The Great Show Ep 12 Part 2

Sebelumnya...


Dae Han sedang di perjalanan sekarang. Pak Lee yg menelponnya semalam, mengajaknya bertemu hari itu.


Dae Han dan Pak Lee bertemu di sebuah restoran. Pak Lee pura-pura menyesal karena tidak memberitahu Dae Han soal jumlah kompensasi itu.

Pak Lee : Maaf jika aku tidak sopan.

Dae Han : Tidak perlu begitu sopan. Kukira kita akan menjadi saudara sedarah. Perlakukan aku dengan santai.

Pak Lee : Tidak mungkin. Orang bilang kau harus lebih sopan kepada orang terdekatmu.


Pak Lee lalu memberikan Dae Han kotak cake. Sudah jelas dong kotak cake itu isinya uang.

Dae Han yg tak tahu apa isi kotak itu pun berkata, kalau kotaknya berat.

Pak Lee tersenyum.

Pak Lee : Sudah dicuci dua kali, jadi, kau tidak perlu khawatir.

Dae Han : Benarkah?


Pak Lee Kuharap anda bisa memakai uang ini untuk menaikkan kompensasi.

Dae Han kaget mendengar isi kotak itu uang.

Pak Lee : Terkadang, penerimaan bisa menjadi taktik bodoh.

Dae Han : Apa?

Pak Lee : Jika orang terbiasa memiliki segalanya sepanjang waktu, mereka akan terus meminta.

Dae Han : Begitu rupanya. Anda mungkin benar.

Pak Lee : Jika ini berhasil, kue berikutnya akan dua tingkat.


Di mobilnya, Dae Han membuka kotak cake itu. Ia terkejut melihat berapa banyak isi uang disana.

Dae Han lalu mengambil 3 gepok uang dan menciumnya.

Tanpa Dae Han sadari, dari sebuah mobil, seorang pria memotretnya.


Asisten Kyung Hoon tanya, apa Dae Han akan mengambil uangnya?

Kyung Hoon : Meskipun tahu itu beracun, dia akan berliur karena uang itu. Jika dia mengambil uangnya, kita bisa mengendalikannya. Jika dia tidak mengambil uangnya, Wi Dae Han akan kehilangan lima menit ketenarannya, yang juga tidak terlalu buruk.


Joon Ho mempresentasikan proposalnya di depan para pedagang Inju. Dae Han yg tadinya lagi mencium duit yang diterimanya dari Pak Lee, kini sudah duduk bersama para pedagang, mendengarkan presentasi rivalnya.

Joon Ho : Ini pendekatan sama-sama untung untuk Pasar Inju dan Mal Woods. Seperti yang kalian tahu, situs potensi mal itu sangat dekat, kurang dari 15 menit jika berjalan kaki dari Pasar Inju.

"Tapi apakah ini hanya akan menjadi kerugian?" tanya pria berbaju hijau (masih pake hijau2 dia LOL).

"Apa maksudmu? Tentu saja, itu kerugian. Kenapa orang-orang datang ke pasar jika ada pusat perbelanjaan yang lebih nyaman di dekat sini?" jawab lainnya.

"Kalian bilang kenyamanan. Bagaimana jika pelanggan datang ke pasar memakai fasilitas nyaman ini di Mal Woods?" tawar Joon Ho.

Para pedagang ingin tahu caranya. Tapi sebagian dari mereka merasa itu hal yg mustahil.

Wakil Ketua : Akan sangat membantu, jika kita bisa berbagi area parkir.


Joon Ho : Benar. Kebanyakan pelanggan menganggap parkir di sini tidak nyaman. Jika kita perkenalkan sistem bus di antara Pasar Inju dan Mal atau melakukan promosi untung saat pelanggan yang punya nota dari Mal Woods atau Pasar bisa mendapatkan diskon lima persen, Mal Woods dan Pasar Inju akan menjadi satu kota perbelanjaan yang bisa menciptakan efek sinergi. Bagaimana menurut kalian?

Pria berbaju hijau mulai tertarik.

Wakil Ketua : Apa itu mungkin?

Joon Ho : Ada kasus sukses di negara lain.

Wakil Ketua : Tapi menurut anda Grup Woods akan menerima ide ini?

Pria berbaju hijau : Tentu saja tidak! Mereka hanya menawarkan kompensasi 200.000 dolar!


Joon Ho : Grup Woods mungkin merasa terbebani jika mereka harus menawarkan kompensasi secara finansial. Orang-orang lain juga tidak akan melihatnya sebagai hal positif.

Pak Jung : Setelah kupikir-pikir, dia ada benarnya. Niat kita bukan memeras uang mereka. Poinnya bagus.

Diskusi mereka terhenti karena Walikota Jung tiba2 datang.


Walikota Jung : Kulihat semua orang di sini. Kuharap aku tidak mengganggu rapat.

Pak Jung langsung berdiri.

Pak Jung : Tentu saja tidak! Aku senang anda datang. Kami baru saja membicarakan pendekatan sama-sama untung antara Mal Woods dan Pasar. Anda mau melihatnya?

Walikota Jung : Tentu.


Walikota Jung membaca proposal Joon Ho. Pak Jung mengatakan, Joon Ho lah yg mencetuskan ide itu setelah mempelajari kasus di luar negeri.

Pak Jung : Dia bilang pendekatan ini bisa mendatangkan keuntungan baik bagi Mal ataupun Pasar Inju!

Walikota Jung : Ini sama-sama menguntungkan.

Joon Ho : Anda tidak menyukainya?

Walikota Jung : Aku tahu kalian sudah berusaha keras, tapi usaha kalian akan sia-sia. Grup Woods baru saja menghubungi untuk memberitahuku mereka akan menyerahkan lahan dalam radius 1 km.

Sontak para pedagang heboh. Pak Jung tanya apa yg akan terjadi jika mereka menyerahkan lahan itu.

Walikota Jung : Jika membangun mal memakai lahan di luar radius 1 km, mereka bisa membangunnya tanpa izin kalian.

Joon Ho :  Bahkan jika lebih dari 1 km, bukankah mereka harus bernegosiasi dengan Pasar?

Walikota Jung : Itu hanya rekomendasi. Tidak mengikat secara hukum.


Joon Ho mulai emosi.

Joon Ho : Ini bukan soal mengikat secara hukum! Anda tidak berniat menggunakan kuasa untuk memperbaikinya!

Walikota Jung  membela diri.

Walikota Jung : Ini juga menyiksaku. Petisi berdatangan ke Balai Kota. Warga mendorongku menyetujui Mal Woods.

Pak Jung : Wali Kota Jung, Anda terdengar sedikit terlalu kasar. Maksud anda pedagang pasar bukan warga anda? Jika situasi seperti ini terjadi, bukankah seharusnya anda mendengarkan kedua belah pihak dan mencoba menengahi keduanya?

Walikota Jung : Kalian ingin aku melakukan apa lagi? Aku berusaha mencegahnya dengan membangun apartemen upah rendah dan bahkan mengundang kalian ke meja negosiasi. Kalianlah yang mengamuk pergi!


Dae Han yg sedari tadi diam, ikut bersuara. Ia bahkan membentak Walikota Jung.

Dae Han : Siapa yang membuat mereka pergi! Anda dan aku. Wali Kota Jung. Tidak, Hyungnim.  Aku tahu aku bukan politikus yang baik, tapi ayolah. Jangan menjadi monster.

Walikota Jung kaget dan kesal, apa katamu?

Dae Han : Jika sudah selesai bicara, kau harus pergi. Kami berada di tengah rapat darurat.

Walikota Jung pun pergi.


Walikota Jung :  Berandal itu pasti sudah gila.

Walikota Jung lalu tanya ke Bong Joo, Bong Joo memihak siapa.

Bong Joo : Tentu saja aku di pihak anda, Pak. Aku digaji.


Joon Ho yang sedang menyetir, teringat tulisannya di papan tulisnya.

"Mendorong proyek apartemen upah rendah untuk menutupinya." tulis Joon Ho.

Joon Ho : Bagaimana Wali Kota Jung tahu bahwa warga akan menentangnya?


Joon Ho lalu ingat saat dia tak sengaja mendengar percakapan ayahnya dan asisten ayahnya saat sang ayah masih dirawat di RS.


Asisten Kyung Hoon : Tidak perlu khawatir, Pak. Dia tidak akan mengkhianati kita jika ingin mengurangi hukumannya.

Kyung Hoon : Bagaimana opini publik?

Asisten Kyung Hoon : Pemungutan suara apartemen upah rendah benar-benar berubah.

Flashback end....


Joon Ho mulai menulis lagi.

"Ayah menyerang dirinya sendiri." tulis Joon Ho di papan.

Flashback end....


Joon Ho menghela nafas dan terus menyetir mobilnya.


Hye Jin di rumah Joon Ho, menemui Kyung Hoon.

Hye Jin : Apa Joon Ho Oppa meninggalkan partai?

Kyung Hoon : Ya.

Hye Jin : Aku tahu ayah ingin aku menjadi pemandu jalannya.

Kyung Hoon : Kau harus mengambil langkah satu demi satu.

Hye Jin : Tentu saja. Aku tidak mau lari sebelum bisa berjalan. Sebagai balasannya, bisakah ayah mengamankanku posisi dalam perwakilan proporsional? Tentu saja di jabatan lebih tinggi.

Kyung Hoon : Andai Joon Ho bisa lebih sepertimu.

Hye Jin : Joon Ho Oppa memiliki pesona sendiri. Harus ada politikus yang melakukannya demi kebaikan.


Tak lama kemudian, Joon Ho datang. Ia kesal melihat Hye Jin.

Kyung Hoon : Kenapa kau kesini? Kau bersikap seperti orang yang tidak akan pernah kembali.

Joon Ho : Aku perlu bicara dengan ayah.


Hye Jin pun beranjak keluar.

Diluar, Hye Jin menatap ayah dan anak itu. Lalu Hye Jin pergi.

Hye Jin : Kami bertiga berkompetisi di distrik yang sama? Ini akan menjadi seru.


Joon Ho tanya apa rencana sang ayah soal Mal Woods.

Kyung Hoon : Bagaimana ayah tahu?

Joon Ho : Kalau begitu, biar kuubah pertanyaannya. Kenapa kau bekerja sama dengan Wali Kota Jung?

Kyung Hoon : Ayah tidak mengerti maksudmu.

Joon Ho : Wali Kota Jung memungut suara untuk apartemen upah rendah dan ayah menyerang diri sendiri. Kalian bekerja sama dengan baik. Apa? Apa Ayah membeli lahan dekat tempat parkir dengan nama pinjaman?

Kyung Hoon : Baiklah. Anggap semua yang kau katakan benar. Banyak politikus menggunakan informasi orang dalam untuk berinvestasi. Apa itu sangat buruk?


Joon Ho : Sikap ayah yang membuatku marah. Kenapa ayah tidak tahu malu? Dari mana nyali ayah untuk berpolitik?

Kyung Hoon : Jika semua orang tua punya malu dan martabat, tidak terhitung anak-anak yang akan mati kelaparan. Semua yang kau nikmati sejak kau lahir diperoleh karena

ayah tidak tahu malu. Kau tidak malu?

Joon Ho : Aku malu dan kecewa. Karena itu aku meninggalkan rumah.

Kyung Hoon : Bahkan jika kau melakukannya, orang menyebutmu anak orang kaya dan kau akan selalu menjadi putra Kang Kyung Hoon. Kau tidak bisa mengalahkan siapa pun dalam pemilu ini, apalagi Dae Han. Itulah yang membuat ayah malu.


Joon Ho : Akan kutunjukkan caraku menang tanpa merasa malu.

Joon Ho beranjak pergi. Kyung Hoon kesal.


Dae Han menemani Walikota Jung minum.

Walikota Jung : Aku membiarkanmu menjadi ajudanku setelah lulus dan membantumu masuk Dewan sebagai perwakilan pemuda. Tapi kau menusukku dari belakang?

Dae Han : Bukankah kau yang mengkhianatiku lebih dahulu?

Walikota Jung : Apa maksudmu?

Dae Han : Aku tahu kau bekerja sama dengan Kang Kyung Hoon. Kita berdua adalah pemain. Mari berhenti merengek dan jalani hidup masing-masing.


Walikota Jung lantas memberikan foto2 saat Dae Han tengah mencium uang dari Pak Lee.

Walikota Jung : Jika ingin berlagak keren, kau seharusnya tidak menerima uang kotor.

Dae Han : Sesuai dugaan. Benar. Itu terlalu kotor untuk diterima. Pak Lee harus ditelepon besok. Aku menyumbangkan itu atas namanya ke panti asuhan. Setiap sennya. Sampaikan salamku kepada Kang Kyung Hoon.


Mendengar itu, Walikota Jung menghubungi Bong Joo dan menyuruhnya masuk.

Bong Joo datang. Dae Han sontak kaget dan berdiri.

Walikota Jung : Kau tidak perlu bekerja mulai besok.

Dae Han dan Bong Joo sama2 kaget.

Walikota Jung : Kau pasti bekerja sama dengan Dae Han.

Dae Han kesal, Hyung!

Walikota Jung : Kau  yang memecatnya, bukan aku.

Dae Han : Kenapa kau melampiaskannya kepada anak yang tidak bersalah?

Walikota Jung marah, ajudanku bersikap seperti pesuruhmu!

Dae Han : Itu karena wali kota tidak bersikap seperti wali kota!


Bong Joo : Sudah cukup! Aku memang akan berhenti. Kata anda aku harus membuat koneksi yang tepat. Aku tidak boleh menyimpan sesuatu yang membusuk.

Walikota Jung syok. Ia tak percaya Bong Joo berani melawannya sekarang.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment