The Police Station Next to The Fire Station Eps 2 Part 3

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : The Police Next to The Fire Station
Sebelumnya : The Police Next to The Fire Station Eps 2 Part 2
Selanjutnya : The Police Next to The Fire Station Eps 3 Part 1

Sekarang, Ho Gae, Kepala Baek dan Pil di perjalanan. Kepala Baek yang duduk di kursi belakang, memperbesar foto para murid hanya untuk melihat wajah si Tengil.

Kepala Baek : Astaga, ekspresi wajahnya seolah-olah mengatakan, "Aku tengil." Karena masih anak di bawah umur, sidik jarinya tidak ada di AFIS. Dia belum terdaftar.

Pil yang menyetir, tanya, apa yang membuat Ho Gae meminta sidik jari para murid.

Ho Gae : Jejak kakinya kecil.



Kita diperlihatkan flashback saat Ho Gae melihat jejak kaki di depan kamar Hyun Seo.

Setelah itu, ada juga flashback saat Ho Gae memperhatikan para murid yang beranjak pergi dari pemakaman Hyun Seo setelah diajak pergi oleh siswa swafoto. Ternyata, Ho Gae memperhatikan jejak kaki para murid itu.



Ho Gae lantas bernyanyi, kuharap dengan merindukanmu akan membantu kita bertemu suatu hari nanti.

Pil : Aku akan mengebut.



Pil tiba di depan pintu kediaman Tengil. Kepala Baek mengendap2 di depan jendela, sambil melihat ke dalam, lalu dia mendekati Pil.

Kepala Baek : Hei, kau yakin dia ada di rumah?

Pil : Aku tidak mendengar apa pun. Dia sedang tidur?

Kepala Baek : Akan merepotkan jika dia menolak membukakan pintu. Kita harus memikirkan strategi.


Tapi Ho Gae muncul dan memencet bel. Kepala Baek dan Pil langsung terkesiap.

Kepala Baek : Bisa berhenti melakukan itu?


Tak lama, terdengar sahutan di dalam.

"Siapa?"

"Aku datang untuk mengambil paket, sekalian minta ongkos pengembalian." jawab Ho Gae.


Pintu dibuka. Si Tengil lah yang membuka.

Ho Gae : Hai. Kita pernah bertemu di pemakaman Hyun Seo, 'kan?

Tengil yang kaget para polisi datang, lari ke dalam rumah.

Pil : Awas. Nanti kau tersandung.


Ho Gae, Kepala Baek dan Pil masuk ke dalam.

Ho Gae : Kenapa kau berlari, Tengil?


Tak lama, Ho Gae mendengar suara microwave dinyalakan. Dia pun berlari ke dapur. Ternyata, Tengil berusaha menghancurkan bukti dengan membakar ponselnya memakai microwave.

Ho Gae pun membuka mematikan microwave dan mengeluarkan ponsel Tengil dari sana.

Ho Gae : Lihat dirimu. Kau pasti terlalu sering menonton film.

Pil dan Kepala Baek datang membawa sepatu Tengil.

Pil : Ketemu. Sepatu yang bersinar di bawah cahaya hitam.

Tengil syok perbuatannya ketahuan.


Tengil pun diinterogasi Ho Gae dan Kepala Baek sekarang.

Ho Gae melihat laptopnya sebentar, sebelum mulai menanyai Tengil.

Ho Gae : Yang Jun Tae-ssi, kenapa sidik jarimu ada di rumah Hyun Seo?

Jun Tae : Karena aku ketua kelas. Guru kami menyuruhku mengawasi murid yang dikucilkan. Jadi, aku mengunjunginya.


Ho Gae : Coba kulihat tanganmu.

Ho Gae pun menyinari telapak tangan Jun Tae.

Ada cat neon di sana.


Ho Gae kembali menanyai Jun Tae.

Ho Gae : Begitu rupanya. Tapi kenapa kau harus memanjat pipa gas?

