Live Up To Your Name Ep 13 Part 1

Sebelumnya...


Im kecil ditanya gurunya alasannya ingin menjadi tabib. Im mengaku, ingin menyembuhkan orang-orang seperti ibunya.

Im pun diajari cara mengasah jarum.

"Kau harus membawa air baru dari gunung saat pagi untuk mengasah jarum.  Atur posisi tegap.  Sangat penting untuk mengasah jarum seperti itu. " ucap guru Im.

Im kecil terus belajar mengasah jarum.

"Latih pikiranmu saat mengasah jarum ! Seni pengobatan adalah menangani nyawa orang.  Artinya tabib harus menjadi satu dengan jarumnya.  Jarum akan tahu jika sang tabib memiliki tujuan yang buruk.  Jarum dan tabibnya harus selalu bertindak berdasarkan hati." ucap guru Im.


Dan sekarang, Im tengah mengasah jarumnya. Selesai mengasah jarum, ia teringat kata-kata gurunya bahwa jarum dan tabib harus selalu bertindak bersadarkan hati nurani.

"Kau senang pulang ke rumah ? Kau sudah lelah pergi kesana dan kemari.  Sekarang mari kita tetapkan fondasi kita di sini. " ucap Im pada jarumnya.


Lantas, Im teringat percakapannya dengan Kakek Choi tadi malam saat ia baru saja pulang ke Haeminseo.

"Kenapa kau kembali ?" tanya Kakek Choi.

"Aku datang ke tempat yang seharusnya. " jawab Im.

"Kau harus berada di mana ? Di sini tempatnya?" tanya kakek.

"Ya, di sini. " jawab Im.

"Kata siapa ?" tanya kakek.

"Waktu itu bukankah anda berkata aku harus bersikap layaknya tabib di manapun aku berada ?" jawab Im.

"Lalu bagaimana kau akan bersikap layaknya tabib ?" tanya kakek.

"Siapapun dan di manapun pasien berada, di istana atau di gubuk, mereka lapar atau tidak.  Saat merasa bahagia dalam menyembuhkan dan menyelamatkan pasien, itulah tabib sesungguhnya.  Anda menyuruhku mengatasi tugas ini sendirian. Izinkan aku melakukannya di sini. Berikan restumu, tetua." jawab Im.

Kakek Choi pun mengangguk.

Flashback end...


Im lalu melihat wadah jarumnya.

"Kenapa kau datang padaku? Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya.


Yeon Kyung bersiap pergi. Ia keluar rumah sambil memberitahu pihak rumah melalui telepon kalau ia akan segera datang.

Selesai menelpon, ia melihat Im yang sedang menyiram tanaman. Kata-kata Jae Ha langsung terngiang di telinganya.

"Orang itu, suatu hari akan kembali.  Tidak, dia harus kembali. " ucap Jae Ha.


Lalu ia ingat saat membaca biografi Im di internet.

(Heo Im)
Ilmuwan medis, menjadi tabib untuk menyembuhkan pasiennya.
Tabib kerajaan yang menemukan berbagai metode penyembuhan.


Im melihat Yeon Kyung. Ia langsung mencampakkan gembornya dan menghampiri Yeon Kyung.

"Nona, mau berangkat kerja ? Kenapa pagi sekali  Harusnya sarapan dulu, tidak perlu buru-buru. " ucap Im.

"Pasien sudah menunggu, aku harus pergi. " jawab Yeon Kyung.

"Pasien menunggumu. Kalau pasien menunggu, tentu kau harus pergi. Aku tahu akan begini, jadi aku siapkan sesuatu. Tunggu sebentar. " ucap Im, lalu berlari ke dalam.


Kakek Choi membuka rice cooker dan terkejut melihat nasinya habis.


Ternyata, Im lah yang membuat nasi itu habis. Ia membuat nasi kepal dan memberikannya pada Yeon Kyung.

"Aku membuatnya dengan seluruh kemampuanku. Sepertinya kau tidak pernah sarapan. Jika perutmu kosong, tidak baik untuk organ dalam tubuhmu. Aku tidak bisa membuatkan tiap pagi, tapi aku akan buat sesering mungkin. " ucap Im.

"Setiap pagi?" tanya Yeon Kyung.

"Aku tidak bisa janji membuatnya setiap pagi. " jawab Im.

