Different Dreams Ep 37-38 Part 1

Sebelumnya....


Di episode kali ini, adegan dibuka dengan masa lalu Won Bong dan Nam Ok, saat mereka pertama kali bertemu, di pinggiran Kota Shanghai, 10 tahun lalu.

Saat itu, Nam Ok sedang latihan menembak.


Tak lama kemudian, Won Bong datang dengan kudanya dan melihat kemahiran Nam Ok menembak.

Won Bong lantas turun dari kudanya dan menghampiri Nam Ok.

Won Bong : Aku dengar kau pengguna tangan kanan.

Nam Ok : Tangan kanan? Jika tangan kananku kram,  haruskah aku pasrah dan mati?

Nam Ok lalu memamerkan kemampuan menembaknya dengan kedua tangannya.

Won Bong : Aku dengar ada penembak dari  Joseon yang terkenal di Shanghai. Aku datang untuk menantangnya.

Nam Ok : Jadi, ini alasan kedatanganmu.

Won Bong : Bagaimana kalau traktir minuman untuk enam peluru?

Nam Ok : Untuk 100 liter arak beras. Kau boleh mundur jika takut.


Nam Ok pun memberikan pistolnya ke Won Bong.

Won Bong menerima pistol Nam Ok dan mulai menembak.


Sekarang, Won Bong dan Nam Ok duduk di kedai minuman.

Nam Ok : Aku sudah bilang. Kau tidak bisa mengalahkanku dalam hal menembak. Tapi kau kuat minum.

Won Bong menatap Nam Ok dengan wajah serius.

Won Bong : Aku dengar kau membentuk pasukan pembunuh dengan Yoo Ik Joon dan Kim Dong Soon.

Nam Ok : Kami ketahuan sebelum tiba di Jongno. Semuanya ditangkap.

Won Bong : Pejuang Kim Nam Ok, aku mencari rekan yang mau mengikuti perjuangan heroik kami. Maukah kau bergabung dengan kami?

Nam Ok : Kau harus mengubah cara bicaramu terlebih dahulu. Apa namanya?

Won Bong : Kim Won Bong.

Nam Ok : Bukan namamu. Nama organisasinya.

Won Bong : Korps Pahlawan.

Nam Ok terdiam sejenak, tapi berikutnya, ia setuju bergabung dengan Won Bong.


-Episode 37-38, Pistol-


Won Bong marah Fukuda menghalangi jalannya masuk ke Jongno.

Fukuda : Percayalah padaku.


Young Jin juga ikut mencegah Won Bong ke sana.

Sementara itu, Nam Ok terus menembaki petugas kepolisian Jongno.

Setelah itu, ia menembaki jendela dan kabur dari sana.


Begitu keluar, ia menembaki polisi yang berjaga diluar dan kabur.

Para petugas langsung memburu Nam Ok.


Fukuda menembus warga yang berkerumun di depan Kantor Polisi Jongno.

Ia menunjukkan kartu pengenalnya sebagai jaksa pada polisi yang berjaga di depan.

Polisi pun mempersilahkan Fukuda masuk.


Sampai di dalam, Fukuda melihat para petugas sibuk mengevakuasi petugas lain yang terluka.


Fukuda pun bergegas ke ruang penyiksaan.

Sampai disana, ia menemukan Majar dan Hwa So sudah tewas.

*Aigoo, Dedek Majar ku...


Fukuda lantas mencari Se Joo. Syukurlah, Se Joo masih bernyawa. Fukuda prihatin melihat kondisi Se Joo.

Fukuda : Aku membantu Kim Won Bong dan Young Jin. Aku akan mengeluarkanmu dari sini.

Fukuda bergegas membuka tali yang mengikat Se Joo.

Se Joo memberitahu Fukuda, ada anggotanya yang ditahan.

Fukuda pun berkata, mereka sudah tewas. Ia menemukannya beberapa saat lalu.

Se Joo terpukul mendengar teman2 seperjuannya tewas.

Fukuda : Kau bisa jalan?

