Im dan Doo Chil dijebloskan ke sebuah tempat yang lebih mirip dengan gudang ketimbang penjara. Doo Chil marah karena Im menyelamatkannya dari hukuman mati. Doo Chil bilang seharusnya Im membiarkan dirinya mati. Im diam saja, ia sudah tak sanggup bicara lagi.
Makgae memukul seorang penjaga, tapi pukulannya tidak berefek pada si penjaga karena kelewat pelan.
Si penjaga marah dan berusaha membalas Makgae. Tepat saat itu, Yeon Kyung datang. Ia menendang 'anu' si penjaga dan memukuli kepalanya dengan keras, hingga si penjaga tak sadarkan diri.
Pengawal Heo Jun yang masih mengikuti mereka sejak tadi pun kaget melihat apa yang dilakukan Yeon Kyung.
"Anak ini, harusnya kau pukul dia kuat-kuat." ucap Yeon Kyung.
"Aku tidak pernah memukul orang sebelumnya." jawab Makgae.
Yeon Kyung lalu menggeledah tubuh si penjaga, mencari kunci gudang tempat Im dan Doo Chil dikurung. Setelah mendapatkan kuncinya, ia bergegas membebaskan Im dan Doo Chil. Yeon Kyung tertegun melihat Im yang tidak berdaya.
Doo Chil menguburkan jasad kakaknya. Sementara Im, Yeon Kyung dan Makgae menunggu di belakang.
"Hyung, sudah ketemu ibu ? Tolong beritahu ibu, anak tak berguna ini tidak bisa memenuhi janjinya. Lalu di dunia sana, jangan biarkan orang lain memperlakukanmu sebagai orang bodoh. Jangan terlalu mudah tertawa. Hiduplah dengan baik bersama ibu. Tidak lama lagi aku akan menyusulmu. Maaf karena tidak bisa melindungimu." ucap Doo Chil sedih.
Im menatap lirih Doo Chil yang menangisi Ddak Sae. Ia teringat pada Makgae yang menangisi sang ibu.
Yeon Kyung menatap lirih Im.
Im teringat kata-kata Heo Jun, bahwa konsep bengkoknya pada dunia membawanya ke jalur salah selaku tabib. Lalu, ia bertanya-tanya dalam hatinya, apa benar konsepnya yang bengkok atau justru dunia yang ditinggalinya lah yang salah.
Habis menguburkan jasad kakaknya, Doo Chil mengajak mereka semua ke Utara karena pasukan Jepang akan segera datang. Tapi Im malah berkata, harus pergi ke tempat lain dan meminta Makgae menjaga diri. Makgae tak mau, ia ingin ikut dengan Im.
"Selama ini kau sudah berusaha keras bekerja di sini. Kemanapun kau pergi, jangan lupa untuk belajar pengobatan." ucap Im.
Lalu, Im menyuruh Doo Chil membunuhnya. Sontak, Makgae dan Doo Chil kaget. Im menggenggam tangan Yeon Kyung dan berkeras meminta Doo Chil membunuhnya.
Sekarang.... mereka sudah kembali di Seoul. Mereka berdiri di tengah kerumunan orang. Im meminta Yeon Kyung menjaga menjaga diri. Ia berjanji, kalau Yeon Kyung tidak akan mengalami hal aneh lagi karena dirinya. Setelah mengatakan itu, Im beranjak pergi meninggalkan Yeon Kyung.
Jae Ha duduk di mobilnya dan sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Ia berada di depan rumah Kakek Choi. Ia terkejut mendengar laporan, kalau ponsel Im dan apartemen yang ditinggali Im terdaftar atas nama kakeknya. Orang itu juga melaporkan, kalau ponsel Yeon Kyung sudah terdeteksi.
"Dimana?" tanya Jae Ha, lalu tak sengaja melihat Yeon Kyung di kaca spionnya.
Jae Ha langsung turun dan menghampiri Yeon Kyung. Ia terkejut melihat penampilan Yeon Kyung yang awut-awutan. Ia kemudian bertanya, apa yang terjadi tapi Yeon Kyung jatuh pingsan sebelum menjawab pertanyaannya.
Di dalam rumah, eonni Yeon Kyung ngomel-ngomel di telepon karena polisi tidak bisa menemukan Yeon Kyung yang hilang. Byung Ki pun menyuruh dia tenang.
"Mana bisa aku tenang ! Kau sebut dirimu polisi ?! Cepat temukan dia!" teriak eonni Yeon Kyung yang sontak membuat Byung Ki kaget.
Tak lama kemudian, Jae Ha membawa Yeon Kyung masuk. Ia memapah Yeon Kyung. Melihat itu, Byung Ki pun langsung teriak memanggil Kakek Choi. Kakek Choi seketika keluar dan terkejut melihat cucunya yang tampak lemah.
"Aku cuma perlu istirahat." ucap Yeon Kyung.
"Kau tahu kami seharian mencarimu ? Sebenarnya kau ada di mana ?" tanya eonni nya (Sy lupa lagi namanya, efek banyak sinopsis yang sy kerjakan. Mian, kalau kalian merasa tidak nyaman).
"Aku cuma ke sana sini." jawab Yeon Kyung.
"Sana sini dimana?" tanya eonni.
"Sudah lah." ucap Kakek Choi pada si eonni, menyuruhnya diam.
Lalu, Kakek Choi menyuruh Yeon Kyung istirahat. Jae Ha mengangguk dan memapah Yeon Kyung ke kamar.
Setelah Yeon Kyung masuk ke kamar, Kakek Choi terduduk lemas. Byung Ki langsung memegangi kakek. Tapi kakek bilang, dirinya baik-baik saja dan menyuruh Byung Ki membuatkan teh betony untuk Yeon Kyung. Byung Ki mengangguk dan langsung pergi.
Kakek Choi menarik napas lega karena Yeon Kyung sudah kembali.
Jae Ha memeriksa nadi Yeon Kyung.
"Nadimu lemah, noona. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jae Ha.
Enggan menjelaskan, Yeon Kyung pun menyuruh Jae Ha pergi dengan alasan dirinya mau istirahat.
"Tak masalah selama kau sudah kembali. Jangan pikirkan apapun, istirahatlah. " ucap Jae Ha.
Jae Ha masuk ke mobilnya dan teringat saat melihat rekaman CCTV yang memperlihatkan Yeon Kyung tiba-tiba menghilang bersama Im.
Lalu, ia ingat kata-kata polisi tentang Im yang tidak memiliki kartu identitas serta tidak memiliki ponsel dan sidik jari. Polisi juga memberitahu Jae Ha soal Yeon Kyung yang membebaskan Im dari kantor polisi tempo hari.
Di kamarnya, Yeon Kyung ingat saat Im memohon ampun pada menteri pertahanan.
Lalu, ia teringat kata-kata Heo Jun tentang Im yang sudah sering terluka dan tidak ada yang bisa menyembuhkan lukanya.
"Meskipun berat, aku harap kau dapat menjadi teman orang itu." ucap Heo Jun.
Sementara itu, Im yang masih berkeliaran di jalanan tak sengaja bertemu gerombolan pengemis yang waktu itu. Pengemis yang wajahnya mirip paman Tabib Yoo, meminta Im mengobati temannya yang sakit. Namun Im yang masih terpukul dengan kejadian Ddak Sae, tidak mau mengobati pengemis yang sakit dan berlari kencang.
Im terus berlari, hingga ia kelelahan dan terduduk lemas di jalanan. Lalu, ia menatap noda darah di hanboknya, dan segera melepaskan hanboknya.
Sekarang, Im menyusuri tepi jembatan sambil mengingat masa kecilnya yang pahit saat ia dipukuli tuannya karena mencuri benzoar sapi.
Im berhenti di tepi jembatan dan mengingat hinaan Tabib Yoo serta menteri pertahanan.
Terakhir, ia ingat kata-kata Heo Jun.
"Lalu, bagaimana dunia tanpa kelas sosial ? Apa berbeda dengan di sini ? Kau kira di sana kau bisa mendapatkan yang tak kau dapat di sini ?"
Teringat semua itu, ia pun bertekad untuk memperoleh apa yang tidak bisa dia diperoleh di Joseon.
"Aku tidak akan di hina dan dipermalukan lagi seumur hidupku." ucapnya, lalu membuang wadah jarumnya ke laut.
Setelah itu, Im kembali ke apartemennya. Direktur Ma pura-pura heran melihat baju Im. Ia juga pura-pura bertanya, apa yang terjadi dan kenapa Im tidak bisa dihubungi seharian.
"Haruskah aku berada di sana?" tanya Im.
"Tentu saja, sudah kubilang kau perlu mengobati orang penting." jawab Direktur Ma.
"Jika dia kuobati, apa imbalannya ?" tanya Im.
Direktur Ma pun tertawa mendengar pertanyaan Im. Lalu, ia berkata kalau Im mirip dengannya dan sekarang mereka satu tujuan. Im mengulangi pertanyaannya, apa imbalan yang akan ia terima jika mengobati orang penting itu. Direktur Ma pun menjelaskan kalau Im akan mendapatkan uang dan kekuasaan mereka.
"Apa begini cara kerja dunia ini ?" tanya Im.
"Bukankah di dunia lain sama saja ? Dokternya mungkin sama, tapi levelnya berbeda, tergantung siapa yang dirawat olehnya. Bagaimanapun dokter menjual teknik medisnya. Jadi sebaiknya bertemu dengan orang yang mengenal kemampuanmu dan membayar banyak demi itu. Lebih baik mendapat keuntungan seperti itu." jawab Direktur Ma.
Direktur Ma lalu bertanya, apa Im mau berbisnis dengannya. Im diam saja dan menatap Direktur Ma dengan tajam.
Keesokan harinya, Im masuk ke kafe dan memesan secangkir kopi. Tak lama kemudian, Yeon Kyung juga datang dan memesan kue paling enak yang ada di kafe itu. Lalu, Yeon Kyung mencoba mengajak bicara Im. Ia bilang, jika sedang sedih sebaiknya memakan makanan yang manis.
Im diam saja. Begitu kopinya siap, ia langsung pergi meninggalkan Yeon Kyung. Yeon Kyung menyusul Im.
"Kemarin kau pulang dengan selamat ? Sudah sarapan hari ini?" tanya Yeon Kyung. Karena Im diam saja, Yeon Kyung pun berjalan di depan Im.
"Mau makan siang denganku di kantin ? Tidak suka makanan kantin ? Kalau begitu, bagaimana dengan restoran BBQ enak di sana ? Ayo kita makan siang ... bersama." ajak Yeon Kyung.
"Aku ada janji." jawab Im dingin, lalu beranjak pergi.
Yeon Kyung tak menyerah. Ia membujuk Im dengan kue yang tadi dibelinya. Tapi Im lagi-lagi menolak dan pergi meninggalkannya.
Yeon Kyung kembali ke rumah sakit. Dan rekan-rekannya, langsung mengerubunginya.
"Sunbae, kau tak apa? Tidak luka?" tanya Min Jae.
"Aku kembali dengan selamat." jawab Yeon Kyung.
Tak lama kemudian, Man Soo datang dan ia terkejut melihat Yeon Kyung.
"Kau tak apa?" tanyanya.
"Jangan-jangan, kau juga mencemaskan diriku." jawab Yeon Kyung.
"Yaa, apa kau tahu betapa menderitanya aku harus merawat pasienmu juga ? Aku harus begadang. Lihat mata pandaku." protes Man Soo.
"Ia akhirnya sadar pentingnya kolega." ucap Suster Jung.
"Aku sangat repot sehingga cuma bisa makan mi dengan tuna." curhat Man Soo. Lalu ia melihat kue Yeon Kyung.
Yeon Kyung pergi ke ruangan Im. Ia cerita, kalau dirinya belum punya ruangan sendiri.
"Kau sedang apa?" tanya Im.
"Sejak waktu itu, kau belum makan ini lagi, kan ? Ramyeon paling enak adalah ramyeon tuna." jawab Yeon Kyung.
"Di sini adalah ruang dokter. " ucap Im.
