• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Babel Ep 4 Part 1

Sebelumnya...


Woo Hyuk mencekik Pimpinan Tae. Wajah Pimpinan Tae memerah seketika. Mesin EKG mulai mengeluarkan bunyi tak beraturan.

Woo Hyuk : Jika kau melakukan dosa, kau harus membayarnya.


Woo Hyuk benar-benar marah.

Tapi, tak lama kemudian, Woo Hyuk akhirnya melepas cekikannya.

"Bukankah mengakhirinya seperti ini terlalu mudah? Kau harus bangun dan membayar harga yang pantas untuk dosa-dosamu." ucap Woo Hyuk dengan mata berkaca-kaca.

Woo Hyuk lantas beranjak pergi, meninggalkan Pimpinan Tae yang megap-megap.


Diluar, Woo Hyuk ditelpon si dokter forensik. Dokter forensik memberitahu bahwa hasil tes DNA dari sampel kulit yang mereka dapatkan dari kuku mayat Min Ho sudah keluar.

Woo Hyuk : Kau sudah tahu identitasnya?

Dokter forensik : Ini sedikit sensitif.


Detektif Jang dan Detektif Lee datang ke pemakaman Min Ho. Soo Ho kesal melihat mereka.

"Hoi, jika penghasilanmu sedikit, kau tidak perlu bayar sumbangan pemakaman!" teriaknya.

Detektif Jang memasukkan sumbangannya ke dalam sebuah kotak.

"Meskipun mereka miskin, mereka masih punya harga diri." ucap Soo Ho sinis.

Detektif Lee kesal, ia mau membalas Soo Ho tapi dihentikan Detektif Jang.


Kedua detektif masuk dan memberikan penghormatan terakhir pada Min Ho.

Setelah itu, mereka menangkap Soo Ho.

Yoo Ra marah.

Detektif Jang berkata, Soo Ho ditahan atas pembunuhan Min Ho.

Soo Ho meminta bukti.


Woo Hyuk pun datang, memberitahu bahwa DNA Soo Ho ditemukan diantara sampel kulit dibawah kuku Min Ho.

Jung Won dan Yoo Ra kaget.


Soo Ho melirik pengawalnya. Sang pengawal mengangguk. Setelah itu Soo Ho mendorong Detektif Jang dan melarikan diri.

Detektif Jang yang didorong Soo Ho, terjatuh. Wajahnya terluka terkena benda yang ada di atas meja pemakaman.

"Hyungnim, kau baik-baik saja?" tanya Detektif Lee.

"Cepat kejar dia!" perintah Detektif Jang.


Detektif Lee langsung memburu Soo Ho. Sementara Jung Won syok.



Woo Hyuk yang mengejar Soo Ho, dihalangi-halangi oleh pengawal keluarga Tae. Tapi Woo Hyuk berhasil menghindari mereka.

Salah satu pengawal Soo Ho berniat mengejar Woo Hyuk, tapi syukurlah Detektif Lee datang dan membantingnya ke lantai.


Soo Ho berusaha kabur dengan mobilnya. Woo Hyuk berlari secepat mungkin dan berhasil meringkus Soo Ho.


Di mobil, Nyonya Shin mendengarkan siaran radio tentang penangkapan Soo Ho.

"Matikan." suruh Nyonya Shin.

Nyonya Shin lalu menyuruh supirnya membawanya ke kantor kejaksaan.

Yoo Ra mengajak ibunya pulang. Yoo Ra berkata, mereka tidak akan bisa menemui Soo Ho sekarang.

Nyonya Shin meraih ponselnya.

"Ini aku komisaris." ucapnya.


Di ruang interogasi, Soo Ho duduk dengan tangan terborgol.

Soo Ho meminta Woo Hyuk melepaskan borgolnya. Ia mencak2, bahkan sampai menjatuhkan kursi lantaran Woo Hyuk menolak membuka borgolnya.

Detektif Lee : Kembalikan kursi itu ke tempatnya.

Soo Ho marah, bangsat kecil ini bersikap kasar sejak tadi!

Tak terima dikatai bangsat, Detektif Lee ingin membalas Soo Ho tapi dihentikan Woo Hyuk. Woo Hyuk lalu menyuruh Detektif Lee keluar.


Woo Hyuk mengembalikan kursi itu ke tempat semula dan meminta Soo Ho memaklumi Detektif Lee. Woo Hyuk berkata, Detektif Lee bersikap seperti itu karena tidak terima rekan mereka dilukai.

Soo Ho : Kenapa aku harus mengerti bajingan seperti dia?

Woo Hyuk : Kau tidak ingin tahu keadaannya? Detektif yang terluka?

Soo Ho : Semuanya bisa kuselesaikan. Jadi lepaskan aku!

Woo Hyuk : Ada lebih dari cukup alasan bagimu untuk mengenakannya, jadi duduk saja. Kau bertengkar dengannya baru-baru ini, bukan?

Soo Ho : Aku tidak tahu, bajingan!

Woo Hyuk mendekati Soo Ho. Ia mengusap memar di dekat mata Soo Ho. Soo Ho tambah marah.

"Kau merias wajahmu dengan baik. Tidak terlihat sedikit pun bekas memar." ucap Woo Hyuk.

Soo Ho mulai takut.


Nyonya Shin dan Yoo Ra menemui atasan Woo Hyuk. Nyonya Shin berkata, mau menemui anaknya.

"Anda pasti sangat khawatir, tapi ada prosedurnya."

"Manajer Umum, apa kejaksaan mematuhi perintah dengan menangkap tanpa surat perintah? Bisa kau buktikan syarat penangkapan dan pencekalan?"

Manajer Umum ingin menjelaskan tapi tiba-tiba ia dihubungi Komisaris.

*Duh, sy greget ama Yoo Ra. Dia minta Woo Hyuk nangkap pembunuh Min Ho, tapi dia marah saat Woo Hyuk menangkap pelakunya yang tak lain adalah Soo Ho. Buktinya udah jelas padahal, tapi tetap aja dia gk terima.


Woo Hyuk mulai menginterogasi Soo Ho. Woo Hyuk berkata, ada jejak perlawanan dari Min Ho, sebelum Min Ho tewas dan kulit Soo Ho ditemukan di kuku Min Ho serta wajah Soo Ho memar secara kebetulan.

Woo Hyuk : Pada hari kejadian, mulai keluar dari rumah sakit sampai pukul dua pagi, kau dimana dan apa yang kau lakukan?


Tak lama kemudian, Nyonya Shin datang bersama Manajer Umum.

Manajer Umum menyuruh Woo Hyuk keluar. Nyonya Shin menyuruh Woo Hyuk melepaskan Soo Ho.

Woo Hyuk pun terpaksa melepaskan borgol Soo Ho karena Manajer Umum juga memerintahnya. Lalu, ia beranjak keluar, meninggalkan Nyonya Shin dan Soo Ho.


Soo Ho marah lantaran sang ibu baru datang. Nyonya Shin meminta Soo Ho mempercayainya.

Nyonya Shin lantas menatap ke arah kamera CCTV.

Tak mau pembicaraan mereka terdengar, Nyonya Shin membisikkan sesuatu ke telinga Soo Ho.

Nyonya Shin : Ibu akan membereskannya. Kau hanya perlu diam, jangan katakan apapun. Kalau kau ingin pulang, dengarkan kata-kata ibu.


Diluar, Manajer Umum bicara dengan Woo Hyuk.

"Tidak bisakah kau bilang bahwa kau baik-baik saja meski itu pura-pura?"

"Aku baik2 saja." jawab Woo Hyuk. Manajer Umum kesal.

Yoo Ra kemudian datang. Ia menatap Woo Hyuk dengan tatapan kecewa. Manajer Umum meninggalkan mereka berdua.


Yoo Ra mendekati Woo Hyuk. Ia yakin, Soo Ho bukan pelakunya. Ia berkata, meski Soo Ho punya banyak kekurangan tapi Soo Ho bukan orang semacam itu.


Nyonya Shin muncul dan menatap Woo Hyuk dengan tatapan kebencian.


-KEBENCIAN-


Geosan menggelar konferensi pers terkait penangkapan Soo Ho. Hyeong Chul menyebut kejaksaan mencemarkan nama baik Geosan. Ia pun mengumumkan akan menuntut kejaksaan untuk membersihkan nama baik Geosan.

"Sampai pelaku pembunuhan yang sebenarnya tertangkap, kami akan menunda pemakaman Min Ho tanpa batas." ucap Byeong Cheol.

Jae Il yang ikut dalam konferensi pers itu pun bertanya, apa Geosan menolak bekerja sama dengan Jaksa?

Hyeong Chul hanya menatap kesal Jae Il tanpa memberikan jawaban. Ia lalu beranjak pergi.


Nyonya Shin dan Yoo Ra menonton konferensi pers itu di TV.


Sementara Jung Won terkejut saat pemakaman Min Ho dibereskan. Kepala Kim berkata, itu perintah dari Nyonya Shin.


Woo Hyuk melarang Kepala Jang minum soju. Tapi Kepala Jang tidak peduli dan menuangkan soju ke gelas Woo Hyuk, tapi untuk dirinya sendiri, ia menuangkannya ke gelas yang cukup besar.

"Lukamu bisa iritasi jika begini." ucap Woo Hyuk cemas.

"Aku pernah ditusuk dan bertemu Sang Pencipta sebelumnya. Dulu bertemu Kepala Kepolisian saja susah, tapi tadi Komisaris datang menemuiku. Setidaknya dia harus menanyakan lukaku kan meski hanya basa basi? Dia menyuruhku damai dengan Soo Ho. Dasar sampah! Di kehidupan berikutnya, lahir jadi konglomerat saja!"

Kepala Jang lalu bertanya ada apa dengan Woo Hyuk. Ia berkata, belakangan ini Woo Hyuk terlihat sedih dan gembira.

"Aku hanya terlambat puber." jawab Woo Hyuk.


Young Eun yang mabuk, masuk ke sebuah apartemen bersama seorang pria. Pria itu berkata, Young Eun sudah mabuk. Young Eun menjawab, dirinya tidak mabuk dan mengajak pria itu minum lagi.

Pria itu lalu melihat lukisan monster yang memakan manusia.


Pria itu kemudian melihat barang-barang yang lain.

"Berapa harga barang itu?"

"Walau kau mati dan hidup kembali, kau tidak akan mampu membelinya."

"Apa?"

"Aku memberikannya padamu."

"Wae?"

"Karena hari ini, hari yang baik."

"Berapa harganya?"

"Kau menginginkannya? Kalau begitu ambil saja."


Young Eun lalu berkata, akan berubah pikiran jika pria itu tak mengambil lukisannya sampai hitungan ke-10.

Young Eun mulai menghitung. Hitungan keempat, pria itu mencoba menurunkan lukisan Young Eun. Tapi alarm langsung berbunyi.

Pria itu bingung, noona?

"Kau tidak kabur? Polisi mungkin sedang dalam perjalanan kemari?" jawab Young Eun.

Pria itu mendengus kesal dan bergegas pergi meninggalkan apartemen Young Eun.

Young Eun tertawa sambil memegang gelas wine nya.


Jung Won berbaring di sofa ketika Woo Hyuk menelponnya. Jung Won tidak menjawabnya. Woo Hyuk menghela nafas.


Woo Hyuk lalu masuk ke ruangan rahasianya yang dipenuhi berbagai macam berkas.

Ia menyalakan laptopnya dan membaca informasi pribadi anggota keluarga Tae.

Tak lama kemudian, Woo Hyuk menemukan sesuatu yang menarik.

Ia mengambil berkas data Min Ho dan mencocokkan data Min Ho dengan anggota keluarga Tae.

Bersambung ke part 2..............

Blessing of the Sea Ep 4 Part 2

Sebelumnya...


"Jeong Moo Sim-ssi." Panggil Si Joon sembari memeluk sang ibu dari belakang.

Moo Sim yg sedang mengurusi tanamannya pun tersenyum dan menyuruh Si Joon bersikap seperti itu pada calon menantunya.

Si Joon pun berkata, Moo Sim lah satu2nya wanita dalam hidupnya. Moo Sim pun membalas dgn mengatakan bahwa ia tak peduli pada pria yg lebih muda.

Si Joon : Standar ibu terlalu tinggi.

Lalu mereka tertawa.

Si Joon minta maaf karena tidak bisa makan malam dengan sang ibu malam ini. Ia beralasan bahwa teman2nya ingin berkumpul sebelum ujian.

Moo Sim : Kalian sudah belajar giat, tidak apa bersantai sesekali. Mau ibu beri uang?

Si Joon menolak. Ia lalu menyuruh ibunya makan dengan lahap meski sendirian.

Setelah Si Joon pergi, Moo Sim mendapatka telepon pesanan bunga.


Chung Yi menunggu kakaknya di depan salon. Ia heran karena sang kakak tidak menjawab teleponnya.

Salah satu teman kerja Ji Na keluar dan memberitahu Chung Yi kalau Ji Na pulang lebih awal.
Chung Yi kaget. Ia fikir kakaknya sakit.


Ji Na berbaring di lantai kamarnya. Ia memakai hoodie dan menutupi kepalanya.

Tak lama, ia mendengar pintunya dibuka. Ji Na pun langsung memejamkan matanya.

Si Joon masuk kamarnya dan heran melihat Ji Na baringan di lantai.

Si Joon bertanya kenapa Ji Na tdk menjawab panggilanya. Ia fikir Ji Na sakit.

Ji Na : Aku sudah mengirim sms melarangmu datang.

Si Joon : Kita tidak bisa melewatkan ini. Kau tidak ingat ini hari apa?

Ji Na : Kau punya waktu memikirkan hari jadi? Ujian sudah dekat. Kau mau gagal lagi?

Si Joon : Yeo Ji Na..

Si Joon lalu menghela nafas dam bertanya apa Ji Na ada masalah di salon.

Ji Na bilang tidak ada. Ia lalu menyuruh Si Joon pergi.


Si Joon tampak agak kesal tapi ia berusaha sabar menghadapi Ji Na. Ia memberikan Ji Na hadiah. Si Joon bilang itu hadiah yg sangat diinginkan Ji Na.

Ji Na membukanya dan tersenyum sinis melihat hadiahnya.

Ji Na marah Si Joon membuang2 uang hanya utk membelikannya kalung. Ia berkata Si Joon harusnya belajar.

Si Joon : Yeo Ji Na, ada apa?
 
Ji Na : Aku lelah. Kau sebaiknya pulang.


Ji Na lantas berbaring lagi dan memejamkan matanya.

Si Joon : Baiklah. Hubungi aku jika kau sudah baikan.

Si Joon hendak pergi tapi saat melihat ke arah rambut Ji Na, ia merasa ada yg aneh.


Si Joon pun membangunkan Ji Na dan melepas tutup kepala Ji Na. Ia terkejut melihat rambut Ji Na.
Ji Na berbohong, ia blg seorang pegawai baru memotong rambutnya dan membuat kesalahan.

"Lalu kenapa tidak bilang?"

"Aku tidak ingin kau melihatku seperti ini. Aku merasa diriku tampak buruk. Bagaimana pendapatmu?"

"Kau bilang itu kesalahan."

"Sejujurnya aku sudah lelah dan muak. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Para gadis datang ke salonku, membuang tas yang setidaknya seharga 3 bulan gajiku seakan2 itu bukan apa2. Aku akan memperlakukannya seakan itu harta paling berharga."

Ji Na menangis.

Si Joon memegang tangan Ji Na dan meyakinkan Ji Na kalau ia akan sukses sehingga ia bisa membelikan tas seperti itu untuk Ji Na.

Si Joon ingin memeluk Ji Na tapi Ji Na menolak.


Ji Na berkata, bahwa ia terus meminta maaf seperti robot hari itu.

