Train Episode 1

All Content From : OCN
Sinopsis Lengkap : Train
Selanjutnya : Train Episode 2

Adegan dibuka dengan Stasiun Mugyeong yang telah ditutup. Ada spanduk yang bertuliskan bahwa mulai tanggal 3 Mei 2015, stasiun tersebut akan ditutup dan layanan kereta dihentikan. Ada juga spanduk yang bertuliskan himbauan, melarang orang2 masuk. Kamera menyorot sebuah jam yang tergantung di dinding pilar.

Rel kereta diperlihatkan. Gelap. Ada sebuah terowongan di depan sana. Di kanan-kiri rel tampak seperti hutan belantara. Seekor kucing berwarna oranye masuk dan berhenti di tengah perlintasan. Tiba2, suara lonceng kereta api terdengar. Kucing itu menoleh ke belakangnya. Terdengar suara kereta melintas dari arah depan kucing tersebut. Kucing itu mengeong tepat setelah suara kereta melintas terdengar.



-8 April 2008-

Hujan turun dengan deras malam itu. Seorang gadis berseragam sekolah, berjalan kaki menyusuri jalanan sambil memayungi dirinya dengan payung berwarna kuning. Gadis itu kemudian berhenti di depan sebuah pintu gerbang berwarna hijau. Dia heran sendiri melihat pintu gerbangnya sedikit terbuka. Gadis itu lantas menguncupkan payungnya dan masuk ke dalam.


Di sisi lain, ada seorang laki-laki yang berkeliaran hujan-hujanan di jalanan sambil teriak memanggil ayahnya. Laki-laki itu mencari ayahnya. Dia juga mengenakan seragam sekolah.


Gadis tadi menaruh payungnya di dekat pintu dan heran melihat rumahnya yang gelap. Dia memanggil ayahnya.  Tapi, tak ada yang menyahutnya. Dia coba menyalakan lampu tapi lampu tak mau menyala.


Laki2 tadi masih berkeliaran, mencari sang ayah. Tak lama, dia melihat kerumunan di depannya.

"Apa dia sudah mati?" ucap salah seorang dari kerumunan.


Gadis tadi perlahan-lahan melangkahkan kakinya ke dalam. Dia melihat sebuah kotak perhiasan tergeletak di lantai. Gadis itu melangkahkan kakinya lagi. Dan, kakinya yang masih memakai kaus kaki putih tak sengaja menginjak genangan darah. Sontak lah, gadis itu berhenti melangkah dan melihat ke bawah. Petir menggelegar. Cahaya petir menerangi seorang pria yang sudah tewas bersimbah darah di lantai. Gadis itu syok dan jatuh terduduk.


Laki2 tadi mendekati kerumunan. Dia terkejut melihat seorang pria yang tergeletak bersimbah darah, di pinggir jalan. Pria itu ayahnya.


Kamera menyorot jam tangan ayah gadis tadi. Jarum jam nya menunjukkan pukul 22.35.

Sebuah kereta melintas di rel Stasiun Mugyeong yang sudah tidak beroperasi.


Laki2 tadi membawa ayahnya ke rumah sakit. Dia berlari, melewati gadis itu yang duduk bersama sang wali, seorang wanita. Wali gadis itu terkejut melihat laki2 itu.

"Do Won-ah." panggil wali gadis itu sambil menatap laki2 itu. Namun, Do Won tak mendengar.


Tim dokter berusaha menolong ayah Do Won. Namun, ayah Do Won tak tertolong.

Tangis Do Won pecah.

Gadis itu terdiam melihat Do Won yang bernasib sama dengannya.


Do Won dan gadis itu sama-sama menggelar pemakaman ayah mereka. Gadis itu terdiam di ruang duka tempat ayahnya disemayamkan. Tak lama kemudian, dia menatap Do Won yang ruang dukanya tepat di depan ruang duka ayahnya. Do Won juga menatap gadis itu setelah terdiam sejenak.


Wali gadis tadi ternyata seorang polisi. Dia tengah menyelidiki TKP tempat ayah gadis itu tergeletak bersimbah darah. Tak lama, seorang rekannya datang mendekatinya membawa sebuah laporan.

Detektif Lee : Senior Oh. Hasil analisis sidik jarinya sudah keluar.

Senior Oh : Benarkah?

Detektif Lee : Itu milik tukang reparasi boiler yang ke sini pada hari sebelumnya. Haruskah kita mewawancarainya sebagai saksi?


Senior Oh melihat laporan yang dibawa Detektif Lee. Ternyata itu data pribadi ayah Do Won.

Senior : Dia sudah mati, Pak Seo Jae Chul.

Detektif Lee : Apa?

Senior Oh : Bagaimana hasil autopsinya? Sudah keluar?

Detektif Lee : Penyebab kematiannya sesak napas. Dia dicekik sampai mati, lalu dipukul kepalanya.


Senior Oh : Berlebihan. Apa senjata pembunuhannya?

Detektif Lee : Sebuah kalung.

Senior Oh : Sebuah kalung?

Detektif Lee menunjukkan foto kotak perhiasan yang lengkap dengan perhiasannya  yang dilihat gadis itu di lantai tadi sebelum menemukan ayahnya.

Detektif Lee : Itu dari kotak perhiasan di sini. Dia dicekik dengan ini. Pembunuhnya mengambilnya.


Do Won berusaha tegar melihat jasad ayahnya mulai dikremasi.


Setelah itu, dia duduk di kursi tunggu. Do Won melihat koran di dekatnya, yang berisi artikel pembunuhan di Perumahan Mugyeong yang disertai foto kalung yang menjadi senjata pembunuhan.


Seseorang datang memberikan barang peninggalan Pak Seo.


Diluar, Do Won melihat barang2 ayahnya. Dia mengambil jaket ayahnya di dalam kotak. Tapi, sebuah kalung jatuh dari dalam jaket ayahnya. Dia mengambil kalung itu dan teringat itu kalung yang sama dengan yang dilihatnya tadi di artikel pembunuhan di Komplek Mugyeong. Tak lama, Do Won menyadari bahwa ayahnya lah si pelaku pembunuhan di Kompleks Mugyeong.


-2020, Masa Sekarang-

Seseorang dengan jas hujan, berjalan di atas rel sambil menyeret sebuah koper. Hujan turun sangat deras, membasahi koper dan darah mengalir deras dari dalam koper.

Dua wanita berada di dalam satu ruangan. Tapi, wanita yang satu tubuhnya dipenuhi bekas luka. Wanita pemilik ruangan, menyuguhkan minum untuk wanita yang tubuhnya penuh bekas luka. Dia menyuruh wanita itu minum sesuatu yang hangat dulu. Wanita yang tubuhnya penuh luka, mulai memegang cangkir. Wanita pemilik ruangan melihat luka2 di tangan wanita itu.


Tiba2, dia mendengar suara seorang pria yang mencarinya.

Diluar, ada seorang pria mencari wanita pemilik ruangan.

"Jaksa Han ada di dalam, kan?" tanya pria itu.

Asisten wanita pemilik ruangan berkata, bahwa Jaksa Han tengah mewawancarai saksi.


Jaksa Han yang mendengar itu, langsung keluar menemui pria itu. Dia lantas menyuruh asistennya  untuk menyerahkan laporan pada atasan mereka.

Asistennya mengerti dan bergegas pergi.


Jaksa Han menatap pria itu, ada apa ini?

Pria itu menunjukkan sebuah surat dan meminta penjelasan. Dia bilang, dia mendapatkan pernyataan korban, pernyataan saksi dan DNA pelaku tapi kenapa surat penangkapannya ditolak.

Jaksa Han bilang itu karena korban mengubah pernyataan.

Jaksa Han : Itu bukan pemerkosaan. Mereka tertarik satu sama lain dan itu konsensual. Saksi juga bersaksi lagi dan membenarkannya. Lupakan surat perintah penangkapannya. Untuk saat ini, aku bahkan tidak bisa menuntutnya.

Pria itu kesal, lantas apa kau juga berpikir seperti itu?


Di dalam ruangan Jaksa Han, korban menangis.


Jaksa Han : Korban mengatakan dia tidak ingat bagaimana dia mendapatkan luka-lukanya. Ketika dia bangun, dia melihat luka-luka itu.

Pria itu tak terima. Dia bilang dia tahu di mana Park Tae Kyung menyembunyikan mobilnya. Dia juga mengeklaim bahwa dia yakin bisa menemukan bukti dari rekaman kamera dasbor mobil karena Park Tae Kyung melakukan pemerkosaan di dalam mobil.

"Dengan itu, kita akan dapat membuktikan bahwa dia memperkosanya."

Jaksa Han bilang, tidak mungkin Park Tae Kyung meninggalkan bukti seperti itu.

Pria itu yakin Park Tae Kyung akan meninggalkan rekaman itu.

Pria itu : Dia menyimpannya dan mengingatkan dirinya sendiri akan kejahatan yang dilakukannya.


Pria itu lantas meminta Jaksa Han mengeluarkan surat perintah penggeledahan dan penyitaan untuk mobil Park Tae Kyung. Jaksa Han menolak. Dia bilang pengadilan akan menolak meskipun dia meminta. Mendengar itu, pria itu jadi curiga kalau Jaksa Han sebenarnya tidak mau mencoba.

Jaksa Han tersinggung, apa?

Pria itu : Lupakan. Aku akan mengurusnya.

Jaksa Han : Kalau ingin mengatakan sesuatu, terus teranglah. Apa yang kau maksud dengan perkataanmu barusan?

Pria itu : Bosmu mahasiswa beasiswa Taekang. Wakil Ketua Grup Taekang adalah ayah Park Tae Kyung.

Jaksa Han : Terus? Maksudmu, aku menolak karena aku mendapat tekanan?

Pria itu : Kuharap tidak.

Jaksa Han : Jangan sembarangan menuduh. Selain itu, kau tidak punya hak untuk menyebutku pengecut dan mengkritikku.

Pria itu : Siapa yang tahu itu benar atau tidak?

Pria itu beranjak pergi.

Korban masih menangis. Jaksa Han masuk dan korban segera menyeka air matanya. Jaksa Han terdiam di depan pintu. Tiba2, telepon di mejanya berbunyi. Jaksa Han bergegas menjawab. Telepon dari atasannya.

Jaksa Han : Ya, Pak? Saya mengerti, tapi...

Jaksa Han terdiam sebentar. Lalu dengan terpaksa dia bilang dia akan mengikuti protokol.

Jaksa Han menaruh gagang telepon dengan kesal. Dia lalu mencabut kabel teleponnya.


Park Tae Kyung keluar dari sel tahanan polisi Mugyeong didampingi pengacaranya. Dengan wajah sumringah, dia mendekati para detektif yang menangkapnya dan menaruh minuman di atas meja.

Tae Kyung : Astaga. Terima kasih atas kerja keras kalian, Pak Detektif. Nikmati minuman sehat ini dan beri makan otak kalian juga. Aku tak ingin usaha kalian sia-sia lain kali. Kalian dibayar dengan uang pajak, harusnya kalian lebih kompeten lagi.


Seorang detektif yang tidak tahan lagi, akhirnya meledak. Dia mencengkram kerah Tae Kyung.

"Jika tidak melakukannya, mengapa kau melarikan diri?"

"Dikejar oleh polisi selalu menjadi keinginanku, tahu. Seperti di film-film. Sungguh menggetarkan hati." jawab Tae Kyung.

"Dasar berengsek. Aku akan membunuhmu hari ini juga." ucap detektif itu.

Detektif yang lain, membawa detektif itu pergi.


Tae Kyung lalu mendekati detektif yang menemui Jaksa Han tadi. Yang ditatap cuek dan terus melihat sebuah dokumen. Tae Kyung membukakan tutup botol, lalu menaruh minumannya di atas meja detektif itu. Detektif itu cuek. Tae Kyung beranjak pergi. Ternyata detektif itu tengah membaca catatan kriminal Tae Kyung.


Sekarang. dua detektif ada di dalam mobil. Mereka adalah Detektif Seo Do Won, detektif yang menemui Jaksa Han dan detektif satunya adalah Detektif Kim Jin Woo, detektif yang menjauhkan rekannya dari Tae Kyung.

Keduanya ternyata sedang mengintai Tae Kyung di depan sebuah hotel.

Sambil menunggu, Do Won meminum obatnya. Jin Woo melihat itu.

