Do Kyung pergi ke departemen store terdekat dengan taksi. Ia membeli jaket, pakaian dalam, baju hangat dan juga tas dengan uang yang tersisa di dompetnya.
Di rumah, CEO No memberitahu yang lainnya kalau Do Kyung sudah bukan keluarga mereka lagi mulai malam itu. Nyonya No kasihan pada Do Kyung yang pergi tanpa membawa apa2.
“Sudah seharusnya! Dia tidak boleh membawa apapun yang diberikan Haesung
karena dia tidak menyukai Haesung!” jawab CEO No.
CEO No juga memperingatkan mereka untuk tidak memberikan bantuan apapun
pada Do Kyung mulai malam itu. Ia berkata, tidak akan pernah memaafkan siapapun
yang berani membantu Do Kyung.
“Ayah bisa mendiskusikannya dengan kami.” Ucap Tuan Choi.
“Denganmu yang tidak bisa mengendalikan satu-satunya putra di keluarga
ini sampai dia pergi?” sindir CEO No.
Tuan Choi pun mulai kesal, sementara Nyonya No berusaha menenangkan
ayahnya.
“Haesung itu segalanya bagi ayah! Orang yang tidak menjaga dan
mengembangkannya, bukanlah bagian dari keluarga ini!” lanjut CEO No.
Do Kyung sendiri pergi ke hotel. Ya, ia memutuskan menginap di hotel.
Di rumah, Ji Soo dan Seohyun membahas kepergian Do Kyung. Ji Soo menyuruh
Seohyun menghubungi Do Kyung, tapi Seohyun bilang itu percuma karena Do Kyung
tidak akan pernah mau bercerita padanya.
“Oppa!” jawabnya.
“Aku tahu kau kesulitan menghadapi keluarga kita. Maaf kakak tidak bisa
membantumu.” Ucap Do Kyung.
“Sebenarnya aku ingin bicara dengan kakak.” Jawab Ji Soo.
“Seperti yang kau ketahui, di keluarga kita, tidak ada gunanya melakukan
hal itu. Karena kau memilih pindah, maka kau juga harus bisa mengatasinya
sendiri.” Ucap Do Kyung.
“Jadi kakak yang memilih hidup sendiri? Kenapa kakak melakukan itu?”
tanya Ji Soo.
“Karena itu keinginan kakak. Kakak menghubungimu untuk mengucapkan
selamat tinggal. Sampaikan salam kakak pada Seohyun juga.” Jawab Do Kyung.
“Jika kakak butuh bantuan, hubungi aku.” Ucap Ji Soo.
“Jangan mencemaskan kakak serta patuhi aturan keluarga.” Jawab Do Kyung.
Selesai bicara dengan Ji Soo, Do Kyung melamun memikirkan kata-kata sang
kakek sambil menatap keluar jendela.
“Dia berusaha membuatku menyerah. Kakek memang seperti itu. Seperti itu
lah CEO No Yang Ho. Aku lupa sifat kakekku.” Ucap Do Kyung, lalu menghela
nafasnya.
Sementara itu, sang kakek enak2an tidur di kamarnya.
Dan Ji An melamun, memikirkan mutasi Do Kyung, sampai2 ia tidak fokus bekerja dan ditegur oleh Tuan Sun.
Hee masih menjaga Boss Kang di rumah sakit. Begitu bangun, Boss Kang langsung menyuruh Hee pergi. Tapi Hee masih ingin menjaga Boss Kang. Boss Kang pun berkata, jika Hee tidak mau pergi sekarang, maka Hee tidak boleh pergi nanti. Hee pun tidak punya pilihan lain, selain mengakui alasan dirinya menolak Boss Kang. Boss Kang pun marah. Boss Kang bilang, jika karena anak, ia pasti sudah menikah sejak lama.
“Kau pasti lupa, bahwa kau amat berarti bagiku.” Ucap Boss Kang, membuat
Hee tertegun.
Flashback...
Boss Kang merasa tidak nyaman dan malu karena teman2
Hee mulai menggosipkan hubungan mereka. Karena itulah, ia melarang Hee datang
ke lapak jualannya setelah kelas Hee berakhir. Tapi Hee malah berdiri di
sampingnya dan tersenyum manis padanya.
Flashback end...
“Kau tidak pernah malu karena aku. Aku miskim, tapi kau hanya mencintaiku. Kau amat berarti bagiku. Kau menerimaku selayaknya aku orang biasa. Kau orang pertama yang memperlakukanku seperti manusia. Jadi mana mungkin aku melupakanmu? Mana mungkin aku tidak mencintaimu?” ucap Boss Kang.
