmengabdikan hidupnya untukmu. Dia pikir itu satu-satunya cara baginya untuk membalasmu atas dosa ayahnya.

Seo Kyung : Apakah Ibu tidak mengerti? Itulah sebabnya aku tidak bisa memaafkannya.

Seo Kyung beranjak pergi.

Direktur Oh merasa bersalah.


Diluar, Seo Kyung nangis. Dia ingat kali pertama Do Won membawanya ke rumah itu. Do Won bilang kalau Direktur Oh sudah memberi izin untuk Seo Kyung tinggal di sana.

Do Won : Dia akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu merasa di rumah. Jadi, jangan khawatir tentang hal lain ...

Tapi Seo Kyung diam saja. Do Won tanya Seo Kyung kenapa. Seo Kyung bilang dia hanya merasa bersyukur dan merasa bersalah.

Seo Kyung : Aku tak tahu apakah aku boleh menerima tawaranmu seperti ini, tapi aku benar-benar tidak punya pilihan lain. Aku benar-benar tidak ingin kembali ke rumah ibu tiriku.

Do Won : Kau tidak perlu kembali ke sana lagi. Aku berjanji.


Seo Kyung juga ingat saat dia baru saja pulang kuliah, dia bertemu Do Won yang hendak pergi, di depan rumah. Seo Kyung kaget Do Won di rumah.

Seo Kyung : Kau tidak bertugas malam ini?

Do Won : Bola lampu di atap terbakar. Kupikir kau mungkin takut karena gelap.

Seo Kyung : Kau datang jauh-jauh ke sini untuk itu saja? Dasar bodoh. Kau bisa menelepon.

Do Won : Aku juga memasakkanmu makanan. Jangan tidur terlalu malam. Jika sesuatu terjadi, hubungi aku. Aku akan segera datang.


Do Won mau pergi tapi Seo Kyung menghentikan Do Won. Rupanya, Seo Kyung melihat jam tangan Do Won pecah. Seo Kyung memberitahu Do Won. Do Won bilang itu gara2 dia mengurus pengemudi mabuk kemarin.

Seo Kyung : Lalu, mengapa kau masih memakainya?

Do Won : Ini hadiah darimu.

Seo Kyung : Aku sudah kesal karena kau terluka beberapa hari yang lalu.

Do Won : Aku baik-baik saja.

Seo Kyung : Jika bukan karena aku, kau akan jadi lulusan Universitas Kepolisian Nasional,bukannya menjadi petugas patroli begini.

Seo Kyung lalu meminta Do Won menunggu. Dia bilang dia akan membalas kebaikan Do Won.

Do Won : Apa?

Seo Kyung : Setelah lulus ujian, aku akan membayarmu sepuluh kali lipat... Tidak, seratus kali lipat untuk semua yang telah kau lakukan untukku.

Do Won : Kau tidak perlu melakukan itu. Jangan terlalu banyak bekerja.

Flashback end...


Tangis Seo Kyung kian pecah.


Do Won sendiri tengah menatap hadiah jam tangan dari Seo Kyung yang telah pecah. Dia juga sama galaunya seperti Seo Kyung.


Nyonya Jo mengambil sesuatu yang dia sembunyikan di dalam dinding keramiknya yang sudah dia lubangi. Tangannya kemudian gemetaran memegang sesuatu itu. Wajahnya nampak cemas.


Jung Min ingin menghubungi Do Won tapi ragu. Dia lalu mendengus kesal dan berkata dia khawatir dengan Do Won dan Seo Kyung tapi tak punya nyali menghubungi mereka berdua.

Detektif Park datang membawa perhiasan para korban.

Detektif Park : Senior, ini sudah selesai dianalisis. Ini ditemukan bersama para korban. Kita harus mengembalikannya ke keluarga mereka, tetapi kita hanya berhasil mengidentifikasi korban terakhir.

Jung Min melihat sebentar lalu menyuruh Detektif Park memberikan itu ke polisi.