Tak lama, target mereka keluar dan pergi dengan mobil merah miliknya.

Jin Woo : Bagaimana sekarang? Dia akan mengemudi. Haruskah kita menangkapnya?

Do Won : Itu saja tidak akan cukup.

Do Won pun bergegas melajukan mobilnya, mengikuti Tae Kyung.


Do Won mendahului mobil Tae Kyung. Lalu dia mengambil jalur di depan mobil Tae Kyung dan menghalangi jalur mobil Tae Kyung. Tae Kyung kesal melihat ada mobil menghalangi jalannya. Dia penasaran siapa yang menghalangi jalannya. Dia lantas berusaha melihat pengendara mobil yang menghalangi jalannya.

Tae Kyung tertawa melihat itu Do Won, detektif yang menangkapnya tadi.

Tae Kyung : Mari kita lihat siapa yang menang.

Tae Kyung menyenggol mobil Do Won. Do Won langsung menghindarkan mobilnya.

Tae Kyung senang, kau pasti memang cari mati.

Tae Kyung berhasil lolos setelah menyenggol mobil Do Won.


Do Won lalu berhenti sejenak di lampu merah. Dia menyuruh Jin Woo turun. Jin Woo heran, apa? Do Won kekeuh menyuruh Jin Woo turun. Jin Woo turun. Tak lama, Do Won melihat kemunculan mobil  Tae Kyung. Dan Do Won pun segera melajukan mobilnya dan berhenti di tengah2. Tae Kyung datang dan terkejut melihat mobil Do Won di depannya. Tabrakan tak terhindarkan. Tae Kyung menabrak mobil Do Won.

Jin Woo kaget dan mencemaskan Do Won.

Jin Woo : Tunggu. Aku akan menelepon 119.


Dahi Do Won berdarah. Tapi Do Won tak peduli dan bergegas mengejar Tae Kyung yang mencoba kabur.

Do Won kemudian meminta bantuan. Dia bilang dia tengah mengejar pengemudi tabrak lari menuju Stasiun Mugyeong.


Tae Kyung berbelok ke jalan di dekat rel kereta. Do Won terus mengejar Tae Kyung. Bantuan datang. Tae Kyung yang kesal dikepung polisi, belok ke rel. Do Won pantang menyerah dan terus mengejar Tae Kyung. Mobil Tae Kyung pun berhenti di atas rel kereta setelah ditabrak Do Won dari belakang.

Tae Kyung berusaha menjalankan mobilnya tapi ban belakangnya nyelip sehingga mobilnya tak mau berjalan. Tae Kyung kesal. Do Won turun dari mobilnya dan mendekati mobil Tae Kyung. Lalu dia membuka pintu mobil Tae Kyung dan mendorong Tae Kyung keluar dari dalam mobil. Setelah itu dia menyita kartu black box mobil Tae Kyung dan memborgol Tae Kyung.

Do Won : Aku akan menyita ini sebagai bukti. Aku yakin kau tahu kau akan dijatuhi hukuman untuk beberapa hal lagi berkat ini.


Tapi, Tae Kyung melihat sesuatu di dekat ban mobilnya.

Tae Kyung : Apa itu? Bukankah itu kerangka?

Do Won yang melihat itu juga kaget.


Tae Kyung berusaha lari. Dia berusaha memanjat pinggir rel, tapi dia jatuh bersamaan dengan sebuah koper merah dan kerangka.

Tae Kyung ketakutan dan merangsek mundur.

Do Won datang dan terkejut melihat kerangka lain di rel itu.

Tae Kyung mencoba kabur.

Do Won melihat sekelilingnya dan ternyata rel itu dipenuhi kerangka.

Besoknya, polisi langsung melakukan penyisiran di sepanjang rel.

Reporter melaporkan dari tempat kejadian perkara.

Reporter : Kami saat ini sedang berada di Stasiun Mugyeong, di mana beberapa kerangka manusia ditemukan dini hari tadi. Polisi menemukan lebih banyak kerangka setelah penyelidikan TKP. Sejauh ini, mereka telah menemukan total empat kerangka. Polisi berasumsi bahwa ini adalah pembunuhan berantai. Stasiun Mugyeong, tempat kerangka ditemukan, ditutup lima tahun lalu pada tahun 2015. Karena itu, tidak ada kamera keamanan di daerah ini, yang akan membuat sangat sulit bagi polisi untuk menangkap pelakunya.



Beralih ke Do Won yang dipanggil Senior Oh yang kini telah menjadi seorang direktur.

Do Won : Anda memanggil saya, Bu?

Direktur Oh : Apa yang terjadi?

Do Won : Saya baru dari TKP. Itu pembunuhan berantai. Pelakunya menggunakan MO yang sama. Keempat kerangka itu pecah tengkoraknya dan dimasukkan ke dalam tas. Kami sedang menyelidiki TKP, jadi saya akan melapor kembali setelah saya mendapatkan hasilnya.


Do Won mau pergi, tapi Direktur Oh bertanya, apa itu sebabnya dia memanggil Do Won.

Do Won berbalik, menatap Direktur Oh. Direktur Oh lantas menyuruh Do Won menandatangani surat cuti. Do Won keberatan. Direktur Oh minta penjelasan soal kejadian dengan Tae Kyung. Do Won menjelaskan, kalau mereka  memeriksa rekamankamera dasbor Park Tae Kyung.

Do Won : Dan kami memiliki rekaman dia menyiksa korban secara fisik karena korban menolak. Kami juga akan mendapatkan pernyataan dari para korban lainnya. Jaksa tidak akan bisa melepaskannya kali ini.

Direktur Oh : Aku melihat hal lain di kamera dasbor.


Direktur Oh menunjukkan rekaman video saat mobil Tae Kyung menabrak mobil Do Won.

Melihat itu, Do Won langsung mengklaim kalau dia tak melakukan hal yang melanggar hukum.

Do Won : Dia yang menabrak dan saya mengikuti prosedur saat mencari mobilnya...

Direktur Oh : Do Won-ah, kau bisa mati. Mengapa kau melajukan mobilmu ke arahnya padahal kau tahu dia akan menabrakmu?


Do Won : Saya sudah memeriksa tempat itu sebelumnya. Mobil saya bisa bergerak dengan baik. Saya benar-benar baik-baik saja. Anda bisa melihatnya.

Direktur Oh : Tanda tangani.

Do Won keberatan, Direktur...

Direktur Oh : Kau tidak normal. Aku tidak bisa membiarkanmu terus begini.


Do Won pun menaruh obatnya di atas meja.

Do Won : Saya menjalani perawatan. Anda menyuruh saya pergi ke rumah sakit. Saya mendapat konseling dan saya minum obat.

Tapi Direktur Oh diam saja menatap Do Won.


Do Won berusaha meyakinkan Direktur Oh.

Do Won : Saya benar-benar serius. Kasus Stasiun Mugyeong adalah pembunuhan berantai. Kami sudah menemukan empat korban. Apakah anda benar-benar berpikir saya akan baik-baik saja jika saya mengambil cuti sekarang? Saya tidak akan berlebihan. Saya berjanji.

Direktur Oh : Aku ingin catatan dokter.

Do Won mengambil kembali obatnya.

Direktur Oh : Akan saya bawakan untuk anda bersama dengan pelakunya.

Do Won lalu beranjak keluar dari ruangan Direktur Oh.

Direktur Oh resah.

Lee Jung Min sibuk dengan tugasnya memotret TKP.


Jae Hyeok dan Jin Woo juga memeriksa TKP. Jin Woo tiba2 mengajak Jae Hyeok bertaruh. Dia menawarkan 100 dolar untuk taruhan. Jae Hyeok tanya taruhan untuk apa. Mereka berdua lalu mulai berjalan menyusuri rel.

Jin Woo : Akankah Ketua Seo meninggal lebih dulu karena terlalu banyak bekerja atau mengalami kecelakaan? Atau akankah aku mati lebih dulu karena serangan jantung? Menurutmu, mana yang akan terjadi duluan?


Jae Hyeok melihat Do Won datang.

Jae Hyeok : Aku akan memotong tanganku jika dia tidak mati duluan.

Jin Woo juga melihat Do Won.

Jae Hyeok : Aku yakin aku akan menang.

Jin Woo berbisik pada Jae Hyeok.

Jin Woo : Aku bertaruh aku akan mati duluan.

Jae Hyeok : Baik. Taruhan berlangsung.


Mereka mendekati Do Won. Namun Jae Hyeok tampak terpincang-pincang.

Jae Hyeok : Ketua Seo, bukankah kau harus pergi ke dokter?

Do Won : Lain kali saja. CCTV-nya, sudah kau periksa?

Jae Hyeok : Tempat ini sudah lama ditutup, jadi tidak ada apa-apa. Masuk area pembangunan kembali selama bertahun-tahun, jadi tidak ada CCTV. Sepertinya akan sulit juga untuk menemukan saksi. Tidak ada yang tinggal di dekat sini.

Do Won : Tuliskan daftar semua mantan narapidana yang ada di daerah ini. Dan periksa apakah ada yang dilaporkan hilang.

Jae Hyeok dan Jin Woo mulai bergerak.


Do Won mendekati Jung Min.

Jung Min melihat Do Won.

Jung Min : Bedebah sinting.

Do Won : Cara yang bagus untuk menyapa.

Jung Min mengomel, kalau mau mati, kau cukup merangkak ke dalam lubang ini. Aku akan dengan senang hati menutupimu dengan kotoran.

Do Won melihat kerangka dan barang2 korban yang dipotret Jung Min.

Do Won :  Kau khawatir atau marah? Pilih satu saja.

Jung Min : Untuk apa aku khawatir padamu? Mending khawatir pada anjing tetangga.

Jung Min melangkah mundur, sambil terus memotret. Tiba2, Jung Min kesandung. Do Won langsung memegangi Jung Min agar Jung Min tidak jatuh. Setelah itu, dia berdiri.

Do Won : Kita sudah berteman selama 15 tahun, tapi kau lebih khawatir pada anjing?

Jung Min menatap Do Won, setidaknya, anjing tetangga tahu cara menjaga diri sendiri.

Do Won : Apakah kau punya sesuatu yang akan membantu kami mencari tahu siapa korbannya?

Jung Min : Semuanya sudah jadi kerangka, jadi kita tidak bisa mendapatkan sidik jarinya. Ini akan sangat sulit.


Do Won melihat perhiasan korban.

Jung Min : Berdasarkan perhiasan yang dikenakan para korban, kupikir mereka semua wanita.

Do Won : Apakah itu berarti pelakunya tidak mengejar perhiasan mereka?

Tiba2, Do Won mendengar teriakan kaget Jin Woo.


Sontak lah Do Won bergegas menghampiri Jin Woo. Begitu pun dengan Jae Hyeok.

Do Won : Ada apa?

Do Won dan Jae Hyeok melihat ke bawah. Ternyata ada bangkai kucing.

Sontak lah Jae Hyeok langsung mengomeli Jin Woo karena masih kaget dengan hal semacam itu. Jin Woo membela diri. Dia bilang itu karena dia sudah mengalami dua serangan jantung sejak kemarin.

Jin Woo : Tapi apakah kau tidak melihat sesuatu yang aneh tentang bangkai kucing ini? Dulu aku tinggal di dekat stasiun kereta, jadi aku sering melihat yang seperti ini. Dan kucing yang tertabrak kereta api terlihat seperti ini.

Jae Hyeok : Tertabrak kereta api? Di sini?

Jin Woo : Ya, ma-makanya itu. Itu tidak masuk akal. Mungkin tertabrak mobil saat menyeberang jalan. Apa kita harus menguburnya lagi?


Do Won : Tunggu.

Do Won lalu melihat ke tumpukan sampah di bawah jaring besi.


Jaksa Han di ruang autopsi bersama dokter forensik. Dia melihat2 kerangka yang baru saja ditemukan di rel. Tangan Jaksa Han memegang sebuah berkas. Dokter bilang kerangka2 itu berjenis kelamin perempuan. Keempat tengkorak retak oleh benda tumpul. Berdasarkan pembusukannya, perkiraan waktu kematian setidaknya, setahun yang lalu. Ada beberapa patah tulang, jadi mereka tidak dipukul sekali. Dengan kerusakan seperti ini, kemungkinan si Pembunuh terus menyerang bahkan setelah para korban sudah lama meninggal.


Jaksa Han lalu memberikan berkas yang dia bawa ke dokter.

Jaksa Han : Ini. Dua belas tahun yang lalu, ada kasus dengan MO serupa. Pembunuhan di Perumahan Mugyeong. Korban dicekik, lalu dipukul di kepala. Sama seperti para korban ini. Pembunuhnya tidak pernah ditangkap  dan kasus ini masih belum terpecahkan selama 12 tahun. Mungkinkah pembunuhnya adalah orang yang sama?

Dokter memeriksa berkas yang dibawa Jaksa Han.

Dokter : Saya tidak yakin. Fraktur tengkoraknya memang terlihat serupa, tetapi saya tidak dapat dengan jelas mengidentifikasi penyebab kematian keempat orang ini.


Dokter lalu melihat nama saksi yang tertulis di berkas itu. Namanya Han Seo Kyung.

Lalu dokter melihat nama Jaksa Han di kartu pegawai yang tergantung di leher Jaksa Han.

Jaksa Han mengakui itu dirinya.

Jaksa Han : Korban, Han Kyu Tae, beliau ayah saya.


Do Won tengah di perjalanan. Dia baru dapat laporan dari Jae Hyeok.

Jae Hyeok : Aku menemukan toko yang menjual Permen Okchun itu. Seseorang terkadang membelinya. Aku akan kirimkan fail rekaman CCTV-nya.

Sepertinya permen okchun ada hubungannya dengan tumpukan sampah yang dilihat Do Won tadi.


Di atas sebuah meja, ada dua foto Direktur Oh bersama Seo Kyung dan Do Won.

Direktur Oh membuatkan banyak makanan untuk Seo Kyung. Seo Kyung tanya, mengapa banyak sekali.

Direktur Oh : Selamat ulang tahun, Seo Kyung-ah.

Seo Kyung : Terima kasih banyak.

Direktur Oh : Astaga. Haruskah kita makan?


Direktur Oh juga menyiapkan piring untuk Do Won. Dia berharap Do Won datang. Seo Kyung yang tahu itu, langsung bilang kalau Do Won tidak akan datang.

Seo Kyung : Sudah tiga tahun. Lupakan ulang tahunku. Dia bahkan tidak merayakan ultahmu, yang sudah seperti seorang ibu baginya. Aku membuatnya merasa tidak nyaman. Aku akan makan bagiannya juga.

Seo Kyung mengambil nasi Do Won.

Direktur Oh : Jangan membenci Do Won terlalu banyak, Seo Kyung-ah.

Seo Kyung : Bagaimana aku bisa membencinya? Bahkan ayahku tidak bisa melakukan apa yang dia lakukan untukku.

Direktur Oh terdiam menatap Seo Kyung.

Seo Kyung mencicipi masakan Direktur Oh.

Direktur Oh : Bagaimana?

Seo Kyung tersenyum, ini enak banget.

Direktur Oh : Makan yang banyak.


Direktur Oh mengantarkan Seo Kyung keluar.

Seo Kyung : Tidak perlu mengantarku.

Direktur Oh : Ini hari ulang tahunmu.

Seo Kyung : Tidur yang nyenyak. Aku akan pulang.

Seo Kyung pergi. Dia beranjak ke lantai atas, karena dia tinggal di unit atas. Sambil menaiki tangga, dia melihat ponselnya. Do Won menelponnya, tapi dia memilih tak menjawab.


Do Won sendiri lagi benerin lampu di depan pintu rumah Seo Kyung.

Seo Kyung datang dan terdiam melihat Do Won.

Do Won pun mendekati Seo Kyung selesai benerin lampu.

Do Won : Lampunya padam, jadi kuganti bohlamnya.

Seo Kyung : Apa kau tidak tahu ini disebut masuk tanpa izin?

Do Won : Rumahku di sana.

Seo Kyung : Kau tidak bisa mengatakan itu setelah pergi selama tiga tahun.

Seo Kyung beranjak ke pintunya.


Di dalam, Do Won menunjukkan rekaman video seorang pria ke Seo Kyung.

Do Won : Kupikir lebih baik untuk memastikannya denganmu. Bukankah ini Lee Sung Wook, putra ibu tirimu?

Seo Kyung melihat video itu. Dia bahkan memperbesarnya juga.

Seo Kyung : Aku sudah bertahun-tahun tidak melihatnya, jadi aku tidak yakin. Tahi lalat di punggung tangannya. Kupikir memang dia.

Do Won : Apa kau masih memiliki alamatnya?

Seo Kyung memberikannya.


Setelah dapat alamat Sung Wook, Do Won mau pergi. Tapi Seo Kyung tanya, apa Sung Wook terlibat dalam kasus yang mereka selidiki.

Do Won : Bukan apa-apa. Aku ingin menanyai saksi.

Seo Kyung : Apakah ini tentang kasus Stasiun Mugyeong? Apakah Lee Sung Wook terlibat?

Do Won : Akan saya laporkan pada anda begitu saya yakin, Nona Jaksa.

Do Won pun pergi tapi sebelum pergi dia mengucapkan selamat ulang tahun pada Seo Kyung.

Seo Kyung terdiam menatap lirih Do Won.


Do Won mau beranjak ke mobilnya. Tapi Seo Kyung mengejarnya. Seo Kyung marah dan melemparkan tas besar ke arah Do Won.

Seo Kyung : Apakah itu yang harusnya kau katakan? Sudah tiga tahun. Kau kembali ke sini setelah tiga tahun. Ketika kau pergi tiga tahun lalu tanpa kata  dan ketika kau kembali dan bertindak seperti orang asing, aku berusaha tahan dengan itu. Kau pasti punya alasan. Kau akan beri tahu aku suatu hari nanti. Lagi pula, kita hidup bersama selama 10 tahun. Alasanmu seperti ini, bukankah paling tidak kau harus menjelaskannya kepadaku sekarang?

Do Won : Kau mengatakan bahwa kau menyukaiku. Itu sebabnya aku pergi. Pengakuanmu. Apakah itu menjawab pertanyaanmu?

Seo Kyung : Kau pengecut, Kak. Ambil. Barang-barang yang kau tinggalkan. Sudah kukemasi.

Do Won : Untuk apa? Aku tinggalkan, berarti itu bisa dibuang.

Do Won pun beranjak ke mobilnya.


Seo Kyung menatap Do Won dengan tatapan berkaca-kaca.

