All Content From : TV Chosun
Sinopsis Lengkap : My Happy Ending
Sebelumnya : My Happy Ending Episode 7 Part 1
Selanjutnya : My Happy Ending Episode 8 Part 1
Yoon Jin datang menjenguk Seung Kyu. Seung Kyu sendiri masih koma dan perawat tengah memeriksa perkembangan Seung Kyu. Perawat bilang, Yoon Jin biasanya datang malam hari, tapi sekarang Yoon Jin datang sore hari. Yoon Jin pun tanya keadaan Seung Kyu. Perawat bilang belum ada tanda-tanda kalau Seung Kyu akan pulih.
Yoon Jin : Menurutmu dia akan sadar?Perawat : Jangan kehilangan harapan. Akan butuh waktu, tapi keajaiban kadang terjadi.
Setelah mengatakan itu, perawat keluar. Yoon Jin pun mendekati Seung Kyu. Dia menatap Seung Kyu dengan tajam dan memikirkan apa yang terjadi di malam Seung Kyu jatuh.
Kita diperlihatkan flashback, saat Yoon Jin masuk ke dalam gedung apartemen Seung Kyu dengan terburu-buru. Kamera pengawas merekam Yoon Jin. Di atap, mereka bertengkar. Seung Kyu bilang dia sudah tak bisa melakukannya lagi dan mau pergi dengan tenang.
Seung Kyu : Aku berhenti bekerja dan menjual apartemenku.
Yoon Jin berusaha membujuk Seung Kyu. Dia tanya, apa Seung Kyu butuh uang?
Yoon Jin : Berapa yang kau butuhkan?
Tapi Seung Kyu sudah tak mau lagi melakukan perintah Yoon Jin.
Seung Kyu : Saat memikirkan perbuatanku kepada Bu Seo karena uang sialan itu, aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku tidak mau.
Yoon Jin marah, jangan salah paham. Kau pikir bisa lolos jika mundur sekarang? Tidak. Apa pacarmu tahu? Bahwa kau sampah?
Mendengar itu, Seung Kyu marah. Dia pun mencekik Yoon Jin dan mendesak Yoon Jin ke tepi atap.
Seung Kyu : Apa katamu? Katakan lagi. Ya. Kau benar. Hanya masalah waktu sebelum perusahaan tahu jika Pak Yoon menemukan rekaman kamera pengawas rumah. Kabur tidak akan menyelesaikan masalah.
Seung Kyu lalu melihat ke bawah dan mengajak Yoon Jin mengakhiri semuanya. Masih sambil mencekik Yoon Jin, Seung Kyu pun memutar tubuhnya mendekati tepi atap. Yoon Jin yang berusaha melepaskan diri dari cekikan Seung Kyu, malah tak sengaja mendorong Seung Kyu ke bawah.
Yoon Jin yang menyadari Seung Kyu jatuh, langsung meninggalkan apartemen. Diluar, dia menghubungi ayahnya dengan wajah ketakutan. Yoon Jin bilang pada ayahnya, kalau Seung Kyu jatuh dari atap.
Yoon Jin : Dia mengancamku dan berusaha mati bersama. Aku tidak punya pilihan.
Young Ik : Apa dia mati?
Yoon Jin : Entahlah.
Flashback end...
Yoon Jin terus menatap Seung Kyu.
Yoon Jin : Seung Kyu, bisakah aku memiliki harapan?
Di ruangannya, Soon Young melamun memikirkan masalahnya. Tak lama kemudian, dia membalik papan tulisnya. Ternyata di bagian belakang papan tulisnya, ada foto2 orang yang terlibat dalam peluncuran Dereve 7 tahun lalu. Di bagian paling atas, Soon Young menulis pesan dari AMI.
AMI : "Ini baru saja dimulai. Tunggu saja. Dari AMI"
Soon Young pun kembali duduk. Dia ingat pembelaan Jae Won. Jae Won bilang gak pernah membayangkan kalau A Rin bukan putri Soon Young. Soon Young juga ingat kemarahannya pada Jae Won.
Soon Young : Kau sungguh tidak tahu?
Jae Won : Tahu apa? Meskipun hubungan kita sudah berakhir, aku mencoba menoleransinya karena kau ayah dari anakku.
