The Great Show Ep 8 Part 2

Sebelumnya...


"Jadi kau memberinya kartu debitmu?" tanya Bong Joo ke Dae Han. Mereka bicara di depan sungai.

"Dia pencuri. Dia hanya butuh pisau." ucap Bong Joo lagi.

"Ini yang terbaik." jawab Dae Han.

"Kenapa?" tanya Bong Joo.

"Jika dia memakai kartuku, aku bisa menemukannya. Dia tidak tahu aku bukan ayah kandung Da Jung. Dia mencurigakan.  Sungguh bohong bahwa dia ada di Vietnam." jawab Dae Han.

"Kau pikir dia di mana selama ini?" tanya Bong Joo.

"Entahlah. Dia mungkin menyebabkan masalah dan menghabiskan waktu di penjara." jawab Dae Han.

"Tidak mungkin. Dia pernah menjadi detektif." ucap Bong Joo.

"Tepatnya dia mantan detektif korup." jawab Dae Han.


"Ini sangat membuat frustrasi. Kita tidak bisa melanjutkan apartemen upah rendah, dan Da Jung bersekolah saat hamil, Tak menyerang anak di sekolah, dan kini, ayah anak-anak muncul. Kau harus melakukan pengusiran setan atau semacamnya." ucap Bong Joo.

"Bahaya adalah kesempatan. Apartemen upah rendah, penyerangan Tak, dan restoran ayah Soo Hyun. Ibu Jae Hoon terlibat dengan semua masalah itu." jawab Dae Han.

"Jadi, sekali dayung, dua tiga pulau terlalui, bukan?" tanya Bong Joo

"Kau cepat tanggap. Aku akan mengurusnya. Cari tahu tentang Han Dong Nam. Merupakan skenario terbaik untukku jika ayahnya bisa membawa anak-anak." jawab Dae Han.


Paginya,, Dae Han terbangun karena mendengar suara berisik diluar. Ia lalu meraih ponselnya di meja dan melihat jam.

Dae Han : Baiklah.

Dae Han lalu beranjak keluar dari kamar.

Begitu keluar, ia mendapati si kembar lagi main pukul-pukulan bantal sambil berdiri di sofa. Sementara Tak, seperti biasa, duduk tenang dgn game nya. Da Jung dan ayahnya sibuk menyiapkan sarapan.

Dong Nam : Anda sudah bangun?

Dae Han : Ya.

Dong Nam : Kau tertidur lelap, jadi, aku tidak membangunkanmu.

Dae Han : Ya. Aku tidak tidur nyenyak semalam. Kau tidak perlu membuat sarapan.

Dong Nam : Mungkin tidak terlihat, tapi aku sangat pandai memasak.


Mereka mulai sarapan. Dae Han melirik Dong Nam yg makan dengan lahap. Entah apa yg terjadi, Dae Han meletakkan kembali sendoknya dan tidak jadi makan.

Melihat itu, Dong Nam tanya kenapa Dae Han tidak makan? Apa Dae Han tidak suka sarapannya?

"Tidak. Ini lezat." jawab Dae Han, lalu mengambil sendoknya lagi.


Tae Poong melihat sendok dan sumpit ayahnya.

Tae Poong : Ayah, sendok dan sumpit itu milik Paman Wi.


Mendengar itu, Dong Nam langsung minta maaf dan berniat mencuci sendoknya. Tapi Dae Han bilang tidak masalah karena sendok itu bukan miliknya atau siapapun jadi siapapun berhak memakainya.

Dong Nam : Benar. Semuanya sama selama kau bisa makan memakai itu.

Dong Nam memasukkan sendoknya ke mulutnya, bikin Dae Han tambah keki.


Da Jung melirik Dae Han. Ia malu dgn sikap Dong Nam.

Dae Han : Jadi, apa tidak masalah tinggal di rumah Soo Hyun?

Da Jung : Aku tidur sangat nyenyak, tapi aku merasa tidak enak. Aku selalu membebani dia.

Dae Han melirik Dong Nam.

Dae Han : Itu benar. Meskipun dekat, kau bukan keluarga. Kau akan mengganggu jika tetap di sana.


Tapi Dong Nam tidak mengerti sindiran Dae Han padanya.

Dong Nam : Mengganggu apa? Kalian harus saling membantu. Masyarakat dibangun atas dasar itu. Wanita itu tampak baik. Lagi pula, kau tidak bisa istirahat dengan baik bahkan di akhir pekan karena sibuk menjaga anak-anak.

Dae Han : Itu benar.

Dong Nam : Akhir pekan ini, aku akan mengurus mereka sebagai ayah mereka agar kau bisa mengurus urusanmu.

Dae Han : Tentu.


Dae Han dan Soo Hyun jalan di pasar, menuju restoran Pak Jung. Dalam perjalanan, mereka membahas Da Jung dan Dong Nam. Soo Hyun minta Dae Han mengawasi Da

Jung, walaupun sibuk. Ia berkata, Da Jung mengalami mual yang parah setiap pagi.

Dae Han : Aku senang kau bersamaku.

Dae Han lalu tanya pendapat Soo Hyun soal Dong Nam.

Soo Hyun : Dia tidak terlihat begitu buruk.

Dae Han : Bukan hanya orang jahat yang menjadi ayah yang buruk. Dia meminta kartu kreditku agar bisa menjadi ayah yang baik.


Soo Hyun kaget : Apa? Kartu kredit? Apa rencananya?

Dae Han : Dia memintaku mengurus mereka sampai dia mampu melakukannya.

Soo Hyun : Bagaimana dengan Da Jung? Lalu dia akan tinggal dengan siapa?

Dae Han : Aku tidak punya waktu memikirkan hal yang belum terjadi.


Dae Han dan Soo Hyun melihat orang2 berkerumun di depan restoran Pak Jung. Penasaran, mereka pun langsung berlari ke restoran dan terkejut melihat Bu Yang berkelahi dgn ibunya Jae Hoon.

Mereka pun bergegas memisahkan Bu Yang dan ibu Jae Hoon. Bu Yang yg kesal dipisahkan dari ibu Jae Hoon, mengigit lengan Dae Han.


Soo Hyun meminta ibunya tenang.

Ibu Jae Hoon : Aku tidak akan tinggal diam.

Ibu Jae Hoon beranjak pergi.


Soo Hyun lalu tanya, apa yang terjadi?

Pak Jung : Ibu Jae Hoon datang. Dia bilang akan menghapus unggahan itu jika kami mendukung sekolah internasional.

Dae Han : Sekarang dia menunjukkan jati dirinya.

Pak Jung : Tapi kau tahu perangai ibumu. Dia mulai berteriak, "Omong kosong!" Lalu dia menjambaknya.

Bu Yang : Lalu apa? Haruskah aku bilang, "Tentu, kenapa tidak?" Ayahmu, di sisi lain, sangat tergoda. Dia bilang, "Benarkah?"

Dae Han : Benarkah? Aku tidak menganggap ayah sebagai orang seperti itu.

Pak Jung : Ayolah. Kehidupan kami yang dipertaruhkan. Itu naluriku berbicara.

Bu Yang : Tetap saja. Jika salah, itu salah.


Soo Hyun : Ya. Ibu benar. Tapi sungguh, wanita itu harus dihentikan. Bagaimana bisa dia mengancam mata pencarian orang seperti itu?

Dae Han : Karena semua ini bermula dariku, aku akan mengurusnya.

Pak Jung : Kau punya solusi? Siaran tunggal itu tampaknya tidak berpengaruh sama sekali.

Soo Hyun : Beri saja waktu. Kurasa ada perkembangan. Komentar juga positif.

Bu Yang : Itu tidak akan cukup. Hari ini, dia mengancam akan mengunggah kejadian hari ini di situs web.

Dae Han : Aku tahu sekelompok ibu yang meninggalkan situsnya membentuk komunitas daring yang berbeda. Judulnya Inju Good Mom.

Bu Yang : Inju Good Mom?

Soo Hyun : Ibu, bukan bom.

Dae Han : Aku akan menemui beberapa dari mereka.

Soo Hyun : Itu ide bagus. Aku yakin dia punya rahasia.

Dae Han : Musuh dari musuhmu bisa menjadi temanmu.


Dong Nam mengajak si kembar dan Tak ke mal.

Dong Nam : Tunggu. Lihat sepatu kalian. Norak sekali. Baiklah. Aku akan membelikan kalian sepatu baru!

Tae Poong : Tidak bisakah ayah tinggal dengan kami? Ayah bisa menghasilkan uang di sini.

Dong Nam : Tidak ada pekerjaan untukku di sini. Aku akan mencoba mengunjungi kalian sesering mungkin.

Song Yi : Sesering apa? Sepekan sekali?

Dong Nam : Kita lihat saja.


Dong Nam lalu melirik Tak yg sejak kemarin tidak gembira.

Dong Nam : Kenapa kau tampak murung sejak kemarin?

Tak : Ayah pikir aku akan menyukainya? Saat ayah tiba-tiba muncul usai mengabaikan kami selama dua tahun?

Dong Nam : Apa?

Tak : Apa aku salah bicara?

Dong Nam : Kau... beraninya kau menatap mataku! Dasar kurang ajar. Kau ingin berkelahi denganku? Kau pikir aku tidak berharga, bukan? Setelah Wi Dae Han menjadi ayahmu, kau tidak menganggapku sebagai ayahmu, bukan?

Tak : Jika tidak bisa bertanggung jawab, seharusnya tidak melahirkan kami.

Tak pun pergi. Dong Nam kesal.


Sementara Da Jung memeriksakan kehamilannya ditemani Jung Woo. Da Jung tampak cemas. Jung Woo memegang tangan Da Jung dan meyakinkan Da Jung kalau semuanya akan baik2 saja.

Da Jung : Kurasa kau lebih takut daripada aku.

Jung Woo : Tidak mungkin. Aku sama sekali tidak takut.


Dan benar saja, Jung Woo memang takut. Dia tak berhenti mengetukkan kakinya ke lantai.


Dokter lalu menyuruh mereka menatap ke layar.

Dokter : Kantung janin sudah jauh lebih besar dari sebelumnya. Kalian bisa melihat bayi itu tumbuh.

Da Jung tanya ke Jung Woo, bagaimana rasanya melihat bayi mereka untuk kali pertama?

Jung Woo : Sulit dipercaya. Jadi, apa yang berdebar itu...

Dokter : Ya, itu jantung bayi. Sekarang aku akan membiarkan kalian mendengarkan detak jantung bayinya.

Da Jung dan Jung Woo terharu mendengar detak jantung bayi mereka.

Dokter : Bayinya sangat sehat dan kuat.


Usai dari dokter kandungan,, Jung Woo mengajak Da Jung makan. Jung Woo tanya, bagaimana Da Jung di sekolah?

Da Jung bohong : Ya. Itu baik-baik saja.

Jung Woo : Benarkah? Bukankah anak-anak lain menindasmu atau semacamnya?

Da Jung : Mereka bukannya merundungku. Terkadang ada yang memelototiku.

Jung Woo marah : Siapa? Siapa yang berani melakukan hal seperti itu?

Da Jung : Tidak perlu marah. Aku juga memahami mereka. Mereka pasti stres karena ujian masuk universitas. Punya teman sekelas hamil pasti sangat menyebalkan. Aku akan sebal jika menjadi mereka.


Jung Woo : Benar. Aku punya sesuatu untukmu dan bayi kita.

Da Jung : Apa itu?

Jung Woo : Ini.

Jung Woo meraih ponselnya dan memberikan earphone nya ke Da Jung. Da Jung pun segera memakai earphone Jung Woo.

Jung Woo : Kau selalu bersama bayi, tapi aku tidak bisa melakukan itu. Aku juga ingin bersama kalian berdua.


Jung Woo memutarnya. Sebuah lagu yang dinyanyikan Jung Woo.

Da Jung tersenyum : Aku menyukainya. Terima kasih.

Jung Woo juga tersenyum.


Dae Han dan Soo Hyun pergi menemui Han Bit Eomma.

Dae Han : Terima kasih sudah datang. Aku tahu kamu pasti sibuk.

Han Bit Eomma : Tidak masalah. Aku selalu berpikir situs web itu punya banyak masalah. Itu sebabnya aku membuat situs baru bernama Inju Good Mom.

Dae Han : Bisa ceritakan secara detail masalah apa yang ada?

Han Bit Eomma : Awalnya situs web ibu-ibu seharusnya tempat berbagi informasi soal pengasuhan, daerah tempat tinggal, atau interaksi dengan mereka yang memiliki kepentingan serupa. Tapi para manajer Inju Mom  menggunakan fakta bahwa mereka punya banyak anggota untuk mendapatkan banyak keuntungan yang tidak adil.

Dae Han : Keuntungan tidak adil?

Han Bit Eomma : Mereka diam-diam meminta uang dari pemilik bisnis setempat, bilang toko mereka akan dipromosikan di situs web. Jika beberapa toko menolak, manajer mengunggah hal negatif. Dia akan menghapus komentar yang menyangkal pendapatnya.

Flashback...


Ibu Jae Hoon menerima uang dari salah satu pemilik restoran.

Flashback end..


Dae Han kesal.

Dae Han : Dia mengeksploitasi pebisnis lokal? Hidup mereka sudah cukup sulit.

Dae Han lalu tanya, apa Han Bit Eomma punya bukti?

Han Bit Eomma : Bukti?

Dae Han : Ya. Contohnya, foto-foto dari tulisan negatif. Atau rekaman telepon yang kau lakukan dengan manajer?

Han Bit Eomma : Tidak.

Dae Han : Kita butuh itu untuk mengambil tindakan hukum.


Han Bit Eomma : Begini...

Dae Han : Kau ingat sesuatu?

Han Bit Eomma : Anda ayah Tak, bukan?

Dae Han : Ya. Aku ayahnya. Kenapa kau bertanya?

Han Bit Eomma : Putraku satu SMP dengan Tak. Dan aku anggota komite kekerasan di sekolah.

Dae Han : Benarkah? Begitu rupanya. Kebetulan sekali!

Dae Han lalu memegang tangan Han Bit Eomma, membuat Han Bit Eomma tidak nyaman.

Dae Han : Aku tahu putraku membuat kesalahan, tapi dia anak baik. Aku khawatir Tak akan dipanggil ke hadapan komite. Tolong, kuharap kau bisa memikirkan Tak dengan baik. Dia benar-benar anak yang baik.

Soo Hyun pun menyuruh Dae Han tenang.

Han Bit Eomma menarik tangannya yg dipegang Dae Han.

Han Bit Eomma : Kukira kau akan salah paham, jadi, aku berusaha memperjelas situasi sebelumnya. Ibu Jae Hoon mungkin pelaku mengenai masalah situs web ibu-ibu, tapi dia ibu korban dalam insiden kekerasan sekolah Tak. Sekolah dan orang tua mempertimbangkan kasus ini dengan sangat serius. Tentu saja, aku juga. Kami akan mendengarkan korban dan pelaku serta membuat penilaian objektif untuk memutuskan tindakan disipliner, jadi, anda mungkin ingin bersiap.


Sekarang,, Dae Han dan Soo Hyun sudah di jalan. Dae Han tampak cemas mikirin Tak.

Soo Hyun : Semua akan baik-baik saja. Jae Hoon yang pertama merisaknya.

Dae Han : Kenapa semuanya begitu rumit? Haruskah kulakukan pengusiran setan seperti yang Bong Joo katakan?

Soo Hyun : Apa kau punya uang untuk itu? Kau meminta bayaran di muka karena bangkrut.

Dae Han : Aku tidak bersungguh-sungguh. Aku kekurangan uang, tapi ayah anak-anak menggila dengan kartu debitku.

Soo Hyun : Kau harus mengurusnya. Kau Ayah Nasional.

Dae Han lalu meminta Soo Hyun meminjamkannya satu juta dolar. Soo Hyun terdiam kesal.


Hye Jin ikut main golf bersama orang tua Joon Ho.

Hye Jin : Nice shot, ayah.

Hye Jin memuji pukulan Kyung Hoon.

Kyung Hoon lalu mendekati mereka dan menyuruh Joon Ho bermain.


"Aku sangat terkejut setelah menonton acara itu." ucap ibu Joon Ho.

"Kenapa?" tanya Joon Ho.

"Wi Dae Han. Bagaimana bisa dia bilang akan mempertahankan bayi itu? Dan di televisi nasional." jawab ibu Joon Ho.

"Aku tahu. Seolah-olah itu bisa dibanggakan." ucap Hye Jin

"Dia hanya berpura-pura untuk mendapatkan perhatian." jawab Kyung Hoon.

"Lantas, dia berhasil. Namanya adalah kata kunci terpopuler sepanjang hari." ucapibu Joon Ho.


Ibu Joon Ho melirik Joon Ho.

Ibu Joon Ho : Sebaiknya kau  Sebaiknya kamu berusaha lebih keras. Temanmu akan segera menjadi kakek.


Ibu Joon Ho tertawa.

Kyung Hoon : Apanya yang lucu?

Ibu Joon Ho : Kalau begitu, haruskah aku menangis?


Joon Ho mulai memukul bola. Setelah itu, ia mendekati orang tuanya dan Hye Jin.

Ibu Joon Ho : Pernahkah terpikir olehmu bahwa Joon Ho mungkin tidak bisa memenangi pemilu jika Wi Dae Han makin terkenal?

Ibu Joon Ho kemudian melirik Joon Ho.

Ibu Joon Ho : Ibu kira kau tidak mencalonkan diri?

Joon Ho : Itu rencanaku, tapi Ibu tahu betapa keras kepalanya Ayah.

Ibu Joon Ho : Kenapa kau terus menyeret Joon Ho ke dunia politik? Politisi hanya dikritik.

Kyung Hoon : Bukankah dia harus melakukan hal yang tidak pernah bisa kucapai?

Ibu Joon Ho : Apa yang tidak bisa kau capai?

Kyung Hoon : Aku gagal melakukannya, tapi Joon Ho harus menginjakkan kaki. Blue House.


Kyung Hoon pergi. Mendengar itu, ibu Joon Ho dan Hye Jin senang. Mereka lalu menyusul Kyung Hoon.

Joon Ho menghela nafas. Ia kesal.


Ibu Joon Ho : Di Gedung Biru, maksudmu presiden? Itu cerita yang sangat berbeda. Jika Joon Ho menjadi presiden, dia akan menjadi kepala negara tertampan di seluruh dunia.

Hye Jin : Apa itu artinya aku akan menjadi Ibu Negara?

Joon Ho yang gerah dgn pembicaraan itu, meminta mereka berhenti membicarakan itu.

Ibu Joon Ho : Berhenti apa? Kami hanya mengatakan yang sebenarnya. Omong-omong, siapa itu?

Joon Ho : Apa maksudmu?

Ibu Joon Ho : Kau bilang menyukai wanita lain, bukannya Hye Jin yang cantik.

Joon Ho tidak menjawab dan meminta orang tuanya berhenti mengajak Hye Jin main golf dgn mereka.


Usai main golf, Joon Ho dan Hye Jin dalam perjalanan ke kantor.

Hye Jin : Wanita yang kau sukai, itu Soo Hyun, bukan?

Joon Ho diam saja.

Hye Jin : Aku bertanya kepada Soo Hyun. Kubilang kepadanya aku menyukaimu dan bertanya apa dia tertarik.

Joon Ho : Kurasa aku membuat kesalahan.

Hye Jin : Apa maksudmu?


Joon Ho : Aku hanya bersikap ramah kepadamu karena ibu menyukaimu. Kurasa aku hanya memberimu kesan yang salah.

Hye Jin : Tidak. Aku tahu perasaan kita tidak sama. Aku tahu, tapi... Aku mencemaskanmu. Dan Soo Hyun juga.

Joon Ho : Apa maksudnya?

Hye Jin : Kau terlalu tua untuk berkencan biasa. Orang tuamu akan mengharapkanmu segera menikah. Tapi akankah mereka menerima Soo Hyun sebagai pasanganmu?


Joon Ho bersikap tegas.

Joon Ho : Hanya aku yang akan kesulitan memenuhi standar orang tuaku. Aku tidak akan melakukan hal yang sama saat mencari istriku.

Bersambung ke part 3.....

0 Comments:

Post a Comment