All Content From : MBC
Sinopsis Lengkap : Wonderful World
Selanjutnya : Wonderful World Episode 2
Eun Soo Hyun tiba-tiba mencegat sebuah mobil yang tengah melaju. Lalu dia melihat si pengendara mobil dengan ekspresi terkejut. Si pengendara mobil, Kwon Sun Yool, juga menatap Soo Hyun dengan ekspresi sama. Keduanya lalu sama-sama ingat kebersamaan mereka.
Flashback...
Hujan turun dengan deras. Sun Yool memayungi Soo Hyun. Namun Soo Hyun diam saja, dengan wajahnya yang muram. Sun Yool memberikan payungnya ke tangan Soo Hyun sambil menatap Soo Hyun dengan tatapan teduhnya.
Narasi Soo Hyun terdengar.
Soo Hyun : Hubungi aku jika kau kecewa setelah membaca ini.
Ada flashback lagi, dimana Soo Hyun dan Sun Yool bersama di sebuah kafe.
Narasi Sun Yool terdengar.
Sun Yool : Aku merasakan hal yang sama. Hal seperti ini tidak menyakitkan.
Flashback...
Sun Yool duduk di depan bengkelnya, sambil memegangi tangannya yang sakit.
Soo Hyun datang, melihat Sun Yool dari kejauhan.
Mereka lalu duduk bersama menatap langit. Sun Yool senang melihat Soo Hyun.
Narasi Soo Hyun terdengar lagi.
Soo Hyun : Jangan terluka lagi. Jaga dirimu.
Flashback...
Sun Yool dan Soo Hyun duduk di kafe.
Flashback end...
Sun Yool : Aku ingin melakukan sesuatu untukmu. Selama ini aku hanya menerima darimu.
Sun Yool lalu menginjak gas dan melajukan mobilnya ke arah Soo Hyun.
Tak lama, terdengar bunyi tabrakan. Soo Hyun ditabrak.
Narasi Soo Hyun terdengar lagi.
Soo Hyun : Semuanya dimulai dengan kejadian pada musim panas.
Sebuah mobil yang dikendarai Han Yoo Ri, melaju melintasi jembatan. Dia melakukan perjalanan, bersama Soo Hyun. Keduanya berteriak, senang. Soo Hyun lalu menatap keluar jendela, dengan senyum merekah di bibirnya. Narasinya terdengar.
Soo Hyun : Musim panas itu, aku orang Korea pertama penerima Penghargaan Sastra Rosaline.
Kita diperlihatkan flashback beberapa kehidupan Soo Hyun .
Soo Hyun menerima penghargaannya dari Rosaline Literary Award.
Soo Hyun kemudian menghadiri acara jumpa fans nya, yang dihadari banyak fans dan juga reporter.
Poster Soo Hyun saat menerima penghargaan Rosaline Award di pajang di depan ruangan tempat acara jumpa fans digelar.
Host : Aku menghadiri banyak acara, tapi belum pernah melihat partisipasi sebesar ini di acara penandatanganan buku dari penulis yang bukan selebritas. Sambutlah Eun Soo Hyun, Penulis Cinta Pada Waktunya dan orang Korea pertama peraih Penghargaan Sastra Rosaline, dengan tepuk tangan.
Soo Hyun melahirkan bayinya, didampingi suaminya, Kang Soo Ho.
Narasi Soo Hyun : Setelah empat kali keguguran, aku memeluk bayi ajaibku. Kupikir. aku tidak akan mengharapkan kebahagiaan yang lebih dari ini.
Para fans mengantri demi tanda tangan Soo Hyun.
Narasi : Aku tak akan pernah menjadi serakah atas harta apa pun. Kejayaan dan air mata haru hanya akan menjadi momen singkat. Hubungan yang abadi yang akan bersamaku selamanya. adalah keluargaku.
Seseorang mengaku sebagai fans berat Soo Hyun.
Soo Hyun berfoto dengan fansnya, dibantu Yoo Ri.
Soo Hyun tiba di rumahnya. Dia turun dari mobil, membawa sebuket bunga, lalu beranjak masuk ke halamannya. Saat mau masuk ke rumah, dia dikejutkan oleh kejutan dari suami dan putra kecilnya, Kang Gun Woo.
Soo Ho : Selamat atas penghargaannya, Penulis Eun Soo Hyun.
Gun Woo : Selamat ibu.
Gun Woo lalu menyuruh ibunya meniup lilin di atas kue yang dipegangnya.
Soo Hyun : Baiklah, baiklah.
Soo Hyun meniup lilinnya.
Setelah itu, mereka BBQ-an.
Soo Ho lalu menyuruh istri dan putranya bersiap.
Soo Ho mulai mengarahkan kamera pada Soo Hyun dan Gun Woo. Tapi saat Soo Hyun dan Gun Woo sudah berpose, Soo Ho memencet alat pemancar air di tangannya. Air langsung keluar dari pemancar dan menyiram mereka.
Soo Hyun : Ini perang!
Mereka pun bermain perang air.
Malamnya, Soo Ho mendekati Soo Hyun yang tengah mengeringkan rambut.
Soo Ho menyuruh Soo Hyun memejamkan mata. Soo Hyun memejamkan mata. Tak lama, Soo Ho menyuruh Soo Hyun membuka mata. Soo Hyun membuka mata dan melihat hadiah yang diberikan Soo Ho.
Soo Hyun : Cantiknya.
Soo Ho : Apa kau suka?
Soo Hyun : Sangat.
Soo Ho : Cobalah.
Soo Hyun pun mencoba anting yang diberikan Soo Ho.
Soo Hyun : Bagaimana?
Soo Ho : Kau tampak cantik.
Setelah itu, Soo Ho mencium kening Soo Hyun. Kemudian, dia mencium bibir Soo Hyun. Soo Hyun lantas tanya apa Gun Woo sudah tidur. Kamera beralih ke Gun Woo yang sudah tidur lelap.
Soo Hyun dan Soo Ho menghabiskan malam dengan bercinta.
Flashback end...
Soo Hyun mencoba merasakan angin yang menyentuh tangannya.
Setelah itu, dia menatap cincin kawinnya.
Soo Hyun dan Yoo Ri kemudian berteriak lagi.
Narasi Soo Hyun : Terlintas dalam benakku bahwa hari itu begitu sempurna hingga tidak ada satu pun pikiran jahat yang terpikirkan.
Soo Hyun dan Yoo Ri tiba di bandara. Yoo Ri kaget dan tanya, kau akan pergi sendiri?
Soo Hyun menyuruh Yoo Ri pulang. Yoo Ri tanya kenapa dia tak boleh ikut.
Soo Hyun : Pulanglah dan istirahat. Atau pergi berkencan.
Yoo Ri : Apa? Aku bahkan tak punya pasangan kencan. Lagi pula, aku lebih suka bekerja. Aku akan ikut denganmu. Kau juga kesulitan dengan jadwalnya.
Soo Hyun : Tetap saja! Dengarkan aku, Nona Manajer.
Yoo Ri : Kalau begitu...
Yoo Ri melihat jadwal Soo Hyun di ponselnya.
Yoo Ri : Setelah tiba, pegawai Hotel Bilton menemuimu pukul 15.00, istirahatlah dulu. Ada donasi buku untuk pasien berpenyakit tak tersembuhkan pukul 17.00. Tidak. Langsung hubungi aku begitu kau tiba. Mengerti, Kak?
Soo Hyun mematikan ponsel Yoo Ri.
Soo Hyun : Ini yang kau sebut istirahat? Jangan jawab ponselmu atau menghubungiku setelah aku pergi.
Yoo Ri : Kau sangat keras kepala! Aku tak pernah menang melawanmu. Terserah. Baiklah, Profesor Eun Soo Hyun.
Soo Hyun : Terserah. Jangan lupa mengambil yang ada di bagasi.
Yoo Ri : Apa itu?
Soo Hyun : Katamu kau akan ke pesta pernikahan. Pakai itu.
Yoo Ri : Aku bisa pakai apa saja. Kenapa kau membuang-buang uangmu?
Soo Hyun : Uang yang digunakan untukmu tidak sia-sia. Pastikan kau terlihat cantik, tapi jangan mengalahkan pengantinnya.
Yoo Ri malah nangis.
Soo Hyun : Apa? Kenapa?
Yoo Ri : Bagaimana aku bisa bertemu orang sepertimu? Aku sangat beruntung!
Soo Hyun : Ya, benar. Aku berangkat! Sampai jumpa!
Yoo Ri : Hati-hati di jalan!
Setelah Soo Hyun pergi, Yoo Ri melihat hadiah yang diberikan Soo Hyun.
Sebuah gaun berwarna ungu. Soo Hyun menghela nafas melihat gaunnya.
Soo Ho tengah membaca komentar netizen di videonya yang menyampaikan berita.
Soo Ho : Baru-baru ini, ada kasus narkoba...
Rata2 netizen memberinya komentar negatif.
"Kenapa jumlah penonton ini?"
"Dia suami Eun Soo Hyun!"
"HMC itu stasiun penyiaran? Belum pernah dengar."
"Siapa yang menonton ini?"
"Anjingku. Orang ini dipecat dari ABS... Aku melihatnya di sana."
Kenyataannya, Soo Ho mengundurkan diri, bukan dipecat. Dia marah karena tiba2 diminta meliput kompetisi internasional, padahal lagi mengerjakan kasus lain. Dia bilang dia butuh satu tahun untuk membawa kasus itu ke redaksi.
Soo Ho : Ini yang disebut penindasan pers! Kau ingin aku tetap diam dan tidak memprovokasi Kim Joon, bukan?
Kepalanya bilang, ini demi kebaikannya.
Kepala : Kau pikir dia kebetulan menjadi wali kota? Dia dalam usaha menjadi presiden. Dia tak akan membiarkan siapa pun menghalangi.
Soo Ho : Itu sebabnya kita perlu mengungkapnya! Benar, bukan?
Soo Ho juga memarahi rekannya yang diam saja.
Soo Ho : Hei. Kenapa kalian diam saja? Kalian sebut diri kalian wartawan? Kalian semua ingin menjatuhkan Kim Joon. Kurasa kalian takut kepadanya. Membuang-buang uang berharga wajib pajak atas pengembangan Buyeongdong. Hanya demi mengisi kantongnya. Hal seperti ini... Bukankah pekerjaan kita mengungkap perbuatan kotor seperti ini?
Kepala : Sudah cukup. Kau bisa kehilangan segalanya karena ini.
Soo Ho : Kita akan menolak campur tangan atau tekanan apa pun, internal atau eksternal, dari individu atau kelompok, termasuk pengaruh kuasa dan keuangan, yang mengancam kebebasan pers. Kau bilang wartawan harus menjadi telinga rakyat. Kau dahulu meneriakkan dan menjalani kode etik jurnalistik. Kau sudah tidak layak lagi.
Kepala : Apa?
Soo Ho lantas menaruh kartu pegawainya di atas meja.
Soo Ho : Apa kau sudah puas? Aku tak akan membebanimu. Aku berhenti.
Soo Ho juga melemparkan foto2 Kim Joon ke atas meja.
Soo Ho yang kesal, lalu menonton acara penandatanganan buku yang dihadiri Soo Hyun.
Tiba2, Gun Woo turun sambil memanggil ayahnya. Soo Ho pun langsung memeluk Gun Woo. Mereka sama-sama menonton acara Soo Hyun. Melihat Soo Hyun, Gun Woo langsung berseru kalau itu ibunya.
Soo Ho : Bukankah ibumu sangat keren dan cantik?
Gun Woo : Ya, aku juga ingin melihat ayah.
Soo Ho : Ayah? Video ayah membosankan.
Gun Woo : Aku juga ingin melihat ayah.
Soo Ho pun menunjukkan videonya tadi.
Gun Woo senang melihatnya. Dia bahkan memuji ayahnya keren.
Soo Ho : Apa kau begitu menyukai ayah?
Gun Woo : Ya, Ayah yang terbaik!
Soo Ho : Gun Woo yang terbaik bagi ayah. Terbaik!
Soo Ho memeluk dan mencium Gun Woo. Tapi dia tiba-tiba merasakan sesuatu.
Soo Ho pun memeriksa suhu tubuh Gun Woo. Ternyata Gun Woo demam.
Soo Ho langsung menelpon Soo Hyun. Soo Hyun sendiri masih menunggu penerbangannya.
Soo Ho : Kau belum di pesawat, bukan?
Soo Hyun : Belum. Kenapa?
Soo Ho : Aku tak bisa menemukan obat demam Gun Woo.
Soo Hyun : Apa dia demam?
Soo Ho : Kepalanya terasa hangat. Jadi, aku mengukur suhu tubuhnya dan dia sedikit demam. Tapi suhu tubuhnya terus meningkat. Apa kau ingat saat kita biarkan karena itu hanya demam ringan dan akhirnya kita membawanya ke UGD?
Sambil bicara dengan Soo Hyun, Soo Ho mencari obat Gun Woo di dapur.
Soo Hyun : Ya... Buka laci bawah di dapur. Obatnya di sana.
Tak lama, Soo Ho menemukannya.
Soo Ho : Ya, kutemukan.
Soo Hyun : Hari ini hari Minggu, jadi, rumah sakit tutup.
Soo Ho : Aku akan memberinya obat dulu. Dia akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Ya, hubungi aku setelah tiba. Baik.
Kita ke restoran ke Oh Go Eun, ibunya Soo Hyun.
Nyonya Oh tampak sibuk melayani pengunjung restorannya yang ramai.
Sambil mendorong kopernya, Soo Hyun mengirimi pesan ke Soo Ho. Dia bertanya kondisi Gun Woo, tapi tak dibalas. Karena Soo Ho tak membalas, Soo Hyun pun menghubungi Soo Ho tapi tak dijawab. Ponsel Soo Hyun ternyata jatuh di bawah sofa. Soo Hyun yang cemas, menghubungi Yoo Ri. Tapi tak dijawab. Soo Hyun pun baru ingat dia yang melarang Yoo Ri menjawab panggilannya.
Soo Hyun yang cemas, akhirnya tak jadi berangkat. Dia menghubungi direkturnya.
Soo Hyun : Direktur sudah mengatur semuanya, tapi aku sangat khawatir soal putraku. Ya, baiklah.
Soo Hyun pun masuk ke taksi.
Soo Hyun : Tolong ke Seokgwandong.
Kim Joon tengah makan bersama antek-anteknya.
Kim Joon : Bagaimana keadaan di sana belakangan ini?
Kwon Ji Woong : Bagaimanapun, kita punya dia. Dia sudah banyak membantu.
Joon : Baguslah.
Ji Woong : Kami mengalami kemajuan berkat Bapak Anggota Kongres.
Tiba-tiba, ponsel Ji Woong berbunyi. Ji Woong pun pergi menerima telepon.
Ji Woong : Ada apa? Aku sedang sibuk. Kita bicara nanti jika tidak mendesak... Baiklah.
Usai menerima telepon, Ji Woong pamit pada Joon dan bergegas pergi.
Seorang anak laki2 tengah bermain sepeda sambil direkam ibunya di depan rumah Soo Hyun. Tak lama, Soo Hyun pun tiba. Begitu turun dari taksi, bocah laki2 itu menyapanya.
Soo Hyun balas menyapa, hai, Hee Jae.
Soo Hyun juga menyapa ibunya Hee Jae. Barulah setelah itu dia masuk ke rumah. Ibunya Hee Jae terus memperhatikan Soo Hyun. Soo Hyun menutup pintu gerbangnya.
Soo Hyun hendak masuk ke dalam, tapi dia mendengar suara Gun Woo.
Gun Woo : Happy, ayo tangkap.
Soo Hyun menoleh dan melihat Gun Woo lagi bermain dengan Happy, anjing peliharaan mereka.
Soo Hyun langsung mendekati Gun Woo.
Soo Hyun : Ibu dengar kau demam. Ibu khawatir maka Ibu langsung pulang.
Gun Woo : Ya, Ayah menyentuh kepalaku tadi seperti ini. Tapi sudah tidak sakit lagi. Aku minum obatku sekaligus.
Soo Hyun : Biar Ibu periksa.
Soo Hyun memeriksa suhu tubuh Gun Woo.
Soo Hyun : Kau benar.
Soo Hyun lalu menepuk2 pelan pantat Gun Woo.
Soo Hyun : Kau bahkan tak suka minum obat!
Gun Woo : Ya, tapi jika aku sakit, kita tak bisa mengadakan pesta ulang tahun Ibu dan juga piknik.
Soo Hyun : Karena itu kau meminumnya?
Gun Woo : Ya! Apa lusa kita bisa pergi piknik?
Soo Hyun : Tentu saja.
Gun Woo lalu mengambil tabletnya.
Gun Woo : Ibu, berfotolah dengan ini.
Soo Hyun : Apa yang mau kau lakukan?
Gun Woo : Aku menyanyikan lagu untuk hadiah ulang tahun Ibu.
Soo Hyun ingin melihat. Tapi, Gun Woo tidak mau menunjukkannya.
Gun Woo : Ibu belum boleh melihatnya.
Soo Hyun : Meski Ibu menutup mata?
Gun Woo : Tidak boleh! Masuklah ke dalam.
Soo Hyun : Baiklah. Kau manis sekali.
Soo Hyun lalu masuk ke dalam. Sebelum masuk, dia memperingatkan Gun Woo agar tidak berada diluar terlalu lama.
Gun Woo mengerti.
Begitu masuk, Soo Hyun nyariin Soo Ho. Tapi Soo Ho tak ada dimana pun.
Soo Hyun : Yeobo, kau ada dimana?
Soo Ho yang di dapur, mendengar suara Soo Hyun.
Soo Ho : Aku di dapur.
Soo Ho yang lagi menghadap wastafel, menyeka bibirnya, lalu berbalik menatap Soo Hyun.
Soo Ho : Kenapa kau di sini? Kau tidak naik pesawat?
Soo Hyun : Tidak. Aku khawatir soal demam Gun Woo.
Soo Ho : Itu hanya sesaat. Dia sudah lebih baik setelah minum obat. Seharusnya aku tak meneleponmu.
Soo Hyun : Ya, seharusnya begitu. Seharusnya kau jawab ponselmu.
Soo Ho : Kau menelepon? Tidak ada panggilan.
Soo Ho memeriksa ponselnya. Dia terkejut mendapati panggilan dari Soo Hyun.
Soo Ho : Aku jadi sangat sibuk karena Gunwoo. Astaga. Bagaimana denganmu? Apa kau boleh tidak pergi? Kau bilang itu penting.
Soo Hyun : Putraku sakit. Jadi, mereka mengerti.
Soo Ho : Syukurlah.
Soo Ho kembali ke menghadap ke wastafel.
Soo Hyun : Apa kau senang aku pulang?
Soo Ho pun mendekati Soo Hyun.
Soo Ho : Bolehkah aku jujur?
Soo Hyun mengangguk.
Soo Ho : Seolah aku mendapatkan hadiah tak terduga.
Soo Hyun : Kau pernah melihat hadiah secantik ini?
Soo Hyun memasang wajah imut.
Soo Ho : Setiap hari saat membuka mataku.
Soo Ho berbalik lagi, membelakangi Soo Hyun. Tapi, Soo Hyun keburu melihat sesuatu yang sedari tadi berusaha disembunyikan Soo Ho. Pas Soo Hyun tanya itu apa, Soo Ho bilang bukan apa-apa. Soo Hyun memaksa melihatnya. Dan ternyata, itu Panax. Obat penenang.
Soo Hyun : Sejak kapan?
Soo Ho : Saat itu. Sejak aku berhenti dari ABS. Jangan khawatir. Sungguh. Aku sudah jauh lebih baik.
Soo Hyun pun memeluk Soo Ho.
Soo Hyun : Maaf. Kau sudah begitu lama meminumnya. Bagaimana bisa aku tidak tahu? Aku sangat malu.
Soo Ho : Apa yang kau bicarakan? Aku yang lebih malu. Aku hanya ingin menunjukkan sisi terbaikku kepadamu. Tapi keadaan tak sesuai keinginanku. Aku merasa sangat menyedihkan.
Soo Hyun lalu menatap Soo Ho.
Soo Hyun : Soo Ho-ya, tidak apa-apa. Kau benar. Aku menghormati keputusan yang kau buat saat itu. Kau lebih jujur dibandingkan jurnalis lainnya.
Soo Ho : Terima kasih.
Mereka kembali berpelukan. Tapi tiba2, mereka mendengar suara gonggongan Happy.
Mereka heran.
Soo Ho : Kenapa anjingnya menggonggong?
Soo Hyun pun beranjak keluar dan menyuruh Gun Woo masuk. Tapi Gun Woo nya gak ada di halaman. Soo Hyun bingung. Soo Ho keluar dan tanya ada apa. Mereka lalu melihat pintu gerbang terbuka dan Happy terus menggonggong di depan gerbang. Soo Hyun pun keluar mencari Gun Woo. Tapi Gun Woo tak ada.
Soo Ho menyusul Soo Hyun keluar.
Soo Ho : Dimana Gun Woo.
Soo Hyun : Dia tidak di sini.
Soo Ho : Apa? Aku yakin dia di sekitar sini. Tunggu di sini. Biar kucari dia.
Mereka berdua pun mulai mencari Gun Woo.
Soo Ho bahkan sampai memeriksa ke taman dan bertanya pada orang yang lewat.
Soo Ho : Begini. Putraku hilang. Dia memakai celana pendek kuning. Usianya enam tahun. Apa kau melihatnya?
Orang yang ditanyai Soo Ho bilang tidak.
Soo Ho juga mencari ke jalan raya, tapi tetap gak bisa menemukan Gun Woo.
Soo Hyun yang juga tengah mencari Gun Woo, bertemu Soo Ho di persimpangan.
Soo Ho : Aku tak menemukannya. Aku sudah ke jalan utama. Dia tak di sana.
Mereka pun lanjut mencari lagi.
Soo Ho ke minimarket yang sering didatangi Gun Woo. Tapi Gun Woo tak di sana. Kasir yang melihat Soo Ho celingukan, memanggil Soo Ho. Soo Ho pun mendekati kasir dan menunjukkan foto Gun Woo. Soo Ho bilang putranya sering belanja camilan di sana dan tanya apa kasir pernah melihatnya hari itu. Kasir bilang tidak.
Soo Ho : Dia bahkan belum masuk sekolah dasar.
Soo Hyun menemukan sepatu Gun Woo di pinggir jalan, namun hanya satu. Bukan sepasang. Sontak lah Soo Hyun makin panic.
Soo Hyun lanjut mencari lagi. Hari sudah malam.
Tak lama, dia melihat kerumunan orang, mobil polisi dan ambulans di depan taman.
Soo Hyun yang penasaran, mendekat. Dia coba melihat ada apa.
Petugas medis membawa korban menuju ambulans. Dan melihat korban hanya mengenakan satu sepatu berwarna kuning, Soo Hyun terkejut dan langsung mendekat. Dan ternyata, korban adalah Gun Woo. Dia terluka parah. Soo Hyun terdiam pada awalnya menatap Gun Woo. Tak lama kemudian, tangisnya pecah
Sekarang, Soo Hyun mengantarkan Gun Woo menuju ruang operasi. Namun dia hanya bisa mengantarkan Gun Woo sampai depan ruang operasi.
Soo Hyun cemas setengah mati. Dia bahkan terus membenturkan tubuhnya ke dinding.
Soo Hyun : Ibu di sini. Ibu tidak akan ke mana-mana. Ibu akan ada di sini.
Yoo Ri masuk ke restoran Nyonya Oh. Nyonya Oh terkejut melihat Yoo Ri yang muncul tiba-tiba. Yoo Ri lalu melihat Nyonya Oh masak banyak sekali. Dia pun tanya kenapa masak banyak sekali.
Nyonya Oh : Ini hari ulang tahun Soo Hyun. Aku juga membungkusnya, kau bawalah nanti.
Yoo Ri : Sudah kubilang jangan banyak memasak. Pergelangan tanganmu sakit.
Nyonya Oh : Kenapa tidak? Ini untuk anak-anakku.
Yoo Ri : Kau tak memikirkan betapa sedihnya kami nanti, bukan?
Nyonya Oh : Apa?
Yoo Ri : Setelah kau tiada, melihat makanan sebanyak ini akan membuat kami menangis.
Nyonya Oh : Kenapa kau menangis? Aku akan hidup di sisimu selamanya. Itu yang akan kulakukan.
Keduanya tersenyum.
Tiba2, ponsel Yoo Ri bunyi. Yoo Ri bergegas menjawab. Telepon dari Soo Hyun.
Yoo Ri : Kak, ada ada di restoran ibu. Kau mendarat dengan selamat...
Yoo Ri mendengar suara tangis Soo Hyun.
Yoo Ri : Apa terjadi sesuatu?
Yoo Ri lantas kaget mendengar berita dari Soo Hyun.
Soo Ho sudah di RS. Dia coba menenangkan Soo Hyun.
Soo Ho : Duduklah. Kau bisa pingsan nanti.
Soo Hyun : Itu semua salahku. Andai saja aku menutup gerbang saat aku masuk. Andai saja aku tak meninggalkannya sendirian.
Soo Ho : Orang lain yang bersalah di sini. Kenapa kau menyalahkan dirimu? Kau tidak melakukan kesalahan. Mengerti?
Tak lama, Nyonya Oh dan Yoo Ri datang. Yoo Ri langsung memeluk Soo Hyun. Dan Nyonya Oh menangis menatap Soo Hyun. Soo Hyun pun tanya kenapa mereka berdua menangis. Dia lalu berkata kalau Gun Woo akan selamat.
Dokter akhirnya keluar dan mencari wali Gun Woo.
Soo Hyun dan Soo Ho langsung mendekat.
Dokter : Putra kalian dalam kondisi kritis. Kalian harus mempersiapkan diri untuk situasi terburuk.
Mendengar itu, Nyonya Oh terduduk lemas. Tangisnya pecah seketika. Yoo Ri memeluk Nyonya Oh. Gun Woo berlutut, memohon pada dokter agar menyelamatkan Gun Woo.
Dokter : Jika cepat diantar ke rumah sakit... Aku sangat menyesal.
Dokter beranjak pergi.
Soo Hyun mematung. Dia syok berat.
Soo Hyun sudah berhari-hari di RS, masih dengan pakaian yang sama. Dia duduk di ruang tunggu Unit Perawatan Intensif sendirian. Tak lama, Nyonya Oh datang dan duduk di sebelahnya.
Nyonya Oh : Kenapa kau duduk di sini seperti ini?
Soo Hyun : Ibu, dokter menyuruhku untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Tapi apa yang harus kupersiapkan? Ibu. Apa yang bisa kulakukan? Bagaimana aku bisa melepaskan anakku? Tidak. Ini salah. Aku tak bisa berpisah dengannya begini. Akan kucari rumah sakit lain yang bisa menyelamatkan Gun Woo.
Nyonya Oh : Jangan seperti ini. Bersikap seperti ini hanya akan menyulitkan Gun Woo. Mari berpamitan dengan Gun Woo.
Mendengar itu, Soo Hyun marah.
Soo Hyun : Gun Woo-ku tidak bisa tidur malam tanpaku. Dia bahkan tak berani ke kamar mandi. Bagaimana aku bisa melepasnya? Bagaimana? Ke mana dia akan pergi?
Nyonya Oh : Itu keserakahanmu. Apa kau melihatnya? Seluruh tubuhnya dipenuhi jarum. Anak kecil itu tidak bisa bicara atau membuka matanya. Dia kesakitan, tapi menahannya agar kau bisa mengucapkan selamat tinggal. Jangan buat dia menderita lagi. Sudah cukup. Ucapkan selamat tinggal.
Tangis Soo Hyun pecah.
Sekarang, Soo Hyun sudah memakai gaun terusan berwarna hijau. Dia berjalan gontai menuju ruangan ICU. Saat-saat bersama Gun Woo berputar dibenaknya layaknya sebuah film. Mulai dari dia yang mengurus dan bermain bersama Gun Woo yang masih bayi. Lalu saat Gun Woo yang masih batita, tiba-tiba bisa berdiri sendiri.Terakhir, saat Gun Woo sudah tumbuh besar dan merayakan ulang tahun bersama Soo Hyun dan Soo Ho.
Soo Hyun membuka pintu ICU. Gun Woo masih terbaring tak sadarkan diri, dengan segenap alat medis di badannya. Perawat yang tengah memantau kondisi Gun Woo, disuruh keluar oleh Soo Hyun. Setelah perawat keluar, Soo Hyun menggunting kuku tangan Gun Woo. Tak lama kemudian, Soo Hyun pun selesai menggunting kuku tangan Gun Woo. Lalu dia menatap Gun Woo.
Soo Hyun : Gun Woo-ya, mari kita pulang. Ayo lepaskan semua jarum menyakitkan ini. Ayo kita pulang. Kita seharusnya pergi piknik. Disini terlalu dingin.
Tiba-tiba aja, mesin EKG mengeluarkan bunyi, "tiiiiiiiiiit". Soo Hyun yang mendengar itu, menoleh ke layar mesin EKG. Layar mesin EKG menampilkan garis lurus pertanda bahwa Gun Woo sudah meninggal. Soo Hyun terdiam lemas.
Tim dokter buru-buru masuk. Dokter memeriksa Gun Woo. Gun Woo sudah tiada.Dokter pun membiarkan Soo Hyun menghabiskan saat terakhir bersama Gun Woo. Soo Hyun membenarkan selimut Gun Woo. Dia bilang, disana dingin dan Gun Woo mudah kedinginan.
Tak lama, Soo Ho datang. Mereka pun berduka kehilangan Gun Woo, putra semata wayang mereka yang mereka miliki setelah penantian panjang.
Besoknya, pemakaman Gun Woo digelar. Soo Hyun terus memeluk erat guci abu Gun Woo yang akan dikubur. Saat-saat bersama Gun Woo kembali terbayang di benaknya.
Flashback....
Soo Hyun dan Gun Woo berbaring di tenda yang mereka pasang di halaman rumah.
Soo Hyun bilang itu menyenangkan dan dia suka wangi Gun Woo. Katanya, wangi Gun Woo seperti bedak manis.
Gun Woo : Aku juga suka wangi Ibu.
Soo Hyun : Benarkah? Seperti apa wangi Ibu?
Gun Woo : Wangi Ibu cantik. Serta seperti bintang.
Gun Woo menunjuk ke arah bintang.
Soo Hyun : Apa kau sangat menyukai bintang, Gun Woo-ya?
Gun Woo : Ya, aku ingin menjadi bintang saat besar nanti.
Soo Hyun : Kenapa?
Gun Woo : Agar aku bisa bersinar.
Soo Hyun : Ibu tidak suka.
Gun Woo : Kenapa tidak?
Soo Hyun : Akan sangat menyedihkan Ibu di sini dan kau jauh di sana.
Gun Woo : Jangan khawatir. Aku akan menerbangkan Ibu ke sana.
Soo Hyun : Benarkah? Lalu apa Ibu akan terbang di langit bersamamu?
Gun Woo : Ya! Aku akan memegang tangan Ibu. Seperti ini?
Gun Woo menggenggam erat tangan ibunya.
Soo Hyun : Seperti ini.
Gun Woo : Ibu tidak boleh melepasnya. Jangan pernah!
Flashback end...
Karena itulah Soo Hyun terus memeluk guci abu Gun Woo.
Di belakang, Kang Tae Ho yang berseragam militer memegang foto Gun Woo. Nyonya Jung Myeong Hee berdiri disamping Tae Ho. Mereka adik dan ibu Soo Ho.
Soo Hyun terus memeluk guci abu sambil memejamkan matanya. Dalam hati, dia berjanji pada Gun Woo tidak akan melepaskannya.
Soo Ho membujuk Soo Hyun.
Soo Ho : Sayang, ayo berpisah dengan Gun Woo. Ya?
Soo Hyun masih gak mau melepas guci abu Gun Woo.
Nyonya Oh turun tangan. Dia ikut membujuk Soo Hyun. Soo Hyun pun akhirnya melepaskan guci abu Gun Woo. Tangis mereka semua kembali pecah saat guci abu Gun Woo mulai dikubur. Soo Hyun bereaksi melihat guci abu Gun Woo dikubur. Dia tak rela, Tapi dia tak bisa apa-apa.
Malamnya, mobil Soo Ho berhenti di depan lokasi ditemukannya Gun Woo. Di sana, sudah ada meja yang dipenuhi bunga, lilin dan boneka. Dan pohon di depan meja dipenuhi kertas tempel tanda duka. Tangis Soo Hyun pecah tatkala melihat gambar ilustrasi Gun Woo yang dibuat memakai kapur di trotoar. Soo Ho dan Nyonya Oh yang melihat itu, juga tak bisa menahan tangis mereka.
Besoknya kecelakaan yang menimpa Gun Woo masuk berita.