Do Won melajukan mobilnya. Tapi tak lama, dia berhenti sejenak. Di kursi sampingnya, terlihat sebuah kotak kue. Do Won lalu memukul setirnya dan menangis.


Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Telepon dari Jung Min.

Jung Min : Aku menemukan beberapa sidik jari di tas tempat mayat-mayat itu berada, tapi semuanya tidak lengkap, jadi kita tidak bisa mendapatkan identitas pemiliknya. Kecuali kita memiliki tersangka dan dapat membandingkannya dengan set sidik jari lengkap.


Do Won pun melihat alamat Sung Wook yang tadi diberikan Seo Kyung.

Seorang pria berada di pinggiran rel Stasiun Mugyeong. Pria itu memakan permennya, dan membuang bungkusnya sembarangan. Lalu dia melihat ada bangkai kucing di pinggir rel. Pria itu yang merasa terganggu, bergegas mengubur bangkai kucing itu. Namun, seorang polisi lalu lintas mendekatinya. Dia bilang, pria itu tak boleh berada di sana. Namun pria itu tak peduli dan terus menguburkan bangkai kucing sambil meracau.

"Bahaya, cermin, lampu lalu lintas, berhenti." ucapnya.

Melihat pria itu bergeming, si polisi lalin berusaha mengusir pria itu. Dia memegang tubuh pria itu. Tapi pria itu marah dan mendorong si polisi lain. Usai mendorong polisi lain, pria itu lanjut mengubur bangkai kucing sambil terus meracau, mengucapkan kata2 yang sama.


Akhirnya pria itu diantarkan pulang oleh dua polisi lalin. Ibu pria itu marah.

"Aku muak dia selalu di sekitar sini. Masukkan dia ke penjara berapa lama pun, aku tidak peduli."

Tepat saat itu, Do Won datang dan melihat keributan itu dari jauh.

Polisi bilang, wanita itu tidak dapat membiarkan orang gangguan mental keluar dan berkeliaran sendirian.

Do Won yang mendengar itu kaget.

Do Won : Lee Sung Wook gangguan mental?

Ibu Sung Wook makin marah.

Ibu Sung Wook : Haruskah aku terus bersamanya 24 jam sehari? Haruskah kami berdua mati kelaparan karena aku merawatnya? Beri aku uang untuk melakukan apa yang kalian katakan. Beri aku uang untuk hidup.

Polisi : Bagaimanapun, kami tidak akan membiarkannya kali ini. Dia akan didakwa dengan obstruksi. Dia akan dikurung seperti yang Anda inginkan atau membayar denda, asal kau tahu saja!

Kedua polisi pergi.

Ibu Sung Wook protes, aku tidak punya uang untuk membayar denda! Lakukan apa pun yang kalian inginkan! Bawa dia bersama kalian! Kalian mau ke mana? Bawa dia! Bawa orang bodoh ini bersamamu!


Ibu Sung Wook kembali ke dalam. Dia minum-minum. Do Won lantas masuk. Melihat ada yang datang, ibu Sung Wook bilang dia masih buka. Ibu Sung Wook melihat ke arah rambut Do Won. Dia pun tanya dengan wajah agak heran, mau dipotong atau dirapikan. Ternyata, ibu Sung Wook menjalankan salon. Do Won menunjukkan kartu PNS nya dan mengaku polisi. Dia bilang, ingin bertemu Sung Wook. Mendengar Do Won polisi, ibu Sung Wook marah dan menyuruh Do Won keluar. Dia bilang, dia sudah cukup berurusan dengan polisi hari ini.

Do Won : Apa yang terjadi pada Lee Sung Wook? Dia sangat berbeda dari ketika saya terakhir melihatnya.

Mendengar itu, ibu Sung Wook pun menatap Do Won.


Ibu Sung Wook mengajak Do Won masuk ke rumahnya. Dia membuka kulkas, lalu mengambil mirasnya sambil berkata kalau sekarang dia ingat siapa Do Won.

Ibu Sung Wook kemudian duduk dan meminum mirasnya. Setelah itu, dia mengatai Seo Kyung.

Ibu Sung Wook : Kau orang yang mengambil Seo Kyung setelah ayahnya meninggal. Siapa yang tahu Seo Kyung bisa begitu banyak akal? Dia berpura-pura berkelas dan semuanya. Begitu ayahnya meninggal, dia malah mengikuti seorang pria dan meninggalkan rumah. Dia hanya gadis SMA.

Do Won membalas sindiran ibu Sung Wook.

Do Won : Dan menurut anda siapa yang membuatnya pergi? Ibu tirinya yang secara terbuka melecehkannya begitu ayahnya meninggal? Atau putra ibu tirinya yang mencoba melecehkan seorang gadis 17 tahun?

Ibu Sung Wook : Orang mengatakan, tidak ada gunanya menerima orang asing. Aku tidak percaya kau memperlakukanku seperti ini.

Do Won : Bu Jo, dari yang aku ingat, kau menerima jumlah yang lumayan dari asuransi jiwanya.

Ibu Sung Wook : Berkat uang itu, dia masih hidup ketika dia seharusnya sudah mati bertahun-tahun yang lalu.


Do Won lalu tanya, apa yang terjadi dengan Sung Wook. Ibu Sung Wook bilang, Sung Wook membenturkan kepala ke tiang telepon.

Ibu Sung Wook : Dia mengemudi setelah dia minum. Kenapa memangnya?

Do Won : Anda tahu bahwa kami menemukan kerangka di Stasiun Mugyeong, kan?

Ibu Sung Wook : Semua orang di sekitar sini sudah membicarakan soal itu seharian. Bukannya aku memang ingin mendengarnya.

Do Won : Kami menemukan jejak bahwa dia berada di TKP. Itu sebabnya aku di sini.

Mendengar itu, ibu Sung Wook tertawa terbahak-bahak.

Ibu Sung Wook : Astaga. Tunggu. Ia memiliki kecerdasan seorang anak prasekolah. Dia berhasil membunuh orang secara rahasia dan mengubur mereka? Dan dia membunuh empat orang?


Do Won : Aku tidak mengatakan bahwa dia adalah tersangka.

Mendengar itu, tawa ibu Sung Wook berhenti.

Do Won : Bisakah aku berbicara dengannya?

Ibu Sung Wook : Yah, lakukan sesukamu. Aku ragu dia akan menanggapimu.


Do Won pun pergi menemui Sung Wook. Sung Wook nya lagi sibuk dengan mainan kereta apinya.

Do Won : Lee Sung Wook-ssi, kau ingat aku? Dulu kita pernah bertemu.

Kita diperlihatkan flashback saat Do Won memukul Sung Wook, karena Sung Wook berusaha memperkosa Seo Kyung. Sung Wook yang takut, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Dia juga bersumpah takkan melakukan itu lagi ke Seo Kyung.

Flashback end..


Do Won lantas bilang, ingin bertanya pada Sung Wook.

Do Won : Bisakah kau membantuku?

Karena Sung Wook bergeming, Do Won memberinya permen okchun.

Sung Wook langsung mengambil dan memakan permen itu.


Do Won lalu menunjukkan foto Stasiun Mugyeong.

Do Won : Kau mengenali tempat ini, kan?

Sung Wook : Stasiun Mugyeong.

Do Won : Apa kau pernah melihat seseorang membawa tas besar di stasiun? Atau pernahkah kamu melihat seseorang menggali tanah dengan sekop atau mengubur sesuatu?


Sung Wook meracau lagi sambil menyusun rambu2 kereta api, lengkap dengan stasiun kereta api nya.

Sung Wook : Bahaya. Cermin. Lampu lalu lintas. Berhenti.


Do Won awalnya gak ngeh, tapi setelah melihat coretan-coretan Sung Wook di dinding, dia terkejut.

Di dinding dipenuhi tulisan Sung Wook.

"Bahaya. Cermin. Lampu lalu lintas. Berhenti. Bukgyrungru."

Sung Wook bicara lagi.

Sung Wook : Sebuah kereta akan datang. Jess-jess, tut-tut.

Do Won semakin heran.


Usai menemui Sung Wook, Do Won mendatangi polisi yang tadi mengantar Sung Wook pulang.

Do Won : Dia mengubur hewan mati?

Polisi : Iya. Saya tidak melihatnya dengan jelas karena gelap, tapi saya pikir itu kucing. Pokoknya, dia mengubur hewan mati.

Do Won ingat bangkai kucing yang membuat Jin Woo ketakutan saat mereka melakukan olah TKP tadi.


Ibu Sung Wook melihat sesuatu di dalam dinding keramik salonnya yang dilubanginya. Tiba2, dia melihat Sung Wook melintas. Sontak lah, dia langsung menutup lubang keramiknya dan mendekati Sung Wook.

Ibu Sung Wook : Kau mau ke mana semalam ini? Tidak mungkin. Kau mau ke sana lagi? Stasiun Mugyeong?


Do Won menemui Jung Min yang lagi sibuk dengan barang2 korban.

Do Won : Kau bilang kau menemukan bekas sidik jari di tas itu, kan? Bandingkan dengan sidik jari ini.

Jung Min : Sidik jari siapa? Tersangka?

Do Won : Hasilnya akan memberi tahu kita apakah dia seorang tersangka atau bukan.


Do Won lalu melihat pakaian korban.

Do Won : Apakah itu pakaian korban?

Jung Min : Iya. Tetapi aku menemukan sesuatu yang aneh.

Do Won : Apa?

Jung Min : Perusahaan ini bangkrut delapan tahun lalu. Dan perusahaan lain mengakuisisi perusahaan ini. Jadi, nama mereknya berubah total delapan tahun lalu.

Do Won : Terus?

Jung Min : Tapi ini diproduksi tahun lalu.

Do Won : Tahun lalu?

Jung Min : Perusahaan yang mengambil alih sama sekali tidak memproduksinya. Bukankah itu aneh?

Do Won pun melihat tanggal produksi yang tertera di merk pakaian korban.

Tertulis di sana, Maret 2019.


Seo Kyung tengah melihat laporan autopsi para korban. Di sana tertulis, penyebab kematian tidak diketahui. Lalu dia memikirkan jawaban dokter forensik saat dia tanya apa pelakunya sama dengan pelaku pembunuhan ayahnya.

Dokter : Fraktur tengkoraknya memang terlihat serupa, tetapi saya tidak dapat dengan jelas mengidentifikasi penyebab kematian keempat orang ini.

Seo Kyung pun beranjak pergi, membawa laporan autopsi.


Do Won ke KCSI lagi. Detektif Park, rekan Jung Min, tengah menerima telepon. Do Won mendekati Jung Min. Jung Min menunjukkan foto Sung Wook di layar laptopnya.

Jung Min : Apakah ini orangnya?

Do Won : Iya. Aku ingin hasilnya secepatnya.

Jung Min : Kalian pasti berpikir kami mendapatkan hasil hanya dengan memasukkan sidik jari ke dalam mesin. Kalian tidak tahu itu pekerjaan manual yang membuat mata tegang.


Detektif Park mendekati Jung Min.

Detektif Park : Senior Lee, bisakah kmu memberiku foto-foto TKP Stasiun Mugyeong? Aku ingin membandingkannya dengan daftar bukti.

Jung Min pun menunjukkan foto2 TKP. Lalu dia tanya, yang mana.

Melihat foto2 TKP, Do Won terkejut.

Do Won : Tunggu. Tahan.

Do Won melihat rambu tanda bahaya. Lalu dia melihat cermin dan lampu lalu lintas.


Sontak lah Do Won ingat racauan Sung Wook kemarin.

Jung Min menatap heran Do Won.

Jung Min : Kau kenapa?

Do Won : Hubungi aku segera setelah kau mendapatkan hasil analisisnya.


Do Won bergegas pergi.

Do Won di perjalanan, dia menuju suatu tempat.


Seo Kyung bersama Jung Min. Dia menatap layar Jung Min yang menampilkan perbandingan sidik jari.

Seo Kyung : Kak Do Won yang meminta ini?

Jung Min : Iya. Ini untuk Kasus Stasiun Mugyeong. Dia ingin aku membandingkan sidik jari tersangka dengan bagian sidik jari yang kutemukan.


Layar komputer Jung Min lalu menampilkan data2 Sung Wook.

Melihat itu, Seo Kyung kaget.

Seo Kyung : Apakah Lee Sung Wook tersangkanya?

Jung Min : Iya. Mengapa? Apakah kau juga kenal dia?

Seo Kyung pun menghubungi Do Won, tapi tak dijawab.

Seo Kyung : Apa kau tahu ke mana Kak Do Won pergi?


Do Won ternyata menyusuri rel Stasiun Mugyeong. Dia menemukan beberapa rambu kereta api dan membandingkannya dengan foto2 TKP yang dia bawa. Tapi dia tak bisa menemukan rambu tanda berhenti.

Tiba2, Jung Min menelpon. Jung Min ngasih tahu kalau hasilnya sudah keluar.

Jung Min : Keduanya cocok. Sidik jari di tas mayat benar milik Lee Sung Wook.


Do Won terdiam mendengar itu. Tak lama, Do Won menemukan rambu tanda berhenti.

Do Won : "Berhenti".

Jung Min heran, apa?

Do Won ingat tulisan Sung Wook di dinding.

Sung Wook : Bahaya, cermin, lampu lalu lintas, berhenti. Bukgyrungru.

Teringat itu, Do Won pun menyudahi teleponnya dengan Jung Min.


Jae Hyeok lagi bekerja dengan Jin Woo. Ponsel Jae Hyeok tiba2 berdering. Telepon dari Do Won.

Jae Hyeok : Halo, Ketua Seo?

Mendengar Jae Hyeok menyebut nama Do Won, Jin Woo bergegas mendekati Jae Hyeok.

Jae Hyeok heran, apa?  "Bukgyrungru"? Apa yang kau bicarakan tiba-tiba?

Do Won : Ada satu korban lagi. Aku yakin di situlah korban kelima berada. Cari setiap tempat bernama Bukgyrungru, apakah itu restoran Cina atau paviliun di taman.

Usai bicara dengan Do Won, Jae Hyeok dan Jin Woo langsung bergerak.


Do Won terdiam sesaat. Saat membalikkan badannya, Seo Kyung tahu2 muncul.

Seo Kyung : Apa maksudmu ada korban kelima?



Do Won dan Seo Kyung keluar dari stasiun.

Seo Kyung : Jadi, maksudmu, Lee Sung Wook adalah tersangka kasus ini?

Do Won : Kami menemukan sidik jarinya di tas yang berisi korban. Dia juga tahu di mana semua korban dikuburkan. Pertama, kita perlu menangkap Lee Sung Wook.

Do Won beranjak menuju mobilnya.

Seo Kyung : Berarti dia. Lee Sung Wook juga membunuh ayahku. Dia begitu dekat, tetapi aku tidak tahu. Aku bahkan tidak menduganya.

Mendengar itu, Do Won pun berbalik, menatap Seo Kyung.

Seo Kyung : Kau juga ingat, bukan? Sung Wook dan ibunya mengambil warisan yang ditinggalkan ayahku. Jika Lee Sung Wook pelakunya, semuanya masuk akal.

Do Won : Lee Sung Wook tidak ada hubungannya dengan kematian ayahmu. Itu kasus yang sangat berbeda.

Seo Kyung : Area, MO, dan Lee Sung Wook. Kedua kasus memiliki banyak kesamaan.

Do Won : Para korban tidak terbunuh di Stasiun Mugyeong. Mereka dibuang di sini. Ditambah, kita bahkan tidak tahu persis MO-nya. Lee Sung Wook tidak seperti 12 tahun yang lalu.

Seo Kyung : Maksudmu apa?

Do Won : Dia terluka kepalanya karena kecelakaan. Itu berarti kasus ini mungkin telah dilakukan oleh seseorang yang tidak waras secara mental. Dia membunuh lima orang. Kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Kita perlu menangkap Lee Sung Wook dan mencari tahu di mana Bukyrungru berada.

Do Won lanjut melangkah menuju mobilnya.


Seo Kyung menatap ke sampingnya dan terkejut.

Seo Kyung : Oppa.

Do Won menghela nafas dipanggil Seo Kyung. Dia pun mendekati Seo Kyung.

Do Won pun melihat ke arah yang dilihat Seo Kyung.

Ternyata Seo Kyung melihat kartu nama Bukgyungru yang tertempel di dinding stasiun.


Ibu Sung Wook terbangun dan mendapati tali panjang di pergelangan tangannya longgar. Ternyata dia mengikat tangannya dengan tangan Sung Wook sebelum tidur. Tapi, sekarang Sung Wook tidak ada. Tiba2, dia mendengar suara gedoran dan teriakan seseorang diluar.


Ternyata Jae Hyeok dan Jin Woo. Ibu Sung Wook membuka pintu.

Ibu Sung Wook : Kau siapa?

Jae Hyeok : Polisi, Bu. Di mana Pak Lee Sung Wook?

Ibu Sung Wook terdiam mendengarnya.


Do Won dan Seo Kyung berpencar. Mereka menyisir stasiun, untuk mencari korban kelima  Seo Kyung menyisir ruangan2 dalam stasiun. Sedangkan Do Won menyisir sepanjang rel. Seo Kyung terus memeriksa satu per satu ruangan yang dia curigai. Tapi, dia tak menemukan apapun. Begitu pun dengan Do Won. Seo Kyung juga memeriksa bangunan di sekitar stasiun.


Sung Wook ada di rel, dia membawa sekop dan menatap sebuah lubang besar di depannya.



Do Won masih menyusuri rel.

Tiba2 aja, seseorang datang dan memukulnya dari belakang.

Do Won langsung jatuh dan pingsan tanpa melihat siapa yang memukulnya. Dan pemukulnya adalah Sung Wook.


Seo Kyung menemukan dua ember besar di dalam bangunan belakang stasiun. Tapi, ember yang satu dibiarkan terbuka. Curiga dengan ember tertutup, Seo Kyung membuka penutup ember dan menemukan sebuah koper di dalamnya. Dia pun membuka koper itu dan menemukan korban keenam di sana.


Sung Wook kembali. Dia melihat pagar di depan bangunan yang diperiksa Seo Kyung, terbuka.


Seo Kyung menghubungi Do Won setelah menemukan korban keenam.


Do Won sendiri baru sadar dari pingsannya.

Tiba2, dia mendengar bunyi alarm kereta.

Do Won dengan kepala berdarah, menatap ke depannya.

Tak lama, kereta datang. Do Won pun terkejut melihat nya.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment