Wonderful World Episode 2

 All Content From MBC
Sinopsis Lengkap : Wonderful World
Sebelumnya : Wonderful World Episode 1
Selanjutnya : Wonderful World Episode 3

Sebelum mulai nulis, penulis cuma mau ngingetin aja kalau di drama ini gak ada romance antara Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo. Drama ini pure tentang rasa sakit kehilangan seseorang.

Soo Hyun disidang. Sebelumnya dia menabrak Ji Woong, pelaku yang sudah menabrak dan menelantarkan Gun Woo, hingga menyebabkan kematian pada Gun Woo. Jaksa menuntut 10 tahun penjara untuk Soo Hyun. Jaksa bilang, meski tidak ada motif tapi Soo Hyun dengan sengaja menabrak Ji Woong untuk membalas dendam. Hakim lantas menyuruh pengacara Soo Hyun memberikan pernyataan terakhir.


Pengacara : Yang Mulia. Mental terdakwa tidak stabil saat itu. Ada banyak alasan yang bisa disebabkan oleh korban. Yang terpenting, pertimbangkan bahwa terdakwa mengakui kejahatannya. Saya meminta keringanan.

Hakim lalu meminta Soo Hyun menyampaikan pernyataan penutup.


Wajah Soo Hyun masih menyiratkan duka yang mendalam atas kepergian Gun Woo, putra semata wayangnya.

Soo Hyun : Menurut saya yang terjadi itu salah. Namun, jika saya kembali ke masa lalu, saya tetap akan membuat pilihan yang sama. Saya tidak meminta keringanan.


Soo Ho, Nyonya Oh dan Yu Ri lemas mendengarnya.


Poster2 Soo Hyun mulai dicabut. Novel yang ditulis Soo Hyun juga mulai ditarik dari pasaran.

Restoran Nyonya Oh tutup. Di depan restoran, dipenuhi tulisan yang menghakimi Soo Hyun.

Media berlomba-lomba memberitakan Soo Hyun yang membunuh Ji Woong.

Media : Pemirsa tentu masih mengingat kecelakaan Kang Gun Woo yang baru-baru ini terjadi di zona sekolah. Pengemudi yang membunuh Gun Woo sedang berjalan pulang setelah menerima penangguhan hukuman ketika dia terbunuh. Pelakunya tidak lain adalah ibu dari Gun Woo, Profesor Eun Soo Hyun.


Soo Hyun dijaga ketat saat dibawa keluar dari ruang pengadilan, menuju bus tahanan. Begitu dia keluar, orang2 yang berdemo langsung menyebutnya pembunuh dan menuntut dia dihukum. Para reporter sibuk memotret dan menanyai Soo Hyun soal Soo Hyun yang menolak pengurangan hukuman. Para pendemo juga menyebut bahwa pembunuhan karena balas dendam lebih buruk.


Soo Ho yang menerobos kerumuman dan mencoba mendekati Soo Hyun, tapi dihalangi oleh polisi. Soo Ho meminta Soo Hyun untuk tidak khawatir. Dia bilang, dia akan berusaha sebisanya. Soo Hyun meminta maaf pada Soo Ho. Setelah itu, Soo Hyun dibawa ke bus tahanan.


Soo Ho kembali bekerja. Dia sudah stand by di studio.

Di ruang editing, para kru terkejut melihat berita selanjutnya yang akan dibawakan Soo Ho.

Tapi Kepala Editing tidak peduli dan mulai menghitung mundur.


Soo Ho terdiam membaca berita selanjutnya di teleprompter.

Namun, dia tetap membacakannya meski bertentangan dengan hatinya.

Soo Ho : Sidang putusan pembunuhan oleh Eun Soo Hyun telah diadakan hari ini. Putusan tersebut diumumkan di Pengadilan Distrik Pusat Seoul. Pengadilan menganggap pembunuhan balas dendam merupakan kejahatan yang tidak dapat diterima secara sosial dalam masyarakat kita. Dia dihukum tujuh tahun dalam...


Soo Ho kembali terdiam. Dia tak bisa melanjutkannya. Tapi, rekan2nya seolah tidak peduli. Dia coba menenangkan Soo Ho, lalu menyuruh Soo Ho lanjut membacakan berita. Tapi Soo Ho memutuskan tidak mengikuti tulisan di teleprompter.


Soo Ho : Dia hanya seorang ibu yang kehilangan anaknya.

Kepala Editing marah dan menyuruh Soo Ho mengikuti tulisan yang muncul di teleprompter.

Tapi Soo Ho tak mau.

Soo Ho : Tapi pengadilan mengampuni pelaku dan menyebutnya penjahat. Pemirsa. Sekali saja, pikirkan alasan kenapa dia tak punya pilihan selain melakukan tindakannya. Apa ada orang di luar sana yang benar-benar bisa mengadilinya?

Kepala Editing marah dan menyuruh anggotanya mematikan siaran.


Bus tahanan yang membawa Soo Hyun, memasuki halaman penjara.

Soo Ho disemprot atasannya karena yang dia lakukan tadi.


Soo Hyun turun dari bus bersama para tahanan lain. Wajahnya masih muram.

Soo Ho dipecat..


Soo Hyun dibawa ke sel nya.

Soo Ho meminum segelas air. Tak lama kemudian, tangisnya pecah.


Besoknya, sipir memberikan surat2 untuk Ruang 9.

