Different Dreams Ep 1-2 Part 1

Pada tahun 1920, pertikaian antara aktivitas diplomatik dan bersenjata dalam pemerintah sementara Republik Korea menguat menjadi konflik idelologis. Pembunuhan pejuang, Kim Lip, yang didanai Rusia dan hilangnya 600 ribu rubel Rusia menyebabkan konflik kian memanas.

Kepergian Perdana Menteri Lee Seung Man, Menteri Dalam Negeri Ahn Chang Ho dan Menteri Pertahanan Lee Dong Hee dari pemerintahan, Presiden Kim Goo berjuang sendirian membela pemeritah.

Pada tahun 1931, Presiden Kim Goo menciptakan kelompok nasionalis bersenjata rahasia yang dikenal sebagai Korps Patriotik Korea. Bersama Korps Pahlawan pimpinan Kim Won Bong, dia memimpin pejuang kemerdekaan bersenjata Korea. Namun, karena konflik dan ketidakpercayaan dalam organisasi, kekacauan berlanjut tanpa diketahui kapan akan berakhir.


Di sebuah ruangan yang gelap, seorang pejuang kemerdekaan membaca koran dengan decoder. Dia menafsirkan pesan dan berbunyi 'Burung Biru Diberi Izin'. Pria itu adalah Kim Won Bong (Yoo Ji Tae).


-Different Dreams, Episode 1, Dokter Wanita Joseon-

Gyeongseong, tahun 1931

Klinik Jahye


Seorang pasien pria membuat ulah saat dia dibawa ke klinik dengan kereta dorong.

Para dokter gagal menenangkan pria itu. Seorang dokter wanita muncul dan menendang salah satu dokter pria karena tidak segera menangani pasien itu.

Pria itu menolak dioperasi. Alasannya, karena tubuhnya dianugerahkan padanya lewat orang tuanya dan sayatan apapun di tubuhnya dianggapnya sebagai pengkhianatan. Apalagi jika hal itu dilakukan oleh seorang wanita.

Dokter wanita itu berjongkok dan menatap tajam si pasien.

"Ya, aku memang wanita, tapi aku juga dokter yang akan menyelamatkan nyawamu. Kalau kau tidak segera dioperasi, hanya jiwamu yang menghadiri acara makan malam." ucapnya.

Sontak pria itu sewot.

Dokter itu lantas menyiapkan jarum besar dengan obat bius dan menusuk si pasien tanpa keraguan sedikit pun. Setelah pasiennya tak sadarkan diri, dokter itu menyuruh para perawat menyiapkan ruang operasi.

Dokter ini adalah Lee Young Jin (Lee Yo Won).


Kim Won Bong ada di sebuah gereja bersama temannya, Kim Nam Ok (Jo Bok Rae). Won Bong tanya, dimana Heok.. Nam Ok yakin, Heok tidak akan mengkhianati mereka.

Nam Ok : Kalau pun ya, aku akan mengganti namaku. Akan kuganti nama margaku menjadi Tinja.

Won Bong : Dia tidak bisa dihubungi sejak ke Gyeongseong.

Nam Ok : Dia pasti sibuk memakan kimchi dengan arak beras dan bertemu semua sanak keluarganya.

Mendengar jawaban Nam Ok, Won Bong langsung menatapnya dengan kesal.

Nam Ok : Aku bercanda.

Won Bong : Ini kali pertamanya dia tidak melapor. Saat dia muncul, habisi dia.

Nam Ok : Kita interogasi dia dahulu. Aku yakin dia punya alasan yang tepat.

Won Bong : Hya, Kim Nam Ok,  tidak ada alasan di balik pengkhianatan.

Nam Ok : Tentu saja ada. Kurang uang, anggota keluarga hilang, kebencian pada Joseon.

Won Bong : Semasuk akal apa pun itu, akhir pengkhianatan adalah kematian.


Nam Ok pun menyiapkan senjata laras panjangnya.

Sementara Won Bong menatap keluar dengan teropongnya.

Nam Ok mulai mengarahkan ujung senjata keluar jendela.


Seorang Perwira Polisi Jongro, Matsuura (Heo Sung Tae) yang bernama asli No Jeong Sul muncul bersama detektifnya, Daiki (Kang Pil Sun).

Lalu, pria bernama Heok (Heo Ji Won) itu muncul. Sontak, Won Bong dan Nam Ok kaget.

Heok berkata, untuk berpindah pihak, ada biayanya.

Matsuura : Apa? Mau bernegosiasi? Untuk seorang kriminal, kau jelas bodoh sekali.

Heok tampak ragu tapi kemudian, ia meminta Matsuura menolongnya kali ini.


Won Bong kesal.

-Shanghai, Satu Bulan Sebelumnya-


Di sebuah kedai minuman, Won Bong bertemu pria bernama Jin Soo (Jung Sung Il). Jin Soo berkata, bahwa dia ada tapi identitasnya tidak diketahui.

"Keterlibatannya dalam pembunuhan Kim Lip masih belum diketahui." ucap Jin Soo.

"Kalau tujuan Pemerintahan Sementara Korea adalah Komintern (Komunis Internasional), Dokter Yoo Tae Joon dalam bahaya."


Jin Soo lantas memberikan sesuatu pada Won Bong.

Won Bong membukanya. Isinya decoder.

Jin Soo : Itu bisa menguraikan kodenya. Periksa koran 19 Januari.

Won Bong : Kau yakin dia di Gyeongseong?

Jin Soo : Ya. Agen rahasia Pemerintahan Sementara Korea. Itu isi informasinya."

Flashback end...


Won Bong menyuruh Nam Ok membunuh Heok.

Sementara itu, Matsuura marah karena Heok berani mengajaknya membuat kesepakatan. Matsuura lantas menyuruh Heok pergi jika tidak bisa memberinya informasi.


Matsuura lalu beranjak pergi tapi Heok kemudian memberitahu bahwa mata2 Kim Goo ada di Gyeongseon.

Matsuura tersenyum puas.

Heok : Dia akan bertindak. Bom atau pembunuhan.

Matsuura berbalik dan tanya siapa mata2 itu.

Tapi Heok meminta Matsuura mengirimnya ke Jepang.

Matsura marah, dimana mata2 itu!


Sementara itu, Nam Ok mengaku tidak bisa menembak Heok. Kesal, Won Bong pun mengambil alih senapan dan menembak Heok dua kali tepat saat Heok akan memberitahu siapa dan dimana mata2 itu.

Sontak, Matsuura dan Daiki langsung mengedarkan pandangan, mencari si penembak.


Matsura lalu melihat ke arah gereja.

"Di menara lonceng!" teriak Matsuura.

Daiki pun bergegas kesana.


Won Bong dan Nam Ok bergegas kabur.

Daiki memburu mereka.


Matsuura menekan luka Heok. Ia berkata, Heok tidak boleh mati dulu.

Won Bong dan Nam Ok berlari di atap.


Daiki kesal kehilangan jejak mereka.

Matsuura meminta Heok bertahan.


Matsuura membawa Heok ke klinik Jahye.

Tak lama kemudian, Daiki datang. Daiki cemas melihat lengan Matsuura terluka.

Matsuura : Tembakannya hanya menyerempet. Jaga tempat ini. Dua di luar, satu di dekat bangsalnya.

Daiki mengerti dan langsung pergi.


Young Jin yang sedang di ruangannya, dibawakan beberapa kentang oleh rekannya sesama dokter, Kim Seung Jin (Kim Joo Young). Ia menyuruh Young Jin membawa pulang kentang2 itu. Young Jin berkata, bahwa ia sudah pernah bilang tidak akan menerima hadiah seperti itu.

Young Jin : Kambing yang diberikan pada kita melahirkan, kau ingat?

Seung Jin : Dia tidak punya anak dan suaminya sudah meninggal. Ayah mertuanya satu-satunya keluarganya, jadi, dia bersyukur...

Young Jin : Kau melihat warna kulitnya, bukan? Jika itu menyebabkan peritonitis, dia berada dalam masalah serius.


Lalu seorang wanita bernama Esther (Yoon Ji Hye) masuk ke ruangan Young Jin. Young Jin senang melihat Esther. Ia memanggil Esther kakak dan langsung menghampiri Esther.

Young Jin : Sudah lama sekali.

Esther : Kau baik-baik saja?

Seung Jin : Kau ahli bedah baru yang bergabung dengan kami?

Esther : Semoga kita bisa bekerja sama.

Young Jin : Kau akan bekerja disini? Kenapa tidak memberitahuku lebih dahulu?

Lalu, seorang suster masuk, memberitahu ada pasien luka tembak.

Seung Jin pun langsung berlari keluar duluan.


Young Jin melarang Esther kemana-mana. Setelah itu, ia menyusul Seung Jin keluar.

Sepeninggal Young Jin, Esther melihat-lihat sekeliling ruangan Young Jin dengan wajah tegang.


Young Jin masuk ke ruang operasi.

Disana, para dokter residen sudah menunggu Young Jin.

Young Jin melihat Matsuura.

"Siapa dia?" tanya Young Jin santai.

"Aku Kepala Inspektur Matsurra, Kantor Polisi Jongno." jawab Matsuura.

"Tolong tinggalkan ruang operasi ini." suruh Young Jin.

"Kau tidak akan mengatakannya kalau tahu siapa pasienmu itu." jawab Matsuura.

"Aku tidak peduli. Di ruang operasi, dia hanya pasien dalam keadaan kritis." ucap Young Jin.

Seung Jin lalu berkata, denyut nadi pasien melemah.


Young Jin berteriak, menyuruh Matsuura kesal.

Matsuura kesal. Tapi ia terpaksa keluar.

"Luka tembak di perut. Mungkin fatal." ucap Seung Jin.

"Siapa kau hingga bisa mengasumsikannya!" tanya Young Jin kesal.


Young Jin dibantu timnya lalu mulai mengoperasi Heok.


Won Bong dan Nam Ok sekarang sudah berada di markas mereka, di jalan Namdaemun. Mereka duduk di sebuah kedai. Won Bong yang menenggak minumannya tampak kesal.

Nam Ok sambil makan tanya, apa yang masih membuat Won Bong gelisah.

Nam Ok : Tembakan ke perut itu fatal. Tidak ada dokter di Gyeongseong yang cukup andal untuk mengobatinya. Hyung,  bahkan pencuri pun memiliki kategori yang berbeda. Beberapa mungkin melakukan pencurian untuk membayar minuman, tapi beberapa mungkin melakukannya untuk memberi makan anak mereka. Orang seperti Heok? Kita akan menemukan banyak lagi yang seperti dia. Apa itu kemerdekaan? Kita meninggalkan keluarga dan bahkan tidak bisa berpartisipasi di upacara peringatan ayah kita. Kadang-kadang aku sakit dan lelah...


Mendengar ucapan Nam Ok, Won Bong marah dan membalikkan meja.

Won Bong lalu tanya, kode 10 Korps Pahlawan.

Nam Ok : Mereka yang bertindak menentang keinginan Korps Pahlawan akan dimusnahkan.

Won Bong : Kau dan aku masih hidup karena kode itu. Karena kita memusnahkan semua pengkhianat. Ragu sekali lagi saja, maka aku sendiri yang akan membunuhmu. Mengerti?

Won Bong lalu pergi.


Heok sudah selesai dioperasi.

Begitu Young Jin keluar, Matsuura langsung tanya kapan Heok akan sadar.

Young Jin : Pelurunya sudah diangkat, tapi keadaannya belum akan pasti untuk beberapa hari karena infeksi.

Matsuura : Aku tidak bertanya dia akan hidup atau tidak. Bisakah kau membangunkannya untuk kami interogasi?

Young Jin : Itu mungkin rencanamu, tapi tugasku adalah menyelamatkan pasienku.

Matsuura : Pekerjaanku juga menyelamatkan nyawa manusia. Ada yang harus kudengar darinya sekarang juga.

Young Jin : Apa pun itu, kau harus menunggu.

Young Jin lantas pergi.

Bersambung ke part 2........

0 Comments:

Post a Comment