My Happy Ending Episode 8 Part 1

 All Content From : TV Chosun
Sinopsis Lengkap : My Happy Ending
Sebelumnya : My Happy Ending Episode 7 Part 2
Selanjutnya : My Happy Ending Episode 8 Part 2

Malam itu, Jae Won mencium A Rin yang sudah terlelap dengan wajah sedih.


Setelah itu, dia beranjak ke pintu keluar dengan tatapan kosong. Tiba-tiba, diri Jae Won yang lain muncul. Dia berusaha mencegah Jae Won pergi. Jae Won nya diam saja, dengan tatapan putus asa.

"Kau mau ke mana selarut ini? Kau yakin soal ini? Kau mau ke mana? Apa kau sungguh tidak peduli tentang orang-orang yang ditinggalkan? Kau pikir ini akan mengakhiri semuanya?" tanya bayangan Jae Won.


Jae Won pergi ke jembatan. Dia ingat saat Seung Kyu mencekiknya, sampai dia jatuh ke Sungai Han. Jae Won pun terdiam memandang ke bawah. Dia ingin bunuh diri. Namun dirinya yang lain menasihatinya.

"Ini tidak akan menjadi akhirnya. Ini hanya awal lainnya. Kau juga tahu itu. Ini bukan kali pertama."

Jae Won lalu berkata, bahwa dia berbeda dari ibunya.


Soon Young menatap Jae Won yang sudah terlelap bersama A Rin.


Setelah itu dia kembali ke ruang baca dan memikirkan perubahan sikap Jae Won yang tiba-tiba. Baru aja tadi malam Jae Won memohon sambil berlutut dan menangis agar dia membesarkan A Rin dengan baik. Tapi sekarang? Sikap Jae Won berubah seolah tidak terjadi apa-apa. Jae Won bahkan memanggilnya 'yeobo' dan meminta maaf.

Jae Won : Aku masih ada pekerjaan, jadi, aku pergi ke studio dan tertidur.


Tiba-tiba, terdengar bunyi ponsel. Soon Young memeriksa ponselnya tapi bukan bunyi ponselnya. Soon Young pun mengambil ponsel Yoon Jin dari dalam kotak yang berisi barang-barangnya. Itu ponsel yang dia temukan di mobil Yoon Jin. Sebuah pesan masuk, dari seseorang bernama Lee Min Jung yang menawarkan pekerjaan. Saat itulah, Soon Young tak sengaja menekan tombol 'recent'. Dia pun melihat2 log aktivitas ponsel Yoon Jin dan menemukan rekaman panggilan.


Soon Young pun mendengarkan. Terdengar percakapan Yoon Jin dan Young Ik setelah Seung Kyu jatuh.

Yoon Jin : Ayah, tolong aku. Seung... Seung Kyu... Seung Kyu jatuh dari atap. Dia mengancamku untuk mati bersama. Aku tidak punya pilihan.

Young Ik : Apa dia mati?

Soon Young pun terkejut.

Jae Won yang tengah bersiap-siap, menatap ke arah cermin besarnya. Dia lantas mendekati cermin sambil mengancingkan kemeja bagian atasnya.


Jae Won lalu mendekatkan wajahnya ke cermin. Dia memegangi pipinya. Tiba-tiba, wajahnya di cermin tersenyum, padahal Jae Won sama sekali gak senyum. Dan juga, pantulan di cermin, Jae Won tak memegang pipinya.


Jae Won membuat smoothie hijau. Alarm di ponselnya berdering. Jae Won pun mematikan alarmnya dan mencari sesuatu di tasnya. Soon Young datang dan melihat Jae Won lagi mencari sesuatu di tas.

Soon Young : Kau mencari sesuatu?

Jae Won : Hanya obatku...

Soon Young : Obat? Kenapa? Kau sakit?

Jae Won berbohong, bilang obat untuk bahunya yang tegang.

Jae Won : Aku membuat smoothie hijau kesukaanmu. Jangan berolahraga dengan perut kosong. Pastikan kau meminumnya sebelum pergi, ya?


Jae Won menyimpan sisanya di kulkas. Di kulkas, ada obat sakit kepala yang dicari-cari Jae Won. Tapi Jae Won menutup kulkas gitu aja, tanpa mengambil obatnya dan pamit pada Soon Young. Sebelum pergi, Jae Won bilang dia akan pulang cepat dan mengajak Soon Young menyelesaikan percakapan mereka yang kemarin.


Tapi, Jae Won balik lagi dan nanyain soal Yoon Jin.

Jae Won : Aku tidak bisa menghubunginya. Kau tahu sesuatu?

Soon Young : Entahlah. Aku tidak tahu.

Jae Won : Benar. Kau benar. Kenapa aku bertanya tentang Yoon Jin?

Jae Won pun pergi.


Soon Young tambah aneh dengan sikap Jae Won.

Setelah Jae Won pergi, Soon Young mengambil obat Jae Won dari kulkas.


Jae Won yang tengah asyik mendesain, diberitahu Seketaris Kim tentang kedatangan Yoon Jin. Jae Won pun meminta waktu 5 menit. Sementara Yoon Jin tampak kesal melihat foto keluarga Jae Won yang bertengger manis di atas meja Jae Won. Tak lama, Jae Won datang dan bersikap ramah pada Yoon Jin. Yoon Jin heran dengan perubahan sikap Jae Won. Jae Won lalu menyuruh Yoon Jin duduk dan menawarkan kopi.


Jae Won memberikan kontrak ke Yoon Jin. Dia bilang, karena Yoon Jin seniman yang luar biasa, jadi Dereve akan memberikan syarat yang terbaik. Yoon Jin kesal dan tanya apa yang Jae Won rencanakan.

Yoon Jin : Kau sudah mau batalkan kontraknya. Apa yang mengubah pikiranmu?

Jae Won kaget mendengarnya.

Jae Won : Kata siapa? Aku?


Yoon Jin : Kau serius bertanya kepadaku?

Jae Won : Apa aku sungguh mengatakan itu? Tidak mungkin. Kau yakin tidak salah? Kita bahkan membicarakan detailnya. Detailnya...


Jae Won tak ingat. Yoon Jin tanya, apa Jae Won sengaja melakukan itu.

Jae Won : Tidak. Tidak ada bagusnya menjadi CEO. Pekerjaanku banyak sekali seharian. Saat aku bergadang setiap malam untuk bekerja, kemarin terasa seperti hari ini, dan hari ini terasa seperti besok. Aku bahkan lupa waktu. Aku bahkan lupa ucapanku saat berbalik. Jadi, jika aku membuat kesalahan, bisakah kau bertahan denganku?


Yoon Jin pun ingat masa lalu, saat dia membawa Jae Won ke UKS.

Jae Won siuman dan melihat lengannya diperban. Dia bingung sendiri.

Jae Won : Apa aku terluka?

Flashback end...


Teringat itu, Yoon Jin pun mengerti apa yang terjadi dan tersenyum senang.

Yoon Jin : Apa kau...

Jae Won : Aku apa? Kenapa kau berhenti?


Yoon Jin : Lupakan saja. Begini tidak masalah bagiku. Aku akan menandatanganinya setelah memeriksa kontraknya. Kau tidak keberatan, bukan?

Jae Won : Tentu. Makin dekat, makin kita harus jelas. Aku tidak sabar bekerja denganmu, Nona Kwon Yoon Jin.

Jae Won mengajak Yoon Jin berjabat tangan.

Yoon Jin terdiam sejenak sebelum akhirnya menjabat tangan Jae Won.


Yoon Jin keluar dan memamerkan kontrak itu ke Seketaris Kim.


Seketaris Kim yang cemas, langsung menghubungi Te O.

Te O sendiri tengah menyetir saat menjawab panggilan dari Seketaris Kim.

Seketaris Kim : Pak Yoon, ini Sung Hee. Di mana kau?

Te O : Aku akan kembali. Ada apa?

Seketaris Kim : Bu Seo sepertinya...

Te O : Apa?

Seketaris Kim : Dia kembali setelah dua hari, dan dia bertingkah agak berbeda.