Se Joo : Biarkan saja aku di sini. Aku akan bersama dengan para rekanku.


Fukuda pun menggenggam tangan Se Joo.

Fukuda : Tidak. Pemimpin Kim ada di luar. Dia tidak akan pergi sebelum aku membawamu keluar.

Fukuda membawa Se Joo keluar. Ia mengelabui petugas dengan tetap mengikat Se Joo saat membawa Se Joo keluar. Ia juga menunjukkan identitasnya sebagai jaksa.


Fukuda pun dengan mudah membawa Se Joo keluar.

Won Bong dan Young Jin menunggu mereka di mobil.

Tak lama, Won Bong melihat Fukuda datang bersama Se Joo. Won Bong terkejut.


Won Bong dan Young Jin langsung turun dari mobil.

Won Bong berlari ke arah Se Joo.

Won Bong : Se Joo-ya!

Se Joo : Apa kau punya makanan?

Ya, Se Joo kelaparan.

Won Bong lalu menanyakan Majar dan Hwa So pada Fukuda.

Fukuda pun berkata, mereka berdua sudah tewas.

Won Bong lantas menanyakan Nam Ok.

Fukuda : Polisi telah dikerahkan secara luas. Nam Ok berhasil kabur.

Young Jin mengajak mereka semua pergi.

Young Jin membukakan pintu untuk Se Joo. Won Bong pun membantu Se Joo masuk ke mobil.


Fukuda diam saja melihat mereka.

Young Jin pun menatap Fukuda.

Fukuda : Pergilah. Aku akan cari tahu lebih banyak tentang situasi ini.

Young Jin mengerti dan langsung naik ke mobil. Mereka pun langsung pergi.


Nam Ok melarikan diri dengan tubuhnya yang sedikit terluka. Ia menembaki seorang petugas yang berselisih jalan dengannya.

Matsuura cs masih memburunya dan menemukan jasad petugas yang ditembak Nam Ok tadi.


Young Jin sedang merawat luka Se Joo.

Won Bong yang berdiri di ujung tempat tidur, terlihat sedih juga marah.


Setelah selesai, Young Jin langsung membawa panci berisi kapas bekas mengobati Se Joo keluar.

Se Joo : Jung Im berhasil keluar. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Won Bong :  Dia tewas. Dia ditembak oleh para detektif.

Tangis Se Joo pun langsung pecah mendengar Jung Im tewas.

Won Bong meminta maaf karena gagal melindungi Jung Im.


Matsuura cs mencetak sketsa wajah Nam Ok.

Petugas yang sempat melihat wajah Nam Ok di Shanghai pun mengkonfirmasi kalau Nam Ok lah orang yang dilihatnya saat insiden di Shanghai.


Tak lama kemudian, Kenta datang.

Kenta melihat sketsa wajah Nam Ok.

Kenta : Kau tahu identitas pria itu?

Matsuura : Dia orang yang kami lihat di Shanghai.

Kenta : Kita ditipu mentah-mentah. Ini memalukan. Aku tidak peduli dengan kendali pers. Kepung semua Gyeongseong jika perlu dan cari dia.

Daiki kemudian datang dan memberikan data2 Nam Ok pada Matsuura.

Daiki : Aku dapat ini dengan membandingkan dengan sketsa komposit. Dia pernah ditangkap 12 tahun lalu.

Matsuura : Kim Nam Ok.

Kenta : Aku akan berikan semua orang yang kau butuhkan, berapa pun jumlahnya. Tangkap saja dia hidup atau mati, aku tidak peduli. Mengerti?

Kenta lantas beranjak pergi.


Tak lama setelah Kenta pergi, seorang polisi datang melapor, bahwa Se Joo hilang.

Daiki yakin, Se Joo kabur saat  pengebomanan tadi.

Matsuura berusaha menahan kekesalannya.

Matsuura : Prioritas saat ini menemukan Kim Nam Ok. Singkirkan semua dokumen yang terkait dengan kesaksian untuk mencegah masalah nantinya.

Kamera lalu menyorot sketsa Nam Ok di tangan Matsuura.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment