"Jeong Moo Sim-ssi." Panggil Si Joon sembari memeluk sang ibu dari belakang.
Moo Sim yg sedang mengurusi tanamannya pun tersenyum dan menyuruh Si Joon bersikap seperti itu pada calon menantunya.
Si Joon pun berkata, Moo Sim lah satu2nya wanita dalam hidupnya. Moo Sim pun membalas dgn mengatakan bahwa ia tak peduli pada pria yg lebih muda.
Si Joon : Standar ibu terlalu tinggi.
Lalu mereka tertawa.
Si Joon minta maaf karena tidak bisa makan malam dengan sang ibu malam ini. Ia beralasan bahwa teman2nya ingin berkumpul sebelum ujian.
Moo Sim : Kalian sudah belajar giat, tidak apa bersantai sesekali. Mau ibu beri uang?
Si Joon menolak. Ia lalu menyuruh ibunya makan dengan lahap meski sendirian.
Setelah Si Joon pergi, Moo Sim mendapatka telepon pesanan bunga.
Chung Yi menunggu kakaknya di depan salon. Ia heran karena sang kakak tidak menjawab teleponnya.
Salah satu teman kerja Ji Na keluar dan memberitahu Chung Yi kalau Ji Na pulang lebih awal.
Chung Yi kaget. Ia fikir kakaknya sakit.
Ji Na berbaring di lantai kamarnya. Ia memakai hoodie dan menutupi kepalanya.
Tak lama, ia mendengar pintunya dibuka. Ji Na pun langsung memejamkan matanya.
Si Joon masuk kamarnya dan heran melihat Ji Na baringan di lantai.
Si Joon bertanya kenapa Ji Na tdk menjawab panggilanya. Ia fikir Ji Na sakit.
Ji Na : Aku sudah mengirim sms melarangmu datang.
Si Joon : Kita tidak bisa melewatkan ini. Kau tidak ingat ini hari apa?
Ji Na : Kau punya waktu memikirkan hari jadi? Ujian sudah dekat. Kau mau gagal lagi?
Si Joon : Yeo Ji Na..
Si Joon lalu menghela nafas dam bertanya apa Ji Na ada masalah di salon.
Ji Na bilang tidak ada. Ia lalu menyuruh Si Joon pergi.
Si Joon tampak agak kesal tapi ia berusaha sabar menghadapi Ji Na. Ia memberikan Ji Na hadiah. Si Joon bilang itu hadiah yg sangat diinginkan Ji Na.
Ji Na membukanya dan tersenyum sinis melihat hadiahnya.
Ji Na marah Si Joon membuang2 uang hanya utk membelikannya kalung. Ia berkata Si Joon harusnya belajar.
Si Joon : Yeo Ji Na, ada apa?
Ji Na : Aku lelah. Kau sebaiknya pulang.
Ji Na lantas berbaring lagi dan memejamkan matanya.
Si Joon : Baiklah. Hubungi aku jika kau sudah baikan.
Si Joon hendak pergi tapi saat melihat ke arah rambut Ji Na, ia merasa ada yg aneh.
Si Joon pun membangunkan Ji Na dan melepas tutup kepala Ji Na. Ia terkejut melihat rambut Ji Na.
Ji Na berbohong, ia blg seorang pegawai baru memotong rambutnya dan membuat kesalahan.
"Lalu kenapa tidak bilang?"
"Aku tidak ingin kau melihatku seperti ini. Aku merasa diriku tampak buruk. Bagaimana pendapatmu?"
"Kau bilang itu kesalahan."
"Sejujurnya aku sudah lelah dan muak. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Para gadis datang ke salonku, membuang tas yang setidaknya seharga 3 bulan gajiku seakan2 itu bukan apa2. Aku akan memperlakukannya seakan itu harta paling berharga."
Ji Na menangis.
Si Joon memegang tangan Ji Na dan meyakinkan Ji Na kalau ia akan sukses sehingga ia bisa membelikan tas seperti itu untuk Ji Na.
Si Joon ingin memeluk Ji Na tapi Ji Na menolak.
Ji Na berkata, bahwa ia terus meminta maaf seperti robot hari itu.
Ji Na : Saat seseorang menyentuhku, aku bilang minta maaf. Oppa, aku tidak ingin minta maaf. Kenapa aku harus selalu minta maaf untuk hal yang tidak kulakukan!
Si Joon, Ji Na-ya...
Tangis Ji Na pecah lagi.
Si Joon memeluk Ji Na.
Si Joon membawa Ji Na keluar.
Diluar, Si Joon sudah menyiapkan kejutan utk Ji Na.
Ji Na pura2 memarahi Si Joon karena tdk belajar.
Si Joon pun berkata bahwa ia sudah belajar keras dan hanya menginginkan senyum Ji Na sekarang.
Si Joon lalu memegang tangan Ji Na dan berterima kasih untuk yg Ji Na lakukan padanya selama 3 tahun belakangan ini. Si Joon mengatakan bahwa ia sangat mencintai Ji Na.
Ji Na : Kau tidak perlu bersikap begini. Kau tidak tahu betapa jahatnya aku? Ini yang kupikirkan hari ini. Kenapa aku tidak terlahir di keluarga kaya dan berkuasa? Kenapa aku berpacaran dengan pria yang belajar untuk menjadi PNS. Itu yg kupikirkan.
Si Joon : Tidak masalah. Aku tidak peduli. Bagaimana bisa seseorang hidup tanpa memikirkan hal seperti itu? Meski kau lebih jahat dari itu, aku tetap mencintaimu. Jadi tersenyum lah Ji Na -ya."
Si Joon kembali memeluk Ji Na.
Tepat saat itu, Chung Yi datang dan melihat mereka berpelukan.
Chung Yi langsung sembunyi
Setelah itu ia melihat Si Joon mencium Ji Na.
Chung Yi yang juga mencintai Si Joon pun terluka.
Poong Doo yg sedang bermain piano, lagi2 teringat saat melihat Chung Yi mencium jaket berwarna biru tapi di matanya berwarna hitam. Poong Doo bingung dan penasaran kenapa hanya Chung Yi yg tampak berbeda.
Chung Yi yg baru tiba di rmh terkejut saat sang ibu mendampratnya, bahkan sampai membuang cat lukisnya. Deok Hee tak terima Chung Yi bekerja keras mencari uang agar bisa sekolah seni keluar negeri. Ia menuding Chung Yi ingin hidup enak sendirian dgn pergi keluar negeri.
Chung Yi menjelaskan, ia mengikuti kontes seni agar bisa mendapat beasiswa dan biaya hidup selama di luar negeri. Chung Yi mengaku tak mau menjadi beban ayah dan ibunya.
Tapi Deok Hee tak peduli. Ia bahkan menampar Chung Yi dan menuding Chung Yi tak peduli pada Ji Na. Ia juga bilang tdk akan membiarkan Chung Yi sekolah diluar negeri jika Ji Na tdk bisa sekolah diluar negeri.
Chung Yi kecewa. Tangisnya mulai pecah saat Deok Hee melarangnya membuat masalah dgn Ji Na karena menyukai Si Joon.
Ji Na mengantarkan Si Joon keluar dari rumahnya.
Dan mereka menemukan bungkusan pink di depan pintu. Si Joon yg tahu itu dari Chung Yi bertanya, apa Ji Na sudah bertemu Chung Yi. Si Joon berkata Chung Yi dtg ke salon Ji Na utk mengantarkan lauk.
Ji Na pun mengaku tdk menjawab telepon Chung Yi.
Chung Yi msk kamarnya dan mendapati kamarnya sudah acak2an. Pandangannya lantas tertuju pd sebuah map berwarna hitam.
Chung Yi membukanya yg ternyata isinya kumpulan gambar Chung Yi. Chung Yi membalik lembaran demi lembaran hingga pandangannya tertuju pd sebuah lukisannya, lukisan anak perempuan yg dibonceng anak laki2 melintasi persawahan. Lukisan itu diberinya nama 'Cinta Pertama'.
Dua anak kecil itu adalah Si Joon dan Chung Yi kecil.
Tangis Chung Yi tambah deras saat ia teringat pada Si Joon yg mencium Ji Na.
Paginya,Gwi Nyeo memberitahu keluarganya ttg Poong Doo yg sudah balik ke Korea. Ia senang karena akan bertemu Poong Doo yg selama ini hanya dilihatnya di foto.
Gwi Nyeo lalu membaca artikel ttg Poong Doo yg akan tampil di Grup Joobo.
Mendengar itu, Young In pun langsung meminta penjelasan Pil Doo. Pil Doo mengaku bahwa ia lah yg mengundang Poong Doo.
Young In marah. Gwi Nyeo angkat bicara. Ia bilang saham mereka akan naik jika Poong Doo tampil di perusahaan mereka.
Young In tak peduli dan meminta Pil Doo membatalkannya. Pil Doo bilang tak bisa karena ia sudah membuat pengumuman pada media dan tamu.
Young In yg masih menganggap Poong Doo penyebab kematian Sung Jae pun marah.
Ji Na pulang ke rmh. Deok Hee terkejut melihat rambut baru Ji Na. Ji Na berkata ia mampir untuk mengembalikan kotak lauknya.
Ji Na lantas menanyakan Chung Yi.
Deok Hee : Dia gila uang. Dia sedang bekerja. Dia bersikap seolah2 punya banyak uang di tabungannya. Dia bahkan melarang ibu melihat buku tabungannya.
Ji Na : Sebanyak apa tabungan anak SMA?
Deok Hee : Sangat banyak, dia menabung setidaknya 10 ribu dollar sehari.
Deok Hee lalu mengomentari Ji Na yg kurus dan mengajak Ji Na sarapan. Ia juga bilang akan buat japchae jika tahu Ji Na akan datang.
Ji Na : Japchae terlalu berat utk sarapan.
Ji Na lantas tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya dia mikirin tabungan Chung Yi yg banyak ni gaes...
Chung Yi menenangkan hatinya di dermaga.
Selang beberapa menit, ia pun menghela nafas dan berniat pergi tapi Ji Na tiba2 dtg.
Ji Na bertanya kenapa Chung Yi tdk menyapanya setelah dtg untuk menemuinya kemarin.
Ji Na kemudian bertanya apa Chung Yi menemui Si Joon kemarin. Chung Yi mengangguk.
Ji Na lantas memberitahu Chung Yi kalau ia dan Si Joon pacaran dan meminta Chung Yi merahasiakannya karena ia tak mau org lain tahu.
Chung Yi bertanya apa Ji Na dtg hanya utk mengatakan itu.
Ji Na membenarkan. Ia mengaku datang untuk memastikan Chung Yi tdk bicara macam2.
Ji Na lantas pamit. Chung Yi bertanya kenapa harus dirahasiakan.
Ji Na : Itu bukan sesuatu yg bisa dibanggakan.
Chung Yi : Kau malu pacaran dengannya?
Ji Na : Sejujurnya aku tidak bangga. Kami pacaran karena sudah lama saling mengenal. Aku tidak bisa bilang pada ibu kalau aku pacaran dengan anak yang diasuh ibu tunggal. Dia tidak sukses atau kaya. Tidak ada yg spesial darinya.
Chung Yi : Eonni, kenapa bicara begitu? Kau tdk kasihan padanya?
Ji Na : Kenapa harus kasihan? Bagaimana jika dia yang membuatku sengsara? Lalu apa?
Chung Yi : Kau sangat kejam. Kau jahat. Kau akan dihukum karena itu.
Ji Na pun mendekati Chung Yi.
Ji Na : Kau menyukainya kan? Kau seperti ini bukan karena peduli padanya tapi karena marah kehilangan pria yang kau suka.
Chung Yi mau menjelaskan tapi Ji Na memotong kata2nya.
Ji Na : Anggap saja aku mendekati pria yang kau suka jadi sebaiknya jaga bicaramu.
Chung Yi syok dengan omongan Ji Na. Sementara Ji Na beranjak pergi.
Bersambung ke part 3......
Si Joon pun berkata, Moo Sim lah satu2nya wanita dalam hidupnya. Moo Sim pun membalas dgn mengatakan bahwa ia tak peduli pada pria yg lebih muda.
Si Joon : Standar ibu terlalu tinggi.
Lalu mereka tertawa.
Si Joon minta maaf karena tidak bisa makan malam dengan sang ibu malam ini. Ia beralasan bahwa teman2nya ingin berkumpul sebelum ujian.
Moo Sim : Kalian sudah belajar giat, tidak apa bersantai sesekali. Mau ibu beri uang?
Si Joon menolak. Ia lalu menyuruh ibunya makan dengan lahap meski sendirian.
Setelah Si Joon pergi, Moo Sim mendapatka telepon pesanan bunga.
Chung Yi menunggu kakaknya di depan salon. Ia heran karena sang kakak tidak menjawab teleponnya.
Salah satu teman kerja Ji Na keluar dan memberitahu Chung Yi kalau Ji Na pulang lebih awal.
Chung Yi kaget. Ia fikir kakaknya sakit.
Ji Na berbaring di lantai kamarnya. Ia memakai hoodie dan menutupi kepalanya.
Tak lama, ia mendengar pintunya dibuka. Ji Na pun langsung memejamkan matanya.
Si Joon masuk kamarnya dan heran melihat Ji Na baringan di lantai.
Si Joon bertanya kenapa Ji Na tdk menjawab panggilanya. Ia fikir Ji Na sakit.
Ji Na : Aku sudah mengirim sms melarangmu datang.
Si Joon : Kita tidak bisa melewatkan ini. Kau tidak ingat ini hari apa?
Ji Na : Kau punya waktu memikirkan hari jadi? Ujian sudah dekat. Kau mau gagal lagi?
Si Joon : Yeo Ji Na..
Si Joon lalu menghela nafas dam bertanya apa Ji Na ada masalah di salon.
Ji Na bilang tidak ada. Ia lalu menyuruh Si Joon pergi.
Si Joon tampak agak kesal tapi ia berusaha sabar menghadapi Ji Na. Ia memberikan Ji Na hadiah. Si Joon bilang itu hadiah yg sangat diinginkan Ji Na.
Ji Na membukanya dan tersenyum sinis melihat hadiahnya.
Ji Na marah Si Joon membuang2 uang hanya utk membelikannya kalung. Ia berkata Si Joon harusnya belajar.
Si Joon : Yeo Ji Na, ada apa?
Ji Na : Aku lelah. Kau sebaiknya pulang.
Ji Na lantas berbaring lagi dan memejamkan matanya.
Si Joon : Baiklah. Hubungi aku jika kau sudah baikan.
Si Joon hendak pergi tapi saat melihat ke arah rambut Ji Na, ia merasa ada yg aneh.
Si Joon pun membangunkan Ji Na dan melepas tutup kepala Ji Na. Ia terkejut melihat rambut Ji Na.
Ji Na berbohong, ia blg seorang pegawai baru memotong rambutnya dan membuat kesalahan.
"Lalu kenapa tidak bilang?"
"Aku tidak ingin kau melihatku seperti ini. Aku merasa diriku tampak buruk. Bagaimana pendapatmu?"
"Kau bilang itu kesalahan."
"Sejujurnya aku sudah lelah dan muak. Kenapa aku harus hidup seperti ini? Para gadis datang ke salonku, membuang tas yang setidaknya seharga 3 bulan gajiku seakan2 itu bukan apa2. Aku akan memperlakukannya seakan itu harta paling berharga."
Ji Na menangis.
Si Joon memegang tangan Ji Na dan meyakinkan Ji Na kalau ia akan sukses sehingga ia bisa membelikan tas seperti itu untuk Ji Na.
Si Joon ingin memeluk Ji Na tapi Ji Na menolak.
Ji Na berkata, bahwa ia terus meminta maaf seperti robot hari itu.
Ji Na : Saat seseorang menyentuhku, aku bilang minta maaf. Oppa, aku tidak ingin minta maaf. Kenapa aku harus selalu minta maaf untuk hal yang tidak kulakukan!
Si Joon, Ji Na-ya...
Tangis Ji Na pecah lagi.
Si Joon memeluk Ji Na.
Si Joon membawa Ji Na keluar.
Diluar, Si Joon sudah menyiapkan kejutan utk Ji Na.
Ji Na pura2 memarahi Si Joon karena tdk belajar.
Si Joon pun berkata bahwa ia sudah belajar keras dan hanya menginginkan senyum Ji Na sekarang.
Si Joon lalu memegang tangan Ji Na dan berterima kasih untuk yg Ji Na lakukan padanya selama 3 tahun belakangan ini. Si Joon mengatakan bahwa ia sangat mencintai Ji Na.
Ji Na : Kau tidak perlu bersikap begini. Kau tidak tahu betapa jahatnya aku? Ini yang kupikirkan hari ini. Kenapa aku tidak terlahir di keluarga kaya dan berkuasa? Kenapa aku berpacaran dengan pria yang belajar untuk menjadi PNS. Itu yg kupikirkan.
Si Joon : Tidak masalah. Aku tidak peduli. Bagaimana bisa seseorang hidup tanpa memikirkan hal seperti itu? Meski kau lebih jahat dari itu, aku tetap mencintaimu. Jadi tersenyum lah Ji Na -ya."
Si Joon kembali memeluk Ji Na.
Tepat saat itu, Chung Yi datang dan melihat mereka berpelukan.
Chung Yi langsung sembunyi
Setelah itu ia melihat Si Joon mencium Ji Na.
Chung Yi yang juga mencintai Si Joon pun terluka.
Poong Doo yg sedang bermain piano, lagi2 teringat saat melihat Chung Yi mencium jaket berwarna biru tapi di matanya berwarna hitam. Poong Doo bingung dan penasaran kenapa hanya Chung Yi yg tampak berbeda.
Chung Yi yg baru tiba di rmh terkejut saat sang ibu mendampratnya, bahkan sampai membuang cat lukisnya. Deok Hee tak terima Chung Yi bekerja keras mencari uang agar bisa sekolah seni keluar negeri. Ia menuding Chung Yi ingin hidup enak sendirian dgn pergi keluar negeri.
Chung Yi menjelaskan, ia mengikuti kontes seni agar bisa mendapat beasiswa dan biaya hidup selama di luar negeri. Chung Yi mengaku tak mau menjadi beban ayah dan ibunya.
Tapi Deok Hee tak peduli. Ia bahkan menampar Chung Yi dan menuding Chung Yi tak peduli pada Ji Na. Ia juga bilang tdk akan membiarkan Chung Yi sekolah diluar negeri jika Ji Na tdk bisa sekolah diluar negeri.
Chung Yi kecewa. Tangisnya mulai pecah saat Deok Hee melarangnya membuat masalah dgn Ji Na karena menyukai Si Joon.
Ji Na mengantarkan Si Joon keluar dari rumahnya.
Dan mereka menemukan bungkusan pink di depan pintu. Si Joon yg tahu itu dari Chung Yi bertanya, apa Ji Na sudah bertemu Chung Yi. Si Joon berkata Chung Yi dtg ke salon Ji Na utk mengantarkan lauk.
Ji Na pun mengaku tdk menjawab telepon Chung Yi.
Chung Yi msk kamarnya dan mendapati kamarnya sudah acak2an. Pandangannya lantas tertuju pd sebuah map berwarna hitam.
Chung Yi membukanya yg ternyata isinya kumpulan gambar Chung Yi. Chung Yi membalik lembaran demi lembaran hingga pandangannya tertuju pd sebuah lukisannya, lukisan anak perempuan yg dibonceng anak laki2 melintasi persawahan. Lukisan itu diberinya nama 'Cinta Pertama'.
Dua anak kecil itu adalah Si Joon dan Chung Yi kecil.