Ji Na : Saat seseorang menyentuhku, aku bilang minta maaf. Oppa, aku tidak ingin minta maaf. Kenapa aku harus selalu minta maaf untuk hal yang tidak kulakukan!

Si Joon, Ji Na-ya...


Tangis Ji Na pecah lagi.

Si Joon memeluk Ji Na.


Si Joon membawa Ji Na keluar.
 
Diluar, Si Joon sudah menyiapkan kejutan utk Ji Na.

Ji Na pura2 memarahi Si Joon karena tdk belajar.

Si Joon pun berkata bahwa ia sudah belajar keras dan hanya menginginkan senyum Ji Na sekarang.
Si Joon lalu memegang tangan Ji Na dan berterima kasih untuk yg Ji Na lakukan padanya selama 3 tahun belakangan ini. Si Joon mengatakan bahwa ia sangat mencintai Ji Na.

Ji Na : Kau tidak perlu bersikap begini. Kau tidak tahu betapa jahatnya aku? Ini yang kupikirkan hari ini. Kenapa aku tidak terlahir di keluarga kaya dan berkuasa? Kenapa aku berpacaran dengan pria yang belajar untuk menjadi PNS. Itu yg kupikirkan.

Si Joon : Tidak masalah. Aku tidak peduli. Bagaimana bisa seseorang hidup tanpa memikirkan hal seperti itu? Meski kau lebih jahat dari itu, aku tetap mencintaimu. Jadi tersenyum lah Ji Na -ya."


Si Joon kembali memeluk Ji Na.

Tepat saat itu, Chung Yi datang dan melihat mereka berpelukan.

Chung Yi langsung sembunyi

Setelah itu ia melihat Si Joon mencium Ji Na.

Chung Yi yang juga mencintai Si Joon pun terluka.


Poong Doo yg sedang bermain piano, lagi2 teringat saat melihat Chung Yi mencium jaket berwarna biru tapi di matanya berwarna hitam. Poong Doo bingung dan penasaran kenapa hanya Chung Yi yg tampak berbeda.


Chung Yi yg baru tiba di rmh terkejut saat sang ibu mendampratnya, bahkan sampai membuang cat lukisnya. Deok Hee tak terima Chung Yi bekerja keras mencari uang agar bisa sekolah seni keluar negeri. Ia menuding Chung Yi ingin hidup enak sendirian dgn pergi keluar negeri.

Chung Yi menjelaskan, ia mengikuti kontes seni agar bisa mendapat beasiswa dan biaya hidup selama di luar negeri. Chung Yi mengaku tak mau menjadi beban ayah dan ibunya.

Tapi Deok Hee tak peduli. Ia bahkan menampar Chung Yi dan menuding Chung Yi tak peduli pada Ji Na. Ia juga bilang tdk akan membiarkan Chung Yi sekolah diluar negeri jika Ji Na tdk bisa sekolah diluar negeri.

Chung Yi kecewa. Tangisnya mulai pecah saat Deok Hee melarangnya membuat masalah dgn Ji Na karena menyukai Si Joon.


Ji Na mengantarkan Si Joon keluar dari rumahnya.

Dan mereka menemukan bungkusan pink di depan pintu. Si Joon yg tahu itu dari Chung Yi bertanya, apa Ji Na sudah bertemu Chung Yi. Si Joon berkata Chung Yi dtg ke salon Ji Na utk mengantarkan lauk.

Ji Na pun mengaku tdk menjawab telepon Chung Yi.


Chung Yi msk kamarnya dan mendapati kamarnya sudah acak2an. Pandangannya lantas tertuju pd sebuah map berwarna hitam.

Chung Yi membukanya yg ternyata isinya kumpulan gambar Chung Yi. Chung Yi membalik lembaran demi lembaran hingga pandangannya tertuju pd sebuah lukisannya, lukisan anak perempuan yg dibonceng anak laki2 melintasi persawahan. Lukisan itu diberinya nama 'Cinta Pertama'.

Dua anak kecil itu adalah Si Joon dan Chung Yi kecil.

Tangis Chung Yi tambah deras saat ia teringat pada Si Joon yg mencium Ji Na.


Paginya,Gwi Nyeo memberitahu keluarganya ttg Poong Doo yg sudah balik ke Korea. Ia senang karena akan bertemu Poong Doo yg selama ini hanya dilihatnya di foto.

Gwi Nyeo lalu membaca artikel ttg Poong Doo yg akan tampil di Grup Joobo.

Mendengar itu, Young In pun langsung meminta penjelasan Pil Doo. Pil Doo mengaku bahwa ia lah yg mengundang Poong Doo.


Young In marah. Gwi Nyeo angkat bicara. Ia bilang saham mereka akan naik jika Poong Doo tampil di perusahaan mereka.

Young In tak peduli dan meminta Pil Doo membatalkannya. Pil Doo bilang tak bisa karena ia sudah membuat pengumuman pada media dan tamu.

Young In yg masih menganggap Poong Doo penyebab kematian Sung Jae pun marah.


Ji Na pulang ke rmh. Deok Hee terkejut melihat rambut baru Ji Na. Ji Na berkata ia mampir untuk mengembalikan kotak lauknya.

Ji Na lantas menanyakan Chung Yi.

Deok Hee : Dia gila uang. Dia sedang bekerja. Dia bersikap seolah2 punya banyak uang di tabungannya. Dia bahkan melarang ibu melihat buku tabungannya.

Ji Na : Sebanyak apa tabungan anak SMA?


Deok Hee : Sangat banyak, dia menabung setidaknya 10 ribu dollar sehari.

Deok Hee lalu mengomentari Ji Na yg kurus dan mengajak Ji Na sarapan. Ia juga bilang akan buat japchae jika tahu Ji Na akan datang.

Ji Na : Japchae terlalu berat utk sarapan.

Ji Na lantas tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya dia mikirin tabungan Chung Yi yg banyak ni gaes...


Chung Yi menenangkan hatinya di dermaga.

Selang beberapa menit, ia pun menghela nafas dan berniat pergi tapi Ji Na tiba2 dtg.

Ji Na bertanya kenapa Chung Yi tdk menyapanya setelah dtg untuk menemuinya kemarin.

Ji Na kemudian bertanya apa Chung Yi menemui Si Joon kemarin. Chung Yi mengangguk.

Ji Na lantas memberitahu Chung Yi kalau ia dan Si Joon pacaran dan meminta Chung Yi merahasiakannya karena ia tak mau org lain tahu.

Chung Yi bertanya apa Ji Na dtg hanya utk mengatakan itu.

Ji Na membenarkan. Ia mengaku datang untuk memastikan Chung Yi tdk bicara macam2.

Ji Na lantas pamit. Chung Yi bertanya kenapa harus dirahasiakan.

Ji Na : Itu bukan sesuatu yg bisa dibanggakan.

Chung Yi : Kau malu pacaran dengannya?


Ji Na : Sejujurnya aku tidak bangga. Kami pacaran karena sudah lama saling mengenal. Aku tidak bisa bilang pada ibu kalau aku pacaran dengan anak yang diasuh ibu tunggal. Dia tidak sukses atau kaya. Tidak ada yg spesial darinya.

Chung Yi : Eonni, kenapa bicara begitu? Kau tdk kasihan padanya?

Ji Na : Kenapa harus kasihan? Bagaimana jika dia yang membuatku sengsara? Lalu apa?

Chung Yi : Kau sangat kejam. Kau jahat. Kau akan dihukum karena itu.

Ji Na pun mendekati Chung Yi.

Ji Na : Kau menyukainya kan? Kau seperti ini bukan karena peduli padanya tapi karena marah kehilangan pria yang kau suka.


Chung Yi mau menjelaskan tapi Ji Na memotong kata2nya.

Ji Na : Anggap saja aku mendekati pria yang kau suka jadi sebaiknya jaga bicaramu.

Chung Yi syok dengan omongan Ji Na. Sementara Ji Na beranjak pergi.
Bersambung ke part 3......