Detektif Park : Senior yang akan mengantarkannya, bukan?

Jung Min : Apa?

Detektif Park : Biasanya kau orang yang membawa barang-barang ke Kantor Polisi Mugyeong.

Jung Min : Kapan aku melakukan itu?

Detektif Park : Selama ini.

Jung Min : Aku enggak ikutan kali ini. Kau saja.


Tapi saat Detektif Park mau beranjak, Jung Min memanggilnya.

Jung Min melihat salah satu perhiasan. Dia terkejut karena hanya ada satu anting di dalam plastik barang bukti.

Jung Min : Mengapa hanya ada satu anting-anting?

Detektif Park : Oh, itu. Kami menemukan itu di salah satu kerangka. Hanya ada satu ketika kami menemukannya.

*Jangan bilang yg disembunyiin Nyonya Jo adalah anting yang satunya.


Do Won tengah menginterogasi Sung Wook. Sung Wook didampingi seorang ahli.

Do Won menunjukkan foto rambu tanda bahaya, foto cermin, foto lampu lalin, foto rambu tanda berhenti dan foto bukgyrungru.

Do Won : Lee Sung Wook-ssi, anda jelas tahu lima mayat itu. Apakah anda mengakuinya?

Ahli : Detektif.

Do Won : Apakah kau mengakuinya?

Ahli : Ketika anda menangkapnya kemarin, saya mendengar bahwa anda juga menyerangnya. Anda tidak bisa menginterogasinya sama dengan menginterogasi orang biasa. Jika anda menanyainya secara langsung, dia bisa merasa terintimidasi dan pernyataan yang akurat ...

Do Won : Merasa terintimidasi?

Do Won mencengkram kerah Sung Wook.

Ahli : Detektif.

Do Won menatap kesal Sung Wook.

Do Won : Satu-satunya alasan kau masih hidup, karena tidak ada yang terjadi pada Seo Kyung. Jika sesuatu terjadi, aku sendiri yang akan membunuhmu.


Seo Kyung tengah menyaksikan proses autopsi ditemani Jin Woo.

Jin Woo mual melihat prosesnya. Seo Kyung yang melihat itu, menyuruh Jin Woo kembali lagi nanti.

Jin Woo :Tidak apa-apa. Aku hanya masih belum bisa membiasakan diri melihat mayat.

Seo Kyung : Dalam kasusku, aku tidak pernah terbiasa dengan itu, berapa pun yang aku lihat.

Jin Woo : Tentu. Kemarin, bahkan Ketua Seo tidak nyaman. Kau tahu sendiri,Ketua Seo bahkan tidak pernah berkedip ketika mencari bagian tubuh yang dipotong-potong. Tapi kemarin, dia tampak sangat pucat. Aku belum pernah melihatnya seperti itu.


Seo Kyung mengalihkan pembicaraan. Dia malas membicarakan Do Won.

Seo Kyung : Kau sudah tahu identitas Korban?

Jin Woo : Iya. Namanya Lee Ji Young. Dia berumur 26 tahun.

Jin Woo memberikan data2 Ji Young.

Seo Kyung : Kau sudah menghubungi keluarganya?

Jin Woo : Yah, dia hanya punya satu nenek, tetapi beliau menderita demensia dan berada di panti jompo.

Seo Kyung : Itu sebenarnya melegakan. Daripada mengetahui satu-satunya kerabat dibunuh begitu kejam, mungkin lebih baik tidak tahu apa-apa.


Do Won terus menginterogasi Sung Wook.

Do Won : Sidik jarimu ditemukan di tas tempat mayat berada. Siapa mereka? Kapan dan bagaimana kau bertemu mereka?

Karena Sung Wook masih gak mau ngaku, Do Won menunjukkan foto Ji Young.

Do Won : Kau kenal dia, kan? Kau menyembunyikannya di ruang penyimpanan.

Sung Wook : Aku tidak tahu.