Hee pun menangis. Boss Kang lalu menarik Hee ke dalam pelukannya.
Do Kyung bersiap pergi dari hotel, tapi sebelum pergi ia mengecek dulu berapa uang yang tersisa di dompetnya.
Saat sarapan, Hyuk menanyakan rencana Ji An, karena itu hari libur. Tapi kemudian
ia menarik kembali ucapannya dan menyuruh Ji An tidur saja.
“Aku mau pergi.” Jawab Ji An.
“Kau tidak lelah?” tanya Hyuk.
Yong Gook kemudian datang dan Ji An menyuruh Yong Gook memakan bubur
buatannya. Setelah mengambilkan bubur untuk Yong Gook, Ji An beranjak pergi.
Yong Gook penasaran dengan Ji An yang tampak bahagia.
“Tapi ada apa antara kalian? Kau memasakkan nasi goreng kimchi untuknya.
Dia memasakkan bubur untukmu. Perasaanmu sudah berbalas?” tanya Yong Gook.
“Hyung, ini bukan waktu yang tepat untuk berusaha memacarinya.” Jawab
Hyuk.
“Cinta tidak butuh usaha. Bukankah cinta berarti melangkah ke masa
depan?” ucap Yong Gook.
Hyuk pun terdiam dan berpikir.
Hmmm... jadi ceritanya Hyuk masih ngarepin Ji An toh, sy pikir dia udah
melupakan cintanya ke Ji An sejak deket ama Ji Soo...
Do Kyung ke kantor Gi Jae. Gi Jae pun menebak, Do Kyung datang karena
urusan mendesak. Do Kyung bilang, karena ini mendesak jadi ia akan langsung ke
intinya. Do Kyung berkata, ada perubahan dalam keuangannya jadi bisnis
mereka...
“Kau ingin menggunakan uangku untuk memulai bisnisnya, kan?” tebak Gi
Jae.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Do Kyung.
“Seketaris Min menghubungiku.” Jawab Gi Jae.
“Dia menghubungimu atas perintah kakek?” tanya Do Kyung.
“Dia selangkah di depanmu, tapi aku memang tidak akan membantu meski
kakekmu tidak menyuruhku.” Jawab Gi Jae.
“Kim Gi Jae, aku hanya punya 300 dollar. Tidak, setelah naik taksi, aku
hanya punya 290 dollar.” Protes Do Kyung.
Gi Jae pun tertawa mendengarnya.
“Jangan tertawa, ini tidak lucu.” Ucap Do Kyung.
“Kau sudah punya jawabannya, jadi pulanglah malam ini.” Jawab Gi Jae.
“Jangan bergurau dan minta seketarismu membawakan uang tunai.” Ucap Do
Kyung.
“Kau tahu aku memberitahu So Ra soal keberadaan Nona Seo kan? Aku
memberitahunya agar kau bisa berpisah baik-baik.” Jawab Gi Jae.
“Kau bodoh. Ji An bahkan tidak memedulikanku. So Ra tidak bisa memutuskan
jika tidak ada hubungan apa-apa. Akulah masalahnya.” Ucap Do Kyung.
“Selain satu tas itu, tidak ada lagi yang kau bawa?” tanya Gi Jae.
“Dia berusaha membuatku menyerah.” Jawab Do Kyung.
“Maka menyerahlah.” Suruh Gi Jae.
“Tidak akan.” Jawab Do Kyung.
“Lalu apa yang mau kau lakukan? Aku sudah bilang, tidak bisa membantumu.”
Ucap Gi Jae.
“Kau serius?” tanya Do Kyung.
“Keluarga kita terikat karena kakekku. Dia bukan seseorang yang bisa
kubantah. Tapi sejujurnya, ini menarik. Aku penasaran dengan akhirnya.” Jawab
Gi Jae.
“Kau juga sudah merasakannya. Semua wanita sama. Orang juga berubah pikiran. Jadi kupikir, kita harus menikahi wanita yang akan menguntungkan kedua keluarga. Jika ingin berkencan, kencanilah wanita yang bisa diterima kedua keluarga.” Jawab Gi Jae.
“Pikirmu aku tidak akan bertahan lama?” tanya Do Kyung.
“Kecuali kau membawa barang dari rumah dan menggunakan properti atas
namamu sendiri.” Jawab Gi Jae.
“Tidak akan!” tegas Do Kyung.
“Aku tahu. Kau memang begitu, tapi kapan kita pernah mengeluh? Terutama
kau yang selalu melakukan segalanya semaumu. Aku ingin melihat berapa lama kau
bisa bertahan tanpa uang dan bagaimana kau akan bertahan.” Jawab Gi Jae.
“Kau serius?” tanya Do Kyung.
“Maaf, kawan.” Jawab Gi Jae.
Do Kyung pun kesal dan langsung pergi dari kantor Gi Jae.
*Temen macam apa si Gi Jae ini? Tadinya sy pikir Gi Jae adalah sosok
temen yang bakal selalu ada untuk temennya dalam suka maupun duka, tapi
ternyata sy salah... atau kehidupan para chabeol di sana memang seperti ini??*
Diluar kantor Gi Jae, Do Kyung berkata kalau tadinya ia hendak menyiapkan semuanya dan menghubungi Ji An.
Do Kyung kemudian melihat daftar kontaknya, tapi tiba-tiba ia ingat saat
menyuruh Seketaris Yoo melacak ponsel Ji An. Takut kakeknya melakukan hal yang
sama, Do Kyung pun mematikan ponselnya.
Seketaris Yoo hanya bisa menghela napas mengetahui dirinya akan
dipindahkan ke Kantor di Busan.
Tapi Hyuk melihat Ji Soo ada di dalam, jadi ia turun dari mobilnya dan
masuk ke dalam.
Ji Soo bilang kalau ia sedang membuat roti untuk dibawa ke rumah sakit.
Ia yakin, Hee belum makan apa-apa.
“Tapi ada restoran di rumah sakit.” Ucap Hyuk.
“Ini juga kesempatan bagus untuk berlatih memanggang. Aku juga tidak
ingin diam di rumah.” Jawab Ji Soo.
“Bagaimana lututmu?” tanya Hyuk.
Dan Ji Soo pun melompat2 untuk membuktikan bahwa lututnya baik2
saja. Hyuk tertawa melihatnya.
Ji An membeli dua box pakaian dalam. Satu ia berikan untuk Tuan Sun yang dipanggilnya master. Tuan Sun tertawa dipanggil master. Ji An bilang, itu karena Tuan Sun mengajarinya semuanya. Tuan Sun pun dengan senang hati menerimanya.
Do Kyung heran kenapa ia tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak
datang ke tempat Ji An. Do Kyung lalu berbalik, mau pergi. Tapi kemudian ia
berpikir, sebaiknya menemui Ji An karena ia sudah terlanjur datang ke sana.
“Kenapa kau amat terkejut? Kau melihat hantu?” tanya Ji An.
“Karena kau muncul seperti hantu.” Jawab Do Kyung.
“Tapi ini tempat kerjaku.” Ucap Ji An.
Ji An lalu melihat penampilan Do Kyung dan teringat pengumuman mutasi Do
Kyung.
Do Kyung berkata, dia datang untuk mengajak Ji An makan siang karena tidak ada yang bisa diajaknya makan siang, tapi ia sadar Ji An tidak akan mau makan siang dengannya. Tapi Ji An mau makan siang dengan Do Kyung. Do Kyung penasaran kenapa Ji An menerima ajakan makan siangnya.
“Bukankah kau datang untuk berpamitan? Saat aku ke kantormu untuk
mengantarkan lampu, aku melihat pengumumannya. Kau akan dipindahkan ke Eropa
pada 1 Januari. Dan biasanya, kau pergi dua atau tiga pekan lebih awal.” Jawab
Ji An.
Do Kyung mau menjelaskan kalau ia tidak jadi pergi, tapi Ji An keburu
masuk ke studio untuk menyimpan barang2nya.
Do Kyung ingin makan ikan rebus di Namdaemun. Ji An pun berkata kalau
dulu Do Kyung pernah bilang enggan makan di tempat seperti itu. Tapi Do Kyung
kekeuh mau makan di sana.
“Tapi Namdaemun jauh.” Ucap Ji An.
Tapi akhirnya ia setuju pergi ke sana karena sedang libur. Ji An pun
menanyakan dimana mobil Do Kyung. Do Kyung berbohong dengan mengatakan mobilnya
masuk bengkel. Ji An berniat memanggil taksi, tapi Do Kyung mengajaknya naik bus.
Ji An terkejut Do Kyung tiba2 ingin naik bus.
“Aku ingin mencoba sesuatu yang belum pernah kucoba.” Jawab Do Kyung.
Do Kyung naik bus duluan dan membayar dengan uang tunai, tapi supir bus
bilang tidak punya kembalian. Ji An pun mengambil kembali uang Do Kyung dan
membayar dengan kartu bus nya.