"Di depan ada ruang tunggu. Kita makan saja di sana sama-sama. " ajak Yeon Kyung. Tapi Im hanya menatapnya dengan dingin.
"Kau tidak melihat, usahaku ? Ada banyak orang yang menjagaku, tapi kau tak punya siapapun di sini ... kecuali aku.
Makanya aku akan menjagamu. " ucap Yeon Kyung.
"Tidak perlu begitu. Aku tidak ingin makan. Buatmu saja." jawab Im, lalu beranjak keluar dari ruangannya.
Di depan ruangannya, ia bertemu Jae Ha. Rupanya Jae Ha sudah sejak tadi berdiri di sana dan melihat mereka.
Mereka bicara di tempat lain. Jae Ha memarahi Im yang menghilang begitu saja tanpa pemberitahuan. Im pun menjelaskan, kalau ia sudah membicarakan hal itu dengan Direktur Ma.
"Kulihat sponsormu hebat sekali. " ucap Jae Ha.
"Kalau ada masalah, minta saja dia ... untuk mendepak-ku." jawab Im.
"Buat apa aku melakukannya kalau aku punya cara yang lebih baik." ucap Jae Ha.
"Kalau sudah selesai, aku pergi dulu." jawab Im, lalu pergi. Tapi langkahnya terhenti karena Jae Ha menanyakan soal Yeon Kyung.
Ia pun berbalik dan kembali menatap Jae Ha.
"Dr. Yoo, apa kau punya waktu mengurus hidup orang lain ? Jika membuat kesalahan seperti itu, bukankah harusnya kau belajar atau merenungkan diri ?" balas Im.
"Choi Yeon Kyung ssi ... bukan orang lain bagiku. Jika ada yang melukai wanita itu, tidak akan kumaafkan. " jawab Jae Ha.
"Aku tidak akan terlibat lagi dengan wanita itu. Jangan khawatir, obati saja pasienmu. "ucap Im, lalu pergi.
Jae Ha pun tercengang dengan jawaban Im yang mengaku tidak mau terlibat lagi dengan Yeon Kyung.
Kemudian, Im melihat Yeon Kyung yang melintas di depannya dengan wajah kecewa.
"Lagipula, jalan kami berbeda." ucap Im.
Yeon Kyung yang tengah berjalan di koridor dihubungi Jae Ha.
Lalu mereka bertemu di taman RS. Jae Ha memberikan Yeon Kyung bubur.
"Buatanmu ?" tanya Yeon Kyung.
"Tidak, yah ... aku tidak bilang ini buatanku. " jawab Jae Ha sambil melipat tangannya.
"Sudah kutebak. " ucap Yeon Kyung.
"Ini bubur teratai. Dibuat dari biji teratai. Kudengar ini baik untuk melegakan hati yang frustasi. " jawab Jae Ha.
"Hati yang frustasi ? Kata siapa ?" tanya Yeon Kyung.
"Bagiku, kau terlihat persis seperti itu. " jawab Jae Ha.
"Kau memang dokter oriental sungguhan. Kau sudah besar. Sekarang sudah bisa merawat orang lain. " ucap Yeon Kyung.
"Kau tahu ... aku menjadi dokter oriental karena nuna. " jawab Jae Ha. Yeon Kyung pun terkejut.
"Waktu kecil, setelah ayahku meninggal, aku selalu ketakutan karena kakekku. Tapi suatu hari, aku ke rumah nuna dengan kakekku dan bertemu denganmu, kau memegang jarum dan berkata..." Jae Ha lalu mengingat masa kecilnya.
Flashback...
"... Ini jarum akupuntur. Kalau sudah besar, aku akan jadi dokter oriental hebat."" ucap Yeon Kyung pada Jae Ha.
Flashback end...
"Waktu itu matamu bersinar-sinar. Maka aku memutuskan ... aku akan menjadi dokter oriental juga. Aku ingin mewujudkan mimpi bersama nuna. Bukan karena keinginan kakek, tapi karena aku mau. Makanya, berkat nuna aku bisa sebagus ini. Jadi tolong pergunakan aku. Kalau kesulitan ngobrolah denganku dan bersandar padaku. " ucap Jae Ha.
"Kenapa kau serius sekali hari ini?" tanya Yeon Kyung. Yeon Kyung lalu mencium bubur teratainya.
Direktur Ma membawa Im ke sebuah rumah mewah.
"Orang yang punya banyak uang karena berbisnis, disebut "Chaebol" di sini. Buatmu, itu setara dengan pedagang kaya." ucap Direktur Ma.
Lalu tak lama, Kepala Seketaris Cho datang.
"Kepala Sekretaris Cho, bekerja di Blue House. Itu sama dengan istana raja di zaman Joseon. Ia sama dengan mentri atau anggota dewan istana. " ucap Direktur Ma menjelaskan.
Mereka lalu masuk ke dalam dan disana mereka bertemu seorang pria chaebol yang mereka panggil 'Ketua'. Kepala
Seketaris Cho pun mengenalkan Im pada si Ketua.
"Lebih muda dari perkiraanku. Aku menerimanya karena rekomendasimu, tapi apakah akupuntur dapat mengobati apapun ?" tanya si Ketua.
Mendengar itu, Im pun beranjak menuju pintu keluar.
"Dr. Heo, ada apa denganmu ?" tanya Direktur Ma.
"Jika pasien tidak percaya padaku, bagaimana aku bisa merawatnya ?" jawab Im.
"Ini berbeda dengan janjimu. " ucap Direktur Ma.
"Menurutku, meskipun aku datang demi putramu, aku perlu mengobati migren Ketua lebih dulu?" tanya Im.
"Apa ? Bagaimana kau tahu ?" tanya si Ketua kaget.
"Telinga Ketua merah. Saat menyentuh benda panas, orang menyentuh telinga karena itu bagian terdingin di tubuhmu.
Tapi telingamu merah. Artinya meridian kandung empedu yang bertanggung jawab atas telingamu terlalu panas. Qi di sekitar sana telah berhenti, artinya anda sering sakit kepala. Jika punya dokter yang bisa dipercaya, telpon saja dia.
Permisi. " jawab Im.
"Menurutmu kenapa aku jadi begini ?! Ada begitu banyak rumor soal anakku di surat kabar. Aku harus mengobatinya sebelum perayaan hari jadi bulan depan. " ucap si Ketua.
Lalu mereka pergi menuju ke sebuah kamar. Tapi sebelum masuk ke dalam kamar, mereka bertemu dua orang pengawal di sana dan salah satu pengawal meminta ponsel mereka.
"Ini artinya, kau tak boleh memberitahu siapapun soal yang kau lihat di sini. " ucap Direktur Ma pada Im, lalu menyerahkan ponselnya.
Im pun tertawa sinis, sebelum ikut menyerahkan ponselnya.
Mereka kemudian masuk dan menemukan seorang pria yang sedang sakau di ujung tempat tidur.
"Matanya tampak kosong. Lingkaran hitam di bawah mata, nafas tidak teratur. Kulitnya kasar, bibir mengelupas dan kuku yang pecah-pecah. " ucap Im.
Pria itu, melepaskan cincinnya kemudian menggenggam cincinnya.
Im mendekati pria itu dan memeriksa nadinya.
"Nadinya lemah, warna matanya memudar. Kecanduan opium. " ucap Im dalam hati.
"Aku mengirimnya belajar di luar negeri dan membuang uang tapi dia malah memakai narkoba ! Sebelumnya Ia tak pernah mengecewakan kami. " ucap si Ketua.
"Putramu merasa kosong dan kurang semangat hidup. " jawab Im.
"Apa ? Merasa kosong ? Kenapa begitu ? Selama ini aku memberinya apapun ..."
"Aku akan membantunya membuka hati dan menanamkan energi padanya." ucap Im.
"Dengan apa ? Membuka apa ?" tanya si Ketua.
Im pun mulai memberikan akupuntur pada anak si ketua. Terlihat banyak bekas suntikan di tangan pasien. Setelah menerima akupuntur Im, sakau pria muda itu menghilang. Sontak, si ketua senang melihatnya.
Bersambung ke part 2....
0 Comments:
Post a Comment