Jun Tae : Aku ketua klub panjat tebing sekolah. Kupikir, sekalian saja berlatih.


Kita diperlihatkan flashback saat Jun Tae memanjat pipa gas kediaman Hyun Seo.


Jun Tae : Tapi apa hubungannya itu dengan kematian Hyun Seo?

Ho Gae : Entahlah.

Jun Tae : Paman, hanya itu bukti yang anda miliki, bukan?

Ho Gae tertawa tak percaya mendengar pertanyaan Jun Tae.

Ho Gae : Ya, hanya itu.

Jun Tae : Kalau begitu, boleh aku pergi? Di bimbelku sedang ada pekan tes tingkat.

Ho Gae : Aku bisa menahanmu di sini sampai enam jam karena kau sukarela datang. Aku bahkan mendapat izin orang tuamu. Kita masih punya waktu, duduklah saja sampai aku membawa lebih banyak bukti.


Ho Gae kemudian berdiri dan menyuruh Kepala Baek memberi Jun Tae makan.

Kepala Baek : An.... Detektif Jin.

Ho Gae beranjak keluar.


Dari ruang sebelah, Ho Gae, Anna dan Pil memperhatikan Jun Tae.

Pil kesal, karena ini aku benci anak-anak yang rajin belajar. Dia menonton kelas daring selagi ditahan di sana.

Ho Gae : Kita harus menyingkirkan topeng sok rajinnya itu.


Anna : Bukankah saking tengilnya, kau ingin merampas penyuara telinganya?

Ho Gae : Penyuara telinga.

Ho Gae ingat dengan lagu yang memekakkan telinga mereka saat mereka menolong Hyun Seo.

Ho Gae : Mari lakukan itu. Anna, ikut aku. Myeongpil, beli sesuatu dari toserba.


Ho Gae dan Anna ke kantor damkar untuk menemui Seol. Seol menunjukkan video rekaman saat mereka menolong Hyun Seo.

Ho Gae : Kamera tubuhmu merekam musik yang mengejutkan kita?

Seol : Tentu saja.

Ho Gae : Anna, cari tahu musik apa itu.

Anna : Baiklah.



Anna pun mendekatkan aplikasi mencari lagu di ponsel pintarnya ke speaker.

Do Jin datang.

Do Jin : Sedang apa kalian di sini?

Do Jin : Dia membantu kita.


Tak lama, Anna menemukan lagu itu dan menunjukkannya ke Ho Gae.

Ho Gae mengerti sekarang.

Ho Gae : Pantas saja dia meminta sepuluh juta.


Kepala Baek terus memelototi Jun Tae. Jun Tae yang melihat Kepala Baek memelototinya, mencopot penyuara telinganya dan menyimpan penanya.

Jun Tae : Anda tidak punya bukti, bukan? Pegawai pemerintah tidak boleh berbohong.


Ho Gae masuk membawa kresek hitam.

Ho Gae : Berbohong? Kami tidak sepicik itu.

Jun Tae : Waktu kalian lima menit lagi. Kalian akan tepat waktu, bukan?


Kepala Baek menatap Ho Gae.

Kepala Baek : Kau menemukan sesuatu?


Ho Gae tak menjawab pertanyaan Kepala Baek dan mengeluarkan botol racun dari kresek hitamnya. Ho Gae lalu menyodorkan botol itu ke Jun Tae dan menyuruh Jun Tae meminum isinya. Jun Tae mulai tegang melihat botol racun itu. Lalu dia menolak meminum isi botol itu. Dia mengaku alergi kafein.

Tiba-tiba, alarm Ho Gae berbunyi. Ho Gae mematikan alarmnya dan berkata dia mengatur alarmnya agar bisa minum obat tepat waktu. Ho Gae mengaku lututnya sakit. Jun Tae semakin tegang setelah mendengar dering alarm Ho Gae. Itu musik yang sama dengan musik yang memekakkan telinga Ho Gae dan yang lain saat melakukan penyelamatan untuk Hyun Seo. Ho Gae lalu menaruh ponselnya di atas meja.