Lalu dia ingat percakapannya dengan Yoon Jin saat datang ke acara penyerahan beasiswa Yayasan Yein terakhir kali.
Soon Young : Kau kenal Baek Seung Kyu, bukan?
Yoon Jin : Baek Seung Kyu? Siapa itu?
Soon Young : Kalau begitu, aku akan tanya Pimpinan Kwon. Pak Baek menerima beasiswa Yein. Pimpinan mungkin tahu namanya.
Soon Young lantas meraih ponsel yang dia simpan di dalam lacinya. Ponsel yang dia temukan di mobil Yoon Jin. Dia memeriksa riwayat percakapan yang tersimpan, tapi tak menemukan apapun. Soon Young pun menghubungi 124, provider, untuk meminta riwayat pesan masuk dan keluar.
Call Center : Biar kupastikan identitasmu sebelum melanjutkan, Pak.
Soon Young : Tentu.
Call Center : Apa ini Heo Chi Young?
Mendengar itu, Soon Young kaget.
Yoon Jin tiba2 datang. Dia membawah hadiah untuk A Rin. Soon Young terkejut Yoon Jin datang. Yoon Jin bilang dia khawatir karena Soon Young tak menjawab telepon. Yoon Jin lalu menyerahkan hadiah yang dibawanya ke Soon Young. Dia bilang itu untuk A Rin.
Yoon Jin mengikuti Soon Young ke taman.
Yoon Jin : Ada apa? Aku tidak bisa menghubungimu. Aku khawatir.
Soon Young : Aku sibuk. Aku harus menyiapkan makalah penelitian. Mari bicara nanti.
Yoon Jin : Kau memberi tahu A Rin tentangku? Kau belum memberitahunya, bukan? Kapan kau akan memberitahunya?
Soon Young tegas kali ini.
Soon Young : Yoon Jin-ah, sudah kubilang aku ingin bicara nanti.
Yoon Jin : Soon Young-ssi, setidaknya beri aku kesempatan untuk menjelaskan.
Soon Young : Baiklah. Jelaskan. Apa yang kau lakukan dengan Baek Seung Kyu?
Yoon Jin : Itu karena aku gelisah. Aku sangat gelisah. Kau bilang akan mengakhiri hubungan dengannya, tapi kau pikir aku tidak tahu kau terobsesi dengannya? Rumah baru kita. Itu atas nama ayahnya. Menurutmu bagaimana perasaanku saat mengetahuinya? Itu sebabnya aku bertanya kepada Seung Kyu. Karena dia selalu bisa mengawasinya di kantor. Itu saja. Tapi dia tiba-tiba mulai tidak bekerja sama. Aku memanggilnya dan mencoba membujuknya. Tapi itu tidak berhasil.
Soon Young : Kenapa dia melakukan itu?
Yoon Jin : Aku tidak yakin, tapi sepertinya dia berada dalam tekanan keuangan besar. Mengetahui hal itu, aku membantunya beberapa kali. Dia pasti berpikir bisa menghasilkan banyak uang dengan itu. Dia mengancamku karena melakukan sesuatu yang bahkan tidak kuminta. Ini yang sebenarnya. Aku mengatakan yang sebenarnya, Soon Young. Percayalah kepadaku.
Soon Young : Lalu kenapa kau berpura-pura menjadi Heo Chi Young?
Mendengar pertanyaan Soon Young, Yoon Jin terhenyak. Tapi dia masih pura2 gak tahu.
Yoon Jin : Apa maksudmu?
Soon Young : Kenapa menelepon Baek Seung Kyu dengan telepon atas nama Heo Chi Young?
Yoon Jin pun gelagapan menjelaskannya.
Soon Young mengajak Yoon Jin berhenti.
Lah Yoon Jin masih aja meminta Soon Young mendengarkannya.
Soon Young : Aku terus merenung. Tentang bagaimana aku bisa meminta maaf atas perbuatanku kepadamu. Aku terus memikirkannya.
Yoon Jin : Apa maksudmu?
Soon Young : Bahwa hubungan kita sudah berakhir. Kuperingatkan kau. Jangan pergi ke TK A Rin. Kunjungi dia tanpa memberitahuku sekali lagi. Aku tidak akan tinggal diam.
Soon Young beranjak pergi.
Yoon Jin tak terima diputusin Soon Young, langsung mencampakkan hadiah untuk A Rin.
A Rin lagi main boneka di kamarnya. Tiba-tiba, Jae Won membuka pintu. Jae Won minta izin masuk. A Rin yang masih ngambek, melarang ibunya masuk. Jae Won membujuk A Rin. Dia bilang dia datang untuk mencatat pesanan makan malam.
A Rin : Aku tidak mau makan.
Jae Won : Maafkan ibu.
A Rin : Katakan Ibu minta maaf untuk apa.
Jae Won minta izin masuk agar bisa memberitahu A Rin.
Jae Won masuk dan duduk di samping A Rin.
Jae Won : A Rin, kau sedang membaca buku. Ibu tidak terlalu memperhatikanmu belakangan ini, tanpa tahu kau kesulitan. Benar, bukan?
A Rin : Aku tidak marah karena itu.
Jae Won : Lalu kenapa kau marah?
A Rin : Karena Ibu menyuruh Ayah pindah.
Jae Won : A Rin, itu... Begini...
A Rin : Ayah sering menangis setelah bertengkar dengan temannya. Dia selalu ada untukku saat aku menangis. Ibu. Bagaimana jika dia menangis lagi di tempat lain? Ibu dan aku tidak ada di sana. Jadi, jangan suruh dia pindah.
Jae Won : Tidak akan.
A Rin : Berjanjilah kepadaku.
Jae Won : Ibu berjanji.
A Rin pun berhenti ngambek dan mau makan.
Mereka berbaikan.
A Rin : Bolehkah aku mengunjungi Seo Jun setelah makan?
Jae Won : Tentu saja boleh.
A Rin : Baiklah.
Yoon Jin yang baru tiba, terkejut melihat Seketaris Jung di depan rumahnya. Seketaris Jung memberitahu Yoon Jin kalau Tae Joo datang lagi.
Yoon Jin : Begitu rupanya. Pria yang menyingkirkan rekaman CCTV?
Yoon Jin lantas menyuruh Seketaris Jung masuk.
Yoon Jin menawarkan minuman pada Seketaris Jung.
Yoon Jin : Suasana hatiku sedang tidak baik hari ini. Kau mau minum bir setelah sekian lama?
Seketaris Jung : Tidak, terima kasih. Aku baik-baik saja.
Seketaris Jung memperingatkan Yoon Jin kalau Tae Joo lebih kejam daripada dugaan Yoon Jin.
Seketaris Jung : Jika dia melangkah lebih jauh, keadaan juga tidak akan menguntungkan bagi Pimpinan Kwon.
Yoon Jin : Apa sudah lima tahun sejak kau bekerja untuk ayahku? Kau masih tidak mengenal ayahku, ya? Jangan khawatir. Ini tidak akan membuatnya dalam masalah.
Seketaris Jung : Kwon Yoon Jin.
Yoon Jin : Bagaimana rumah sakit baru Ha Jin?
Seketaris Jung : Dia dokter yang terampil.
Yoon Jin : Aku juga mengenalnya secara pribadi. Saat kubilang dia putramu, dia bilang akan lebih memperhatikan.
Seketaris Jung : Terima kasih. Maaf aku tidak bisa membalas kebaikanmu.
Yoon Jin : Tidak perlu mengatakan itu. Kapan hasilnya keluar? Apa dia akan baik-baik saja setelah operasi? Kau harus menunjukkan fotonya. Kudengar keluarga dengan anak mau menyombongkan anak mereka. Tapi kau tidak pernah melakukan itu.
Seketaris Jung : Itukah yang kau lakukan kepada Seung Kyu?
Mendengar itu, Yoon Jin terdiam.
Seketaris Jung : Kau selalu tahu kenapa aku putus asa. Meski aku tidak mengatakannya, kau selalu membantuku lebih dahulu. Karena kau tahu, suatu hari, itu akan mengejarku.
Yoon Jin : Apa maksudmu? Aku tidak percaya mendengar itu setelah membantu temanku.
Seketaris Jung : Kwon Yoon Jin. Kau sama seperti ayahmu. Aku tahu kau benci mendengar ini, tapi begitulah dia memperlakukan Jae Won.
Setelah mengatakan itu, Seketaris Jung pergi.
Yoon Jin pun kesal.
Tae Joo lagi di bar, dia bicara di telepon dengan seseorang.
Singkat cerita, dia minta uang sama orang itu.
Usai menelpon, pesan dari nomor AMI masuk ke ponselnya.
AMI : Ini Kwon Yoon Jin.
Tae Joo : Yoon Te O sudah tahu.
Yoon Jin pun resah.
Soon Young baru pulang, dihampiri Jae Won yang terlihat pucat. Mereka hanya diam saja. Beberapa saat kemudian, Soon Young mau ke atas. Tapi Jae Won ngasih tahu kalau A Rin gak di rumah.
Jae Won : Dia pergi ke rumah Seo Jun.
Kamera menyorot surat cerai di atas meja.
Jae Won : Mari kita akhiri dengan tenang. Beri tahu aku jika ada syarat yang kau inginkan. Aku akan menuruti keinginanmu.
Soon Young : Sudah kubilang. Aku hanya butuh A Rin.
Jae Won : Kau tahu itu tidak akan terjadi. A Rin, dia bukan putrimu.
Soon Young : Dia putriku. Apa pun yang mereka katakan, dia putriku. Jadi, jangan pernah mengatakan itu lagi.
Jae Won lalu ke rumah ayahnya. Pak Seo yang lagi berdiri di halaman rumah, kaget melihat Jae Won datang. Pak Seo tanya, kenapa Jae Won datang selarut itu. Lalu dia tanya apa semua baik-baik saja.
Jae Won : Bukan apa-apa. Aku hanya merindukan Ayah.
Pak Seo menyiapkan makanan untuk Jae Won.
Jae Won : Ayah masih berpikir aku anak-anak?
Pak Seo : Kau memang masih anak-anak. Bagi orang tua, sebesar apa pun anaknya, mereka tetap anak-anak. Makanlah. Kau pasti lapar.
Jae Won : Terima kasih. Ini enak.
Selesai makan, Pak Seo menawari Jae Won buah. Tapi Jae Won menyuruh ayahnya duduk usai membereskan piring bekas makan malam.
Jae Won : Kurasa aku harus menceraikannya. Maaf telah mengecewakan Ayah.
Pak Seo : Ayah yakin kau tidak punya pilihan.
Jae Won : Ini salahku. Dia tidak melakukan kesalahan. Ini aku.
Pak Seo : Jangan berpikir untuk melakukan hal buruk seperti Ibu.
Jae Won : Aku berbeda dari Ibu.
Pak Seo : Ya. Ayah tahu.
Jae Won : Ayah. Saat Ibu menyusahkan Ayah, kenapa Ayah tidak meninggalkannya?
Pak Seo : Ayah tahu. Ayah pasti sudah gila. Seberapa besar pun kecanduannya berjudi, wanita macam apa yang meninggalkan anaknya ke rentenir untuk jaminan? Itu tidak masuk akal.
Jae Won : Benarkah?
Pak Seo : Kautidak ingat? Astaga. Ayah rasa kau hanya punya kenangan indah tentang ibumu.
Kita diperlihatkan flashback saat Nyonya Jung menjadikan Jae Won sebagai jaminan pada rentenir demi uang 5000 dolar untuk berjudi. Jae Won yang lapar, minta jjangmyeon. Nyonya Jung berjanji akan membelikannya nanti dan menyuruh Jae Won main dengan para pria yang ada di sana.
Nyonya Jung : Ibu akan segera kembali, jadi, tunggu di sini dengan tenang, ya
Setelah beberapa saat, Pak Seo datang menjemput Jae Won.
Pak Seo membayar hutang Nyonya Jung.
Jae Won pun minta makan. Pak Seo miris karena para rentenir itu tidak membelikan Jae Won makan.
Jae Won : Paman Seo, aku mau jjajangmyeon.
Pak Seo : Jjajangmyeon? Sayang sekali. Semua restoran jjajangmyeon sudah tutup. Aku berjanji akan membelikanmu jjajangmyeon besok. Mari makan di rumah malam ini.
Jae Won sedih.
Pak Seo membujuk Jae Won.
Pak Seo : Tapi aku akan membuatkanmu telur dadar gulung dan memanggang sosis untukmu, ya?
Jae Won tersenyum, baiklah.
Pak Seo : Ayo pulang.
Flashback end...
Jae Won : Aku tahu Ibu meninggalkanku, tapi kurasa aku sama sekali tidak takut. Karena aku tahu Ayah akan datang.
Pak Seo : Itu sebabnya ayah tidak bisa pergi.
Jae Won : Aku harus pergi.
Pak Seo : Apa? Kau mau pergi?
Jae Won : Ya, aku harus bekerja besok.
Pak Seo : Hati-hati di jalan.
Jae Won memeluk ayahnya.
Jae Won : Jaga diri Ayah baik-baik, dan tetaplah di sisiku untuk waktu yang lama.
Jae Won kemudian pergi.
Hujan turun dengan deras. Mobil Jae Won berhenti di lampu merah. Namun saat mobil lain sudah mulai berjalan, Jae Won tak kunjung melajukan mobilnya. Jae Won kemudian turun dari mobilnya dan pergi ke taman di dekat trotoar. Dia lalu ingat saat Pak Seo menolongnya dari orang2 yang merundungnya di masa lalu. Tangis Jae Won pecah.
Soon Young juga tak kalah pedihnya. Di atas mejanya, ada surat cerai dari Jae Won.
Tiba-tiba, Soon Young mendengar suara pintu dibuka.
Jae Won masuk ke rumah dengan kondisi basah kuyup. Soon Young terkejut melihat Jae Won yang basah kuyub. Jae Won lalu berlutut. Sambil menangis dia berkata kalau dia takut.
Jae Won : Saat A Rin sudah besar, bagaimana dia akan mengingat momen ini dan kita? Bagaimana jika dia mengingatku sebagai ibu yang buruk? A Rin-ku. Tolong besarkan dia dengan baik.
Tangis Soon Young juga pecah.
Adegan lantas beralih ke Jae Won yang menyimpan obat-obatannya di dalam brankasnya dengan wajah panic. Dia sendiri ada di apartemen Dokter Joo. Hari pun pagi. Jae Won terbangun dari tidurnya yang lelap setelah mendengar suara alarmnya. Dia kemudian tersenyum menatap foto2 A Rin di atas meja.
Seketaris Kim buru2 ke ruangan Jae Won, setelah melihat Jae Won ada di sana.
Seketaris Kim : Bu Seo, Anda datang ke kantor. Bagaimana perasaan Anda?
Jae Won : Baik. Apa jadwalku hari ini?
Seketaris Kim : Profesor Heo bilang anda harus istirahat beberapa hari. Jadi, aku membatalkan semua jadwal Anda pekan ini.
Jae Won heran, Soon Young bilang begitu?
Seketaris Kim : Ya.
Jae Won : Jadwalkan ulang semuanya. Jangan melewatkan apa pun.
Jae Won kemudian rapat dengan tim nya.
Direktur Park : Ini koleksi merek tidur kita yang akan segera dirilis. Untuk mendominasi industri tidur, kita akan membantu pelanggan membuat pilihan sesuai keinginan mereka dan menciptakan kamar tidur yang mereka inginkan.
Jae Won : Jadi, pelanggan bisa memilih?
Direktur Park : Ya, itu benar.
Jae Won : Kalau begitu, mari adakan survei preferensi desain pada target kita. Saat hasilnya keluar, mari adakan rapat berikutnya pada tanggal 17.
Pegawainya pun bilang hari itu tanggal 17.
Jae Won : Bukankah hari ini tanggal 15?
Direktur Park terus menatap Jae Won karena menangkap sinyal aneh dari Jae Won.
Pegawai : Hari ini tanggal 17. Haruskah kujadwalkan rapat berikutnya pada tanggal 19?
Jae Won : Mari kita lakukan itu. Apa Pak Yoon ada rapat di luar?
Pegawai : Dia pergi ke Pameran Busan. Dia mungkin akan kembali besok.
Jae Won : Pameran? Dia tidak bilang begitu kemarin.
Pegawai : Itu rencana empat hari. Dia pergi dua hari lalu.
Jae Won bingung sendiri.
Saat tiba di depan ruangannya, dia terdiam. Seketaris Kim yang melihat itu, tanya ada apa.
Jae Won : Pukul berapa rapat dengan klien?
Seketaris Kim : Anda harus pergi sekarang.
Hari sudah malam. Soon Young menyiapkan makan malam untuk A Rin tapi A Rin gak mau makan. Soon Young mendekati A Rin.
Soon Young : Ayah membuat nasi goreng kesukaanmu.
A Rin : Kapan Ibu pulang?
Soon Young : Kau tahu dia sibuk. Mari tidur bersama malam ini.
Tapi Jae Won pulang. A Rin langsung lari ke ibunya. Soon Young hanya diam saja melihat Jae Won.
Jae Won nya bersikap aneh. Sikapnya seolah tidak terjadi apa2 selama ini.
Jae Won : Apa yang kau lakukan hari ini? Kau bersenang-senang?
A Rin : Kenapa Ibu tidur di luar tanpa memberitahuku?
Jae Won : Ibu sangat sibuk bekerja. Maaf.
A Rin : Ayah bilang Ibu tidak akan pulang malam ini.
Keduanya menatap Soon Young.
A Rin : Ayah pembohong.
Jae Won : Dia bilang begitu? Itu aneh.
Jae Won lalu minta maaf pada A Rin.
A Rin : Ibu harus tidur denganku malam ini.
Jae Won setuju.
Soon Young yang nyesek, menyuruh A Rin mencuci tangan.
A Rin menurut dan pergi mencuci tangan.
Soon Young mau minta penjelasan Jae Won, tapi Jae Won minta maaf padanya sembari memanggilnya sayang.
Jae Won : Aku masih ada pekerjaan, jadi, aku pergi ke studio dan tertidur.
Soon Young heran, apa maksudmu?
Jae Won : Aku sungguh minta maaf. Aku sangat sibuk dengan kontrak dan rapat. Apa kau menelepon Sekretaris Kim? Dan menyuruhnya membatalkan jadwalku?
Soon Young : Jae Won, apa kau....
A Rin : Ayah, aku sudah selesai mencuci tangan.
Jae Won bilang kalau dia lapar.
Jae Won : Bisakah kita bicara setelah makan malam? Jangan bilang tidak ada makanan untukku.
Jae Won ke ruang makan duluan. Soon Young makin heran.
A Rin bahagia. Dia bilang, dia senang karena ada ayah dan ibunya.
Jae Won : Mulai sekarang, mari makan malam bersama. Ibu akan pulang cepat mulai besok.
A Rin : Ibu. Kakek bilang jangan membuat janji yang tidak bisa orang tepati.
Jae Won : Ibu akan melakukan yang terbaik kali ini.
A Rin : Baiklah. Aku akan mengawasi Ibu.
Jae Won : Kakek bilang lain kali, kita akan menangkap ikan besar.
Jae Won memegang tangan Soon Young. Soon Young tambah heran dengan sikap Jae Won. A Rin cemburu melihat ibunya memegang tangan ayahnya.
A Rin : Ibu, kenapa Ibu memegang tangannya? Ibu bilang akan tidur denganku malam ini.
Jae Won : Ibu akan tidur denganmu malam ini. Ibu akan tetap di sisimu.
Jae Won pun langsung memegang tangan A Rin.
Jae Won dan A Rin sudah terlelap.
Soon Young menatap ke arah Jae Won dengan tatapan heran dan bingung.
Besoknya, Jae Won yang tengah bersiap2, menatap ke arah cermin. Lalu dia mendekati cermin sambil mengancingkan kemejanya. Jae Won pun mendekatkan wajahnya ke cermin. Jae Won memegangi pipinya sambil menatap pantulan wajahnya. Tiba2, pantulan wajah Jae Won di cermin tersenyum. Padahal Jae Won gak senyum sama sekali. Jae Won bingung melihat pantulan wajahnya tersenyum.
Bersambung.....
0 Comments:
Post a Comment