Di bus, Ji An tampak gugup. Do Kyung malah senang.
Mereka pun akhirnya tiba di Namdaemun dan sama2 mengingat kenangan saat mereka mengejar penjambret yang menjambet kalung Ji An di pasar itu.
“Saat itu menyenangkan, kan?” tanya Do Kyung.
“Aku amat menderita. Kenangan buruk juga tetap kenangan.” Jawab Ji An.
“Aku bahagia saat itu. Itu kali pertamaku berlarian seperti itu. Setiap
hari, aku diantar supir ke sekolah dan aku tidak pernah main bersama teman-temanku.
Saat beranjak dewasa, aku tidak bisa berkelahi karena itu tidak cocok dengan
kelasku.” Ucap Do Kyung.
“Aku selalu bertengkar.” Jawab Ji An.
“Maksudmu saat masih kecil?” tanya Do Kyung.
“Bahkan saat beranjak dewasa. Perkelahian terakhirku tahun ini.” Jawab Ji
An.
Do Kyung pun teringat saat melihat dua wanita berkelahi di depan
kantornya.
Do Kyung : “Pernahkah kau berkelahi di depan gedung kantor kita?”
Ji An : “Bagaimana kau tahu?”
Do Kyung : “Itu kau?”
Ji An : “Kau melihatku?”
Ji An : “Hubungan kita memang membawa sial.”
Do Kyung : “Andaikan aku tahu itu kau, aku tidak akan menghubungi polisi.
Kau harus membayar denda?
Ji An : Aku berutang 5000 dollar padamu. Aku menyebutkan itu padamu
karena sebesar itulah gajiku jika menjadi pegawai tetap. Tapi aku harus
membayar uang damai pada Ha Jung sebanyak 5000 dollar. Lalu aku benar-benar
lupa soal janjiku padamu. Tapi berkat itu, aku pergi ke Yangpyeong dan tidak
perlu membayar 5000 dollar lagi.
Do Kyung : Kau berkelahi dengan Ha Jung?
Ji An : Tempramen ku tidak baik. Dia seenaknya merebut pekerjaanku. Aku
menghajarnya dengan baik.
Do Kyung : Kau bersikap baik padaku hari ini karena aku akan pergi?
Ji An : Itu salah satu alasannya. Kini aku merasa lebih baik.
Ji An lalu mengajak Do Kyung pergi. Sembari menatap langkah Ji An, Do
Kyung bergumam kalau Ji An pasti akan membunuhnya kalau tahu dia tidak jadi
pergi.
Ji An heran sendiri melihat Do Kyung yang makan dengan lahap. Ia merasa,
Do Kyung hanya berpura2 menyukai makanan itu. Tapi Do Kyung bilang, makanannya
benar2 enak. Do Kyung kemudian bertanya, kenapa Ji An makan dengan sungkan. Apa
karena ada dirinya.
“Ini karena aku bisa makan apapun sesukaku. Saat itu, kau tidak tahu
makanan yang kau makan rasanya amat hambar.” Jawab Ji An.
“Aku tahu. Kau dan Ji Soo mengatakan hal yang sama.” Ucap Do Kyung.
Mendengar nama Ji Soo, Ji An langsung diam. Do Kyung yang tahu Ji An
penasaran kabar Ji Soo pun melarang Ji An menanyakan soal Ji Soo padanya. Ji An
berbohong, ia bilang kalau dirinya juga tidak ingin tahu kabar Ji Soo.
Do Kyung kembali makan. Ji An kembali curiga kalau Do Kyung sedang
berpura2.
“Aku makan karena memang enak. Selain itu, kini aku tahu rasa makanan
berubah tergantung pada teman makan kita.” Jawab Do Kyung yang sukses membuat
Ji An gugup.
Selesai makan, Do Kyung mengajak Ji An minum kopi. Do Kyung bilang, ada kafe enak di dekat Istana Deoksugung. Ji An awalnya menolak, tapi Do Kyung memaksa. Do Kyung meminta Ji An menurutinya sekali itu saja.
“Berapa lama kau akan di Eropa?” tanya Ji An.
“Setidaknya aku akan menetap di sana selama 2 tahun. Itu jika aku bekerja
keras. Aku tidak akan bisa libur selama enam bulan pertama.” Jawab Do Kyung.
Mendengar itu, gantian Ji An yang mengajak Do Kyung minum kopi. Ji An
merasa, itu adalah kesempatan terakhirnya bisa bersama-sama Do Kyung.
*Ngomong2 Deoksugung, jadi inget lagunya Yoona.... Hehehe*
Do Kyung memesan dua cappuccino. Ji An bilang, ia juga menyukai cappuccino. Do Kyung pun senang karena ia dan Ji An sama2 menyukai cappuccino.
“Berhentilah bersikap aneh. Kau tahu alasanku minum kopi denganmu.” Ucap
Ji An.
“Menghabiskan waktu bersamamu, sungguh memberiku kekuatan.” Jawab Do
Kyung.
“Jangan berharap apa-apa.” Pinta Ji An.
“Kau tahu apa harapanku?” tanya Do Kyung.
“Karena kau menunjukkannya dengan jelas, jadi aku tahu tapi aku akan
berpura-pura tidak tahu.” Jawab Ji An.
“Kau hanya ingin berpura-pura tidak tahu?” goda Do Kyung.
“Kau pewaris Haesung, kenapa ingin berdebat dengan wanita?” protes Ji An.
“Aku tidak lagi harus menjaga sikapku.” Jawab Do Kyung, membuat Ji An
sebal.
Do Kyung membelikan payung untuk Ji An. Lagi2, Ji An canggung menerimanya. Do Kyung kemudian jalan duluan. Ji An mengejar Do Kyung, lalu memayungi Do Kyung. Do Kyung tersenyum saat Ji An memayunginya.
“Saat kau di Eropa, jaga dirimu. Aku baik-baik saja belakangan ini.” Ucap
Ji An.
“Kau melakukan ini karena aku akan pergi, kan? Kau ingin terlihat tegar,
kan?” tanya Do Kyung.
“Selama ini aku memang tegar. Ji Soo yang naif.” Jawab Ji An.
“Aku minta maaf soal ayahmu. Aku melihat dia berkeliling mencarimi. Jadi,
kubilang kau baik-baik saja dan tidak perlu cemas. Kubilang aku melihatmu di
Yeonnam-dong. Hanya itu. “ ucap Do Kyung.
“Seharusnya kau memberitahuku lebih dahulu.” Jawab Ji An.
“Seharusnya begitu, tapi aku tidak berpikir panjang.” Ucap Do Kyung.
“Saat itu, aku benar-benar tidak siap. Aku belum siap menemuinya dan
tidak ingin mengingat masa lalu. Aku takut. Hatiku sakit dan aku menderita. Aku
juga menyesal.” Jawab Ji An.
Do Kyung pun berhenti melangkah. Ia terdiam dan menatap Ji An. Menyadari Do Kyung yang berhenti melangkah, Ji An pun ikut berhenti melangkah dan berbalik menatap Do Kyung.
“Maafkan aku.” Ucap Do Kyung.
“Aku juga minta maaf. Tapi kini aku sudah baik-baik saja, Wakil Presdir.”
Jawab Ji An.
“Jangan panggil aku Wakil Presdir. Aku bukan Wakil Presdir.” Ucap Do Kyung.
“Geurae, Choi Do Kyung-ssi, mulai sekarang hiduplah sesuai dengan
jalanmu. Aku juga akan begitu.” Jawab Ji An.
“Apakah kau akan merindukanku?” tanya Do Kyung.
“Mungkin, tapi itu tidak akan membunuhku. “ jawab Ji An.
Mereka pun berpisah di halte. Ji An naik bus menuju rumahnya, sedangkan Do Kyung tidak tahu harus kemana dan melakukan apa.
Di bus, Ji An berusaha menahan tangisnya. Ya, ia terluka memikirkan Do
Kyung yang akan pergi ke Eropa.
CEO No menerima informasi kalau ponsel Do Kyung mati, jadi mereka tidak
bisa melacak posisi Do Kyung. CEO No pun memberi perintah agar mereka terus
mengeceknya.
“Dia mematikan ponselnya. Dia cerdas.” Gumam CEO No sembari tersenyum.
Hyuk menjemput Ji Soo di toko roti. Mereka akan pergi ke rumah sakit.
Hyuk senang karena Ji Soo membuatkan roti untuknya juga. Kepala mereka
berbenturan saat Ji Soo hendak menaruh rotinya di jok belakang.
Reflek, Hyuk langsung mengusap kepala Ji Soo yang kena benturan kepalanya
sembari meminta maaf.
Ji Soo tertegun kala Hyuk mengusap kepalanya. Tak lama kemudian, Hyuk pun tersadar dan langsung menarik tangannya.
0 Comments:
Post a Comment