Melihat wajah tegang Jun Tae, Ho Gae tanya ada apa.

Ho Gae : Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali. Kau tegang?

Jun Tae memegangi wajahnya dan berusaha bersikap tenang.

Jun Tae : Tidak.


Ho Gae kemudian menatap Jun Tae dari jarak dekat.

Ho Gae : Jangan bohong. Saat tegang, sistem respons tubuh kita menyebabkan pembuluh kapiler berkontraksi. Kau tahu kenapa? Karena makin banyak darah yang harus dipompa ke organ penting. Karena itu wajah berubah pucat, sepertimu sekarang.


Ho Gae lalu kembali menyender ke kursinya.

Ho Gae : Bukankah jantungmu berdebar karena darah yang mengalir?


Ho Gae lalu memutar musik itu lagi.

Ho Gae : Kau tahu musik ini? Kau bersama Hyun Seo saat dia meninggal, bukan?


Tiba2, Pil masuk membawa setumpuk dokumen.

Pil : Kita sudah dapat forensik digital untuk ponsel Yang Jun Tae.

Jun Tae makin kaget.

Ho Gae : Kau pikir ponselmu ubi jalar? Kau pikir memanaskannya akan membakar semua data? Kami memulihkan semua data di ponselmu. Kukira kau hanya belajar sebagai ketua kelas. Tapi hobimu lumayan juga.

Jun Tae makin terpojok dan gak tahu harus gimana.

Ho Gae : Hei, biasanya, saat kita sedang mengingat fakta, kita melihat ke kanan atas. Lalu saat membayangkan, kita melihat ke kiri atas. Kau menggerakkan matamu dari sisi ke sisi. Itu perpaduan keduanya.

Ho Gae lalu memberitahu Kepala Baek dan Pil kalau Jun Tae lagi berusaha memikirkan jalan keluar.

Ho Gae : Menyenangkan memeras orang lain menggunakan kelemahan mereka? Bagaimana rasanya menjadi korban?


Ho Gae lantas mendekatkan botol racun ke Jun Tae. Dia menyuruh Jun Tae minum dan berkata, Pil membelinya untuk Jun Tae. Ho Gae pun menunggu Jun Tae bereaksi.

Jun Tae melihat botol dan ponsel Ho Gae secara bergantian. Tak lama, kemudian dia terpancing dan menyingkirkan ponsel serta botol racun dari hadapannya.


Jun Tae : Sial! Matikan musiknya!

Ho Gae : Senang bertemu denganmu, Yang Junt Tae. Akhirnya kau menunjukkan sifat aslimu.


Jun Tae tertawa kesal.

Tak lama kemudian, tawanya hilang. Dia mengumpat, shibal.

Lalu dia berkata kalau semuanya gara2 Hyun Seo yang dia panggil pecundang.


Kita diperlihatkan flashback saat Hyun Seo tidur sendirian di kelas. Jun Tae masuk dan mendekati Hyun Seo.

Jun Tae : Hei, Hyun Seo. Kram haid? Mau mainkan gim hebat?

Hyun Seo : Apa? Kau bicara denganku?

Jun Tae : Memang dengan siapa lagi?


Jun Tae memberikan ponselnya ke Hyun Seo.

Hyun Seo pun segera memainkan game kura2 itu.


Ho Gae menunjukkan layar laptopnya ke Jun Tae. Layar laptop Ho Gae menampilkan game kura2.

Ho Gae : Balap kura-kura. Gim judi ilegal. Rasa penasaran juga menguasaiku.


Hyun Seo : Ibuku bekerja bagai kuda hanya untuk tiga juta won sebulan.

Jun Tae : Tiga juta? Kau bisa dapat dalam tiga jam. Gim ini dibuat agar kau bisa menghasilkan uang. Dia dibutakan oleh uang dan langsung melibatkan diri.