Ketiga narapidana yang berada di dekat pintu, memeriksa surat2 itu. Dan ternyata semua surat2 itu dari fans Soo Hyun.

Napi berkacamata bernama Jang Hyun Ja, hanya diam saja menatap ketiga napi itu berisik membaca surat untuk Soo Hyun. Soo Hyun sendiri masih murung. Tak lama kemudian, sipir memberitahu Soo Hyun ada tamu untuk Soo Hyun. Tapi, Soo Hyun bergeming.


Sipir lantas memberitahu Soo Ho bahwa Soo Hyun menolak kunjungan.

Soo Ho terkejut.


Para napi berkumpul di lapangan. Sipir memberikan sebuah amplop besar pada Soo Hyun. Soo Hyun membukanya. Isinya petisi, beberapa surat dari fans Soo Hyun serta Soo Ho.

Fans Soo Hyun : Nona Eun, jangan lupa makan.

Soo Ho : Soo Hyun-ah, aku tahu sulit bagimu menemuiku sekarang. Bertahanlah demi aku. Aku akan menepati janjiku dan melakukan semampuku.

Kita diperlihatkan flashback saat Soo Ho menuliskan surat itu setelah kunjungannya ditolak oleh Soo Hyun.


Soo Hyun mendongak, menatap ke langit, usai membaca surat dari Soo Ho.

Di rumahnya, Soo Ho sibuk mendalami kasus tabrakan Gun Woo.

Dia melingkari nama Ji Woong dan Pengacara Hwang Ji Seok di berkas kasus tabrakan yang dialami putranya.

Soo Ho : Pengacara, Hwang Ji Seok. Dirut Konstruksi Jaehwa, Gwon Ji Woong. Kadar alkohol darah 0,03%. Cheongdam-ro, 16-2.

Soo Ho lalu menghubungi seseorang dan beranjak pergi.


Soo Ho di perjalanan, sambil memikirkan percakapannya tadi dengan orang yang dia hubungi.

"Benar. Chrome Sun di Cheongdam. Itu salon khusus anggota yang melayani orang-orang yang mengaku pimpinan."

"Kurasa dia mengubah kadar alkohol dalam darahnya. Aku harus memeriksanya." jawab Soo Ho.



Malamnya, Soo Ho tiba di depan Hotel Chrome Sun. Seorang staf hotel keluar dan memberikan flashdisk pada Soo Ho. Soo Ho memberikan staf itu uang. Setelah staf pergi, Soo Ho langsung memeriksa isinya. Isi flashdisk itu adalah rekaman video saat Ji Woong mendapat telepon ketika lagi berkumpul dengan Joon.

Ji Woong membuka pintu tak jauh dari tempat mereka berkumpul dan menjawab teleponnya.

Ji Woong : Aku sedang sibuk. Kita bicara nanti jika tidak mendesak..

Dari pantulan pintu kaca, Soo Ho bisa melihat Joon.

Soo Ho kaget, Kim Joon?

Bersama tahanan lain, Soo Hyun mengelap kaca juga menyikat lantai kamar mandi.

Dia yang masih berduka atas ketidakadilan yang dialami putranya, bekerja begitu keras.

Para tahanan lanjut menjahit. Awalnya, semua baik-baik saja. Hingga akhirnya, Soo Hyun melihat gambar bintang di kain yang akan dijahitnya. Sontak lah kenangan bersama Gun Woo berputar lagi di benaknya. Dia ingat saat mereka bertiga merayakan ulang tahunnya dengan piknik di taman.

Soo Hyun : Apa kau sangat menyukai bintang, Gun Woo-ya? Ibu tidak suka.

Gun Woo : Kenapa tidak?

Soo Hyun : Akan sangat menyedihkan. Ibu di sini dan kau jauh di sana.

Gun Woo : Jangan khawatir. Aku akan menerbangkan Ibu ke sana. Aku akan memegang tangan Ibu. Ibu tidak boleh melepasnya. Jangan pernah!


Tangis Soo Hyun kian pecah saat dia teringat lagi obrolannya dengan Gun Woo ketika mereka berbaring di tenda di halaman rumah. Saking sedihnya, dia sampai gak sadar dan gak merasakan kalau tangannya kejahit.

Untunglah napi lain ada yang melihat. Dia langsung teriak.

Sipir dan Nyonya Jang langsung mendekati Soo Hyun. Nyonya Jang bergegas membalut tangan Soo Hyun yang terluka dengan kain. Baju Soo Hyun dipenuhi darahnya. Sipir meminta bantuan. Lalu dibantu Nyonya Jang, sipir menjauhkan Soo Hyun dari mesin jahit. Sesaat kemudian, Soo Hyun jatuh pingsan.


Relawan paduan suara baru saja tiba di penjara itu. Mereka disuruh mengambil kartu akses dan menuju ke aula pertemuan. Bersamaan dengan itu, Soo Hyun yang udah gak sadarkan diri dibawa keluar. Para relawan langsung menyingkir dan terkejut melihat kondisi Soo Hyun. Salah satu relawan adalah Sun Yool yang terus menatap Soo Hyun.


Soo Hyun kembali diingatkan oleh alam bawah sadarnya tentang Gun Woo. Soo Hyun, Gun Woo dan Soo Ho bermain petak umpet. Soo Hyun menutup mata dan mulai bernyanyi.

Soo Hyun : Keluarlah, di mana pun kau berada.

