Gyeong Min terkejut saat Roo Bi mengaku, bahwa dirinya hanyalah saudara ipar bagi Roo Bi.
"Aku mencintaimu. Aku rela mati untukmu. Tapi ini untuk kita. Hyeong-bu, kumohon maafkan adikku. Awalnya, aku tidak bisa memaafkan dan mengerti jalan pikiran Roo Na tapi aku mengerti sekarang. Ani, aku berusaha mengerti. Karena dia adikku." ucap Roo Bi.
"Aniya. Ini tidak benar, Roo Bi-ya. Kita bisa meninggalkan Korea dan hidup di luar negeri. Aku bisa meninggalkan semuanya." jawab Gyeong Min.
"Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Roo Na satu-satunya wanita yang kau cintai." ucap Roo Bi.
"Roo Bi-ya."
"Bukan sudah kubilang, kemarahan akan berlalu seiring berjalannya waktu. Cinta yang membara, seperti ruby merah, mungkin hanyalah fantasi. Atau mungkin, saat aku membuat janji, pada hari dimana kau memberiku cincin itu, janji yang akan kujaga selamanya, ketika aku mengingkari janji itu, saat itulah cinta kita sudah berakhir."
Roo Bi lantas berdiri. Ia mengucapkan selamat tinggal pada Gyeong Min.
Gyeong Min tak rela Roo Bi pergi.
Tapi Roo Bi tetap pergi.
Gyeong Min pun menangis menatap kepergian Roo Bi.
Roo Bi juga menangis sembari menyusuri jalanan.
"Mianhae, Gyeong Min-ssi. Aku masih mencintaimu. Aku mencintaimu." ucapnya dalam hati.
Roo Bi pun jatuh terduduk. Ia mengingat semua kenangannya bersama Gyeong Min.
Tangisnya pun tambah pecah.
Roo Na pulang ke rumah dan langsung ke kamar ibunya.
Ia marah karena sang ibu menceritakan rahasianya pada Gyeong Min.
"Gyeong Min ingin bercerai. Dia mau meninggalkanku dan kembali pada Roo Bi. Kau seharusnya bilang ada kesalahpahaman. Kenapa kau melakukan itu, wae?"
"Kenapa aku menceritakannya? Karena itu kebenarannya. Karena itu hal yang benar yang harus kulakukan." jawab Gilja.
Gilja lalu memegang tangan Roo Na. Ia menasehati Roo Na, bahwa semuanya sudah berakhir.
Tapi Roo Na tetap saja keras kepala, membangkitkan emosi Gilja.
Ia bahkan sampai memukul Roo Na.
Melihat itu, Chorim pun masuk dan berusaha menenangkan Gilja.
"Kau masih tidak mengerti! Kau penyebab ayah mertuamu meninggal dan kau masih menanyakan kenapa padaku? Kau bukan manusia! Jika kau manusia, bagaimana kau bisa melakukan itu!"
"Aku memang bukan manusia di matamu! Aku bukan putri kandungmu. Kau tidak pernah peduli padaku." jawab Roo Na.
Mendengar itu, Gilja dan Chorim syok.
Chorim pun marah pada Roo Na.
Dongpal kemudian masuk dan menarik Chorim keluar.
"Roo... Roo Na-ya, apa maksudmu?"
"Kau pikir aku tidak tahu? Aku hanyalah seorang anak yang kau pilih secara acak. Jika aku putri kandungmu, apakah kau akan bersikap keras padaku? Saat masih kecil aku tidak tahu jadi aku bersikap seperti orang bodoh. Aku berusaha sangat keras tapi kau hanya mempedulikan Roo Bi. Kau memperlakukanku dengan sangat kejam! Aku salah apa! Kenapa kau tidak mencintaiku! Tapi pada akhirnya aku belajar, aku tidak ada hubungan darah dengan seseorang yang kupanggil keluarga. Tapi meskipun kau bersikap jahat padaku, aku tetap bersyukur kau memberiku makan."
"Roo Na-ya, kau bicara apa? Aku bingung."
"Wae? Kau selalu membela Roo Bi dan menyayanginya. Ketika ada yang salah, kau selalu menyalahkanku. Roo Bi sangat berharga bagimu dan aku hanya si pembuat masalah."
Roo Na lalu memaksa Gilja melihat cermin.
"Lihat wajahku. Ini adalah Roo Bi. Roo Bi yang sangat kau cintai. Roo Bi yang pintar, baik dan cantik. Tapi kenapa tetap tidak ada satu pun yang mencintaiku?"
Roo Na lalu kembali menatap Gilja.
"Karena aku anak adopsi?"
"Aniya! Aniya! Roo Na-ya, aniya! Kau putri kandungku!"
"Jangan bohong padaku."
"Kau putriku!"
"Jadi maksudmu Roo Bi bukan putrimu?"
Gilja pun mengangguk. Roo Na terdiam.
"Ini salahku. Jika aku menceritakannya sejak awal padamu, kau tidak akan seperti ini. Ini salahku."
"Eottoke? Eottoke?"
"Roo Bi anak hasil perselingkuhan ayahmu dengan wanita lain. Setelah ayahmu meninggal, aku membesarkan Roo Bi. Aku bersikap keras padamu karena aku marah Roo Bi lebih baik darimu. Aku ingin putri kandungku lebih baik."
"Aniya! Aniya!" teriak Roo Na. Roo Na lalu beranjak pergi.
Chorim pun masuk. Ia berusaha menenangkan Gilja.
"Apa yang harus kulakukan? Aku bersalah." tangis Gilja.
Roo Na menyetir mobilnya sambil mengingat bagaimana Gilja memperlakukannya dengan sangat keras.
Tak lama kemudian, ia menepikan mobilnya dan menangis. Roo Na menyesal.
Gyeong Min minum-minum sendirian dan menyebut dirinya orang paling bodoh sedunia.
Tak lama kemudian, In Soo datang.
Gyeong Min marah, ia memukul In Soo!
Ia lalu meminta penjelasan In Soo, kenapa In Soo yang sudah mengetahui kebenarannya sejak awal, tidak memberitahukan kebenaran itu pada semua orang.
Ia juga marah karena In Soo berani mengajak Roo Bi pindah keluar negeri.
In Soo pun minta maaf.
Gyeong Min lantas terduduk lemas dan kembali mengatai dirinya bodoh karena tidak bisa mengenali wanita yang dia cintai.
Gyeong Min lalu menertawakan dirinya sendiri dan mengucapkan selamat pada In Soo.
"Kau pemenang akhir permainan ini. Kau menukar Jeong Roo Na untuk Jeong Roo Bi."
Gyeong Min lalu menangis.
Ia meminta satu permintaan pada In Soo. Ia minta In Soo membahagiakan Roo Bi.
"Uri Roo Bi, wanita yang kucintai, pastikan dia tidak menderita lagi. Kumohon." pinta Gyeong Min.
Gyeong Min lalu merundukkan wajahnya. Tangisnya pecah. In Soo menatap lirih pada Gyeong Min.
Bersambung ke part 2..............
0 Comments:
Post a Comment