"Eun Soo Hyun, penerima Penghargaan Sastra Rosaline, kehilangan putranya dalam kecelakaan mobil. Anak yang meninggal di zona sekolah ternyata adalah putra Profesor Eun Soo Hyun. Pelaku memasukkan korban ke mobilnya, kabur bersamanya, lalu menelantarkannya, melewatkan waktu emas yang menyebabkan kematiannya.
Ji Woong yang ditangkap polisi sebagai pelaku penabrakan Gun Woo, minta maaf di hadapan media.
Orang2 berdemo di depan pengadilan, meminta hukuman kejahatan terhadap anak diterapkan.
Soo Hyun, Soo Ho dan Yoo Ri menghadiri persidangan kasus kecelakaan Gun Woo.
Jaksa menanyai dokter yang mengoperasi Gun Woo.
Jaksa : Bagaimana kondisi pasien saat dia dipindahkan?
Dokter : Hasil CT menunjukkan pendarahan otak dan beberapa waktu telah berlalu. Otaknya sangat membengkak dan dia membutuhkan operasi darurat.
Jaksa : Jika pasien dibawa ke rumah sakit segera setelah kecelakaan, akankah hasilnya berbeda?
Dokter : Pendarahan otak sangat kritis dan membutuhkan perhatian segera. Jika dia tiba tanpa penundaan, dia akan memiliki peluang bagus untuk selamat.
Jaksa lantas mengatakan jika terdakwa tidak menculik dan menelantarkan Gun Woo setelah tabrak lari, Gun Woo bisa saja diselamatkan.
Pengacara Ji Woong keberatan dengan pernyataan jaksa.
Pengacara : Terdakwa memasukkan anak itu ke dalam mobil untuk membawanya ke rumah sakit secepat mungkin. Tapi anak itu berhenti bernapas dan terdakwa melakukan kesalahan karena sangat ketakutan. Mohon dipertimbangkan bahwa terdakwa menyerahkan diri setelah menyadari kesalahannya.
Pengacara lantas meminta Soo Hyun selaku ibu Gun Woo menjadi saksi untuk mengonfirmasi fakta kecelakaan Gun Woo.
Tapi pengacara berusaha menyudutkan Soo Hyun.
Pengacara : Korban demam hari itu, apakah itu benar?
Soo Hyun : Ya.
Pengacara : Tapi anda tetap pergi perjalanan bisnis.
Soo Hyun : Dia baik-baik saja sebelum saya berangkat.
Pengacara : Begitu rupanya. Di hari kecelakaan korban, a ada di mana?
Soo Hyun : Saya ada di rumah.
Pengacara : Lalu korban?
Soo Hyun : Dia ada di taman.
Pengacara : Jadi, anda meninggalkan anak yang demam sendirian di luar?
Soo Hyun : Dia ingin melakukan sesuatu sendirian maka saya menunggunya. Itu bukan mengabaikan.
Pengacara : Lalu bagaimana dia biasanya keluar rumah?
Soo Hyun : Saya membukakan pintu untuknya.
Pengacara : Apa anda orang terakhir yang pulang hari itu?
Soo Hyun : Ya.
Pengacara : Saat anda masuk, apa anda yakin sudah menutup pintunya?
Soo Hyun coba mengingat. Tapi dia ragu sudah menutup gerbang atau belum.
Soo Hyun pun mengatakan dia tidak ingat.
Pengacara : Jadi, anda tidak tahu bahwa putra anda meninggalkan taman. Anda ibunya, tapi masuk ke rumah dan meninggalkan anak sakit di luar. Fakta bahwa seorang ibu salah kaprah bahwa anaknya tidak akan melakukan hal impulsif adalah titik awal kecelakaan ini. Sangat disayangkan.
Jaksa : Keberatan! Pertanyaan pengacara pembela tidak berkaitan dengan kasus ini. Dia memaksa ibu korban untuk menjawab.
Hakim : Diterima. Pengacara, hindari membuat pernyataan yang menghasut. Lanjutkan menanyai saksi.
Pengacara : Itu saja.
Narasi Soo Hyun terdengar.
Soo Hyun : Aku orang berdosa. Aku tak bisa melindungi anakku. Aku merasa makin hancur. Hal yang sama juga dirasakan olehnya. Saat aku membuka mataku, aku kembali ke neraka. Aku berdoa setiap hari. Aku berdoa waktu akan membawaku kepada kematian.
Gun Woo mendaftarkan kematian Gun Woo.
Saat menuliskan nama Gun Woo, tangisnya pecah lagi.
Sidang terakhir kasus Gun Woo akhirnya tiba.
Hakim : Karena kurangnya bukti atas tuduhan melanggar UU Lalu Lintas Jalan dan UU tentang Kasus Khusus Mengenai Penyelesaian Kecelakaan Lalu Lintas, terdakwa dinyatakan tidak bersalah. Menggabungkan berbagai bukti, termasuk keterangan saksi, dakwaan terdakwa diakui atas pelanggaran terkait tabrak lari dan UU tentang Hukuman Berat Kejahatan Tertentu. Dalam hal hukuman, hal ini tidak bisa diremehkan, mengingat korban meninggal dalam kasus ini. Namun, terdakwa mengaku atas kejahatan dan menyatakan penyesalan. Terdakwa terkejut karena gawatnya situasi tersebut dan fakta bahwa ini adalah kejahatan yang tidak disengaja semuanya dipertimbangkan. Oleh karena itu, terdakwa akan dihukum dua tahun enam bulan. Namun, hukuman akan ditangguhkan selama empat tahun sejak sidang terakhir.
Mendengar itu, Soo Ho ngamuk. Dia bahkan merangsek maju ke arah Ji Woong.
Soo Ho : Apa itu masuk akal? Kau membunuh anak enam tahun!
Dia juga memarahi hakim.
Soo Ho : Tidak bersalah? Hukuman ditangguhkan? Apa itu masuk akal? Kau sebut itu putusan?
Lalu dia kembali beranjak ke arah Ji Woong, yang langsung dihalangi oleh beberapa orang.
Soo Ho : Putraku meninggal karenamu... Kembalikan putraku, Berengsek!
Ji Woong berlutut. Dia mengaku menyesal dan akan bertobat sampai hari kematiannya.
Soo Hyun diam saja di tempat duduknya. Setelah ruangan sidang mulai ditinggalkan orang2, Soo Hyun melihat sebuah ponsel di lantai tak jauh darinya. Dia memeriksa ponsel itu. Itu ponsel Soo Ho karena ada foto mereka bertiga di sana. Ada sebuah pesan di ponsel Soo Ho.
"Hansang Seoul Maho-Gu, Yeonna-dong 34-9".
Jin Woong baru saja keluar dari toko kue sambil bicara dengan Joon.
Jin Woong : Ya, ini aku, Pak Anggota Kongres. Seperti kata Bapak, hukumanku ditangguhkan. Terima kasih.
Joon : Tidak perlu berterima kasih. Kita pergi melaut bersama. Kapten harus menjaga awak kapalnya.
Joon sendiri ada di sebuah warung kecil. TV di depannya memutar berita persidangan terakhir kasus Gun Woo.
"Saat ini,kecurigaan mengalir ke media atas kasus ini."
Ji Woong sekarang berjalan sambil bicara di telepon dengan istrinya. Dia bilang dia sudah hampir sampai.
Ji Woong : Sudah kubilang tidak akan terjadi apa-apa. Ini hari yang baik. Kenapa kau mengungkit anak mati itu? Apa aku punya waktu untuk peduli soal anak itu? Jangan mengatakan hal konyol.
Tiba2, Soo Hyun muncul sambil memegang foto Gun Woo.
Ji Woong kaget melihat Soo Hyun.
Ji Woong : Kenapa kau kemari? Apa kau di sini untuk menemuiku?
Soo Hyun : Minta maaf.
Ji Woong : Baru saja hari ini... Aku dihukum atas kejahatanku di pengadilan.
Soo Hyun : Tidak. Minta maaf kepada putraku. Saat aku memikirkannya, kau tidak pernah meminta maaf kepadanya.
Ji Woong : Kau hampir membuatku kaget. Baik. Setuju. Tapi berapa harganya? Asal kau tahu, aku tak bertanggung jawab lagi atas ini. Tapi aku ingin memberi sedikit rasa tanggung jawabku. Kau beruntung bertemu orang sepertiku. Ini. Ambillah. Setelah kau siap kau bisa meneleponku.
Ji Woong memberikan kartu namanya.
Soo Hyun marah dan memaksa Ji Woong minta maaf. Tapi Ji Woong malah mendorong Soo Hyun, sampai foto Gun Woo jatuh.
Ji Woong : Kau menakutiku. Apa yang kau lakukan sekarang?
Soo Hyun : Minta maaf. Kau menghancurkan hidup anakku. Maka minta maaflah dengan benar!
Ji Woong : Dengar, Bu. Sudah cukup. Aku tidak akan mengindahkan lagi.
Soo Hyun : Putraku sudah meninggal dan tidak ada lagi di dunia ini. Kau tak boleh hidup seolah tak terjadi apa-apa! Lalu bagaimana dengan putraku yang malang?
Ji Woong : Hei, apa kau tahu berapa bisnis yang melibatkanku saat ini? Apa kau tahu berapa kesepakatanku yang hilang karena anakmu? Dia bisa saja mati di tempat lain! Kenapa harus tertabrak mobilku? Mari kita tidak mempermasalahkan hal ini. Yang terjadi sudah terjadi. Bukankah yang hidup harus terus hidup? Kau bisa menghubungiku.
Ji Woong beranjak pergi.
Narasi Soo Hyun : Jika aku percaya bahwa jawabanku ada pada orang yang akan kembali ke bumi, kobaran api ini tidak akan bergerak lagi. Tapi karena tidak ada yang pernah kembali hidup-hidup dari jurang ini, jika yang kudengar benar, aku bisa membalas tanpa kekejian. Inilah jawabanku.
Soo Hyun masuk ke mobilnya dan menatap marah Ji Woong.
Tak lama kemudian, dia melajukan mobilnya ke arah Ji Woong.
Ji Woong tertabrak mobil Soo Hyun.
Bersambung....
Next episode :
Soo Hyun dihukum 7 tahun penjara karena membunuh Ji Woong. Kini, dia dicap pembunuh. Poster-posternya serta bukunya yang terpampang dimana-mana, mulai dicabut.
Soo Ho juga dipecat dari pekerjaannya karena membela Soo Hyun.
Soo Ho yang sudah dipecat, berusaha mengungkap kasus kematian anaknya. Dia menyelidiki kecelakaan yang dialami anaknya dan menemukan hubungan antara Ji Woong dan Joon. Tapi, Soo Ho malah diancam balik oleh Joon dengan video rekaman di hari kejadian.
Soo Ho dan Soo Hyun berpisah. Soo Ho ditawari pekerjaan sebagai koresponden diluar negeri. Ibu Soo Ho meminta keluarga Soo Hyun melepaskan Soo Ho.
Sun Yool yang menjadi relawan di penjara Soo Hyun. Dia tak sengaja melihat Soo Hyun.
0 Comments:
Post a Comment