Do Won : Kau pernah melihatnya sebelumnya! Kapan dan bagaimana kalian pertama kali bertemu?

Sung Wook meracau lagi, kereta. Sebuah kereta datang. Jess-jess, tut-tut.


Tiba2, Jae Hyeok masuk.

Jae Hyeok : Ketua Seo, ibu Lee Sung Wook ada di sini. Aku rasa kau harus menemuinya.

Do Won : Biarkan dia masuk.


Nyonya Jo masuk.

Nyonya Jo : Mayat di Stasiun Mugyeong. Anakku tidak melakukannya. Orang pertama yang menemukan mayat di tas... Itu aku.

Dengan tangan gemetaran, Nyonya Jo menunjukkan anting pada Do Won.


Dokter selesai mengautopsi dan memberi penjelasan ke Seo Kyung dan Jin Woo.

Dokter : Berdasarkan autopsi awal, waktu kematiannya sekitar 10 hari yang lalu. Penyebab kematian adalah sesak napas akibat kompresi leher. Tepatnya, dia dicekik.

Jin Woo : Lalu, bagaimana dengan luka di kepala?

Dokter : Kasus yang anda sebutkan terakhir kali, Jaksa Han, pembunuhan di Perumahan Mugyeong. Saya tidak tahu waktu tepatnya karena hanya melihat kerangka, tetapi korban baru-baru ini membuat saya berpikir MO serupa untuk kedua kasus. Pelaku mencekik korban sampai mati, lalu memukul kepalanya. Tidak hanya beberapa kali, tetapi cukup untuk menyebabkan patah tulang di daerah yang luas. Kalau tidak berkeberatan, bolehkah saya melihat lagi berkas kasusnya?

Seo Kyung : Tidak. Anda tidak perlu khawatir tentang kasus itu lagi. Apakah anda sudah menjalankan perbandingan dengan DNA Tersangka?


Nyonya Jo menceritakan semuanya pada Do Won.

Nyonya Jo : Apakah itu tiga tahun lalu? Hujan, jadi aku menjemput Sung Wook dari pusat kesejahteraan masyarakat.

Flashback...


Nyonya Jo yang dalam perjalanan pulang bersama Sung Wook, melihat koper di tengah rel.

Nyonya Jo : Siapa yang meninggalkan sesuatu seperti itu di sini?

Nyonya Jo membuka koper. Dia terkejut isinya mayat.


Nyonya Jo : Itu ditinggalkan di jalur kereta. Dia sudah mati.

Do Won : Jejak Sung Wook juga ditemukan di koper-koper lainnya. Dia juga tahu persis di mana mayat-mayat lainnya berada.

Nyonya Jo : Karena dia yang menguburkan mereka. Setelah dia melukai kepalanya, dia menjadi takut dan syok setiap kali dia melihat sesuatu mati. Aku tidak tahu kenapa. Dokter mengatakan sesuatu tentang gangguan delusi. Aku tidak mengerti apa artinya itu, tapi dia mengubur anjing atau kucing mati yang dia temukan. Aku baru tahu kemudian bahwa dia juga mengubur tas-tas itu.

Do Won : Anda menemukan mayat dan tahu anak anda menguburkan mereka, tetapi anda pura-pura tidak tahu sampai sekarang? Hanya untuk menyembunyikan ini? Anting-anting yang anda curi?

Nyonya Jo : Aku tidak bermaksud mencurinya. Hanya saja.. Tanpa sadar itu terbawa... Aku benar-benar tidak tahu bahwa ada lebih banyak koper dengan mayat di dalamnya dan bahwa Sung Wook telah menguburkan mereka.


Ponsel Do Won berbunyi. Telepon dari Jin Woo.

Jin Woo mengabari kalau proses autopsi sudah selesai dan hasil DNA nya tidak cocok.

Sementara Nyonya Jo terus mengatakan bahwa putranya tidak akan punya nyali untuk membunuh siapa pun.


Seo Kyung masih di NFS. Dia tengah membaca hasil laporan perbandingan tes DNA. Tak lama, Jin Woo datang.

Jin Woo : Jaksa Han, saya akan kembali ke kantor. Ibu Lee Sung Wook memberikan pernyataan yang mengatakan dia melihat mayat-mayat itu. Semua orang sepertinya bingung.

Seo Kyung : Dia melihat mayat?

Jin Woo : Iya. Dia mencuri anting-anting dari salah satu mayat, jadi dia tidak melaporkannya atau semacam itu. DNA-nya tidak cocok, jadi semuanya semakin buruk.

Seo Kyung : Anting?


Do Won dan dua rekannya tengah membandingkan anting yang ditemukan di koper berisi mayat dan anting yang dicuri Nyonya Jo.

Jin Woo : Keduanya jelas sepasang.

Do Won : Dia pasti memakai keduanya saat dia terbunuh. Satu jatuh ketika mayatnya sedang diangkut. Jo Young Ran mengambil yang lain.

Jae Hyeok : Apakah dia mengatakan yang sebenarnya?

Do Won : Jika Lee Sung Wook atau Jo Young Ran membunuh mereka, tidak ada alasan untuk mengambil hanya satu anting-anting. Apa kalian menemukan sesuatu di rumah mereka?

Jin Woo : Tidak ada yang dapat kami curigai untuk membuktikan pembunuhannya. Forensik tidak menemukan setetes darah pun. Kami tidak menemukan apa pun yang bisa menjadi senjata pembunuhan.

Jae Hyeok : Tes psikologis LFN mengatakan hal yang sama. Dia jelas menyangkal membunuh siapa pun, tetapi dia secara konsisten mengaku mengubur koper-kopernya. Jadi, menurut tes mereka, pernyataannya dapat diandalkan.

Jae Hyeok : Astaga. Satu-satunya tersangka hanya mengubur mayat-mayat itu dan tidak membahayakan siapa pun.

Jin Woo : Tapi,mengapa kiranya, Lee Sung Wook mengubur mayat-mayat itu? Ada sesuatu yang lebih penting daripada mengapa seorang pria cacat mental menguburkan mayat-mayat itu. Yaitu, berengsek macam apa yang meninggalkan mayat di stasiun itu untuk kita temukan. Masalah yang lebih besar adalah bahwa kita bahkan tidak cukup dekat untuk tahu siapa pelakunya.


Do Won kembali menyisir sepanjang rel, dengan banyak pertanyaan di benaknya.

Do Won : Kelima mayat dimasukkan ke dalam koper dan ditinggalkan di stasiun.Pelakunya memasukkan mayat ke dalam koper mungkin untuk mengangkutnya.Bagaimana pelakunya datang ke sini? Relnya terlihat terlalu bersih bagi pelakunya untuk berjalan di sini.


Lalu dia melihat sebuah mobil melintas.

Do Won : Jika dia mengemudi ke sini, itu tidak cocok untuk tujuan memasukkan mayat ke koper untuk membuangnya di tempat yang jauh seperti ini.Pelakunya pasti memasukkan mayat ke dalam koper untuk menghindari perhatian. Sarana transportasidi mana dia tidak akan terlihat aneh bahkan dengan koper besar.


Do Won pun menatap lurus ke depan.

Tiba2, sebuah kereta muncul dan melesat disamping Do Won.

Do Won terkejut, kereta?


Do Won menemui dokternya besok paginya.

Do Won : Kau memberi tahuku tentang efek samping obatku sebelumnya.

Dokter : Umumnya, kau mungkin mengalami dering di telinga atau pusing.

Do Won : Apakah efek sampingnya termasuk halusinasi pendengaran dan visual?

Dokter : Itu tidak umum, tetapi itu mungkin.

Do Won : Syukurlah. Aku lebih suka mengalami efek samping daripada menjadi gila.

Dokter : Mungkin berbahaya untuk mengambil stimulan selama ini. Gila kerja. Ketika orang mendengar kata itu, gila kerja, mereka tidak berpikir itu berbahaya. Namun, jika obsesimu dengan pekerjaan bisa membahayakan hidupmu, kau memiliki kasus yang parah. Aku merekomendasikan terapi bersama dengan minum obat.

Do Won : Bagaimana jika sebaliknya? Akankah berbicara dengan seseorang masih membantu? Bukannya aku mempertaruhkan hidupku karena aku gila kerja. Aku harus melemparkan diriku bekerja keras untuk bertahan hidup? Akankah konseling membantu?

Do Won kemudian berterima kasih dan berkata akan mencoba mengurangi konsumsi obatnya.


Beralih ke Jae Hyeok dan Jin Woo yang tengah membahas korban Ji Young.

Jin Woo : Kau tahu apa? Lee Ji Young memiliki kredit buruk. Aku tidak dapat menemukan catatan telepon atau keuangannya.

Jae Hyeok : Apa kita bisa melacak keberadaannya?

Jin Woo : Untuk saat ini, dia adalah satu-satunya korban yang identitas dan waktu kematiannya berhasil dikonfirmasi. Kita bahkan tidak tahu di mana dia tinggal.

Jae Hyeok : Kita harus mencoba semua yang kita bisa.


Jae Hyeok dan Jin Woo pergi ke rumah sakit, tempat nenek Ji Young dirawat. Mereka bicara dengan perawat nenek Ji Young. Nenek Ji Young tak bisa bicara karena demensia. Perawat bilang dia tak yakin, sudah lama dia tak melihat Ji Young.

Perawat : Aku memang berpikir bahwa sudah saatnya dia datang untuk melihat neneknya.

Jae Hyeok kemudian tanya, kapan terakhir kali perawat melihat Ji Young. Perawat ragu, apa sekitar dua bulan lalu? Perawat lantas tanya kenapa mereka mencari Ji Young. Jae Hyeok pun memberitahu kalau Ji Young dibunuh 10 hari lalu. Sontak lah perawat kaget mendengarnya dan tanya siapa pelakunya. Jae Hyeok bilang polisi masih menyelidiki kasus itu.

Jae Hyeok lalu tanya kabar nenek Ji Young.

Jae Hyeok : Apakah anda pikir dia ingat sesuatu tentang cucunya?

Perawat : Astaga, dia bahkan tidak ingat namanya. Bagaimana dia bisa mengingat cucunya? Wanita tua yang malang itu. Cucu perempuannya adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya.


Tapi kemudian perawat berkata, siapa yang mengiriminya gaji setiap bulan jika Ji Young sudah tiada.

Jae Hyeok dan Jin Woo terkejut mendengar itu dan tanya kapan perawat menerima gaji. Perawat menunjukkan slip gajinya dan mengaku dia dikirimi uang dua hari lalu.


Sekarang, kedua detektif itu lagi di perjalanan. Jae Hyeok menghubungi Do Won, ngasih tahu kalau dia sudah mengecek ke bank tempat transfer dilakukan. Uang tunai di transfer melalui ATM di sebuah toko.

Jae Hyeok : Iya, alamatnya akan segera kukirimkan.


Jin Woo pun bertanya-tanya, siapa yang membayar gaji perawat memakai nama Ji Young.

Jae Hyeok bilang, orang yang harus menyembunyikan fakta bahwa Ji Young sudah tewas.


Seo Kyung ke kantor polisi membawa berkas. Dia masuk ke ruang tempat penyimpanan barang bukti.  Dia melihat2, lalu menemukan box bertuliskan nama Do Won dan tanggal 15 April 2020.

Seo Kyung pun merogohkan tangannya ke dalam. Dia melihat kalung korban. Setelah itu, dia melihat anting korban. Dia pun langsung membandingkan anting korban dengan foto perhiasan korban dari berkas yang dibawanya. Sontak dia kaget. Dia ingat anting itu sama dengan anting dari kotak perhiasan ibunya. Dia pun heran.

Seo Kyung : Bagaimana anting-anting ini...


Jin Woo, Jae Hyeok dan Do Won lagi memeriksa kamera CCTV sebuah toko, tempat seseorang mentransfer uang ke pengasuh nenek Ji Young. Seorang wanita dengan hoodie hitam terekam kamera pengawas. Dia meninggalkan cangkir bekas kopinya di atas tempat sampah usai dari mesin ATM.


Hari sudah malam. Do Won yang baru balik ke kantornya, terkejut mendapati Seo Kyung duduk di kursinya. Seo Kyung berdiri dan berjalan ke arah Do Won. Do Won tanya, kenapa Seo Kyung datang. Seo Kyung bilang ada yang mau dia tanyakan.

Seo Kyung : Apakah kalung itu satu-satunya yang ayahmu punya?

Do Won : Memang kenapa?

Seo Kyung : Pada hari pembunuhan, semua perhiasan hilang dari kotak perhiasan. Dan kalung yang merupakan senjata pembunuh. ada di dalam kotak juga.

Do Won : Terus?

Seo Kyung : Itu hanya masuk akal bila ayahmu yang memiliki semua perhiasan yang hilang jika dia memang pelakunya.

Do Won : Malam itu, aku mendapat telepon dari ayahmu. Dia meneleponku dengan ponsel ayahku. Ayahku pergi ke rumahmu untuk pekerjaan perbaikan sore itu. Dia meninggalkan teleponnya di sana? Dia memberi tahu aku bahwa ayahku meninggalkan teleponnya di rumah kalian. Setelah menerima telepon, aku pergi mencari ayahku. Pada hari hujan, dia selalu mabuk dan menyebabkan masalah. Dan aku mendapati ayahku mengalami kecelakaan tabrak lari. Pada saat itu, ayahku membawa ponselnya. Dia melarikan diri dalam hujan. Jadi, dia bisa menjatuhkan perhiasan atau menyembunyikannya di suatu tempat. Aku tidak tahu persis. Tapi apa yang aku tahu adalah bahwa ayahku pergi ke rumahmu... sekitar waktu kejahatan. Tidak ada tanda-tanda masuk paksa ke rumahmu. Dia di sana benar-benar mabuk.

Do Won yang merasa tidak nyaman karena dosa ayahnya, berusaha meyakinkan Seo Kyung kalau itulah kebenarannya. Dia melarang Seo Kyung memaafkannya. Saat Do Won mau ke mejanya, Seo Kyung memegang tangannya. Langkah Do Won terhenti.

Seo Kyung : Izinkan aku bertanya satu hal lagi kepadamu. Aku ingin tahu mengapa kau bertahan bersamaku. Apakah itu cinta, bahkan untuk... sesaat?

Do Won : Aku hanya berharap untuk satu hal sementara aku tetap di sisimu. Aku berharap ayahku tidak mati hari itu. Aku berharap dia tetap hidup dan membayar atas apa yang dia lakukan. Aku selalu merasa berutang maaf padamu. Aku selalu merasa sangat bersalah. Dan aku selalu ingin membebaskan diri dari itu. Jadi, tinggalkan aku sendiri. Aku mohon padamu.


Seo Kyung lantas menyelipkan sesuatu ke tangan Do Won.

Seo Kyung : Kupikir kau membuang ini, tapi kau masih menyimpannya. Mari kita bicara lagi lain kali. Dan ketika kita melakukannya, kuharap kau akan mengatakan yang sebenarnya.


Seo Kyung beranjak pergi.

Do Won pun mematung dengan tangan memegang jam tangan pecah, hadiah dari Seo Kyung dulu.


Petugas membawa Sung Wook.

Tapi, begitu tiba di depan ruangan perekaman pernyataan, Sung Wook meracau lagi.

Sung Wook : Hujan. Hujan....

Bersamaan dengan itu, Seo Kyung muncul di depan Sung Wook. Melihat Sung Wook, Seo Kyung pun kesal dan langsung mendekati Sung Wook. Polisi berusaha menghalangi Seo Kyung. Seo Kyung pun menunjukkan kartu identitasnya sebagai jaksa, sambil menjelaskan kalau dia adalah JPU dalam kasus itu.

Seo Kyung : Aku ingin berbicara dengannya sebentar.


Polisi keberatan. Seo Kyung tak peduli dan membawa Sung Wook masuk ke ruangan di sebelahnya. Tak lupa Seo Kyung mengunci pintu karena dia gak mau ada yang mengganggunya. Seo Kyung mendesak Sung Wook ke dinding.

Seo Kyung : Ayah Kak Do Won tidak mungkin membunuh ayahku. Jika dia pembunuhnya, tidak mungkin bagi para korban yang ditemukan di Stasiun Mugyeong mengenakan perhiasan ibuku karena ayah Kak Do Won sudah mati. Ibumu berbohong tentang segalanya, bukan? Kau pelakunya, bukan? Kau memang pelakunya, bukan? Katakan padaku. Itu kau, bukan? Kau yang membunuh ayahku, bukan?

Sung Wook meracau lagi.

Sung Wook : Kereta akan datang. Kereta. Jess-jess, tut-tut. Jess-jess, tut-tut. Kereta.

Seo Kyung pun sadar kalau tidak mungkin juga Sung Wook pelakunya.

Sung Wook masih meracau, hujan. Stasiun Mugyeong. Kereta akan datang. Mayat. Kereta akan datang. Orang itu datang dengan kereta api.

Seo Kyung pun menatap Sung Wook dengan heran.


Polisi berusaha membuka pintu, sambil memanggil Seo Kyung. Kebetulan, Direktur Oh lewat. Direktur Oh tanya ada apa. Polisi bilang, Seo Kyung ada di dalam bersama Sung Wook.

Seo Kyung lalu keluar. Polisi langsung membawa Sung Wook.


Seo Kyung : Itu bukan ayah Do Won, Bu Oh. Ada orang lain. Orang itu membunuh ayahku dan meninggalkan mayat ... di Stasiun Mugyeong.

Direktur Oh : Maksudmu apa?

Seo Kyung : Aku akan memberi tahumu setelah aku yakin akan segalanya.

Seo Kyung pun pergi.


Jung Min sibuk dengan komputernya, melakukan tes kecocokan sidik jari. Di depannya, Jae Hyeok dan Jin Woo lagi mengisi perut dengan ramen. Jung Min merasa heran menatap ke arah layar komputernya.

Jung Min : Bukankah kau mengatakan cangkir kopinya dibuang beberapa hari yang lalu?

Jae Hyeok : Ya, dua hari yang lalu.

Jung Min : Apakah terkontaminasi atau semacamnya? Ini tidak mungkin.

Jin Woo melirik Jae Hyeok. Jae Hyeok pun langsung berdiri dan melihat hasilnya. Melihat itu, Jin Woo juga ikut melihat hasilnya.


Do Won tengah menatap jam tangannya yang telah rusak.

Tiba2, seorang gadis datang sambil memegang payung berwarna merah. Bersamaan dengan itu, Do Won pun berdiri sambil menelpon Seo Kyung. Gadis itu berdiri di hadapan Do Won.


Sidik jari di cangkir kopi ternyata milik Ji Young. Sontak lah semua kaget.

Jung Min : Bagaimana sidik jari dari orang mati ditemukan di gelas yang dibuang dua hari yang lalu?


Ji Young menyebutkan namanya pada Do Won.

Do Won terkejut.


Seo Kyung sendiri memeriksa rel Stasisun Mugyeon gara2 perkataan Sung Wook tadi. Dia bingung harus percaya atau tidak karena faktanya Stasiun Mugyeong sudah ditutup sejak 2015 tapi dia menemukan karcis perjalanan dari Seoul ke Mugyeong di tempat mayat Ji Young ditemukan. Di karcis itu tertulis tanggal perjalanan 14 Februari 2020.


Do Won tak percaya yang di depannya adalah Ji Young.

Ji Young pun menunjukkan KTP nya. Dan memang benar, dia Ji Young.


Ji Young lantas bilang dia pergi ke rumah sakit tempat neneknya dirawat.

Ji Young : Dan pengasuh memberi tahu saya bahwa ada beberapa detektif di sana. Omong-omong, mengapa mereka mengatakan padanya saya sudah meninggal?


Seo Kyung masih di pinggir rel. Tiba2, dia mendengar suara lampu tanda kereta akan datang berbunyi. Seo Kyung bertanya2, apa yang terjadi. Tak lama, dia melihat sendiri sebuah kereta lewat. Seo Kyung tak percaya dengan yang dilihatnya.


Seseorang berjalan di dalam kereta sambil menggeret sebuah koper.


Do Won menghubungi Jae Hyeok di depan ruang interogasi. Ji Young menunggu di sana.

Jae Hyeok : Aku baru saja akan meneleponmu.

Do Won : Cari catatan kelahiran Lee Ji Young, catatan persalinan, semuanya, cepat. Lihat apakah dia punya saudara kembar.

Jae Hyeok : Kami menemukan sidik jari di gelas kopinya. Itu milik Lee Ji Young.

Do Won : Apa?

Jae Hyeok : Sudah dites beberapa kali dan tak diragukan lagi itu miliknya. DNA mungkin, tetapi tidak ada yang memiliki sidik jari yang sama. Bahkan jika mereka kembar identik. Bagaimana sidik jari wanita yang sudah mati tercetak di situ?

Sontak Do Won bingung dengan apa yang terjadi.


Seo Kyung perlahan mendekat ke kereta yang berhenti di depannya, dengan tatapan heran.

Si pembunuh membuang koper keluar.

Seo Kyung yang mendengar suara gaduh, menoleh ke belakangnya dan mendapati ada koper di tengah rel. Seo Kyung pun mendekat, dia mencoba memeriksa isi koper. Tapi, dia mendengar suara pelatuh ditarik di belakangnya. Seo Kyung menoleh dan terkejut melihat seseorang mengarahkan pistol padanya.

Polisi lalin yang berjaga di depan stasiun dengan memakai jas hujan, mendengar suara tembakan.


Do Won yang bingung dengan apa yang terjadi, mendengar bunyi telepon di mejanya.

Do Won terdiam menatap telepon di mejanya.


Usai telepon berbunyi, Do Won pun sudah tiba di stasiun Mugyeong. Polisi lalin membawa Do Won ke rel. Di sana, Do Won menemukan sebuah koper. Dia membukanya. Isinya jasad.

Polisi : Saya yakin tidak ada yang pergi ke stasiun, tapi ada jaksa wanita yang masuk sebelumnya, tapi ...


Mendengar itu, Do Won cemas dan berusaha menghubungi Seo Kyung tapi tak dijawab.

Do Won pun langsung mencari Seo Kyung. Tak lama, dia mendapati ceceran darah di rel. Do Won mengikuti ceceran darah. Dan betapa syoknya dia melihat darah itu darah Seo Kyung.

Do Won bergegas mendekati Seo Kyung. Seo Kyung sendiri sudah tewas dengan luka tembak di dadanya. Tangis Do Won pecah mendepati wanita yang dicintainya itu sudah tiada.


Seorang pria dengan stelan jas turun dari kereta api di Stasiun Mugyeong bersama dengan para penumpang.

Pria itu lantas menyimpan pistolnya ke balik jasnya.

Kamera menyorot wajah pria itu. Dia Do Won!! Dengan luka gores di dahinya.

Untuk selanjutnya, Do Won dengan luka gores kita sebut Do Won Dunia B ya, dan Do Won satu lagi Do Won Dunia A. Biar gak bingung.

Bersambung..

0 Comments:

Post a Comment