Te O : Jangan tunjukkan. Awasi saja dia untuk saat ini. Aku akan segera ke sana.


Pak Seo yang baru pulang sambil menuntun sepedanya, melihat Soon Young datang.

Pak Seo : Soon Young, kenapa kau kemari pukul sebegini?


Mereka bicara di dalam. Pak Seo tanya sejak kapan.

Soon Young : Sehari setelah dia bertemu dengan ayah. Aku tidak bisa menghubunginya selama dua hari dan ponselnya mati. Dia kembali seperti orang yang sangat berbeda kemarin. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Pak Seo berbohong, itu terjadi saat dia sibuk. Itu tidak terdengar seperti masalah besar. Karena dia ingin menyelesaikan masalah denganmu...


Soon Young menunjukkan obat Jae Won.

Soon Young : Bagaimana dengan ini? Ini obat yang kutanyakan waktu itu, bukan?

Pak Seo : Sudah ayah bilang. Dia meminumnya untuk sakit kepala.

Soon Young : Lalu bagaimana dengan luka di lengannya di masa lalu?


Pak Seo : Itu hanya terjadi sebentar saat dia masih muda. Itu karena dia melalui banyak hal karena ibunya. Dia tidak bisa melampiaskan stres, jadi, karena marah, dia... Dia tidak melakukan itu lagi.

Soon Young : Ya, aku tahu. Jae Won memberitahuku. Persis seperti yang baru saja ayah katakan. Seolah-olah kalian setuju mengatakan itu.

Pak Seo : Soon Young-ah, bisakah kau memberinya waktu sedikit lagi? Ayah mohon padamu.

Soon Young : Ayah, memberinya lebih banyak waktu tidak akan menyelesaikan apa pun. Katakan.

Namun Pak Seo tetap sulit mengatakan penyakit Jae Won pada Soon Young.

Soon Young mengerti dan tak mendesak Pak Seo bicara lagi. Dia bilang, dia akan mencari tahu sendiri. Pak Seo terkejut. Soon Young pun pergi membawa obat Jae Won.


Te O mendekati Yoon Jin, membuat Yoon Jin terkejut.

Yoon Jin : Kenapa kau menyelinap? Kau membuatku takut.

Te O : Sedang apa kau di sini?

Yoon Jin : Bukankah kau terlalu memperhatikanku? Haruskah aku bahagia?

Te O : Sedang apa kau di sini? Apa yang kau lakukan?

Yoon Jin : Aku datang untuk bekerja. Kau tidak tahu aku menandatangani kontrak seniman dengan Dereve?

Te O : Aku tahu. Dan semua perbuatanmu kepada Bu Seo.

Yoon Jin : Kau bahkan tidak memanggilku Yoon Jin lagi? Tapi tidak kali ini. Aku tidak melakukan apa pun. Seo Jae Won menawarkannya lebih dahulu. Kau juga tahu itu. Jae Won punya masalah. Itu menyedihkan. Suaminya berselingkuh dengan sahabatnya. Tapi semua ingatan itu sudah hilang. Jadi, aku akan membantunya sebagai temannya.Semoga harimu menyenangkan.


Yoon Jin beranjak pergi.

Te O kesal menatap kepergian Yoon Jin.


Jae Won ditemani Seketaris Kim pergi mengunjungi outlet Dereve. Tiba2, Reporter Choi datang dan mendekati Jae Won. Dia mengajak Jae Won bicara. Seketaris Kim langsung menghalangi Reporter Choi.

Seketaris Kim : Jangan hari ini. Jika kau ingin wawancara, kau harus menghubungi kami untuk menjadwalkannya.

Reporter Choi : Tapi dia tidak pernah menjawab teleponku. Bisa beri tahu aku bagaimana perasaanmu belakangan ini?

Jae Won tak mengerti, apa maksudmu?


Te O datang dan membantu Seketaris Kim melindungi Jae Won.

Te O : Aku mau wawancara. Kau bisa bertanya kepadaku. Aku yakin ada wawancara yang belum selesai.


Te O kemudian berbisik pada Reporter Choi.

Te O : Sebaiknya kau pergi selagi aku masih bersikap baik.


Te O kemudian pergi bersama Jae Won dan Seketaris Kim.

Seketaris Kim berjalan di belakang Te O dan Jae Won.

Jae Won : Kau tahu sesuatu tentang perkataan Pak Choi?

Te O : Dia berusaha menarik perhatianmu. Jangan hiraukan dia.

Jae Won : Aku khawatir dia akan menulis artikel aneh.

Te O : Jangan khawatir. Akan kuhentikan mereka semua.

Jae Won : Bagaimana pamerannya? Bagaimana kontrak dengan pembelinya?

Te O : Kita sudah empat hari tidak bertemu. Apa kau langsung bekerja alih-alih bertanya tentang aku?


Jae Won : Aku bisa melihat kau bersenang-senang dari wajahmu.

Te O : Ada apa dengan wajahku?

Jae Won : Jelek.

Te O : Tidak mungkin. Kau bilang aku tampan saat kau merekrutku.

Jae Won : Apa yang tidak akan kukatakan saat aku harus membujukmu?

Te O : Astaga.

Jae Won tertawa.


Te O : Seharusnya aku tidak tertawa sekarang, tapi aku tidak bisa menahannya.

Te O senang melihat tawa Jae Won.

Te O : Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini.

Jae Won : Bicaralah bahasa Inggris. Apa yang sudah lama?

Te O : Lupakan saja.


Ponsel Jae Won berdering. Telepon dari Pak Seo.

Jae Won : Ayah di dekat kantor? Kenapa tiba-tiba? Baiklah.


Jae Won pun langsung pergi.

Seketaris Kim dan Te O saling berpandangan. Mereka mencemaskan Jae Won.


Jae Won kembali ke ruangannya, menemui ayahnya.

Pak Seo : Kantormu bagus dan luas.

Jae Won : Ini kali pertama ayah kemari? Seharusnya aku membawa ayah ke sini lebih awal.

Pak Seo : Tidak, ayah hanya akan menghalangimu. Apa waktunya tidak tepat?

Jae Won : Tidak. Ayah sudah makan siang? Jika belum, ayo makan siang bersama.

Pak Seo : Ayah sudah makan. Ayah di Seoul untuk bekerja dan memutuskan untuk menemuimu dalam perjalanan pulang.

Jae Won : Kalau begitu, duduklah untuk minum teh dan...


Pak Seo berbalik. Sambil berjalan ke arah jendela, dia menghapus tangisnya yang hampir keluar.

Pak Seo : Tidak. Melihat ke luar dari sini lebih tinggi daripada melihat dari luar. Ini sangat tinggi.


Pak Seo lalu menatap Jae Won.

Pak Seo : Kau pasti sudah bekerja keras untuk sampai sejauh ini.

Jae Won : Itu pilihanku.

Pak Seo : Benar. Ayah kira hanya itu yang penting. Lakukan yang kau suka dan bangun keluarga dengan pria baik. Saat kau mulai mencapai impianmu satu per satu, ayah pikir kau akan bahagia. Ayah kira kau tidak akan memikirkan masa lalu dan melanjutkan hidup.

Jae Won : Ayah, aku bahagia. Sungguh.

Pak Seo ingin mengatakan sesuatu tapi tak jadi dan beranjak pergi.


Soon Young menemui dokter. Dia menunjukkan obat Jae Won dan bilang dia datang untuk menanyakan tentang obat itu.

Soon Young : Saat aku mencari tahu, kudengar itu obat untuk gangguan bipolar.

Dokter : Ini untuk dirimu sendiri?

Soon Young : Tidak, untuk istriku.

Dokter : Aku tidak bisa memberitahumu jika ini bukan milikmu.

Soon Young : Dokter, aku... Kukira itu hanya siapa dia pada awalnya. Saat pekerjaannya sulit, itu akan membuatnya sangat stres. Lalu kupikir itu bisa terjadi. Tapi kurasa bukan begitu. Dia muncul seperti orang yang sangat berbeda. Seolah-olah dia tidak ingat apa pun.

Dokter : Aku tidak bisa memberikan diagnosis kecuali kau pasiennya. Kau harus kembali dengan istrimu.

Soon Young : Dokter, dia sudah lama mengonsumsi itu. Aku sudah melihat itu selama lebih dari sepuluh tahun. Dia tidak pernah mengekspresikannya saat stres atau sakit. Tapi aku walinya. Aku harus tahu.

Dokter : Maafkan aku.


Soon Young mengerti dan beranjak ke pintu.

Dokter yang merasa kasihan, memberi tahu kondisi Jae Won.

Dokter : Kondisinya mungkin memburuk. Mungkin perlu memasukkannya ke rumah sakit untuk perawatan intensif.

Mendengar itu, Soon Young terdiam.


Soon Young menyusuri pinggir jalan sambil memikirkan sikap aneh Jae Won.


Dia ingat saat mendapati Jae Won sibuk mendesain di rumah sampai lupa waktu dan rumah yang penuh dengan kertas desain Jae Won.

Soon Young : Lihat rumahnya. Dimana A Rin?

Jae Won : TK-nya belum selesai. Kita harus menunggu sampai pukul 14.00.

Soon Young : Apa? Kau belum menjemputnya? Ini sudah lewat pukul 19.00.

Jae Won pun langsung meraih ponselnya.

Jae Won : Apa maksudmu?

Dia melihat jam di layar ponselnya dan bertanya sejak kapan sudah pukul 19.00.

Jae Won : Kenapa ada banyak panggilan tidak terjawab?


Soon Young : Ini gila. Apa yang kau pikirkan...

Jae Won minta maaf sambil menatap Soon Young dengan wajah memelas.

Soon Young yang kesal, akhirnya pergi menjemput A Rin dan menuding Jae Won gila kerja.


Lalu dia ingat saat mereka pergi makan ke restoran mewah tapi Jae Won tidak nyaman. Jae Won bilang kerumunan orang di sana membuatnya sesak.

Soon Young : Kau selalu ingin datang ke sini. Sulit untuk memesan tempat.

Jae Won : Benar juga.

Soon Young : Sikapmu aneh.

Jae Won terpaksa bertahan.


Dia juga ingat saat Jae Won mencurigainya selingkuh.

Soon Young : Apa masalahmu? Apa yang kau pikirkan? Berapa lama aku harus bertahan dengan suasana hatimu berubah-ubah?


Lalu dia ingat kata2 terakhirnya untuk Jae Won saat mereka bertengkar.

Soon Young : Kuharap kau yang paling menderita di dunia ini. Kuharap kau tahu bagaimana rasanya hidup dalam penderitaan.

Soon Young baru sadar alasan dibalik keanehan sikap Jae Won.


Yoon Jin baru tiba di studionya. Dia menaruh dokumen kontrak di atas meja, lalu terdiam memikirkan Jae Won di masa lalu, sambil menatap dokumen kontrak.

Flashback...


Jae Won belum siuman di UKS. Yoon Jin menjelaskan ke Pak Seo apa yang terjadi.

Yoon Jin : Dia memotong pergelangan tangannya dengan pisau karena anak-anak lain terus mengejeknya mengatakan dia gila.

Jae Won kemudian siuman. Dia pun menatap Yoon Jin dan tanya dia dimana.

Yoon Jin : Kau di UKS. Kau pingsan.


Jae Won lantas bangun dan melihat pergelangan tangannya diperban.

Jae Won : Apa yang terjadi pada lenganku? Apa aku terluka?


Sontak lah Yoon Jin terkejut mendengar pertanyaan Jae Won.

Pak Seo lantas menyuruh Jae Won berbaring.

Yoon Jin lalu menatap Pak Seo.

Flashback end...


Teringat itu, Yoon Jin tersenyum kesal sambil menggelengkan kepalanya.

Yoon Jin : Pada akhirnya, kau melarikan diri lagi.


Soon Young curhat dengan Nam Cheol, sambil minum soju di warung pinggir jalan. Nam Cheol memberi saran agar Soon Young berpikir dengan bijak.

Nam Cheol : Menemukan ayah kandung putrimu mungkin buruk untukmu juga. Kau tidak bisa hidup tanpa putrimu. Jujur saja. Istrimu selingkuh lebih dahulu. Itulah yang terjadi.


Soon Young pun ingat saat Jae Won bilang gak pernah membayangkan sama sekali kalau A Rin bukan putrinya.

Soon Young saat itu marah, sampai membanting gelas hingga tangannya berdarah. Jae Won yang melihat tangan Soon Young terluka, panic dan bergegas mengambil kain dan membalut luka Soon Young. Tapi Soon Young membentak Jae Won.

Soon Young : Lepaskan!

Jae Won terkejut.

Soon Young : Kau pikir aku akan percaya? Pernahkah kau merasa bersalah kepadaku sedikit saja?

Flashback end...


Soon Young : Nam Cheol-ah, kenapa? Menurutmu aku bisa memperbaiki ini?

Nam Cheol : Memperbaiki apa?

Soon Young : Apa menurutmu Jae Won akan memaafkanku?

Soon Young merasa bersalah pada Jae Won setelah mengetahui semuanya.


Soon Young yang lagi stress, malah mendengar pembicaraan dua orang pria pengunjung warung.

"Cepat hubungi mereka."

"Mereka yang kita rayu sebelumnya?"

"Orang yang memiliki tubuh bagus."


Soon Young marah mendengar itu.

Soon Young : HEI! Jika kalian akan melakukan percakapan memalukan seperti itu, saling berbisiklah dengan pelan.


Salah satu pria tak terima dan memukul Soon Young.

Nam Cheol pun segera melerai mereka.


Soon Young pun nangis. Wajah Jae Won saat menangis, terbayang di benaknya.

Soon Young : Maafkan aku. Maafkan aku.

Nam Cheol : Astaga. Jadi, kau merasa lebih baik sekarang?


Soon Young pulang. Dia langsung mencari A Rin. Tapi A Rin tak menjawab saat dia panggil. Sontak lah dia panic dan memanggil Jae Won. Dia memanggil Jae Won dan juga A Rin, tapi mereka tak ada dimana pun. Soon Young cemas dan coba mencari mereka. Dia membuka pintu yang ada di depannya. Dan begitu pintu dibuka, dia dapat kejutan ulang tahun dari Jae Won dan A Rin. Jae Won dan A Rin menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dengan A Rin memegang kue ulang tahun. Soon Young mematung menatap mereka. Melihat reaksi Soon Young, Jae Won memberitahu kalau hari ini ulang tahun Soon Young. Soon Young yang merasa bersalah, beranjak keluar. Jae Won dan A Rin heran melihatnya.


A Rin : Ada apa dengannya?

Jae Won : Begini... Kurasa kita bersembunyi terlalu baik. Jangan khawatir. Itu bukan apa-apa. Ayah hanya terkejut.


Diluar, Soon Young nangis. Jae Won keluar menyusul Soon Young.

Jae Won : Kurasa A Rin sangat kesal. Dia menyiapkan banyak hal untuk kejutan. Tidak biasanya kau begini. Kenapa kau bersikap seperti ini?


Jae Won pun terkejut melihat luka di bibir Soon Young.

Jae Won : Yeobo, ada apa? Kau terluka? Apa terjadi sesuatu?


Soon Young pun menunjukkan obat itu pada Jae Won. Jae Won terdiam dan langsung mengambil obatnya dari tangan Soon Young. Soon Young tanya, sampai kapan Jae Won mau berahasia darinya.

Jae Won bingung jelasinnya, itu...

Soon Young : Aku suamimu. Kita sudah bersama selama 20 tahun, Jae Won-ah! Setidaknya kau harus memberitahuku.

Jae Won : Aku merenung setiap hari. Tapi aku tidak berani. Karena semua akan baik-baik saja hanya jika aku menahannya. Aku tidak bisa memberitahumu karena itu kau. Karena kau keluargaku. Seumur hidupku, aku melarikan diri dari orang yang menghakimiku. Aku sangat takut kau akan menghakimiku juga. Aku sangat takut kau harus berbagi beban di hatiku seumur hidupmu. Kupikir sebaiknya kau tidak tahu.

Soon Young : Itu demi kita? Demi apa? Dalam hal apa? Kau pikir aku akan bahagia saat kau menderita? Benarkah? Jae Won-ah, kau tahu? Bahkan saat ini,aku ingin tahu apa kau pernah tersenyum tanpa khawatir sekali pun. Aku ingin tahu apa kau merasa kesepian saat kita membicarakan kebahagiaan. Bahkan saat ini, kepalaku penuh dengan pemikiran itu. Itu membuatku gila. Jadi apa... Apa yang terbaik untukku?


Jae Won yang merasa bersalah sudah merahasiakan penyakitnya dari Soon Young, hanya bisa meminta maaf.

Soon Young merasa menyesal. Dia bilang dia tak tahu kalau Jae Won merasa kesakitan.

Soon Young : Apa yang kulakukan sendirian?

Tangis Soon Young pecah lagi.

Jae Won pun bingung harus bagaimana.


Yoon Jin bersama Tae Joo di studionya. Tae Joo berdiri, melihat2 lukisan Yoon Jin. Yoon Jin duduk di belakang Tae Joo. Sambil menatap lukisan Yoon Jin, Tae Joo tanya, berapa harganya? Bisakah dia untung jika membeli sesuatu seperti itu? Yoon Jin balik tanya, siapa Tae Joo. Dia bilang Tae Joo mengenal ayahnya tapi Tae Joo juga berbisnis dengan Jae Won.

Tae Joo : Kau tidak tahu saat meneleponku?

Yoon Jin : Aku ingin memastikan. Karena aku tidak tahu apa aku bisa memercayaimu.

Tae Joo : Bergantung pada harganya. Kepercayaan bisa dibeli dengan banyak uang.


Yoon Jin pun berdiri dan beranjak ke arah mejanya. Dia mengambil cangkir minumnya di atas meja dan bersender ke meja.

Yoon Jin : Kau juga mengatakan itu kepada Jae Won? Kenapa dia berhubungan denganmu?

Tae Joo : Aku penasaran. Aku berutang kepadanya dengan bunga besar. Kami punya sejarah panjang.

Tae Joo lalu tanya apa Yoon Jin tertarik.

Yoon Jin : Bagaimana jika aku tertarik?

Tae Joo : Kalau begitu, kita juga harus membangun kepercayaan. Mari sering bertemu, Nona Kwon.


Sekarang Yoon Jin tersenyum menatap A Rin yang tengah bermain di halaman sekolah dari kejauhan.


Tak lama kemudian, dia masuk ke kafe yang pernah ia datangi. Kalau enggak salah, ini kafe tempat Yoon Jin melukis A Rin. Pelayan datang dan berkata Yoon Jin sudah lama tak datang.

Pelayan : Kau mau yang biasa?

Yoon Jin : Ya.


Pelayan pergi.

Yoon Jin kembali menatap A Rin. Ternyata sekolah A Rin ada di depan kafe.

Di ruang bacanya, Soon Young tengah melihat rekaman peluncuran Dereve 7 tahun lalu. Dia dapat itu dari Te O. Te O bilang dia kenal beberapa reporter dan menerima semua rekaman saat acara peluncuran tujuh tahun lalu dari mereka.


Soon Young melihat rekaman video acara peluncuran angkatan kedua.

Setelah itu, dia mencocokkannya dengan daftar VIP Acara Peluncuran Dereve yang sudah dia print lengkap dengan fotonya. Soon Young menceklis nama di sana satu per satu sesuai dengan tamu yang dia lihat di rekaman video.

Beberapa, dia mencari fotonya di internet.

Dia terus mencari dan mencari. Tiba2, sebuah video menarik perhatiannya.


Ternyata, Tae Joo datang ke acara itu. Tae Joo memaksa masuk. Petugas keamanan melarang tamu tanpa undangan masuk. Tae Joo pun mengaku sebagai polisi agar diizinkan masuk.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment