The Great Show Ep 8 Part 1

Sebelumnya....


Tak yang sedang di warnet,, terkejut mendapat telepon dari ayahnya.


Lalu Tak terpaksa membawa ayahnya ke rumah Dae Han.

Dong Nam : Kau sudah tumbuh besar. Kau makin tampan karena mirip denganku.

Tak diam saja.

Dong Nam kesal, berandal. Kau tidak bisa bicara? Sudah dua tahun. Kau tidak senang melihatku?


Tak dan Dong Nam tiba di rumah Dae Han.

Tak : Kita sampai. Ini dia.

Dong Nam pun melihat rumah Dae Han.

Dong Nam : Jauh lebih baik daripada saat kita tinggal bersama. Pasti menyenangkan tinggal di tempat seperti ini.


Tak pun masuk. Melihat Tak, Dae Han berseru : Ini dia pria yang kita bicarakan.

Soo Hyun menyuruh Tak makan.

Tak menoleh ke belakang, menyuruh ayahnya masuk. Dae Han bingung, ada yang datang?

Dong Nam pun masuk. Melihat Dong Nam, si kembar langsung teriak memanggilnya ayah.

Si kembar lalu berlari ke Dong Nam.

Sontak, Dae Han, Soo Hyun, Da Jung dan Jung Woo kaget.

Dong Nam lantas menggendong Song Yi dan mengenalkan dirinya sbg ayah mereka.


Dong Nam makan seperti orang kelaparan. Yang lain hanya bisa diam melihat Dong Nam makan dengan rakus. Apalagi Da Jung yg menatap Dong

Nam dgn wajah sebal. Mendapati Dae Han tengah menatapnya, Dong Nam beralasan kalau makanan Vietnam tak cocok dengannya. Dong Nam lalu berterima kasih atas makanannya.

Dae Han : Tentu. Makanan adalah masalah terbesar saat kamu ke luar negeri.


Dae Han lantas bertanya, bagaimana Dong Nam bisa berakhir di Vietnam?

Dong Nam : Aku berutang banyak kepada rentenir. Kupikir aku hanya akan menjadi beban bagi anak-anak jika tetap di Korea. Seorang teman berbisnis di Vietnam, jadi, aku pergi ke sana. Aku bekerja keras dan melunasi utangku serta ingin menjadi ayah yang baik.

Dae Han : Kapan kau kembali ke Korea?

Dong Nam : Aku datang hari ini.


Da Jung : Apa tidak ada ponsel di Vietnam? Ayah bisa menelepon dari sana.

Dong Nam : Bagaimana aku bisa meneleponmu setelah perbuatanku? Aku tidak membantu dan hanya membebanimu.

Da Jung : Ayah tidak tahu ibu meninggal?

Dong Nam : Aku tahu saat melihatmu dan Anggota Dewan Wi di berita. Ibumu yang baik meninggal seperti itu karena dia bertemu dengan orang sepertiku. Aku merasa ini semua salahku. Maafkan aku, Anak-anak.

Dong Nam menangis.


Dae Han : Semua orang membuat kesalahan. Kau bisa menebusnya mulai kini selagi tinggal dengan mereka.

Dong Nam : Tentu, aku juga ingin tinggal bersama mereka. Lagi pula, aku ayah mereka.

Dae Han : Maksudnya, kau tidak bisa tinggal dengan mereka sekarang?

Dong Nam : Benar. Jika aku tetap di sini, para rentenir akan terus datang. Vietnam adalah negeri yang penuh peluang. Aku harus kembali menghasilkan uang setelah tiga atau empat hari.


Song Yi : Ayah harus kembali ke Vietnam?

Dong Nam : Ya. Ayah akan menghasilkan banyak uang dan kembali, ya?

Dae Han : Lalu bagaimana dengan anak-anak?

Dong Nam : Aku tahu aku tidak tahu malu, tapi tolong jaga mereka. Aku akan melakukan apa pun untuk bangkit kembali lalu menjemput mereka.


Tae Poong menangis dan minta ayahnya tinggal dengan mereka. Dong Nam menolak, ia bilang, rumah Dae Han bukan rumah mereka.

Tae Poong pun memohon pada Dae Han agar mengizinkan ayahnya tinggal di rumah itu juga dgn mereka.

Tae Poong : Kita semua bisa tinggal bersama. Kumohon.

Dong Nam : Tae Poong, sebagai gantinya, aku akan tetap di sisimu sementara berada di Korea.

Song Yi : Kumohon, jangan pergi.


Dae Han : Kau punya tempat tinggal?

Dong Nam : Tidak, aku tidak bisa menemukan tempat... Biarkan aku menginap di sini beberapa hari.

Dae Han terdiam dengan wajah keberatan.


-Episode 8, Kualifikasi Seorang Ayah-


Da Jung dan Jung Woo duduk di halte. Mereka membicarakan Dong Nam. Da Jung berkata, bahwa Dong Nam adalah pembohong andal.

Da Jung : Aku tidak memercayainya. Bagaimana dia bisa datang tanpa membawa tas. Mencurigakan.  Mungkin dia berjudi di suatu tempat lagi.

Jung Woo khawatir : Kau baik-baik saja?

Da Jung : Soal apa?

Jung Woo : Sudah cukup mengejutkan bagiku dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Pasti lebih buruk bagimu.

Da Jung : Apa yang bisa kulakukan? Aku harus optimis. Aku tidak menyukainya, tapi dia ayah adik2ku. Song Yi dan Tae Poong sangat bahagia. Aku senang dia sehat.


Jung Woo tersenyum : Bagaimana bisa kau begitu dewasa? Kau mengejutkanku setiap hari.

Da Jung balas tersenyum.


Dae Han dan Dong Nam bicara di taman. Dong Nam tidak habis pikir bagaimana  bisa Da Jung berpikiran membesarkan bayi itu.

Dong Nam : Dia melihat betapa sulitnya bagi ibunya, jadi, dia harus melakukan aborsi. Kenapa kau tidak menghentikannya dengan lebih memaksa?

Dae Han : Aku sudah berusaha. Aku mencoba menakutinya dan meraih hatinya, tapi dia tidak mau mendengarkan.

Dong Nam : Astaga. Da Jung sangat keras kepala. Dia keras kepala seperti ibunya.

Dae Han : Apa ibu Da Jung pernah mengatakan sesuatu tentangku?

Dong Nam : Tentangmu?

Dae Han : Ya. Lagi pula, aku ayah kandung Da Jung, jadi, kupikir mungkin dia membicarakanku.

Dong Nam : Kurasa tidak. Aku juga tidak bertanya, tapi kurasa dia tidak banyak bicara.


Dong Nam lalu tanya, apa Dae Han benar2 ayah kandung Da Jung.

Dae Han terkejut dgn pertanyaan Dong Nam, tapi ia mengiyakan pertanyaan Dong Nam bahwa dirinya ayah kandung Da Jung.

Dae Han : Itu yang dikatakan tes DNA.

Dong Nam : Benar, bukan? Aku mengajukan pertanyaan konyol. Aku senang Da Jung menemukan ayahnya.

Dae Han : Karena kau sudah di sini, anggap saja rumah sendiri selagi di sini.

Dong Nam : Terima kasih banyak. Da Jung tidak masalah, tapi yang lain orang asing bagimu. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik. Entah bagaimana aku bisa membalas.


Dae Han : Tidak perlu. Sejujurnya, aku menerima lebih banyak dari anak-anak daripada yang kuberikan kepada mereka.

Dong Nam : Kau sangat murah hati karena seorang politisi. Karena itu aku mengatakan ini, tapi...

Dae Han : Ya?

Dong Nam : Setidaknya saat bersama anak-anak, aku ingin menjadi ayah yang baik.

Dae Han : Tentu saja, sudah seharusnya. Siapa tahu kapan kau akan bertemu dengan mereka lagi usai ke Vietnam?

Dong Nam : Tapi masalahnya, aku tidak punya uang, seperti yang kau lihat. Aku sungguh minta maaf, tapi boleh aku pinjam uang?


Dae Han : Uang? Maaf, tapi aku tidak punya uang tunai.

Dong Nam : Siapa yang membawa uang tunai sekarang ini? Kau bisa memberiku kartu kredit.

Dae Han kaget: Kartu kredit?

Dong Nam : Aku akan menggunakannya beberapa hari selagi di Korea. Bisakah kau melakukan itu untukku?

Dae Han : Begini, aku hanya punya satu kartu kredit.

Dong Nam : Kalau begitu, kau harus menggunakannya.

Dae Han : Maaf.


Dong Nam : Bagaimana dengan dana tunai?

Dae Han kaget : Dana tunai? Kalau begitu, aku punya kartu debit. Aku bisa memberimu itu.

Terpaksa lah Dae Han memberikan kartunya.


Da Jung ada di rumah Soo Hyun. Soo Hyun meminta Da Jung tinggal di rumahnya selama Dong Nam ada di Korea.

Soo Hyun : Kau hamil.

Da Jung : Aku benci orang yang membebani orang lain, tapi itulah diriku belakangan ini. Aku sangat terluka sekarang.

Soo Hyun : Apa aku orang asing? Baiklah. Hanya itu arti diriku bagimu, bukan?

Da Jung : Bukan begitu... Terus terang, aku bukan adik kandung Kakak. Aku tahu Kakak baik, tapi Kakak sangat baik kepadaku.

Soo Hyun : Hya! Kau bertekad menyakiti perasaanku, bukan? Tidak perlu sedarah untuk menjadi saudara.

Da Jung : Tidak, tentu saja tidak, tapi aku bertanya-tanya apakah ada alasan lain.


Soo Hyun : Alasan lain? Seperti apa?

Da Jung : Apa kau menyukai Paman Wi?

Soo Hyun kaget dgn pertanyaan Da Jung, tapi dia langsung menyangkal.

Soo Hyun : Standarku tinggi. Kenapa aku menyukainya?

Da Jung : Benar. Kau terlalu baik untuknya.

Soo Hyun : Benar, makanlah.


Da Jung minum jusnya, tapi baru seteguk, Da Jung tiba2 mual dan langsung lari ke kamar mandi.

Soo Hyun kaget, Da Jung-ah!


Dong Nam tidur di dengan Tae Poong dan Song Yi. Dong Nam tanya, apa Dae Han baik pada mereka.

Tae Poong : Ya. Dia bahkan membawa kami ke taman bermain.

Dong Nam : Benarkah?

Song Yi : Paman Wi baik kepada kami, tapi aku lebih suka Ayah.

Dong Nam : Itu sudah pasti. Sebaik apa pun kepadamu, dia bukan ayahmu.


Song Yi : Tapi jika Ayah menghasilkan banyak uang dan tinggal bersama kami, bagaimana dengan Kak Da Jung?

Dong Nam : Da Jung punya ayah dan pacarnya. Dia akan mengurus dirinya sendiri. Omong-omong, ada apa dengan Tak? Dia sudah bertahun-tahun tidak melihatku, tapi sangat dingin.


Tae Poong : Tak menusuk kaki temannya dengan pulpen.

Dong Nam : Astaga. Anak itu dan emosinya. Tapi itu lebih baik daripada dipukuli.


Tak sendiri lagi sms-an dgn temannya di kamarnya.

"Kudengar mereka mengadakan rapat komite kekerasan di sekolah." ucap temannya.

"Terserah. Aku kesal, tapi orang bodoh itu harus muncul. Aku sangat muak" jawab Tak.

"Orang bodoh itu? Siapa?" tanya temannya.

"Seseorang. Benar-benar berengsek." jawab Tak.


Soo Hyun berdiri di depan pintu kamar mandi, menunggu Da Jung keluar.

Ji Hyun muncul. Ji Hyun : Dia pasti stres karena tiba-tiba punya dua ayah.

Soo Hyun : Dua ayah. Pasti cukup sulit baginya.


Da Jung keluar. Ji Hyun menghilang.

Soo Hyun cemas : Kau baik-baik saja, Da Jung?

Da Jung : Ya, aku merasa lebih baik sekarang.

Soo Hyun : Bagus.

Da Jung : Kakak mengatakan sesuatu kepadaku?

Soo Hyun kaget, apa?

Lalu dia ingat saat bicara dgn Ji Hyun tadi.

Soo Hyun : Aku bicara sendiri. Itu menjadi kebiasaan karena aku sudah lama tinggal sendirian.


Ponsel Soo Hyun berdering, telepon dari Joon Ho.

Soo Hyun kaget, apa? Kau di depan?


Soo Hyun langsung berlari keluar, menemui Joon Ho. Joon Ho tampak menyembunyikan boneka dibalik punggungnya.

Soo Hyun : Pak Kang, kenapa kau kemari?

Joon Ho : Aku tahu tidak sopan jika datang seperti ini, tapi kita harus merayakannya.

Soo Hyun : Merayakan?

Joon Ho : Ini kali pertama dalam hidupku...

Soo Hyun bingung, apa?

Joon Ho : Kali pertama aku mendapatkan boneka dari mesin penjepit.

Soo Hyun : Jadi, yang ingin kau rayakan...

"Ya, ini." Joon Ho memberikan bonekanya yg ternyata ia dapatkan dari mesin pencapit.

Soo Hyun : Apa tidak apa-apa jika aku menerima kenangan berharga ini?

Joon Ho : Tentu saja. Jika bersikeras berterima kasih, kau bisa membelikanku kopi kaleng di toserba.


Soo Hyun : Maaf, tapi aku ada tamu.

Joon Ho : Semalam ini? Siapa?

Soo Hyun : Da Jung. Dia menginap malam ini.

Joon Ho : Putri Dae Han menginap. Baiklah, kalau begitu.

Soo Hyun : Terima kasih atas bonekanya.


Joon Ho : Di mana rumah Dae Han?

Soo Hyun : Rumah Dae Han? Di sana.

Soo Hyun pun menunjuk ke arah rumah Dae Han yang berada di depan mereka.

Joon Ho agak kesal mengetahui rumah Dae Han dan Soo Hyun sangat dekat.

Bersambung ke part 2....

Si Joon Ho ini gigih banget ngejar Soo Hyun. Pinter banget nyari alasan buat nemuin Soo Hyun.

0 Comments:

Post a Comment