Tangis Chung Yi tambah deras saat ia teringat pada Si Joon yg mencium Ji Na.
Paginya,Gwi Nyeo memberitahu keluarganya ttg Poong Doo yg sudah balik ke Korea. Ia senang karena akan bertemu Poong Doo yg selama ini hanya dilihatnya di foto.
Gwi Nyeo lalu membaca artikel ttg Poong Doo yg akan tampil di Grup Joobo.
Mendengar itu, Young In pun langsung meminta penjelasan Pil Doo. Pil Doo mengaku bahwa ia lah yg mengundang Poong Doo.
Young In marah. Gwi Nyeo angkat bicara. Ia bilang saham mereka akan naik jika Poong Doo tampil di perusahaan mereka.
Young In tak peduli dan meminta Pil Doo membatalkannya. Pil Doo bilang tak bisa karena ia sudah membuat pengumuman pada media dan tamu.
Young In yg masih menganggap Poong Doo penyebab kematian Sung Jae pun marah.
Ji Na pulang ke rmh. Deok Hee terkejut melihat rambut baru Ji Na. Ji Na berkata ia mampir untuk mengembalikan kotak lauknya.
Ji Na lantas menanyakan Chung Yi.
Deok Hee : Dia gila uang. Dia sedang bekerja. Dia bersikap seolah2 punya banyak uang di tabungannya. Dia bahkan melarang ibu melihat buku tabungannya.
Ji Na : Sebanyak apa tabungan anak SMA?
Deok Hee : Sangat banyak, dia menabung setidaknya 10 ribu dollar sehari.
Deok Hee lalu mengomentari Ji Na yg kurus dan mengajak Ji Na sarapan. Ia juga bilang akan buat japchae jika tahu Ji Na akan datang.
Ji Na : Japchae terlalu berat utk sarapan.
Ji Na lantas tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya dia mikirin tabungan Chung Yi yg banyak ni gaes...
Chung Yi menenangkan hatinya di dermaga.
Selang beberapa menit, ia pun menghela nafas dan berniat pergi tapi Ji Na tiba2 dtg.
Ji Na bertanya kenapa Chung Yi tdk menyapanya setelah dtg untuk menemuinya kemarin.
Ji Na kemudian bertanya apa Chung Yi menemui Si Joon kemarin. Chung Yi mengangguk.
Ji Na lantas memberitahu Chung Yi kalau ia dan Si Joon pacaran dan meminta Chung Yi merahasiakannya karena ia tak mau org lain tahu.
Chung Yi bertanya apa Ji Na dtg hanya utk mengatakan itu.
Ji Na membenarkan. Ia mengaku datang untuk memastikan Chung Yi tdk bicara macam2.
Ji Na lantas pamit. Chung Yi bertanya kenapa harus dirahasiakan.
Ji Na : Itu bukan sesuatu yg bisa dibanggakan.
Chung Yi : Kau malu pacaran dengannya?
Ji Na : Sejujurnya aku tidak bangga. Kami pacaran karena sudah lama saling mengenal. Aku tidak bisa bilang pada ibu kalau aku pacaran dengan anak yang diasuh ibu tunggal. Dia tidak sukses atau kaya. Tidak ada yg spesial darinya.
Chung Yi : Eonni, kenapa bicara begitu? Kau tdk kasihan padanya?
Ji Na : Kenapa harus kasihan? Bagaimana jika dia yang membuatku sengsara? Lalu apa?
Chung Yi : Kau sangat kejam. Kau jahat. Kau akan dihukum karena itu.
Ji Na pun mendekati Chung Yi.
Ji Na : Kau menyukainya kan? Kau seperti ini bukan karena peduli padanya tapi karena marah kehilangan pria yang kau suka.
Chung Yi mau menjelaskan tapi Ji Na memotong kata2nya.
Ji Na : Anggap saja aku mendekati pria yang kau suka jadi sebaiknya jaga bicaramu.
Chung Yi syok dengan omongan Ji Na. Sementara Ji Na beranjak pergi.
0 Comments:
Post a Comment