Different Dreams Ep 27-28 Part 3

Sebelumnya...


Fukuda menemui Hiroshi.

Hiroshi : Kau tahu kisah dibalik boneka hima?

Fukuda : Orang tuaku memiliki beberapa boneka di rumah.

Hiroshi : Boneka itu dibuat untuk mendoakan kesejahteraan gadis muda. Kotak kacanya dihiasi dengan kelopak sakura. Bunga dan ranting itu diyakini bisa melindungi mereka dari bahaya. Apa yang harus dilakukan saat boneka yang berharga itu jika akhirnya kotor? Sebelum orang lain melihatnya, aku sendiri yang harus menyingkirkannya. Aku harus membakarnya dan tidak meninggalkan jejak.

Fukuda terkejut.

Hiroshi : Young Jin sudah pergi. Dia Bluebird, mata-mata pemerintahan sementara Korea.

Fukuda yang sudah tahu, menghela nafasnya.

Melihat reaksi Fukuda, Hiroshi pun tahu Fukuda sudah tahu.

Fukuda : Kemarin kami menemukan markas komunikasi pemerintahan sementara dan menemukan bukti yang terkait dengan Young Jin.


Hiroshi menatap Fukuda.

Hiroshi : Fukuda, belum lama ini Tentara Kwantung mengambil alih Manchuria tanpa seizin negara.

Fukuda : Begitulah yang kudengar. Kabinet nantinya tidak punya pilihan selain menerimanya.

Hiroshi : Aku juga anggota Tentara Kwantung. Mulai dari Manchuria, perang akan menyebar ke Shanghai, Nanjing, dan seluruh Tiongkok. Kalau dia menghalangi jalanku meraih kemenangan, aku sendiri yang akan menyingkirkannya. Cari Young Jin. Hanya dua orang yang tahu kalau dia Bluebird dan dua orang itu aku dan kau. Kalau orang lain mengetahui identitasnya, aku akan membunuh dia dan kau. Bawa dia padaku dalam keadaan hidup secepat mungkin.

Fukuda menelan ludah mendengarnya.

-Shanghai, dua bulan kemudian, setelah Jepang menyerang Shanghai, April 1932-


Pemerintahan Sementara Republik Korea, Shanghai


Won Bong dengan penampilan barunya menghampiri pria penjual sayur.

"Sayur hari ini sangat segar." ucap si penjual.

"Kau orang Korea?" tanya Won Bong.

"Ya." jawab pria itu.

"Kau sudah beberapa hari di sini. Ini bukan tempat yang tepat untuk berjualan." ucap Won Bong, membuat pria itu kaget. Ya, pria itu jualan di depan kantor Pemerintahan Sementara Republik Korea.

Won Bong mengambil beberapa wortel dan melemparkannya ke si penjual.

Si penjual tanya, apa Won Bong mau beli?

Won Bong berkata, mereka perlu bicara.


Sekarang, Won Bong sudah bersama Kim Goo.

Kim Goo : Kau mencurinya dari penjual sayur di depan?

Won Bong : Tidak, aku membayarnya.

Won Bong mencicipi wortelnya.

Won Bong : Manis.

Kim Goo : Sekarang Young Jin di Amerika, kau jadi terlihat lebih ceria.

Won Bong : Begitukah?

Won Bong pun tertawa.


Kim Goo berjalan ke jendela dan menyibak gordennya.

Kim Goo : Bicaralah dengan anak muda di luar itu. Muda dan terlalu bersemangat bisa membawa bencana.

Won Bong : Aku membentuk Korps Pahlawan di usia 22 tahun. Dia sudah 25 tahun, tidak terlalu muda lagi.


Kim Goo menatap Won Bong.

Kim Goo : Kau tahu usianya? Siapa namanya?

Won Bong : Bong Gil imnida, Yoon Bong Gil.


Pak Ahn membawa Bong Gil, si pria penjua sayur, menemui Kim Goo dan Won Bong.

Pak Ahn lantas pamit, ia bilang sedang menunggu panggilan.

Kim Goo : Yoon Bong Gil, bolehkah aku memanggilmu Bong Gil saja?

Bong Gil : Ya, Guru.

Kim Goo : Kalau begitu, ayo kita makan seolleongtang bersama.

Bong Gil makan seolleongtang dengan lahap.


Won Bong dan Kim Goo terus memperhatikannya.

Sadar diperhatikan, Bong Gil pun jadi tidak enak dan berhenti makan.

Kim Goo : Bong Gil-ah, aku sudah mendengar idemu, tapi sekarang bukan saat yang tepat. Tentara Jepang menyatakan invasi Shanghai sebagai kemenangan. Lihat keadaan kita. Kita bersembunyi di Konsesi Prancis. Apa yang bisa kita lakukan?

Bong Gil terdiam sejenak. Lalu ia meletakkan sumpitnya dan mulai bicara.

Bong Gil : Jangbuchulga saengbulhwan. Saat seorang pria meninggalkan rumahnya, dia tidak seharunsnya kembali sebelum mencapai tujuannya. Aku sudah memutuskan setelah mengetahui kematian Lee Bong Chang.


Bong Gil memberikan selembar koran pada Kim Goo. Koran yang memuat berita parade Kaisar Jepang.

Pada 29 April 1932, perayaan kemenangan perang. Dan perayaan ulang tahun Kaisar Jepang. Akan diadakan di Taman Hongkou di Shanghai.

Begitulah tulisan di koran itu.


Kim Goo lalu memberikan koran itu pada Won Bong.

Won Bong membacanya sebentar. Setelah itu, ia meletakkan koran itu di meja dan mengepalkan tangannya.

Bong Gil menatap Won Bong.

Bong Gil : 29 April, Taman Hongkou. Di sanalah aku akan mati.

Kim Goo : Aku kenal seseorang yang diajari Shin Chi Ho di Daejeon.

Won Bong : Baek Jeong Gi dari Partai Teroris Hitam.


Kim Goo : Kabarnya dia merencanakan melakukan sesuatu hari itu juga. Kudengar dia kesulitan mendapat tiket masuk ke acara itu.

Bong Gil : Itu bukan masalah besar. Aku tahu betul tempat itu karena berjualan sayuran di sana. Jujur saja, kalau aku sendiri bisa mendapatkan bom aku tidak akan meminta bantuanmu.

Won Bong : Bagaimana kalau kami memberikanmu bom? Adakah cara untuk memasukkannya ke perayaan itu?

Bong Gil : Jawabannya ada di artikel koran yang barusan kau baca itu. Tidak ada kedai camilan di lokasi itu, kita harus membawa camilan dan minuman sendiri. Kalau bisa kusembunyikan bom dalam bekalku, aku akan bisa meledakkannya.


Sekarang, Kim Goo dan Won Bong berjalan meninggalkan restoran bersama.

Kim Goo : Aku ingin minta tolong padamu. Ahn Gong Geun akan membuat rencana untuk pembuatan dan penyelundupan bom itu. Kau dan Young Jin harus merencanakan rute penyelamatan diri bagi anggota kunci pemerintah sementara.

Won Bong : Kau sudah memikirkan saat setelah pengeboman.

Kim Goo : Entah sampai kapan kita bisa bertahan di Konsesi Prancis. Setelah pengeboman itu, tentara Jepang dan Konsulat Jepang pasti akan menuju ke sini dan menangkap anggota pemerintahan sementara.

Won Bong : Itu artinya kau akan pindah?

Kim Goo : Yang terpenting adalah kita semua bertahan hidup.

Kim Goo beranjak pergi. Won Bong memperhatikan Kim Goo sambil berpikir.


Won Bong mulai berjalan sambil memikirkan rencana Bong Gil tadi.

Langkahnya lantas tiba2 saja terhenti. Tak lama kemudian, senyumnya mengembang.

Young Jin yang berdiri di depannya juga tersenyum. Young Jin kemudian berlari dan memeluknya.

Won Bong : Kapan kau tiba?

Young Jin : Baru saja.


Won Bong dan Young Jin mulai berjalan.

Young Jin : Meski Shanghai pulau terpencil, orang-orangnya sangat ceria.

Won Bong : Kau juga.

Young Jin : Benarkah?

Won Bong mengangguk. Won Bong lalu tanya, kondisi di Amerika.

Young Jin : Lee Seung Man akan segera diangkat sebagai duta besar mutlak. Dia akan bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa dan petisi untuk kemerdekaan Korea.

Won Bong : Dia berpendapat perlawanan kita bodoh meski dia menyadari pendekatan diplomatik memiliki batas.


Young Jin : Jalan berbeda, impian sama. Kim Goo engatakannya, kau ingat, bukan? Jalan kita mungkin berbeda, tapi kita harus bergabung karena impian kita sama. Beberapa langkah lagi kita bisa keluar dari Konsesi Prancis.

Won Bong : Aku tahu.

Young Jin : Ini tempat terbuka. Bagaimana kalau kita bertemu Tentara Jepang?

Won Bong : Tidak masalah. Aku suami Seiko, ingat, bukan?

Young Jin tersenyum.


Polisi militer lewat.

Young Jin langsung mengajak Won Bong pulang.

Won Bong : Tidak apa. Aku juga punya urusan di area sini.


Won Bong dan Young Jin kembali berjalan.

Won Bong : Sudah dengar tentang Gyeongseong?

Young Jin : Tidak.

Won Bong : Kim Hyun Ok... Jin Soo dan So Min sudah mencarinya, tapi dia tidak ditemukan di mana-mana. Kau yakin dia ke Shanghai?

Young Jin : Dia sudah berjanji, dan aku juga bilang akan mencarinya.

Won Bong : Dia bisa saja ke tempat lain. Akan kuminta mereka terus mencari.


Young Jin : Terima kasih. Semoga kau menemukannya. Tapi kenapa kau mau aku ke sini? Ini taman biasa.

Won Bong : 29 April nanti, di taman ini, akan diadakan perayaan kemenangan perang. Acara itu akan dihadiri Panglima Shirakawa, Wakil Laksamana Nomura, Letnan Jenderal Ueda, dan lainnya. Kami sudah punya rencana. Di sana, di Taman Hongkou.

Won Bong menunjuk ke arah Taman Hongkou.


Oda heran Fukuda minta ditugaskan ke Taman Hongkou, Shanghai.

Fukuda : Keadaan di Gyeongseong dua bulan ini tenang sejak kami menemukan markas komunikasi pemerintahan sementara. Korps Pahlawan dan mata-matanya pasti sudah meninggalkan tempat ini.

Oda : Jadi, menurutmu Korps Pahlawan pindah ke Shanghai?

Fukuda : Aku sebenarnya lebih fokus pada mata-matanya. Kim Goo di Shanghai, berarti ke sanalah mata-matanya.

Oda : Hanya orang Jepang yang diizinkan menghadiri acara di Taman Hongkou. Lebih lagi tempat itu akan dipenuhi tentara kita. Memangnya bisa terjadi apa di sana? Kalau pun itu masalahnya, petugas konsulat bisa mengatasinya.

Fukuda : Saat Lee Bong Chan meledakkan bom, tempat itu dipenuhi tentara. Ini mungkin kesempatan terbaik untuk menangkap Kim Goo dan mata-matanya.

Oda : Baik. Pergilah ke Shanghai. Juga...sudah dengar tentang ayahmu? Dia mengkritik invasi Manchuria dan Shanghai dan sedang mempersiapkan RUU untuk menghentikan eskalasi perang. Kelihatannya dia mencari musuh di pihak militer. Bagaimana pun juga, kekuasaan bergeser pada militer. Katakan padanya dia harus berhati-hati.

Fukuda mengerti.


Miki sedang minum teh dengan kedua temannya.

Ia mencium aroma tehnya.

"Kau tidak berhubungan baik dengan Nyonya Yoo, ya?" tanya temannya.

"Tidak, kami baik-baik saja." jawab Miki.

"Dia selalu terlihat memelototimu." ucap temannya lagi.

"Mungkin dia masih kesal kau mencuri kelab ini." ucap temannya yang satu lagi.


Miki pun menatap temannya itu.

"Jaga ucapanmu. Aku tidak mencuri apa pun darinya."

"Arraseo, mianhae." jawab temannya.

"Kalian sadar di sini semakin banyak tentara?" ucap temannya yang pertama.

Miki melihat ke arah polisi militer itu.


"Kau juga menyadarinya, ya? Ada banyak truk komando militer juga. Bagaimana kalau akan terjadi perang?" ucap temannya yang satu.

"Jangan cemas, kita aman di Gyeongseong." jawab Miki.

Nyonya Yoo datang, memanggil Miki. Ia mengajak Miki bicara.

Bersambung ke part 4

0 Comments:

Post a Comment