Ketika makan malam, Nyonya Park menanyakan soal kampung halaman Roo Bi. Roo Bi berkata, ia tinggal di daerah Udo-dong. Nyonya Park pun berkata, kalau dulu ia pernah tinggal di sana.
Selesai makan malam, Gyeong
Min menunjukkan kamarnya pada Roo Bi. Roo Bi pun takjub melihat kamar Gyeong
Min. Ia berkata, kamar Gyeong Min lebih rapi dari yang ia bayangkan.
Gyeong Min lalu menunjukkan sesuatu pada Roo Bi. Sebuah syal berwarna hijau, hadiah terakhir yang Roo Bi berikan padanya. Gyeong Min mengaku, selalu menjaga syal itu. Roo Bi pun menangis haru. Ia senang bisa melihat syal itu lagi.
“Mulai sekarang, kita terikat
bersama seperti ini, selamanya.” Ucap Gyeong Min.
Lalu, Gyeong Min ingin mencium
Roo Bi. Roo Bi pun memejamkan matanya. Saat jarak bibir mereka tinggal sesenti
lagi, tiba-tiba sang ibu memanggilnya, menyuruhnya turun untuk makan buah.
Sontak, Roo Bi terkejut dan
menjauhkan dirinya dari Gyeong Min. Roo Bi lalu tertawa.
Roo Na yang hampir sampai di rumahnya nampak kesal. Ia teringat kata-kata Oh PD-nim yang tidak bisa mengikutsertakan Roo Na kembali dalam audisi. Roo Na juga ingat pertengkarannya tadi dengan In Soo.
Tak lama kemudian, Roo Na mual
lagi. Ia pun langsung berpegangan pada dinding dan terduduk lemas.
Sampai di rumah, Roo Na
langsung masuk ke kamarnya. Melihat ekspresi Roo Na, Gilja pun menyusul Roo Na
ke kamar.
“Ada apa, Runa? Apa audisinya
tidak berhasil?” tanya Gilja.
“Aku tidak tahu. Biarkan aku sendiri.”
Jawab Roo Na.
“Ini bukan pertama kali, kan?
Kau melakukannya dengan baik di pertunjukanmu yang lain.” Ucap Gilja.
Gilja lalu menyuruh Roo Na
makan malam. Tapi Roo Na menolak. Roo Na mengaku tidak lapar.
“Jangan seperti ini. Makanlah
walau hanya sedikit.” Ucap Gilja.
“Eomma, kenapa tidak ada yang
pantas untukku?” tanya Roo Na.
“Itu tidak benar. Kau sudah
melakukannya dengan baik.” Jawab Gilja.
“Eomma, kau selalu bilang. Kerjaanku hanya menghabiskan uang keluarga ini dan kau tidak tahu aku mirip siapa. Kenapa aku seperti ini? Kenapa? Terkadang, aku bertanya-tanya. Apakah aku dan Ruby memang saudara kembar? Eomma, apakah kami kembar?” tanya Roo Na.
“Pertanyaan macam apa itu?”
jawab Gilja.
“Eomma, kami lahir di hari dan
rahim yang sama, tapi kenapa kami berbeda?” tanya Roo Na.
“Roo Na-ya, ibu yakin Roo Bi
juga punya masalah. Semua orang memiliki masalah. Terkadang, semuanya berjalan
baik dan di lain waktu, semuanya tidak berjalan sesuai harapan kita. Kau pasti
tertekan karena semuanya tidak berjalan sesuai keinginanmu.” Jawab Gilja.
“Kenapa Roo Bi lebih baik
dariku? Kenapa semua berjalan baik untuknya? Ini menjengkelkan! Ini tidak adil!
Apa yang harus kulakukan?”
Roo Na pun bersandar di
pelukan ibunya. Tangisnya pecah. Ia tidak mengerti, kenapa semua tidak bisa
berjalan sesuai keinginannya padahal ia sudah melakukannya dengan baik. Gilja
pun berusaha menenangkan Roo Na.
Keesokan harinya, ketika
sarapan, Gilja heran melihat Roo Na yang makan terlalu sedikit. Chorim menduga,
Roo Na makan sedikit karena sedang diet. Roo Na pun kesal dan meminta bibinya
tidak mencampuri urusannya.
Gilja lalu menanyakan soal pacar Roo Bi. Karena ibunya sudah tahu, Roo Bi pun mengaku kalau ia sudah memiliki pacar. Chorim lega, ia mengaku sangat cemas kalau Roo Bi akan menjadi perawan tua sepertinya.
“Apa pekerjaannya?” tanya
Gilja.
“Dia direktur di perusahaan
tempat aku bekerja.” Jawab Roo Bi.
Chorim pun kaget, apa?
Direktur? Apa dia sudah tua?
“Tidak, Bi. Dulu kami
sekampus. Dia anaknya pemilik perusahaan.”
Gilja dan Chorim tambah kaget.
Chorim bahkan mau pingsan mendengarnya. Chorim lalu memuji Roo Bi. Ia berkata,
Roo Bi sempurna dalam segala hal. Roo Bi cantik, langsing, berpendidikan,
memiliki pekerjaan yang bagus dan berkepribadian baik. Chorim bilang, pria itu
beruntung bisa mendapatkan Roo Bi.
Giliran Gilja yang bertanya,
ia penasaran sudah berapa lama Roo Bi mengenal pria itu.
“Aku mengenalnya sejak di
kuliah dulu. Tapi eomma, aku sudah menemui orang tuanya.”
“Kau menemui orang tuanya?
Jadi, dia ingin menikahimu? Apa mereka benar-benark kaya?” tanya Chorim.
“Jadi apa yang mereka
katakan?” tanya Gilja.
“Mereka ingin bertemu dengan
kalian.” Jawab Roo Bi.
Chorim pun makin heboh.
Bahkan, ia sampai mencium pipi Roo Bi berkali-kali serta mengaku bangga pada
Roo Bi. Chorim juga memberikan selamat pada Roo Bi.
“Kau beruntung, Jeong Roo Bi.”
Ucap Roo Na sambil menatap kaca riasnya dengan wajah kesal.
Roo Na lantas memutar duduknya
dan menghadap Roo Bi.
“Bagaimana caramu menggodanya?
Bagaimana caramu membuatnya cinta mati padamu? Apa rahasianya?” tanya Roo Na.
“Jangan seperti itu.” Jawab Roo
Bi.
“Aku hanya berusaha realistis.
Kenapa pria seperti itu mau menikahi putri seorang janda yang menjalankan
restoran ayam.” Ucap Roo Na.
Roo Bi tersinggung dan langsung keluar dari kamar. Begitu Roo Bi keluar, Roo Na langsung membaca buku harian Roo Bi dan ia tersenyum kesal.
Gyeong Min sedang meeting bersama Roo Bi dan tim nya. Selama meeting, Gyeong Min terus memperhatikan Roo Bi yang nampak serius mencatat sesuatu di buku.
Gyeong Min lalu menyentuh
pinggang Roo Bi dan... ia langsung terkejut karena tangannya menyentuh tangan
Jin Hee yang juga ada di pinggang Roo Bi.
Selesai meeting, mereka
langsung pergi berkencan. Gyeong Min dan Roo Bi nampak asyik makan permen
kapas.
Di hari lainnya, mereka pergi
ke arena berkuda.
Mereka juga menaiki kapal
pesiar.
Di restoran, Gilja dan Chorim
tampak sibuk menyiapkan makanan. Pasalnya, malam itu Roo Bi akan mengenalkan
Gyeong Min pada mereka. Gilja merasa tidak enak, ia bilang seharusnya mereka
mengadakannya di rumah saja.
Ternyata Soyeong juga ada di sana, ikut membantu menyiapkan makanan. Gilja heran karena Roo Na belum juga datang. Chorim pun menduga kalau Roo Na jealous pada Roo Bi. Soyeong pun membenarkan. Soyeong mengaku, dia juga iri pada Roo Bi karena bisa mendapatkan laki-laki se-perfect Gyeong Min.
Chorim pun senang karena pria
paling perfect sedunia akan menikah dengan keponakannya.
Tak lama kemudian, Roo Bi dan
Gyeong Min datang. Melihat Soyeong, Gyeong Min salah paham. Ia pikir, Soyeong
adalah adik Roo Bi. Soyeong pun langsung memperkenalkan dirinya sebagai
karyawan di restoran Gilja.
Roo Bi lalu menanyakan Roo Na.
Gilja pun berkata, sepertinya Roo Na akan datang terlambat.
Tak lama setelah makan malam
dimulai, Roo Na datang. Tapi ia hanya berdiri di luar saja dan menatap Roo Na
dengan tatapan iri. Lalu, Roo Na berbalik dan beranjak pergi dari restoran.
Sampai di rumah, mereka menemukan Roo Na sedang merendam kakinya di halaman. Chorim memarahi Roo Na yang tidak datang ke restoran. Roo Na pun beralasan, ia sedang sibuk. Tapi Chorim tetap saja memarahi Roo Na yang tidak datang menemui Gyeong Min. Kesal, Roo Na pun masuk ke dalam.
Gilja heran dengan sikap
kekanakan Roo Na. Sementara Roo Bi menghela nafasnya melihat sikap Roo Na.
Keesokan harinya, di lokasi shooting, Roo Na ditegur sutradaranya badannya yang mulai gemuk. Sutradara menyuruh Roo Na diet. Roo Na pun tambah kesal.
Setelah itu, kita melihat Roo Na yang berdiri menatap baju bayi yang dipajang di etalase toko dengan mata berkaca-kaca.
Lalu, Roo Na pergi memeriksakan kandungannya. Roo Na lantas mengaku bahwa ia tidak siap memiliki anak. Tapi dokternya lagi-lagi tidak mau membantunya aborsi dan menyuruhnya datang bersama ayah bayi itu.
Roo Na lantas menghubungi In
Soo yang saat itu tengah berkemas-kemas. Roo Na mengajak In Soo ketemuan.
Roo Na dan In Soo ketemuan di sebuah kafe. Roo Na mengajak In Soo ke rumah sakit. Roo Na tetap mau aborsi. Roo Na mengaku ia tidak punya pilihan lain. Roo Na meminta In Soo bertanggung jawab.
“Aku sudah melakukan bagianku.
Aku bersedia menikahimu, tapi kau menolak!” ucap In Soo.
“Kalau begitu, ayo menikah. Tapi
aku tidak mau punya anak. Bahkan meskipun kita menikah, aku ingin menunggu
sampai karirku sukses.” Jawab Roo Na.
“Apa kau bercanda? Bayi itu
berhak hidup! Tidakkah kau memiliki tanggung jawab pada bayi itu meski hanya
sedikit? Tidakkah kau sadar? Itu pembunuhan! Jika kau tetap mau aborsi, aku
tidak akan menikahimu.” Ucap In Soo.
In Soo lalu beranjak pergi.
0 Comments:
Post a Comment