"Seminggu sekali ?" pinta Yeon Kyung sambil melihat wajah Im dari jarak dekat.

"4 hari sekali." jawab Im.

"4 Hari sekali ?" tanya Yeon Kyung.

"Yah, itu bukan masalah. Untuk nona Yeon Kyung aku akan buatkan bola nasi tiap pagi.  Tiap pagi.  Setiap pagi ... akan kubuatkan. Bukan masalah. " jawab Im gugup.


Im mengantarkan Yeon Kyung ke depan.

"Kau tidak lupa apapun ? Aku sudah berusaha sejak pagi melakukannya. " ucap Im.

"Aku melupakan apa?" tanya Yeon Kyung.

CUUUP.. Im mengecup bibir Yeon Kyung.

"Orang di sini menyebutnya kecupan pagi." ucap Im.

"Kecupan pagi tidak seperti itu." jawab Yeon Kyung.

"Lalu bagaimana?" tanya Im.


"Kau harus membuatku ingin segera pulang. Dan membuatku memikirkanmu seharian." jawab Yeon Kyung seraya menarik tubuh Im ke dekatnya.

Im pun merangkul Yeon Kyung dan ingin mencium Yeon Kyung lagi. Tapi Yeon Kyung langsung mendorongnya lantaran mendengar suara Byung Ki dan Jae Sook.


Byung Ki dan Jae Sook pun menatap heran keduanya. Jae Sook bertanya, kenapa keduanya terlihat kaget.

"Itu hanya ucapan selamat pagi." ucap Im.

"Ini pagi yang baik, jadi gunakan Bahasa Korea." jawab Byung Ki,

"Nona, kau bilang pasienmu menunggu, kan? Cepatlah." ucap Im.

"Pasien sudah menunggu. Aku harus pergi. " jawab Yeon Kyung.


Im mengantarkan Yeon Kyung ke mobil. Sebelum melajukan mobilnya, Yeon Kyung melambaikan tangannya terlebih dulu ke Im. Im juga membalas lambaian tangan Yeon Kyung.

Setelah Yeon Kyung benar-benar pergi, Im pun berbalik dan terkejut melihat Jae Sook juga Byung Ki yang berdiri di belakangnya sambil menatapnya curiga.

"Aku tidak melakukan apapun. " ucap Im, lalu buru-buru masuk.


Im mengambil gembor yang tadi ia campakkan ke tanah dan meletakkannya di bangku taman.

Lalu, ia mengomentari cuaca yang menurutnya sangat cerah.


Jae Sook dan Byung Ki masuk dan terus menatap curiga Im.

"Kami berpikir semalaman. " ucap Jae Sook.

"Benarkah semalaman? Itu tidak bagus untuk kesehatanmu." jawab Byung Ki. Jae Sook pun sontak memukul perut Byung Ki.

"Caramu pergi waktu itu sangat dingin. Tapi kau kembali ?" ucap Jae Sook.

"Aku bukannya pergi untuk selamanya.  Cuma sebentar saja.  Setelah kembali dan melihat klinik, halamannya kotor sekali. " jawab Im.


Im panic karena Jae Sook mencoba kursi pijat yang dibelinya dari gajinya untuk Yeon Kyung.

Byung Ki melihat remote-nya.

"Apa ini ? Mengusir rasa mabuk ? Jadi semalam dia minum ?" kaget Byung Ki.

"Cheol Soo-ssi, ayo minum lagi." ucap Jae Sook.

"Selama ini kau ngapain saja ? Hatinya tidak kau sembuhkan, begitu juga dengan hubunganmu? Dasar bodoh. " ucap Im.

"Kami sudah lebih dekat. Kau tidak tahu apa-apa. " jawab Byung Ki.

"Tapi siapa itu Cheol Soo?" tanya Im.

Sontak, Byung Ki pun langsung menanyakan siapa Cheol Soo pada Jae Sook.

Im berjalan-jalan melihat sekeliling rumah. Lalu ia melihat ke arah Byung Ki dan Jae Sook.

"Itu sebabnya aku suka disini." ucap Im.


Pasien yang dioperasi Yeon Kyung belum juga siuman. Yeon Kyung menjelaskan, tidak terjadi masalah saat dioperasi dan kondisi vital pasien semuanya bagus.

"Dia tidak mengalami kejang atau gangguan lain ?" tanya Prof. Hwang.

"Ya, tidak terjadi kejang dan tes darahnya normal. " jawab Yeon Kyung.

Prof. Hwang menghela nafas dan menyuruh Yeon Kyung mengawasi pasien sampai 3 hari ke depan.


Tapi di luar, Prof. Hwang memarahi Yeon Kyung karena sudah mengoperasi pasien itu.

"Karena operasinya berjalan lancar kau pasti kegirangan Yaa, sekarang kau sadar saat kubilang sulit baginya untuk pulih  Kau berlagak jadi satu-satunya dokter yang percaya diri, tapi lihat sekarang ini  Aku jadi malu karenamu."

Prof. Hwang lalu pergi.


Man Soo memuji Yeon Kyung. Ia bilang, operasi Yeon Kyung bagus.

"Setelah pasien siuman, baru bisa dibilang operasinya baik. " jawab Yeon Kyung.

"Meskipun begitu, aku tetap mengakuimu. " ucap Man Soo.

Sontak, keempat rekannya langsung menatapinya.

"Kenapa menatapku begitu dengan mata bulatmu? Tidak perlu pelukan." ucap Man Soo malu, lalu pergi.

Yeon Kyung pun tertawa geli melihat tingkah Man Soo.

Direktur Ma yang baru saja tiba di RS, diberitahu sopirnya kalau Im kembali ke Haeminseo.


Lalu ia melihat Direktur Shin sedang mengantarkan Kepala Ekonomi (tuh kaan, lupa lagi namanya. Jarang muncul sih) ke mobil.

Kepala Ekonomi sempat melihat Direktur Ma. Direktur Ma langsung bersikap ramah tapi Kepala Ekonomi malah mendengus kesal melihatnya dan beranjak pergi.


Setelah itu, Direktur Shin menemui Direktur Ma.

"Kenapa beliau di sini ?" tanya Direktur Ma.

"Sepertinya aku beruntung sebelum penunjukan ketua dilakukan. Tadi malam rasanya masih seperti mimpi. " jawab Direktur Shin.

Direktur Ma kesal mendengarnya.

"Tapi apa yang kau lakukan di rumah Presdir Min?" tanya Direktur Shin.

Direktur Ma tak bisa menjawab. Ia hanya menghela nafas kesal.

"Dia menyuruhku membuat taman bertema pengobatan oriental. Ia ingin aku mengunjungi rumahnya. Tapi, aku tak tahu apakah aku punya waktu. " ucap Direktur Shin.

Direktur Shin lantas pamit. Ia pergi sambil tertawa. Direktur Ma makin kesal.


Di Haeminseo, teman-temannya nenek bunga menerobos masuk saat Byung Ki dan Jae Sook sedang mempersiapkan obat-obatan.

Lalu, Im keluar dari rumah dan memperkenalkan dirinya sebagai dokter. Ia juga meyakinkan para nenek tidak akan menyesal datang berobat ke klinik mereka.

Kakek Choi datang. Im tertawa.

"Kau mau menjual sesuatu lagi?" tanya kakek.

"Tidak." jawab Im.

"Minggir!" seru kakek.

Teriakan nenek bunga terdengar, "Bong Tak-ah!"


Sontak, Im langsung berlari ke arah neneknya tapi... ia terjatuh tepat di depan nenek bunga. Para nenek langsung tertawa.

"Ibu sudah merasa lebih baik?" tanya Im.

"Aigoo tentu saja. Lebih sehat.  Aku sudah sembuh. " jawab nenek bunga.

Im lantas hendak berdiri, tapi gak bisa karena kakinya sakit gara-gara jatuh tadi.

Nenek langsung memukul pelan wajah Im. Im tertawa.


Yeon Kyung mengajak pasiennya yang koma bicara.

"Belum lama ini, aku bertemu anak yang terluka. Tapi ...  aku tidak bisa melakukan apapun padanya. Di saat aku tak punya apapun di tanganku, aku bukan lagi seorang dokter.  Tapi sesudah itu, hanya dengan sebuah pisau bedah, aku menyelamatkan anak yang tertembak. Kalau kupikirkan, rasanya seperti keajaiban. Tapi dia berkata, itu bukanlah keajaiban. " ucap Yeon Kyung.

Yeon Kyung lantas mengingat yang dikatakan Im.

"Seperti katamu, keteguhan sang kakak untuk melindungi adiknya lah, yang sudah menyelamatkan dirinya. Yang terpenting selain kemampuan tabib adalah semangat pasien untuk tetap hidup." ucap Im.

"Untuk menguatkan semangat pasien untuk tetap hidup dan penyembuhan, aku harus menengok hati pasien. Pengobatan sudah sangat maju. Tapi ... aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi ... aku akan percaya padamu. Seperti dirinya. Aku yakin pada semangat pasien ... dan cintamu pada keluarga. " ucap Yeon Kyung.

Bong Sik lagi main-main halaman.


Im memeriksa nadi teman si nenek bunga. Teman si nenek bunga bercerita, kalau waktu masih muda, ia pandai sekali bermain janggu.

"Saat aku memanggul janggu di bahu dan memainkannya,  semua pria muda di desa menatapku sambing menganga.  Aigoo, tapi biarpun dulu aku hebat bermain janggu, sekarang sudah tidak bisa lagi.  Bahuku sakit. " ucap nenek.

Im pun langsung mengambil wadah jarumnya. Ia mau memberi nenek akupuntur, tapi si nenek malah mengeluh sakit di semua tubuhnya.

"Dimana aku harus memberinya akupuntur?  Waktu kuperiksa nadi nya,  tampaknya baik-baik saja. " protes Im.


"Biar kulihat." jawab kakek.

"Makanya, dikatakan kalau tubuh kita adalah satu kesatuan.  Dalam hidup kau sakit di sana-sini.  Semua insiden itu tetap tertinggal di tubuhmu sehingga menumpuk, benar? Beberapa orang menganggap tanda di tubuh mereka sebagai penghargaan.  Orang lain menilainya sebagai penderitaan. Tapi kita bisa apa. Kita cukup meredakan rasa sakit itu dan melanjutkan hidup. " ucap kakek, lalu memberi nenek akupuntur.


Tapi saat hendak menusukkan jarumnya, tangan kakek bergetar lagi. Melihat itu, Im langsung memegang tangan kakek.

"Tetua, hari ini aku menunduk padamu sebagai dokter oriental. Bisakah beri aku kesempatan ?" pinta Im.

Kakek Choi mengangguk.


Lantas, Im memberikan nenek akupuntur. Hasilnya, nenek merasa enakan setelah menerima akupuntur Im.


Setelah itu, Im mengangatkan nenek bunga dan temannya keluar.


Setelah nenek pergi, Kakek Choi menghampiri Im.

"Kau pikir disini hanya tempat merawat orang sakit? Bagi orang-orang tua itu,  ini bukan cuma tempat mereka mendapatkan

akupuntur. Tempat bisa berbagi rasa ... bagi mereka tempat ini seperti itu. " ucap kakek.

"Tetua, sepertinya anda juga harus diobati. Kondisi jantungmu tidak baik. Aku bisa memeriksa nadimu dengan benar." jawab Im.

Kakek Choi pun menyangkal kalau dirinya sakit. Ia juga mengancam akan mengusir Im jika Im mengatakan ini pada Yeon Kyung.


Tak lama setelah kakek masuk, Direktur Ma datang.

"Kenapa kau berbuat begitu di rumah Ketua Min ?" tanya Direktur Ma.

"Jika tidak kulakukan, anda tidak akan melepaskan aku. " jawab Im.

"Kau sudah lupa yang kulakukan untukmu ?" tanya Direktur Ma.

"Mana mungkin begitu. Anda mengingatkan aku akan jalur yang harusnya kulalui. Tidak akan kulupakan seumur hidup. " jawab Im.

"Jadi ... klinik tua ini ... adalah jalur yang harus kau lalui ?" tanya Direktur Ma.

"Aku bisa menghasilkan uang dengan menjual tehnik medis, tapi itu tidak bisa membuatku cukup bahagia. " jawab Im.

"Lalu izinmu ? Jika aku melaporkanmu ke polisi, kau tidak akan bisa lolos. " ancam Direktur Ma.

"Yang membuatkan itu untukku adalah Dirut, maka anda juga tak bisa lolos. " jawab Im.

Wajah Direktur Ma langsung berubah mendengar jawaban Im. Im lalu beranjak pergi. Tapi Direktur Ma mengancamnya. Direktur Ma menegaskan, kalau kekuasaan dan uang bisa menindas seseorang dengan mudah.


Jae sedang menatap buku pengobatan Im. Lalu, ia teringat cara Im mengobati pasien dan juga ingat laporan anak buahnya tentang Im yang sudah mengundurkan diri dari RS nya.


Prof. Lee memarahi Yeon Kyung di depan Min Jae karena pasien yang dioperasi Yeon Kyung masih belum sadar. Tapi tak lama kemudian, Min Jae ditelepon UGD kalau pasien itu sudah sadar.

Sontak, Prof Lee terkejut. Dan Yeon Kyung juga Min Jae langsung berlari menemui pasien.


Suster Jung juga ada di sana. Yeon Kyung langsung memeriksa pasien. Ia menangis haru melihat pasiennya sudah benar-benar sadar.


Istri pasien lantas memeluk Yeon Kyung dan mengucapkan terima kasih. Yeon Kyung balas memeluknya dan berkata bahwa pasien sembuh bukan karena dirinya tapi karena cinta pada keluarganya.

"Dia mungkin membutuhkan beberapa operasi lagi jadi persiapkan dirimu." ucap Yeon Kyung.

"Sonsaengnim, gomapseumnida. Jeongmal gomapseumnida, Sonsaengnim." jawab istri pasien.


Di lorong, Yeon Kyung menari. Ia senang pasiennya sadar. Tapi tak lama, ia merasakan lehernya sakit. Tepat saat itu, Suster Jung muncul dan terus menatapnya.


Yeon Kyung ingin memberitahu kabar baik itu pada Im, tapi ia baru ingat Im tak punya ponsel.

"Kenapa? Tak bisa menghubungi kekasihmu? Kau mengejutkanku belakangan ini. Apa itu karena kekuatan cinta?" ucap Suster Jung.

Suster Jung lantas menyuruh Yeon Kyung ikut dengannya.


Suster Jung menyuruh Yeon Kyung mengambil cuti. Tapi Yeon Kyung menolak dengan alasan harus memantau kondisi pasiennya.

Tepat saat itu, Man Soo datang dan berkata, kalau dokter pasien itu sekarang dirinya. Yeon Kyung pun tersenyum dan mengisi formulir izin sakitnya.


Di depan RS, ia bertemu Jae Ha.

"Kau mau pergi?" tanya Jae Ha.

"Aku mengambil cuti beberapa hari." jawab Yeon Kyung.

"Kau tidak akan melakukannya hanya karena sakit sedikit. Kau akan menemui orang itu?" tanya Jae Ha.

Yeon Kyung mengangguk.

"Kau tidak akan menyesalinya?" tanya Jae Ha.

"Aku mungkin akan menyesalinya tapi tetap saja dia tinggal bersamaku. Aku ingin mengikuti kata hatiku." jawab Yeon Kyung yang sontak membuat Jae Ha tambah kecewa.


Sampai di rumah, Yeon Kyung tak bisa menemukan Im dimana pun. Sontak ia panic dan langsung mencari Im ke seluruh sudut rumah.


Tak lama kemudian, Yeon Kyung menemukan Im sedang bermain dengan Bok Man.

Im yang melihat Yeon Kyung, langsung berlari ke arah Yeon Kyung. Tapi ia tersandung. Tak mau kehilangan Im, Yeon Kyung pun menangkap tubuh Im agar Im tidak jatuh ke tanah.

"Nona, tak apa ? Kau tak apa ? Kenapa menjatuhkan dirimu? Lukamu belum sembuh." ucap Im.

"Kau gila ? Kenapa lari secepat itu  Bagaimana kalau kepalamu terhantuk sesuatu ? Hati-hati. Harus hati-hati dan lebih hati-hati lagi! Hati-hati saat berjalan di jalan. Hati-hati kalau di dalam mobil. Di sini ada banyak sekali bahaya. Jadi kalau jalan kau harus berhati-hati. Mengerti ?" omel Yeon Kyung.


Im pun memeluk Yeon Kyung agar Yeon Kyung tenang.

"Kau lupa ? Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi. Mulai sekarang, aku akan berhati-hati.  Dan lebih berhati-hati. Meskipun aku berpindah tempat lagi,  aku akan segera kembali.  Jadi jangan khawatir. " ucap Im.

Yeon Kyung memeluk Im dengan erat.

Bersambung ke part 2....

1 Comments:

  1. Unknown said...:

    Ohh im sama yeon kyung so sweet....
    Makaaih kakak sinopsisnya...

Post a Comment