Di kelas, saat pelajaran berlangsung, Hyun Seo sibuk memainkan game kura2.

Jun Tae : Tapi kau tahu, makin sering bermain, makin besar kerugianmu.  Begitulah.

Ho Gae : Kau menargetkan sesuatu yang lebih besar.


Jun Tae dan Hyun Seo bertengkar atap gedung sekolah.

Hyun Seo : Aku hanya meminjam dua juta dan bekerja paruh waktu untuk membayar 1,3 juta. Jadi, kenapa bunganya sepuluh juta? Tidak masuk akal!

Jun Tae : Kau sudah gila? Kenapa bertanya kepadaku?

Hyun Seo : Kau yang meminjamiku uang di aplikasi obrolan. Kau sengaja memancingku ke dalam gim ini, bukan?


Hyun Seo lantas menunjukkan pesan yang diterimanya dari Jun Tae.

Hyun Seo : Lihat. Kau menulis "dua" dalam angka. Itu kebiasaanmu.

Di pesan itu tertulis, bahwa Jun Tae memberi Hyun Seo waktu dua hari untuk membayar bunga.

Jun Tae : Kau ingin aku melakukan apa?


Jun Tae kemudian beranjak pergi. Hyun Seo mengancam akan memberitahu semua orang kalau Jun Tae adalah rentenir dan penjudi. Jun Tae berbalik menatap Hyun Seo dan marah.

Jun Tae : Kau mau menghancurkan hidupku? Aku akan menghajarmu habis-habisan.

Flashback end...


Ho Gae : Tujuannya adalah membuatnya meminjam uang.

Kepala Baek : Dia sudah membayar bunganya. Jadi, kenapa kau memerasnya?

Jun Tae : Karena dia terus mengancam akan memberi tahu sekolah soal itu. Dia terlalu banyak bertingkah. Jadi, aku harus memegang kelemahannya.


Kita diperlihatkan flashback saat Jun Tae menyusup ke rumah Hyun Seo dengan memanjat pipa gas di siang bolong. Jun Tae memegang kusen jendela agar bisa naik ke dalam. Begitulah bagaimana sidik jari Jun Tae bisa ada di sana.

Setelah masuk, Jun Tae terus ke kamar Hyun Seo. Dan, terdengar suara jepretan kamera.

Hyun Seo menutupi tubuhnya dengan selimut. Jun Tae lantas duduk sambil memandangi foto2 Hyun Seo yang baru dia ambil.

Jun Tae : Kau harus berterima kasih kepadaku sudah mengambil foto-foto hebat ini. Sayang sekali orang lain tak bisa lihat.


Jun Tae lalu menatap Hyun Seo dengan tatapan penuh kemenangan.

Jun Tae : Kau budakku sekarang. Jika tidak membayarku tepat waktu, akan kukirim fotonya ke kantor ibumu.


Mendengar itu, Hyun Seo pun berlutut pada Jun Tae.

Hyun Seo : Maafkan aku. Kumohon. Tolong jangan lakukan itu.

Jun Tae berdiri, waktumu sampai besok. Bawakan KTP, ponsel, rekening bank, dan kata sandi ibumu. Mari gunakan bank ibumu.


Pil : Menggunakan bank ibunya?

Jun Tae : Menarik uang dari rekening ibunya. Tapi dia bersikap gila dan menolak melakukannya.


Hyun Seo pun memberikan botol racun ke Jun Tae.

Hyun Seo : Ini pestisida yang kudapat dari nenekku di desa tahun lalu. Dia bilang kita bisa mati jika meminumnya.

Jun Tae : Jangan membuatku tertawa. Kau pikir aku akan percaya? Siapa yang minum pestisida untuk bunuh diri zaman sekarang?


Jun Tae membuang botol itu ke kasur.

Jun Tae : Aku sangat tercengang. Kau payah dalam gim itu dan punya banyak utang. Kenapa kau masih hidup? Kenapa? Kau tidak berguna bagi masyarakat ini.


Jun Tae kemudian mengambil botol itu dan membuka tutupnya.

Jun Tae : Minumlah. Cobalah minum. Kau bilang akan meminumnya.

Hyun Seo terdiam menatap botol racun.

Jun Tae : Minumlah!


Hyun Seo yang terkejut dibentak, mengambil botol itu.

Namun Hyun Seo terdiam lagi menatap botol itu.

Jun Tae tertawa dan menoyor kepala Hyun Seo.

Jun Tae : Dasar hewan menyedihkan. Kau bahkan tidak berani melakukannya.


Hyun Seo terpancing. Dia meminum racun itu, tapi kemudian memuntahkannya ke sepatu Jun Tae.

Jun Tae terkejut, sial! Kau serius?

Jun Tae yang emosi, lalu beranjak pergi. Dia beranjak keluar dari kamar Hyun Seo. Jejaknya tertinggal di depan kamar Hyun Seo.


Ketika Hyun Seo dibawa ke ambulans, Jun Tae melihatnya. Jun Tae yang mengira Hyun Seo masih hidup, mengirimi pesan ancaman ke Hyun Seo.

Jun Tae : Akan kuakhiri hidupmu yang menyedihkan selama 15 tahun hanya dalam 15 detik.

Flashback end...


Ho Gae kesal.

Ho Gae : Bahkan setelah menelannya, dia bermain gim sampai akhir karena takut dengan hal yang akan kau lakukan.


Jun Tae terdiam sejenak. Tapi kemudian, dia bilang ulang tahunnya belum lewat.

Jun Tae : Aku masih di bawah umur, belum berusia 14 tahun. Aku tidak bisa dihukum. Ayahku bilang aku bisa melakukan apa pun untuk menghilangkan stres karena belajar.

Sontak lah para detektif terkejut mendengarnya.


Tapi Ho Gae lebih cerdas.

Ho Gae : Hanya itu yang bisa kau pikirkan dalam enam jam terakhir? Ya, ulang tahunmu masih tiga bulan lagi. Tapi ada sesuatu yang kau lewatkan. Butuh lebih dari tiga bulan untuk menjadwalkan sidang kasus ini, mengatur kesaksianmu, dan mengirimmu ke kejaksaan. Kau tidak akan di bawah umur saat itu. Kelas daringmu tidak mengajari soal itu?

Jun Tae : Apa katamu? Mana bisa begitu!

Ho Gae : Tentu saja bisa.

Ho Gae lalu mendakwa Jun Tae dengan pasal berlapis.


Ho Gae : Yang Jun Tae-ssi, pasal 252 KUHP, membantu dan bersekongkol dalam bunuh diri.


Pasal 246, perjudian kompulsif. Pasal 347, penipuan.


Pasal 319, masuk tanpa izin.


Pasal 14 UU Kasus Khusus Terkait Kejahatan Seksual, perekaman ilegal dan pemerasan. Aku akan menjadwalkanmu.


Ho Gae lalu menyuruh Pil membawa Jun Tae.

Pil pun membawa Jun Tae. Jun Tae berontak.


Kepala Baek terlihat bingung.


Kepala Baek dan Pil berjalan menuju ruangan mereka sambil membahas hukum untuk Jun Tae.Di belakang, Ho Gae sibuk minum kopi di dalam botol racun.

Pil : Hukum untuk mendakwa anak di bawah umur sudah berubah?

Kepala Baek : Tentu saja tidak. Pasal 4 Hukum Remaja dan Pasal 9 KUHP menyatakan, usia yang dipakai berdasarkan waktu saat mereka melakukan kejahatan. Dia masih di bawah umur.


Ho Gae lewat di depan Pil dan masuk ke ruangan mereka menyusul Kepala Baek.

Pil protes, jadi, kau membohongi anak itu?

Ho Gae : Aku ingin dia merasa takut.

Pil : Ayolah. Sudah kubilang jangan macam-macam dengannya.


Anna masuk. Kepala Baek memuji Anna.

Kepala Baek : Lihat dirimu. Bagaimana kau bisa memulihkan data dari ponsel hangus secepat itu? MacGyver dari Kantor Polisi Taewon, Bong-Gyver. Kau hebat.

Anna : Aku tidak memulihkan apa pun. Semuanya hangus.

Pil :Dia bilang itu satu-satunya cara untuk membuat anak itu mengaku.


Kita diperlihatkan flashback saat Ho Gae, Pil dan Anna berjalan menuju ruangan interogasi.

Pil membawa sedikit dokumen pada awalnya.

Ho Gae : Masuklah setelah tiga menit, bilang semua datanya sudah dipulihkan. Dua kali lipat lebih banyak.

Ho Gae beranjak duluan. Anna dan Pil pergi untuk menambah dokumen.

Flashback end...


Kepala Baek protes dibohongi Ho Gae.

Kepala Baek : Anjing Jindo, kau juga membohongiku?

Ho Gae : Pak Baek, kau bukan lagi beruang kutub tangkas dan pintar seperti dahulu.

Ho Gae pergi membawa paper bag berisi baju pemadam kebakaran.


Kepala Baek: Anjing Jindo berengsek itu jelas rela melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya.

Pil : Dia memang Anjing Jindo berengsek. Tunggu. Beruang kutub?

Kepala Baek : Ya, itu aku. Dahulu aku beruang kutub ganas dan bersemangat yang menguasai gletser. Semua orang memanggilku begitu. Begitulah aku dahulu.

Pil dan Anna pergi diam-diam.


Ho Gae menghampiri Seol yang lagi beres-beres ambulans.

Ho Gae : Sedang bersih-bersih? Aku mengembalikan ini.

Seol melihat baju pemadam yang dikembalikan Ho Gae.

Seol : Apa? Kau tidak mencucinya.

Ho Gae : Aku belum pulang, tolong maklum.

Seol turun dari ambulans.

Seol : Baiklah. Aku akan memaklumimu. Aku sudah dengar soal kasus Hyun Seo. Kau punya semangat berburu yang cocok dengan julukanmu.

Ho Gae : Astaga, berburu apanya. Aku harus meningkatkan kinerjaku dan meninggalkan kota ini. Aku tidak punya waktu untuk bersedih di pinggiran kota.

Seol : Kau bersungguh-sungguh?

Ho Gae : Apa maksudmu?

Seol : Saat kau menantangnya menusukmu.


Ho Gae terdiam dan teringat saat dia menantang Doo Chil.

Ho Gae : Tusuk aku. Kau takut? Berkat ini, aku bisa dipromosikan. Aku juga membutuhkannya.

Flashback end...


Ho Gae : Ya. Kenapa tidak ada banyak kejahatan kekerasan di lingkungan ini? Kota ini terlalu sepi. Tidak seru, terlalu membosankan.

Ho Gae beranjak pergi.


Seol menatapnya heran, apa-apaan dia? Kau bukan anjing Jindo, tapi hanya anjing kampung.

Ho Gae berbalik menatap Seol, aku mendengarmu. Aku mencium aroma roti.


Do Jin datang membawakan Seol roti.

Do Jin : Kau belum selesai? Aku menyuruhmu makan roti.

Seol : Kau benar. Dia bukan anjing Jindo, hanya anjing kampung.

Do Jin : Siapa?


Seol menunjuk ke arah Ho Gae.

Do Jin : Dia? Dia hanya anjing gila.

Seol : Itu juga cocok.

Do Jin : Unit sebelah akan berisik untuk sementara waktu.

Seol : Atau mungkin bisa lebih menyenangkan.


Di mejanya, Ho Gae membuat burung bangau dari kertas. Di atas meja Ho Gae, ada foto Hyun Seo. Ho Gae lalu menaruh burung bangau kertas di dekat foto Hyun Seo. Setelah itu, dia memasukkan berkas Hyun Seo ke dalam map dan mau menyimpannya di laci. Namun dia terdiam saat melihat buku kecil Hyun Seo.


Ho Gae memegang buku kecil itu dan teringat masa lalunya saat dia tengah bekerja sebagai polisi lalin, Hyun Seo menelponnya namun dia mengabaikan telepon Hyun Seo.


Kita berlatih ke Tae Hwa yang masih di ruangan Jaksa Kepala Jin.

Tae Hwa : Jika tidak menjadi polisi, dia mungkin akan menjadi preman. Bukan. Pembunuh berantai.

Jaksa Kepala Jin : Aku yakin kau benar.

Tae Hwa : Jangan lupa. Dahulu, jika anjing menggigit manusia, dia akan dipukuli sampai mati.



Pengacara Yang berbisik ke Tae Hwa.

Pengacara Yang : Pak, anda harus kembali sekarang.

Tae Hwa : Sampai kapan aku punya jam malam? Permohonan jaminanku bagaimana?

Tae Hwa memakai seragam penjaranya.

Pengacara Yang : Anda akan segera keluar.


Opsir polisi mendorong Tae Hwa yang duduk di kursi roda.

Pengacara Yang bilang biar dia saja dan mengambil alih mendorong Tae Hwa.

Tae Hwa : Dia tidak akan pernah menggali makam putranya sendiri. Periksa latar belakang Anjing Jindo.

Pengacara Yang : Baik, Pak.


Pengacara Yang diam2 memotret dokumen yang berisi data2 Ho Gae.

Lalu dia memotrer berkas kasus narkoba yang ditangani Ho Gae.

Tae Hwa : Pastikan tidak ada yang tahu aku menemui jaksa kepala.


Tae Hwa pun dibebaskan. Para reporter langsung mengerubunginya.

Reporter : Permohonan jaminan anda diterima. Anda mengakui tuduhan perdagangan narkoba?

Reporter : Anda diminta mengundurkan diri sebagai direktur Masong dan mundur dari manajemen. Apa pendapat anda soal itu?

Pengacara Yang : Maaf, tapi tidak boleh ada wawancara hari ini.

Reporter : Katakan sesuatu tentang tuduhan konspirasi pembunuhan!


Tae Hwa beranjak ke mobilnya bersama Pengacara Yang.

Tae Hwa : Aku ingin beraksi. Karena posisi puncak bagus, mari balapan.


Tae Hwa melajukan mobilnya di lintasan balap. Dia memakai baju balap lengkap dengan helm nya dan menyetir dengan kencang. Tak lama, dia tiba di depan garasi dan langsung disambut istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Istri dan kedua anak Tae Hwa tampak gembira menyambut Tae Hwa. Tae Hwa menggendong kedua anaknya dan membawa mereka masuk ke dalam.


Mereka makan-makan. Pengacara Yang sibuk memanggang daging untuk keluarga itu. Tiba2, ponsel Tae Hwa yang ditaruh di atas meja makan, berdering. Pengacara Yang meraih ponsel Tae Hwa dan memberitahu Tae Hwa kalau ada telepon.


Tae Hwa pun keluar dan menjawab telepon dari ayahnya. Begitu menerima telepon ayahnya, dia sontak menjauhkan ponsel dari kupingnya lantaran suara ayahnya yang marah2.

Anggota Dewan Ma Joong Do, ayah Tae Hwa, tampak kesal.

Anggota Dewan Ma : Kau tahu berapa banyak orang yang kumintai bantuan karenamu? Aku mencabut kartu pendudukmu. Aku ingin kau keluar dari kartu keluargaku.

Mendengar itu, Tae Hwa pun menaruh ponselnya di aspal dan langsung bersujud meminta maaf pada sang ayah. Dia bilang itu salahnya dan meminta maaf berkali2. Tapi sang ayah langsung memutus telepon.


Tae Hwa kembali ke dalam sambil tertawa. Lalu dia mendekati Pengacara Yang yang lagi memanggang daging.

Tae Hwa lantas mengambil sepotong daging dan melemparkannya ke seekor anjing tapi anjingnya gak mau makan.

Tae Hwa lalu berbisik pada Pengacara Yang.

Tae Hwa : Sudah periksa latar belakangnya?

Pengacara Yang : Sesuatu yang menarik terjadi tujuh tahun lalu.

Pengacara Yang menunjukkan sesuatu di ponselnya.

Tae Hwa tertawa, Anjing Jindo itu benar-benar menggigit orang sampai mati. Anjing gila yang sudah merasakan darah pasti akan kembali untuk meminta lagi.


Ho Gae mengunjungi sebuah makam. Di depan pohon, ada foto seorang gadis. Ho Gae terdiam sejenak menatap foto gadis itu. Tak lama kemudian, dia membuka kotak kayu yang ada di depan pohon. Kotak kayu itu isinya burung bangau kertas. Ho Gae pun memasukkan burung bangau kertas yang dia lipat setelah berhasil menyelesaikan kasus keracunan Hyun Seo, ke dalam kotak kayu. Setelah itu, dia menggembok kembali kotak kayu tersebut dan beranjak pergi.

Sepertinya ya, si Ho Gae ini setiap menyelesaikan satu kasus, dia akan membuat burung bangau kertas.


Sekarang, Ho Gae dan Do Jin di depan lift.  Mereka menunggu pintu lift terbuka. Do Jin mengucapkan terima kasih. Ho Gae tanya terima kasih untuk apa.

Do Jin : Kudengar kau berperan besar dalam memecahkan kasus Hyun Seo. Petugas Song sangat sedih karena dia.

Ho Gae : Tapi kenapa berterima kasih kepadaku?

Do Jin : Terserah.

Do Jin lantas memberikan Ho Gae berkas kasus kebakaran di unit Ho Gae.

Do Jin : Ini laporan investigasi kebakaran di rumahmu.

Ho Gae : Apa ini? Hadiah selamatan rumahku?

Do Jin : Bukan. Kuharap itu akan mendorongmu untuk pindah. Kasus itu mengerikan.


Di dalam lift, Ho Gae membaca berkas kasus tersebut. Tak lama, pintu lift terbuka. Do Jin pamit dan keluar duluan dari lift. Ho Gae menghela nafasnya.

Ho Gae : Kasus kebakaran ruang tertutup dan orang hilang. Terlebih lagi, kasus beku?


Ho Gae pun masuk ke rumahnya. Dia melihat sekeliling rumahnya.

Ho Gae : Tampak normal untuk rumah angker yang pernah terbakar.


Ho Gae lantas membaca lagi berkas kasus kebakaran Next Studio.

Setelah itu, dia melihat foto TKP dan membayangkan dirinya ada di sana.


Kamera menyorot slip ujian PNS di atas meja. Slip itu atas nama Park Tae Hoon. Tertulis juga usia Park Tae Hoon yaitu 28 tahun. Ada juga foto Park Tae Hoon di sana.


Kita lalu diperlihatkan rekaman kamera CCTV pada hari kejadian. Bersamaan dengan itu, Ho Gae membaca laporan terakhir kali Tae Hoon terlihat. Hari kejadian tanggal 5 Oktober pukul 21.00, satu setengah tahun lalu, menghilang setelah terakhir terekam di kamera CCTV lobi, hendak pulang, setelah membeli soju di toserba. Pada 12 Oktober sekitar pukul 16.00, terjadi kebakaran misterius. Sekitar 30 sampai 70 persen dari seluruh gedung hancur.


Ho Gae lantas menyentuh lantai dengan tangannya. Dia coba memeriksa lantai.


Tiba2, seseorang entah siapa, mengintipnya dari luar. Ho Gae yang menyadarinya beberapa saat kemudian, menoleh keluar. Begitu Ho Gae melihat ke arah pintu, seseorang itu sudah pergi.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment