Hyuk dan Ji Soo pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Boss Kang. Bersamaan dengan itu, Boss Kang dan Hee keluar dari rumah sakit sambil bergandengan tangan. Ji Soo pun terkejut melihat Boss Kang yang sudah mau pulang karena seharusnya Boss Kang pulang dari rumah sakit besok.
“Mana bisa aku tinggal di tempat suram ini sehari lagi.” Jawab Boss Kang.
“Tapi kenapa kalian bergandengan?” tanya Hyuk.
Boss Kang dan Hee pun sontak melepaskan gandengan mereka. Boss Kang
nampak tersipu. Ji Soo bilang, ia belum pernah melihat Boss Kang tersipu
seperti itu.
“Kerja bagus, Noona. Selamat.” Ucap Hyuk.
Ji Soo pun terkejut, Noona? Jadi kalian bersaudara?
“Itu benar. Dia Sun Woo Hee dan dia Sun Woo Hyuk.” Jawab Boss Kang.
“Kenapa kau tidak memberitahuku!” protes Ji Soo pada Boss Kang.
Dan Boss Kang pun langsung berpura2 sakit agar bisa cepat pulang dan
tidak perlu menjawab pertanyaan Ji Soo. Hee langsung membawa Boss Kang pulang
dan menyuruh Hyuk membawakan barang-barang Boss Kang.
Tingkah Boss Kang pun sontak memancing tawa Hyuk dan Ji Soo.
Tuan Seo memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam kresek hitam. Ponselnya
tiba-tiba berdering. Tuan Seo melirik sekilas. Ia tahu, itu nomor Ji An dan
memilih tidak menjawabnya.
Tuan Seo keluar rumah dan membuang pakaiannya tadi ke tong sampah. Saat
hendak kembali ke rumah, ia bertemu dengan Ji An.
“Abeoji, aku menghubungimu tapi kenapa tidak diangkat?” tanya Ji An.
*Wait... bukannya dulu Ji An manggil Tuan Seo itu Appa ya, kenapa
sekarang jadi Abeoji?*
“Sedang apa kau disini?” tanya Tuan Seo.
“Aku ingin menemuimu. Apa ayah mau pergi?” tanya Ji An.
“Ya, ada yang harus kulakukan.” Jawab Tuan Seo.
Ji An mengajak ayahnya minum teh, tapi sang ayah menolak dengan
mengatakan harus menemui seseorang. Ji An lantas memberikan hadiahnya dan
berkata ia membeli hadiah itu dari gaji pertamanya bekerja sambilan.
“Maafkan aku atas kejadian kemarin. Aku seperti itu karena tidak siap
menemui ayah. Setelah tahu Ji Soo putri kandung mereka, jadi aku hendak
memberitahu mereka sendiri tapi mereka tahu sebelum kuberitahu. Ayah pasti
menderita karena tidak bisa menghentikanku. Seharusnya aku memberitahu ayah
sebelumnya. Aku tidak bisa kembali pada orang tua yang kucampakkan. Aku terlalu
malu untuk kembali. Ibu membuat keputusan demi aku, tapi aku belum siap
menemuinya. Tolong pahami aku.” Ucap Ji An.
“Ayah mengerti. Bukan berarti kita harus hidup bersama lagi sebagai
keluarga. Tergantung pada situasinya.” Jawab Tuan Seo.
“Tolong beri aku waktu.” Pinta Ji An.
“Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanya Tuan Seo.
“Iya, aku baik-baik saja.” Jawab Ji An.
“Ayah harus pergi sekarang. Ayah tidak mau terlambat. Hiduplah sesuai
keinginanmu. Jaga dirimu.” Ucap Tuan Seo.
Ji An pun menatap kepergian sang ayah dengan berkaca-kaca.
Dalam perjalanan pulang, Ji An memikirkan kata-kata ayahnya tadi kalau
mereka tidak harus hidup bersama lagi sebagai keluarga. Ji An lalu teringat
pertanyaan Ji Soo, kenapa ia hanya menemui Ji Soo di hari terakhir sebelum ia
menghilang. Tiba-tiba saja, Ji An berbalik arah.
Hyuk, Ji Soo dan Hee mengantar Boss Kang ke toko roti. Hee ikut turun. Hyuk pun bertanya, kenapa Hee ikut turun padahal cuaca sedang dingin. Hee berkata, ia tidak bisa meninggalkan Boss Kang yang sedang sakit sendirian. Boss Kang pun langsung memberitahu Hee kalau tidak ada satu wanita pun yang boleh masuk kamarnya.
“Tapi aku masuk kamarmu.” Ucap Ji Soo.
Sontak, Hyuk tertawa dan Boss Kang panic. Tapi Hee memaksa mau menemani
Boss Kang. Boss Kang pun tak punya pilihan lain selain membiarkan Hee.
Nyonya Yang baru pulang dan Ji Tae yang sudah menunggunya lama langsung
menghampirinya. Ji Tae menanyakan kegiatan ayahnya pada ibunya, tapi sang ibu
bilang tidak tahu. Ji Tae pun mengaku, kalau dalam perjalanan pulang ia bertemu
seorang wanita dan wanita itu memberitahunya kalau sang ayah berada di rumah
saat siang hari.
“Sungguh?” tanya Nyonya Yang kaget.
“Dia bersikap konyol.” Jawab Ji Tae.
“Itu karena ibu.” Ucap Nyonya Yang.
“Bagaimana kalau ayah sungguh-sungguh akan menyelam? Ibu akan tetap
disini bersama kami? Kita bisa menyewakan kamar kecil di lantai dua.” Jawab Ji
Tae.
“Kamar itu kecil itu untuk Ji An dan Ji Soo. Bagaimana kalau dia pulang?”
tanya Nyonya Yang.
“Ayah menyuruh kita pindah.” Jawab Ji Tae.
“Menurutmu dia serius? Ibu rasa tidak. Dia tidak sedingin itu.” Ucap
Nyonya Yang.
Tuan Seo berhenti di depan sebuah toko musik dan teringat masa lalunya.
Flashback...
Saat masih muda, Tuan Seo pernah bekerja sebagai
pengantar makanan. Saat Tuan Seo datang ke sebuah gedung pertunjukan untuk mengambil
mangkuknya, Tuan Seo mendengar suara gitar klasik dan langsung tertarik sejak
itu.
Flashback end...
Tuan Seo tersenyum mengingat kenangannya.
Tiba2 saja, Tuan Seo merasakan
sakit lagi di perutnya. Tuan Seo mencoba bertahan dengan berpegangan pada
sebuah dinding, lalu ia batuk darah.
Sontak itu mengingatkan Tuan Seo pada ibunya yang juga batuk darah dan
tengah dirawat di rumah sakit.
Tuan Seo juga teringat pada Tuan Jang yang biasanya sehat tapi tiba-tiba
divonis kanker stadium 3.
Tuan Seo pun terduduk lemas di depan toko.
Soo A terkejut mendapati dirinya positif hamil.
Saat kembali ke kamar, Ji Tae langsung mengajaknya diskusi soal
penginapan di Pulau Jeju. Tapi Soo A mengaku lelah dan ingin tidur lebih awal.
Ji Tae langsung cemas, ia takut Soo A sakit.
Di department store, Ji Ho menerima keluhan pelanggan yang ingin mengembalikan sepatunya karena sudah rusak padahal baru dipakai satu jam. Ji Ho mengeceknya dan mengatakan bahwa sepatu itu sudah dipakai paling tidak selama enam jam karena ditemukan bekas makanan yang terbuat dari gochujang dan juga minum alkohol.
Sambil menunjukkan sepatu itu, Ji Ho berkata kaki si pelanggan terkilir
karena berjalan sambil mabuk. Tapi si pelanggan tetap kekeuh dengan
pendapatnya.
Ji Ho juga mengingatkan kalau sebelumnya ia sudah melarang si pelanggan
membeli sepatu itu karena kaki pelanggan yang sangat lebar. Si pelanggan pun
marah dikatai gendut oleh Ji Ho.
Ji Ho tetap berkata, bahwa sepatu itu tidak bisa dikembalikan karena rusak
atas kelalaian si pelanggan. Pelanggan kesal dan melirik name tag Ji Ho, lalu
berkata bahwa mereka akan kembali bertemu nanti.
Seketaris Yoo mengangkat telepon dari Do Kyung dan mengomelinya karena Do Kyung baru menghubunginya sekarang. Seketaris Yoo lalu bertanya, apa Do Kyung sudah diusir dari rumah.
Do Kyung : Bagaimana kau tahu?
Seketaris Yoo : Aku dimutasi hari ini. Ngomong-ngomong, anda punya cukup
uang sebelum pergi?
Do Kyung : Tentu saja.
Seketaris Yoo : Anda punya tempat tinggal?
Do Kyung : Aku harus mulai mencari.
Seketaris Yoo : Datanglah ke rumahku. Akan kukirimkan alamatnya melalui
pesan.
Do Kyung : Lupakan saja. Banyak yang bisa kudatangi. Aku menghubungimu
agar kau tidak cemas. Aku baik-baik saja.
Dan Do Kyung pun menutup teleponnya. Seketaris Yoo pun bergumam, kalau
firasatnya tidak pernah salah.
Do Kyung lantas pergi ke motel. Namun saat hendak masuk, ia melihat
sepasang pria dan wanita yang mabuk masuk ke sana, jadi ia pun mengurungkan
niatnya menginap di sana. Berikutnya, Do Kyung pergi ke sauna. Tapi ia tak jadi masuk.
Do Kyung akhirnya pergi mencari alamat Seketaris Yoo. Namun ia kesusahan
menemukannya. Tiba-tiba saja, Seketaris Yoo keluar dari salah satu gang dan
memanggil Do Kyung. Seketaris Yoo mengaku, bahwa ia hampir membeku menunggu Do
Kyung. Ia mengaku, sengaja menunggu Do Kyung karena cemas kalau-kalau Do Kyung
kesulitan menemukan rumahnya. Do Kyung pun jadi terharu.
*Sama, sy juga terharu... Gk nyangka hubungan Do Kyung dan Seketaris Yoo
ini bukan hanya sekedar atasan dan bawahan*
Do Kyung minta maaf pada ibunya Seketaris Yoo karena datang dengan tangan
kosong. Tapi ibu Seketaris Yoo merasa terhormat karena Do Kyung mau singgah ke
tempatnya. Ibu Seketaris Yoo juga berkata, kalau ia mengirim putrinya ke sauna
agar Do Kyung bisa merasa nyaman tinggal di tempatnya. Mendengar itu, Do Kyung
jadi tidak enak hati.
Seketaris Yoo lalu memaksa Do Kyung tidur di kamarnya sedangkan ia akan
tidur di kamar sang ibu.
Tapi Do Kyung tidak bisa tidur karena merasa kurang nyaman dengan kamar
Seketaris Yoo yang sangat kecil.
Esok paginya, ibu Seketaris Yoo mengantarkan makanan untuk Do Kyung. Ibu
Seketaris Yoo berkata, ia menyajikan makanan yang biasa ia makan jadi tidak ada
yang istimewa. Ibu Seketaris Yoo juga memberitahu Do Kyung kalau Seketaris Yoo
sudah pergi bekerja.
Sebelum makan, Do Kyung memperhatikan buku dan pakaian Seketaris Yoo yang
terlihat menumpuk.
Keluar dari kamar mandi, Do Kyung melihat ibu Seketaris Yoo makan sisa
ikan sambil berdiri.
Tak ingin membebani Seketaris Yoo, Do Kyung pun pergi. Namun sebelum
pergi, ia meninggalkan beberapa lembar uangnya di dapur.
Saat sarapan, Ji Soo menanyakan kabar Do Kyung pada keluarganya. Tuan
Choi berkata, kalau Do Kyung pasti baik-baik saja. Sementara Nyonya No diam
saja dan Seohyun ingat saran Ji Ho untuk melakukan tes DNA.
Do Kyung berdiri di luar pintu Seketaris Yoo dan melatih dirinya untuk
bicara pada ibu Seketaris Yoo kalau ia mau mengambil kembali uangnya yang ia
letakkan di dapur tadi. Hahaha...
Do Kyung sudah mau memencet bel, tapi mengurungkan niatnya dan akhirnya
pergi.
Do Kyung kemudian mendaftar kerja di gym. Manajer disana berkata, ia
menerima Do Kyung karena Do Kyung mengaku sering pergi ke gym. Do Kyung yakin,
itu pekerjaan yang tepat karena tidak akan ada tetangganya yang datang kesana.
Setelah ibunya pergi, Seohyun mengendap2 masuk ke kamar ibunya. Tanpa ia
sadari, Seketaris Min melihatnya.
Seohyun masuk ke kamar mandi dan mengambil sikat gigi kedua orang tuanya,
serta mengganti sikat gigi orang tuanya dengan yang baru tapi sialnya, dia
salah kebalik meletakkan sikat gigi orang tuanya.
Pelanggan yang tadi protes kembali datang bersama ibunya. Sang ibu
memarahi Ji Ho yang mengatai putrinya gendut. Ji Ho membela diri, ia bilang ia
tidak pernah mengejek putri wanita itu. Ia hanya mengatakan, sepatu itu rusak
akibat keteledoran putri wanita itu.
“Diam!” bentak wanita itu.
Ji Ho masih kekeuh dengan pendapatnya. Begitu juga dengan wanita itu yang
kekeuh minta uangnya dikembalikan. Manajer Ji Ho datang, ia berkata akan
mengembalikan uang wanita itu.
“Tidak usah! Aku pelanggan VVIP disini. Dari sini sampai sana, aku akan
membeli semua yang berukuran 240 mm.” Jawab wanita itu.
Manajer menyuruh Ji Ho minta maaf. Wanita itu menyuruh Ji Ho berlutut
juga.
Ji Ho pun langsung teringat saat Ji An terpaksa berlutut pada seorang
pelanggan.
“Tidak bisa dipercaya. Aku tidak mengira ini akan terjadi kepadaku.
Internet sungguh terlah merusak manusia. Anda mempermasalahkan sesuatu yang
tidak seharusnya dipermasalahkan.” Sewot Ji Ho.
Wanita itu makin kesal, apa?
Ji Ho pun melepaskan name tagnya dan... mengundurkan diri.
Di gym, Do Kyung menjadi petugas kebersihan. Tapi kemudian, ia dipecat
dan hanya dibayar 50 dollar. Do Kyung pun tertawa, lalu menganggap itu sebagai pengalaman
kerjanya.
Tiba2, Do Kyung merasa sangat lapar.
Sementara itu, Ji An lagi makan malam bersama Tuan Sun, Hyuk dan Yong
Gook di studio.
Do Kyung pergi ke kos2an Ji An. Ia pun bicara sendiri. Ia bilang datang
kesana karena tidak tahu lagi harus kemana. Rencananya buntu tapi ia akan tetap
berusaha.
Tak lama kemudian, Won Jo dan Hyun So datang. Do Kyung melihat kedua pria
itu mau masuk ke dalam rumah sambil membicarakan Ji An.
“Permisi, ini tempat apa?” tanya Do Kyung.
“Ini rumah kos.” Jawab Hyun So.
“Apa Sun Woo Hyuk juga tinggal disini?” tanya Do Kyung.
“Benar. Kau mengenalnya?” ucap Hyun So. Do Kyung langsung terbelalak.
Sembari menuju rumah, Hyuk bertanya pada Ji An, apa terjadi sesuatu pada
Ji An. Ji An pun berkata, kalau hari ini Do Kyung akan pergi dan semuanya sudah
berakhir.
“Sudah kuduga ada sesuatu diantara kalian. Aku ini seorang pria. Aku bisa
tahu hanya dari tatapannya kepadamu. Saat dia mencari kita ke Incheon, saat kau
berusaha keras menghindarinya.” Jawab Hyuk.
Tapi Ji An masih menyangkal perasaannya pada Do Kyung.
“Saat aku tahu, kupikir semua sudah berakhir. Dia memang seseorang yang
tidak boleh kusukai dan aku juga tidak ingin menyukainya. Tapi ini sangat
menggangguku. Dia telah menjalani hidupnya dan akhirnya aku bisa hidup di
jalanku tapi aku belum cukup berterima kasih padanya.” Ucap Ji An.
“Sebagai seorang kakak, aku berterima kasih atas bantuannya. Saat aku
memintanya menunggu agar aku bisa mengaku, aku amat berterima kasih. Aku
bersyukur karena dia mencariku ke gunung dan makan sup menjijikkan bersamaku.
Aku juga bersyukur dia menegur Ha Jung. Aku bersyukur dia mengizinkanku melihat
pernikahan kakakku. Aku bersyukur dia memuji proposalku. Dia membawakanku
kemeja baru agar aku bisa mengganti kemeja kotorku. Dia mengakui kerja kerasku.
Aku juga bersyukur dia mencintaiku. Tapi aku tidak pernah berterima kasih
dengan tulus. Aku merasa bersalah karena semua itu.” Lanjut Ji An.
“Ji An-ah, jangan pernah punya penyesalan.” Ucap Hyuk.
“Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Tapi jangan khawatir. Semua sudah
berakhir. Dia akan terbang ke Barcelona dalam sehari atau dua hari. Dia akan
pindah ke kantor di Eropa. Selain itu aku juga tidak ingin menemuinya lagi.”
Ucap Ji An lagi.
“Kenapa?” tanya Hyuk.
“Geu saram-i Choi Do Kyung iraseo (karena dia Choi Do Kyung). Karena aku
tidak ingin berurusan dengan keluarganya lagi. Ini aneh sekali, Hyuk-ah. Karena
kini aku merasa lebih baik, aku mulai emosional lagi.” Jawab Ji An.
Tangis Ji An pun pecah.
“Kau ingin menangis? Kau ingin dipeluk?” tanya Hyuk.
“Aku tidak ingin menangis di pelukan pria manapun.” Jawab Ji An.
“Tapi aku walimu.” Ucap Hyuk.
“Kini aku sudah merasa lebih baik.” Ucap Ji An.
Hyuk dan Ji An akhirnya tiba di rumah. Daaan... mereka pun dikejutkan
dengan Yong Gook yang sudah duduk bersama Do Kyung.
0 Comments:
Post a Comment