Ruby Ring Ep 47 Part 1

Sebelumnya...


Episode ini diawali dengan Roo Na yang stress memikirkan ancaman Yeonho serta Roo Bi yang sudah mulai bekerja di JM.


Tak lama kemudian, Gyeong Min keluar dari kamar mandi dan langsung naik ke tempat tidur. Ia mengaku lelah dan ingin tidur.

Roo Na membuka laci dan menemukan syal Roo Bi disana. Ia langsung bertanya pada Gyeong Min, kenapa syal itu belum dikembalikan tapi Gyeong Min sudah keburu tidur.


Setelah itu, Roo Na terkejut menemukan laptop Roo Bi sudah kembali berada di atas meja.


Jihyeok menghela nafasnya berulang kali saat memikirkan hubungan ayahnya dan Chorim.


Tak lama kemudian, Dongpal pulang, membawakan Jihyeok makanan. Tapi Jihyeok langsung pura2 tidur. Dongpal pun merasa bersalah karena tak bisa jujur soal Chorim.

Daepung pulang. Dongpal langsung memberi Daepung isyarat agar tidak berisik. Daepung melepas kaus kakinya. Dongpal pun reflek menutup hidungnya.

"Kau pasti habis berpesta kan sehingga kakimu bau?" tuduh Dongpal.

"Aku tidak berpesta. Aku dibanjiri pekerjaan. Aku ini pengusaha yang sibuk. Tapi fakta bahwa kakiku bau, berarti Wang Daepung masih hidup." jawab Daepung.

"Aku lapar." ucap Daepung lagi, lalu melirik makanan yang dibawa Dongpal. Dongpal pun melarang

Daepung menyentuhnya karena itu makanan untuk Jihyeok.

"Jika kau sangat peduli padanya, kenapa kau tidak memberitahunya soal si Tiang Kacang? Kapan kau akan memberitahu si Tiang Kacang soal dia?" tanya Daepung.

"Segera." jawab Daepung.


Beralih ke Roo Bi yang sedang menggoreng sesuatu. Sementara Gilja tampak mengaduk-ngaduk sesuatu di dalam panci dengan tangannya. Gilja lalu berteriak memanggil Chorim. Ia menyuruh Chorim mencoba sesuatu yang dibuatnya karena Roo Bi bilang rasanya asin.

"Yummy, ini enak. Aku menyukainya." jawab Chorim.

Chorim lalu bertanya, bisakah mereka benar2 menutup restoran di akhir pekan.

"Kita akan menutupnya dan menikmati waktu kita." jawab Gilja.

"Kau benar. Kita belum pernah menutup restoran di akhir pekan sejak kita memulai restoran." ucap Chorim.

"Komo, kau bisa pergi dan bersantai. Biar aku yang mengatur meja." jawab Roo Bi.

"Roo Na-ya, aku belum pernah melihatmu di dapur, memasak dengan celemek seperti itu." ucap Chorim.

Roo Bi pun tersenyum. Chorim lalu beranjak pergi.


"Kapan kedua menantuku akan datang?" tanya Gilja.

"Eomma, aku dan In Soo belum menikah." jawab Roo Bi.

"Aku sudah menanggap dia sebagai menantuku." ucap Gilja.

Gilja lantas mengajak Roo Bi membicarakan soal pernikahan. Roo Bi langsung berkata, mereka akan membicaraknnya nanti, bukan sekarang.


Bel berbunyi. Dongpal lah yang pertama kali datang. Roo Bi menyapa Dongpal. Ia memanggil Dongpal 'Ahjussi'. Chorim pun memarahi Roo Bi dan menyuruh Roo Bi memanggil Dongpal dengan panggilan Komo-bu.

Gilja pun terus menatap ke arah pintu. Sesekali ia melirik Dongpal dengan tatapan kesal, seolah tidak mengharapkan kehadiran Dongpal.


Tak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu Gilja pun datang.

Gyeong Min mengaku, sengaja mengosongkan perutnya demi masakan Gilja. Gilja pun senang dan menyuruh mereka semua duduk. Roo Na diam saja, ia seperti terpaksa datang ke rumah ibunya.


Setelah semua berkumpul, Roo Bi langsung ke dapur membantu sang ibu. In Soo menyusul Roo Bi dan membantu Roo Bi memindahkan makanan dari dapur ke atas meja.


Saat makan siang, Chorim mengambilkan lauk untuk Dongpal. Gilja lagi-lagi menatap Dongpal dengan kesal.


Tapi ia kembali tersenyum ketika In Soo memuji masakannya. Soyoung memberitahu In Soo, kalau Roo Bi lah yang memasak makanan itu. In Soo pun memuji Roo Bi. Mereka semua tertawa.

Gilja yang merasa makanannya kurang banyak, meminta maaf pada Gyeong Min. Gyeong Min pun berkata, bahwa makanannya sudah lebih dari cukup.


In Soo menatap Roo Bi. Ia memuji masakan Roo Bi, bahkan menyuapi Roo Bi juga. Roo Na yang melihat itu pun kesal.


Gyeong Min menatap Roo Na.

"Kau tidak berselera?" tanya Gyeong Min.

"Aku hanya merasa butuh sedikit istirahat." jawab Roo Na, lalu masuk ke kamar.


"Ada apa dengannya? Dia nyaris tidak menyentuh makanannya." ucap Gilja.

"Dia sedikit mabuk saat perjalanan menuju kemari." jawab Gyeong Min.

"Mabuk? Apa mungkin dia hamil?" tanya Chorim.

Mendengar itu, Roo Bi terkejut.

"Aniya, Komo. Aniya." jawab Gyeong Min.


Roo Na mulai berbaring. Roo Bi menyusul Roo Na ke kamar dan mengunci pintu kamar.

"Kau tidak makan?" tanya Roo Bi.

"Aku tidak ingin melihatmu, jadi keluarlah." jawab Roo Na.

"Ini tidak seperti dirimu." ucap Roo Bi.

Roo Na pun bangun dan menatap kesal Roo Bi.

"Jadi menurutmu, aku harus seperti apa? Katakan." pinta Roo Na.

"Kau melunasi hutang adikmu, melunasi tagihan kartu kreditnya, dan membebaskannya dari penjara saat dia mabuk. Kau bekerja dan mendapat beasiswa untuk membayar kuliahku. Saat adikmu dihukum, kau memohon pada ibu agar berhenti menghukum adikmu. Seperti itulah dirimu." jawab Roo Bi.


"No... Roo Na no hugsi/Roo Na, apa mungkin...?" tanya Roo Na. Dia curiga, ingatan Roo Bi sudah kembali.

"Apa ini karena aku tidak meminta maaf? Kau tahu sendiri kan, aku tidak tahu caranya meminta maaf. Aku menyukai barang bermerek, suka menggoda para pria dan selalu membuat masalah. Dan kau masih mengharapkan permintaan maaf? Tidakkah kau pikir, itu terlalu berlebihan?" jawab Roo Bi.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau terus menghalangi jalanku?" tanya Roo Na.

"Apa aku butuh alasan? Seperti inilah Jeong Roo Na." jawab Roo Bi.

"Apa ingatanmu sudah kembali?" tanya Roo Na.

"Bahkan meskipun ingatanku kembali, apakah hidupku akan berubah? Aku pikir, akan lebih baik jika ingatanku tidak kembali. " jawab Roo Bi.

Roo Na tambah curiga.


"No... no..." Roo Na lalu memegang tangan Roo Bi, "Marebwa, apa ingatanmu sudah kembali?" tanyanya.

Roo Bi pun menepis tangan Roo Na.

"Kenapa kau sangat terobsesi pada ingatanku?" tanya Roo Bi.

"Terobsesi? Aku hanya mengkhawatirkan adikku." jawab Roo Na.

"Ani, ada sesuatu yang lain." ucap Roo Bi, membuat Roo Na tambah cemas.


Di luar, In Soo cemas karena Roo Bi dan Roo Na tak kunjung keluar dari kamar. Chorim pun mengira Roo Bi sedang menghibur Roo Na. Gilja meminta maaf atas insiden yang sudah diperbuat Roo Na. Gyeong Min pun berkata, masalahnya sudah selesai jadi Gilja tidak perlu khawatir. Soyoung lalu menyindir Dongpal. Ia merasa Dong Pal lah yang melewatkan sarapan pagi, bukan Gyeong Min. Chorim kesal dan menyuruh Dongpal makan yang banyak. In Soo tertawa.


Ketegangan antara Roo Bi dan Roo Na masih terus berlanjut. Roo Bi mengaku, bahwa ia merasa Roo Na seperti tidak ingin ingatannya kembali.

"Itu membuatku bertanya-tanya, mungkinkah kau sudah melakukan hal yang buruk padaku?" ucap Roo Bi.

"Naneun eonni-ya. Beraninya kau menuduhku seperti itu!" marah Roo Na.

"Tapi bukankah kau yang mengemudi hari itu? Kau membuat kita mengalami kecelakaan dan mengambil hidupku. Aku kehilangan satu tahun hidupku. Tidakkah kau merasa bersalah padaku?" jawab Roo Bi.

"Jadi begitu? Ini bukan karena ingatannya sudah kembali." batin Roo Na.

"Roo Na-ya." Roo Na ingin mengatakan sesuatu, tapi Roo Bi mencengkram tangannya.

"Aku membencimu! Aku ingin memaafkanmu. Aku berusaha menerima segalanya, tapi aku tidak bisa!" ucap Roo Bi.

Roo Na terkejut dan langsung menghempaskan tangan Roo Bi.


Tak lama kemudian, terdengar suara Gilja yang menyuruh mereka membuka pintu.

Roo Bi pun berjalan ke pintu, tapi sebelum berjalan ke pintu, ia meminta Roo Na berhenti mengatakan bahwa ia sudah menghancurkan karir Roo Na.

Begitu pintu dibuka, Gilja, In Soo dan Gyeong Min langsung masuk ke dalam.

Roo Bi pun pergi. In Soo bergegas menyusul Roo Bi.


"Ada apa, Roo Bi-ya? Apa yang dikatakan Roo Na padamu?" tanya Gilja pada Roo Na.

"Rubah kecil itu..." umpat Roo Na, lalu berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Kudengar kau mabuk saat menuju kemari. Jadi berbaringlah." ucap Gilja.

"Jusungeyo, eommoni." jawab Gyeong Min.

"Akulah yang seharusnya meminta maaf karena mengundangmu untuk melihat kekacauan ini." ucap Gilja.

Gilja lalu beranjak pergi. Setelah Gilja pergi, Gyeong Min menyuruh Roo Na bangun.


"Na eotteokhe? Roo Na bilang, dia membenciku. Dia tidak bisa memaafkanku karena aku sudah menghancurkan hidupnya." ucap Roo Na.

"Kau seharusnya tidak menyalahkannya atas insiden kemarin." jawab Gyeong Min.

"Gyeong Min-ssi, kenapa kau selalu membela dia!"

"Geumanhae. Demi ibumu. Itulah yang terbaik." ucap Gyeong Min.

Roo Na pun kian kesal.


In Soo menyusul Roo Bi ke taman. Tak lupa, ia membawakan Roo Bi kopi dingin.

"Mianhae karena aku sudah menghancurkan pertemuan keluarga." ucap Roo Bi.

"Aku baik-baik saja." jawab In Soo.

"Aku pikir aku baik-baik saja tapi ternyata tidak. Aku tidak berpikir, aku bisa melakukannya. Aku

membenci Roo Bi. Dia menghancurkan hidupku dan hidup bahagia dengan Gyeong Min. Itu

membuatku iri. Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini tapi aku tidak bisa menahan diri." ucap Roo Bi.

In Soo pun memeluk Roo Bi.

Bersambung ke part 2.....

0 Comments:

Post a Comment