Soo Ho dan Gun Woo bersembunyi.

Tapi saat berbalik dan membuka matanya, Soo Hyun terdiam melihat anak dan suaminya tidak ada. Sementara langit hampir gelap. Soo Hyun pun pergi mencari-cari Gun Woo tapi dia tak bisa menemukan Gun Woo dimana pun. Saat tengah mencari Gun Woo, dia melihat saat dirinya turun dari taksi dan disapa oleh Hee Jae yang main sepeda di rumahnya. Soo Hyun balas menyapa Hee Jae dan ibu Hee Jae. Setelah itu, sambil mengangkat kopernya, dia masuk ke halaman rumahnya dan tak lupa menutup gerbang.


Soo Hyun yang di ruang operasi, langsung kejang-kejang ketika pikirannya mengingat itu.

Tekanan darah Soo Hyun menurun. Dokter menyuruh anggota nya menyalakan HEPA.


Dokter lalu menjelaskan pada Nyonya Oh kalau Soo Hyun menderita kecemasan yang parah dan depresi karena trauma dari peristiwa masa lalu.

Dokter : Kurasa reaksinya menyebabkan kecelakaan ini.


Usai bicara dengan dokter, Nyonya Oh menemui Soo Hyun. Nyonya Oh marah dan berusaha menyadarkan Soo Hyun agar bangkit dari masa lalu.

Nyonya Oh : Kenapa kau melakukan ini? Kenapa putri ibu....  Kau tahu betapa berartinya kau bagi ibu? Kenapa putri ibu harus menderita seperti ini?

Soo Hyun : Ibu. Kurasa aku menutup gerbangnya.

Nyonya Oh : Soo Hyun-ah!

Soo Hyun : Aku yakin begitu. Aku menutup gerbang dengan tangan ini.

Nyonya Oh : Apa gunanya itu sekarang? Berapa lama lagi kau akan hidup di masa lalu seperti ini? Lihat dirimu. Bagaimana jika kau mengalami...

Soo Hyun : Aku benar-benar menutup gerbangnya. Bagaimana bisa Gun Woo keluar? Gun Woo-ku, dia tak bisa membuka gerbang sendiri. Seharusnya kuperiksa sekali lagi. Sekali lagi. Seharusnya kuperiksa sekali lagi!


Soo Hyun yang emosi, memukul-mukulkan tangannya yang baru dioperasi ke ranjang.

Sontak lah Nyonya Oh panic dan teriak meminta sipir melepaskan borgol Soo Hyun. Tapi tak ada sipir yang datang. Nyonya Oh bilang Soo Hyun kesakitan tapi tak ada yang peduli. Nyonya Oh menangis dan memeluk erat Soo Hyun.

Soo Ho di rumahnya masih menyelidiki kasus tewasnya Gun Woo.

Lalu dia menatap foto Pengacara Hwang, hakim dan Ji Woong yang dia tempel di papan kacanya. Ternyata mereka memiliki hubungan dengan Joon. Soo Ho melihat foto ketiganya bersama Joon.

Lalu dia ingat persidangan, saat hakim memberi kode ke Ji Woong.

Sadarlah Soo Ho bahwa Joon lah biang keladi semuanya, yang membuat Ji Woong, pelaku yang menabrak dan menelantarkan Gun Woo, bebas dari tuduhan.

Tiba-tiba ponsel Soo Ho berbunyi.

Soo Ho di ruangan Joon sekarang. Dia sedang melihat-lihat sederet penghargaan Joon yang dipajang di lemari kaca. Dia dipanggil oleh Joon. Tak lama, Joon pun masuk dan minta maaf karena membuat Soo Ho menunggunya padahal dia yang menyuruh Soo Ho datang.

Joon : Mereka banyak bicara hingga rapat diperpanjang. Aku Kim Joon.

Joon mengajak Soo Ho berjabat tangan.

Soo Ho terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjabat tangan Joon dan mengenalkan dirinya.

Joon : Aku tahu siapa kau. Kudengar kau ingin mengeksposku saat kau berhenti. Bayangkan betapa tidak nyamannya aku setelah mendengar itu.

Soo Ho : Aku yakin kau tidak memanggilku untuk menghiburku.


Joon : Kau menyuap pelayan di bar. Apa kau menemukan sesuatu?

Joon duduk di kursinya.

Soo Ho menatap Joon, tampaknya kau sangat dekat dengan pria yang membunuh putraku. Kalian berdua minum pada hari kecelakaan itu.

Joon : Hanya karena kau datang, tidak berarti kau minum.

Soo Ho : Benar. Jadi, kenapa kau memakai semua koneksi pribadimu untuk melindungi orang yang tidak minum?

Joon : Apa kau punya bukti?

Soo Ho : Kepala Polisi yang bisa memanipulasi rekam berkendara saat mabuk. Hakim yang memberinya penangguhan hukuman. Bahkan pengacaranya. Bagaimana kau menjelaskan koneksi yang dimiliki mereka semua, Anggota Kongres Kim Joon.

Joon : Pak Kang. Kau seharusnya menulis artikel berita, bukan novel.

Soo Ho : Benar.


Soo Ho lalu duduk di depan Joon.

Soo Ho : Biar kutanyakan satu hal. Anggota Majelis Nasional bekerja keras untuk membuat dirut perusahaan konstruksi lepas dari masalah. Apakah mungkin ini berkaitan dengan korupsi Buyeongdong yang hendak kuungkap?

Joon : Kau masih membicarakan hal itu?

Soo Ho : Dia adalah dirut perusahaan jasa selama pengembangan Buyeongdong. Sejak saat itu, dia menjadi tangan kanan penting dalam peluangmu pada pemilihan presiden. Contohnya, orang yang bertugas atas pencucian uang. Apa ini juga terdengar seperti novel?

Mendengar itu, Joon yang tadinya pede, mulai ketar ketir.

Joon : Kurasa kau tidak takut pada apa pun, Pak Kang.

Soo Ho : Aku tak akan rugi apa pun. Orang sepertiku tak takut pada apa pun. Orang yang akan kehilangan segalanya sepertimu yang takut, Anggota Kongres. Aku yakin kau ingin menutupi hal ini, tapi akan kuungkap semuanya demi istriku dan mendiang putraku. Tunggu dan lihat saja.


Soo Ho beranjak menuju pintu.

Joon memanggil seseorang diluar.

Joon : Hei, tamu kita akan pergi. Apa boleh dibiarkan dengan tangan kosong?

Tak lama, seketaris Joon masuk.

Joon : Kami menyiapkan hadiah untukmu.

Soo Ho : Apa yang kau lakukan?

Joon menyuruh seketarisnya menunjukkan sesuatu pada Soo Ho.

Joon : Itu dari hari itu.


Seketaris Joon menunjukkan video rekaman.

Itu adalah video rekaman gerbang yang ditutup oleh Soo Hyun setelah Soo Hyun masuk.

Tiba-tiba, Soo Ho terkejut melihat rekaman.

Joon : Apa kau masih tidak rugi apa pun? Bagaimana jika Eun Soo Hyun melihat ini? Bisakah dia menanggungnya? Kau yang paling tahu bagaimana melindungi istrimu.

Soo Ho pun menatap kesal Joon.


Kita ke Penjara Wanita Cheongshin, dimana Soo Hyun tengah mengepel lantai sel nya dengan satu tangan. Tiba-tiba, sipir datang memanggilnya. Sipir memberikannya secarik kertas. Soo Hyun mendekat, mengambil secarik kertas tersebut.

Sipir : Bagaimana kalau kau biarkan dia berkunjung? Setiap saat...

Soo Hyun terdiam mendengarnya.


Nyonya Jang menatap Soo Hyun.


Soo Hyun membaca pesan dari Soo Ho.

Soo Ho : Soo Hyun-ah, sekarang sudah musim gugur. Maukah kau bertemu denganku lain kali agar kita bisa bicara?


Napi yang baru keluar dari kamar mandi, mendekati Soo Hyun.

Napi : Sedang apa kau? Selesaikan mengelap lantai. Kau pasti sangat senggang.

Yang lain nyeletuk, kalau Soo Hyun wanita kuat. Dia bilang, jarum jahit membuat beberapa lubang di tangan Soo Hyun, tapi Soo Hyun tidak berteriak sama sekali.

Napi lain : Itu pasti tidak sakit. Menurutku itu tidak sakit.

Nyonya Jang : Jarum itu merobek dagingnya. Sudah pasti sakit.

Napi lain : Kau juga melihatnya. Darah menetes dari tangannya, tapi dia bergeming.


Nyonya Jang : Dibandingkan dengan rasa sakit karena kehilangan anak, itu pasti bukan apa-apa.

Soo Hyun yang tengah mengelap kipas angin, terdiam mendengar kata2 Nyonya Jang.


Nyonya Jang lalu mendekati Soo Hyun. Dia mengambil kain lap dari tangan Soo Hyun dan menggantikan Soo Hyun dan menggantikan Soo Hyun membersihkan lantai dan kipas.

Soo Hyun pun diam memandangi Nyonya Jang.


Soo Hyun kesulitan mencuci pakaiannya. Nyonya Jang yang melihat itu, langsung membantu Soo Hyun menyikat baju. Soo Hyun terdiam menatapnya. Nyonya Jang yang tak mau Soo Hyun dimarahi, menyuruh Soo Hyun menginjak selimut yang lagi direndam di ember.


Nyonya Jang juga membantu Soo Hyun mengangkat ember berisi air.


Lalu, menjemur selimut.

Soo Hyun mengucapkan terima kasih. Nyonya Jang bilang dia melakukannya karena ingin jadi Soo Hyun tak perlu berterima kasih.

Soo Hyun : Lalu kenapa aku?

Nyonya Jang : Kau mengingatkanku pada diriku di masa lalu. Saat itu, hidupku dalam keadaan terpuruk dan mengerikan.

Nyonya Jang menunjuk ke arah tangan Soo Hyun yang diperban.

Nyonya Jang : Dahulu aku pernah seperti itu.

Setelah mengatakan itu, Nyonya Jang beranjak pergi.

Waktu terus berlalu. Para napi tengah berolahraga di lapangan. Soo Hyun celingukan mencari Nyonya Jang. Tak lama, dia melihat Nyonya Jang tengah duduk sendirian. Nyonya Jang sendiri lagi menulis di bukunya. Dia berhenti menulis begitu Soo Hyun mendekatinya. Dia tanya ada apa. Soo Hyun pun menunjukkan tangannya yang sudah mulai sembuh. Nyonya Jang bahagia melihatnya.

Soo Hyun lalu memberikan Nyonya Jang kacamata baru.

Nyonya Jang senang menerimanya.

Soo Hyun tertawa saat melihat Nyonya Jang berpose dengan kacamata pemberiannya.

Beberapa bulan telah berlalu. Hari Natal tiba.

Soo Hyun tengah menjahit bersama para napi. Seragam Soo Hyun yang tadinya berwarna biru, kini berwarna pastel.


Saat melewati aula pertemuan, Soo Hyun melihat paduan suara anak2 tengah menyanyikan lagu Natal. Melihat itu, Soo Hyun teringat Gun Woo lagi, saat dia dan Gun Woo menyanyikan lagu Natal bersama. Soo Hyun nangis lagi. Tapi kali ini, dia sudah bisa mengontrol dirinya. Tak lama kemudian, Soo Hyun beranjak pergi.

Soon Yul yang bertindak sebagai kondektur, menoleh ke arah Soo Hyun.

Soo Ho di rumahnya, termenung memikirkan ancaman Joon tadi.

Joon : Apa kau masih tidak rugi apa pun? Bagaimana jika Eun Soohyun melihat ini? Bisakah dia menanggungnya?

Sesaat kemudian, dia melihat surat rekomendasi, perjanjian kerahasiaan dan kontrak bersyarat dari ABS, serta tiket penerbangannya. Sepertinya, Soo Ho dapat tawaran bekerja lagi di ABS karena Joon.


Nyonya Oh menyuruh Yoo Ri mengeluarkan daging dari lemari es. Dia bilang, mereka akan segera memakannya. Tiba-tiba, Nyonya Jung datang. Nyonya Oh dan Yoo Ri pun langsung menghentikan aktivitas mereka dan mendekati Nyonya Jung. Nyonya Oh tanya kabar Nyonya Jung. Nyonya Jung sinis, dia bilang bagaimana bisa baik karena putranya sendirian sekarang. Nyonya Oh dan Yoo Ri langsung salah tingkah dibuatnya. Tapi kemudian, Yoo Ri bilang mereka akan mengirimkan makanan ke Soo Ho.

Yoo Ri : Kami baru membeli bahannya.

Nyonya Jung bilang tidak perlu karena Soo Ho tidak akan pulang.

Yoo Ri : Dia tidak pulang? Apa dia ke suatu tempat?

Nyonya Jung : Ke Amerika sebagai koresponden.

Nyonya Oh dan Yoo Ri kaget.

Yoo Ri panic, kau yakin? Kapan dia pergi? Bagaimana dengan kakakku?

Nyonya Jung : Itu masalahmu. Aku tidak bisa diam saja melihat putra berhargaku hancur.

Nyonya Jung lalu menatap Nyonya Oh.

Nyonya Jung : Kurasa putrimu bukan urusanku. Bagaimana menurutmu? Jika Soo Ho adalah putramu, apa kau akan menghalangi kesuksesannya? Karena kau wanita berpendidikan yang membesarkan putrimu menjadi profesor, aku yakin kau memahamiku.


Nyonya Jung beranjak pergi.

Nyonya Oh terdiam menahan rasa sakit.


Setelah itu, Nyonya Oh dan Yoo Ri pergi mengunjungi Soo Hyun.

Untungnya Soo Hyun mau menemui mereka.

Mereka berusaha tegar. Yoo Ri bahkan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya pada Soo Hyun yang dibalas Soo Hyun dengan anggukan juga, sebagai pertanda kalau semua baik-baik saja.

Nyonya Oh : Bagaimana perasaanmu?

Soo Hyun : Baik. Ibu sendiri? Bagaimana kabar ibu. Bagaimana kondisi lutut ibu?

Yoo Ri mengomeli Soo Hyun.

Yoo Ri : Jika kau begitu mengkhawatirkannya, kenapa tidak meminta keringanan hukuman? Kau tahu hukumannya akan panjang.

Soo Hyun : Maafkan aku. Aku hanya ingin menebus semua dosaku.

Yoo Ri : Omong-omong, apa kau tahu? Soo Ho mendapat tawaran untuk menjadi koresponden.

Soo Hyun agak terdiam mendengar itu. Tapi kemudian dia bilang itu bagus.

Yoo Ri marah, bagus apanya! Kau tidak tahu apa maksudnya itu? Dia akan pergi entah sampai kapan. Kalian berdua harus berpisah. Dengan jarak sejauh itu, perpisahan ini bisa permanen. Kak, jangan menolak kunjungan Soo Ho. Dia belum memberitahumu selama ini. Kurasa dia tidak ingin pergi. Jadi, tahanlah dia, mengerti?


Soo Hyun menatap keluar jendela, melihat salju turun.

Lalu sipir masuk.


Soo Ho ternyata datang. Soo Hyun akhirnya menemui Soo Ho. Dia tak berani menatap Soo Ho pada awalnya. Soo Ho terus menatap Soo Hyun. Setelah Soo Ho duduk, barulah Soo Hyun berani menatap Soo Ho. Soo Hyun mencoba tegar.

Soo Ho : Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu.

Soo Hyun : Maafkan aku. Aku tidak sanggup menemuimu.

Soo Ho : Aku mengerti. Aku akan terus datang, apa pun yang terjadi. Aku hendak menunggu sampai saat itu.

Soo Hyun : Selamat, kau kembali ke kantormu. Ini yang kau inginkan.

Soo Ho : Aku akan bekerja keras lagi. Saat kau keluar, kau tak perlu bekerja.

Soo Hyun : Soo Ho-ssi.

Soo Ho : Ya?

Soo Hyun : Aku punya permintaan.

Soo Ho : Sebut saja. Akan kulakukan apa pun.


Soo Hyun : Jangan datang ke sini lagi.

Soo Ho terkejut, apa?

Soo Hyun : Hari ini hari terakhir kita bertemu satu sama lain. Kupikir ini harus dikatakan secara langsung. Karena itu aku memintamu datang.

Soo Ho : Apa? Apa yang kau bicarakan?

Soo Hyun : Aku minta maaf. Tapi sulit bagiku untuk melihatmu. Aku tidak mampu mempertimbangkan perasaanmu.

Soo Ho : Aku tahu. Aku tak memintamu melakukannya. Biarkan aku berada di sampingmu. Ya, Soo Hyun-ah? Mari tetap kuat dan bertahan bersama. Kita bisa mengatasi situasi sulit ini dan kita bisa memulai kembali, ya?

Soo Hyun : Aku pembunuh. Lihat aku. Lihat di mana aku berada dan apa yang kukenakan. Bagaimana masa depanmu dengan pembunuh sebagai istrimu? Bukankah sudah waktunya kau bangun dari mimpi itu?

Soo Ho : Soo Hyun-ah?

Soo Hyun : Kumohon. Tinggalkan aku sendiri. Jalani saja hidupmu.

Soo Ho : Ke mana aku bisa pergi tanpamu?

Soo Hyun : Tidak ada ruang untukmu dalam hidupku lagi.

Soo Ho : Apa kau serius? Kau benar-benar tidak membutuhkanku dalam hidupmu?

Soo Hyun : Tidak perlu. Jadi, pergilah.


Soo Hyun mulai beranjak dan membelakangi Soo Ho.

Soo Ho masih berusaha membujuk Soo Hyun.

Soo Ho : Aku mungkin menjadi koresponden. Aku mungkin tidak bisa kembali!

Soo Hyun tak menjawab. Dia hanya bilang pada penjaga bahwa mereka sudah selesai. Penjaga segera membawa Soo Hyun. Soo Ho pun teriak. Dia bertanya, apa Soo Hyun tak mau mencegahnya pergi. Soo Hyun tetap pergi. Dia terpaksa melakukannya.


Malamnya, Nyonya Jang terbangun dan mendapati Soo Hyun menangis.

Nyonya Jang mendekati Soo Hyun.

Nyonya Jang : Jangan menahannya. Itu akan membuatmu sakit. Menangislah.

Soo Hyun menangis sejadi-jadinya.

Nyonya Jang mengusap-ngusap bahu Soo Hyun.


Sekarang, para napi tengah bersenang-senang di aula. Mereka dihibur oleh para penyanyi. Tapi, Soo Hyun tetap dengan wajah murungnya.

Para penyanyi selesai bernyanyi dan bertanya apa ada yang ingin bernyanyi.


Nyonya Jang memegang tangan Soo Hyun. Lalu dia mengajukan diri.

Semua heboh. Sorak sorai mengiringi langkah Nyonya Jang ke atas panggung.

Nyonya Jang mulai bernyanyi.


Bersamaan dengan itu, Soo Ho sudah di bandara. Dia terpaksa pergi.


Nyonya Jang menatap Soo Hyun dan tersenyum.

Soo Hyun juga menatap Nyonya Jang dan tersenyum, dengan mata berkaca-kaca.


Tahun demi tahun berlalu.

Sipir memanggil Narapidana 0826. Nyonya Jang menoleh, ya, aku?

Sipir : Keluarlah.

Nyonya Jang bergegas keluar.


Salju turun dengan lebat. Soo Hyun mendekati Nyonya Jang yang tengah menggambar. Soo Hyun duduk di depan Nyonya Jang dan melihat Nyonya Jang lagi menggambar.

Soo Hyun : Apa yang kau gambar?

Nyonya Jang : Tempat pertama yang ingin kudatangi saat keluar dari sini.

Nyonya Jang menunjukkan gambarnya.

Nyonya Jang : Letaknya dekat ujung selatan. Ada laut di depan, dan di belakang, ada bukit kecil ini. Tempat di mana kau tak bisa melihat tembok abu-abu seperti itu.

Nyonya Jang menunjuk tembok penjara di belakang mereka.

Nyonya Jang : Ada pohon yang sangat tua di puncaknya. Kata orang jika kau menyentuhnya dan membuat permohonan, itu akan terkabul. Apa yang akan kau minta jika pergi ke sana?

Soo Hyun terdiam sejenak menatap gambar pohon, tak lama, dia bertanya balik, bagaimana denganmu?

Nyonya Jang : Aku akan meminta agar semua orang yang menderita karenaku bisa menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.

Soo Hyun : Mari pergi ke sana bersama kelak.

Nyonya Jang hanya tersenyum menatap Soo Hyun.

Soo Hyun : Kenapa menatapku seperti itu?


Nyonya Jang : Aku sekarat.

Soo Hyun terkejut mendengarnya.

Nyonya Jang : Itu sebabnya mereka memanggilku pagi ini. Kurasa pemeriksaan fisik terakhirku tidak terlalu bagus.

Soo Hyun menatap Nyonya Jang dengan tatapan khawatir.

Nyonya Jang : Tidak perlu begitu. Hentikan. Kurasa sekarat seperti ini adalah bagian dari penebusan dosaku. Jadi, aku benar-benar tidak keberatan dengan itu. Sungguh. Tapi aku mengatakan ini hanya karena kau. Aku hanya tidak ingin kau harus berpisah lagi tanpa persiapan. Saat kau hidup setua ini, meninggalkan orang dengan benar sama pentingnya dengan bertemu orang. Jadi, mari kita berpisah dengan benar.

Soo Hyun mengalihkan pandangannya. Dia berusaha menahan tangisnya.

Nyonya Jang bicara lagi.

Nyonya Jang : Satu hal lagi. Ada yang ingin kukatakan kepadamu.


Soo Hyun menatap Nyonya Jang lagi. Nyonya Jang memberikan buku catatannya. Soo Hyun membukanya. Di sana, ada artikel dari koran dengan judul, "MENEMUI KELUARGA BERDUKA SETELAH KEBAKARAN BENCANA MENYEDIHKAN, TANPA KERINGANAN".

Soo Hyun menatap Nyonya Jang. Nyonya Jang menyuruh Soo Hyun terus melihat.

Soo Hyun membalik halaman dan menemukan artikel koran lagi dengan judul, "EMPAT TEWAS DALAM KEBAKARAN, ANAK DELAPAN TAHUN SELAMAT".

Nyonya Jang lantas berkata kalau dia sama seperti Soo Hyun, memimpikan balas dendam.


Kita diperlihatkan flashback saat Nyonya Jang memergoki suaminya berselingkuh.

Nyonya Jang : Aku mengetahui suamiku berselingkuh. Aku ingin membunuh mereka.

Nyonya Jang lalu menuangkan bensin diluar rumah.


Nyonya Jang : Maka aku membakar ruangan itu.


Saat Nyonya Jang mau masuk ke mobilnya, ledakan terjadi. Api meluas membakar seluruh rumah itu.

Nyonya Jang terkejut melihat api yang begitu besar.


Nyonya Jang : Namun, aku tidak tahu apinya akan menyebar seluas itu. Begitu aku sadar, aku menyadari keluarga tak bersalah meninggal karenaku. Ada satu anak yang selamat.


Para petugas damkar membawa seorang anak kecil keluar.

Anak laki2 itu menangis, mengatakan ibu dan ayahnya ada di dalam.



Nyonya Jang : Aku berdoa kepada Tuhan setiap hari. Kuharap anak itu bisa bertahan. Aku berdoa untuk keselamatan dan perlindungannya. Bahwa aku akan memberikan apa pun demi itu. Aku mulai menulis surat untuk anak itu. Aku tidak berani untuk meminta maaf kepadanya. Aku merasa sangat bersalah. Aku terus memohon.

Nyonya Jang lalu meminta Soo Hyun melakukan sesuatu untuknya.

Nyonya Jang : Bisakah kau memberikan surat ini kepadanya?

Soo Hyun mengangguk.

Nyonya Jang lantas mencium dan menggenggam erat tangan Soo Hyun.


Waktu kian berlalu. Sekarang, Soo Hyun duduk sendirian sambil memegang buku catatan Nyonya Jang. Dia ingat permintaan Nyonya Jang untuk menyerahkan surat kepada anak itu.

Nyonya Jang : Anak itu memiliki rasa sakit yang sama denganmu. Bisakah kau membantunya melupakan rasa sakit itu?


Adegan meloncat ke 3 tahun kemudian, dimana Kwon Sun Yool tengah bekerja di tempat rongsokan mobil sebagai mekanik. Dia melepaskan ban, kap, aki mobil dan juga menghancurkan kaca mobil. Setelah itu, dia membawa kerangka mobil dengan forklift dan menaruhnya di bawah mesin penghancur mobil. Lalu dia menyalakan mesin penghancur mobil.


Sun Yool lalu istirahat sejenak dan mengisi perut bersama teman-temannya.


Joon menggelar konferensi capres dengan mengundang rekan2 wartawan dan seluruh kandidat presiden ke restoran mewah.

Joon : Aku, Kim Joon, kandidat untuk Partai Persatuan Hankuk. Alasan kami mengundang para kandidat utama datang hari ini adalah untuk bersatu dan menciptakan negara yang lebih baik. Kuharap ini dapat meningkatkan keharmonisan. Seharusnya tidak ada perkelahian atau saling gigit dalam politik, bukan?

Seketaris Joon melirik capres pertama, Lee Jing Won.

Sebelumnya, seketaris Joon melaporkan temuannya pada Joon.

Seketaris : Putri Lee Jing Won masalahnya. Putri anggota kongres merundung teman sekelasnya di sekolah dan tim kami mendapatkan rekamannya. Kupikir kita bisa menggunakannya. Kekerasan di sekolah akan menurunkan penerimaan publik hingga sepuluh persen.


Joon mendengarkan rekaman penyataan korban perundungan yang diputar seketarisnya.

Korban : Rasanya seperti disiksa. Hal itu sangat sulit bagiku.

Joon : Kudengar Anggota Kongres Lee petani hebat. Dia membina putrinya dengan baik. Putrinya adalah harta karun. Dia bukan masalah. Masalahnya adalah Son Hyeon Min.


Kamera menyorot capres kedua, Son Hyeon Min.

Seketaris : Dia kandidat kuat. Tim sedang menyelidikinya. Dia pandai membersihkan jejaknya. Mereka tak menemukan satu pun kesalahan.


Sun Yool masih di tempat kerjanya. Hari sudah malam. Dia mengisi perutnya hanya dengan jjangmyeon. Dia makan sambil melihat kiriman foto-foto di ponselnya. Itu adalah foto-foto tentang Capres Son. Foto pertama, perolehan suara Capres Son. Foto kedua, lokasi dan rute brankas ke SMA Seni Sanggyeong. Setelah melihat foto-foto itu, Sun Yool meneguk air dan bergegas pergi.

Sun Yool menyalakan mesin motornya. Lalu dia pergi, membelah jalanan dengan motor gedenya.


Adegan beralih ke Joon dan seketarisnya yang membahas Capres Son.

Joon : Bukankah Son Hyeon Min direktur dari Akademi Sanggyeong? Kudengar istrinya kepala sekolah di sana.


Sun Yool tiba di depan SMA Sanggyeong.

Terdengar suara Joon, bukankah itu cocok untuk mencuci uang?


Sun Yool pun melajukan motornya ke belakang sekolah.

Seketaris lalu bilang pada Joon kalau anggota tim termudanya sedang mengerjakannya.


Sun Yool menyelinap masuk ke ruangan Kepsek. Dengan alatnya, dia mudah membuka branas Kepala Sekolah. Di sana, dia menemukan sejumlah buku dan juga uang. Sun Yool pun memotret isi catatan yang ditemukannya, juga sebuah guci di atas brankas, dan lukisan. Sebelum beraksi, Sun Yool menutup gorden terlebih dahulu.


Seorang satpam yang tengah berkeliling, menemukan hal aneh di dalam ruangan Kepala Sekolah. Dia pun memanggil rekannya, menyuruh memeriksa ruangan Kepala Sekolah.  Tapi begitu masuk, tidak ada siapa pun di sana. Mereka hanya menemukan gorden yang menutup jendela.


Sun Yool lalu ke Sungai Han. Begitu dia datang, seketaris Joon yang sudah menunggu, langsung turun dari mobil. Sun Yool memberikan catatan yang dia temukan di brankas Kepsek.

Seketaris Joon : Kerja bagus. Ikuti Anggota Kongres Choi Jus Seok besok.

Seketaris Joon memberi Sun Yool bayaran. Sun Yool mengerti dan langsung pergi.


Paginya, Soo Hyun keluar dengan beberapa tahanan. Dia bebas! Tahanan lain dijemput keluarga, hanya Soo Hyun yang tidak. Soo Hyun lantas memejamkan matanya dan menghirup udara bebas. Saat membuka matanya, dia melihat Soo Ho berjalan ke arahnya. Namun itu hanya lamunannya. Pria itu bukan Soo Ho, tapi orang lain yang hendak menjemput kakaknya, napi yang berdiri di belakang Soo Hyun.


Sekarang, Soo Hyun di bus. Dia membawa buket bunga putih.

Sun Yool melajukan motornya di jalanan.

Seketaris Joon menghubunginya.

Seketaris Joon : Anggota Kongres Choi datang.

Sun Yool : Tidak hari ini.

Seketaris Joon : Sekarang atau tidak sama sekali.


Sun Yool memutus panggilan dan menambah laju motornya.

Tak lama, dia berpapasan dengan Soo Hyun. Sun Yool semakin memacu motornya.


Soo Hyun berhenti di halte.

Dia berjalan kaki, sambil menenteng tasnya, buket bunga dan kantong plastik.

Sun Yool sendiri mendatangi sebuah makam. Dia menaruh belanjaannya di atas rumput, lalu mulai mencabuti rumput liar di atas makam.


Soo Hyun ke makam Gun Woo. Melihat foto Gun Woo, tangisnya mengalir lagi.

Soo Hyun : Gun Woo-ya, ibu datang.


Soo Hyun lalu menyenderkan kepalanya ke batu nisan bertuliskan nama Gun Woo.

Makam yang didatangi Sun Yool, tak jauh dari makam Gun Woo.


Tiba2 hujan turun. Soo Hyun yang ketiduran di makam Gun Woo, membiarkan hujan membasahinya. Tiba2, seseorang memayunginya. Soo Hyun yang merasakan hujan tidak menyentuhnya, membuka matanya dan mendapati seseorang memayunginya.

Yang memayungi Soo Hyun adalah Sun Yool.

Sun Yool : Kau tidak apa-apa? Pakai ini.

Sun Yool mau memberikan payungnya, tapi Soo Hyun menolak dan langsung pergi.

Sun Yool melihat nisan yang bertuliskan nama Gun Woo.


Setelah itu dia mengejar Soo Hyun. Soo Hyun terkejut pria yang tadi memayunginya, mengejarnya.

Sun Yool : Kau boleh pakai payung ini. Kurasa Gun Woo akan sedih jika dia melihatmu.

Mendengar nama Gun Woo, Soo Hyun terpaku.

Sun Yool mengarahkan tangan Soo Hyun ke gagang payung.

Bersambung....

Next episode :

Soo Hyun kembali ke rumahnya. Rumahnya sudah kosong. Tangis Soo Hyun pecah lagi saat teringat seseorang menyalahkannya atas kematian Gun Woo.

Soo Hyun mulai mencari penyintas kebakaran yang diceritakan Nyonya Jang.

Soo Ho kembali ke Korea dan telah sukses. Dia mencari seseorang.

0 Comments:

Post a Comment