The Game : Towards Zero Ep 5 Part 2

Sebelumnya...


Tae Pyeong dan Joon Young masih di jalan.

Joon Young terkejut mengetahui Tae Pyeong tidak pernah menonton televisi.

Joon Young : Memiliki kekuatan seperti itu pasti lebih sulit dari dugaanku. Jika kau tidak menonton TV sama sekali, kau mungkin tidak pernah menonton film, bukan? Aku mengerti. Anggap saja kau menonton film romantis. Saat kau melihat wajah tokoh utama, itu akan menjadi film horor.


Sementara Joon Young mengoceh, Tae Pyeong malah memperhatikan bibir Joon Young.

Tae Pyeong terpesona. Pada Joon Young.

Joon Young : Kalau begitu, kau belum pernah ke bioskop? Astaga, maksudku, aku tidak bisa pergi karena aku sangat sibuk, tapi tidak bisa pergi sama sekali adalah hal yang berbeda. Apa yang kau lakukan saat sendirian? Apa yang kau lakukan untuk bersenang-senang? Begini, kau tidak bisa pergi ke area ramai karena alasan yang jelas. Ada tempat tertentu yang kau suka?


Tae Pyeong terus memperhatikan Joon Young. Ia benar-benar terpesona oleh sosok Joon Young.

Tae Pyeong : Apa karena aku tidak bisa melihat kematiannya? Untuk kali pertama, ekspresi wajah seseorang menyentuh hatiku. Apa seperti ini rasanya menatap seseorang?


Sadar Tae Pyeong terus menatapnya,, Joon Young pun tanya apa ada yang salah di wajahnya.

Tae Pyeong tersenyum.

Tae Pyeong : Tidak ada. Menghadap ke depan dan mengemudilah dengan nyaman.


Gantian Joon Young yang senyum.

Tambah terpesona lah itu si Tae Pyeong ama senyum Joon Young.

*Tae Pyeong jatuh cinta...


Tae Pyeong akhirnya tiba di rumahnya. Joon Young terus mengikuti Tae Pyeong, hingga ke depan pintu. Tae Pyeong berbalik dan terkejut Joon Young masih mengikutinya.

Tae Pyeong : Kau tidak pergi?

Joon Young : Begini... Terima kasih untuk hari ini.

Tae Pyeong : Aku senang bisa membantu.


Keduanya lantas tertawa.

Joo Young : Benar, bukan? Kau senang aku bersikeras kau membantuku? Omong-omong, kau bilang kau gugup tadi. Kau bilang mungkin ada alasan kenapa kita bisa mengubah kematiannya. Bagaimana kalau kita mencari alasannya bersama?


Tae Pyeong tertegun Joon Young mengajaknya kerja sama.

Joon Young : Saat menangani kasus pembunuhan yang mirip dengan kasus Mi Jin, kita mungkin bisa menemukan alasannya. Aku akan sibuk menyelesaikan kasus ini untuk sementara. Kau tertarik bekerja denganku?

Tae Pyeong : Aku akan memikirkannya. Kau harus pergi.

Joon Young : Baiklah. Baiklah. Semoga malammu menyenangkan.


Joon Young pun pergi. Tae Pyeong menatap kepergian Joon Young.


Setelah itu, Tae Pyeong kembali ke kamarnya dan menatap lukisannya.


Tae Pyeong ingat saat Joon Young meminta bantuannya untuk menemukan Mi Jin.

Tae Pyeong : Prediksiku tidak pernah salah.

Joon Young : Kita bisa mengubah prediksi itu.

Tae Pyeong : Maaf, tapi aku tidak bisa membantumu.

Joon Young : Akan kuperlihatkan bahwa itu bisa berubah.


Tae Pyeong lalu ingat saat Joon Young melakukan CPR pada Mi Jin,, hingga Mi Jin tersadar.


Lalu ia ingat saat Joon Young mengajaknya bekerja sama.

Joon Young : Kau bilang mungkin ada alasan kenapa kita bisa mengubah kematiannya. Bagaimana kalau kita mencari alasannya bersama?


Tae Pyeong terus menatap lukisannya.


Besoknya, kepolisian menggelar konferensi pers di hadapan para wartawan, termasuk Han Kyu dan Ye Ji.

Woo Hyun : Mulai sekarang, aku akan menjelaskan tentang penculikan dan percobaan pembunuhan seorang gadis SMA di Bongnae-dong yang terjadi tadi malam. Pada malam tanggal 15, sekitar pukul 20.00, detektif dari divisi kejahatan saat bertugas malam mengetahui bahwa korban menyimpan ponselnya sebelum penculikan.


Bong Soo, Joon Young dan Dong Woo yang menatap Woo Hyun dari belakang kerumunan wartawan, merasa agak miris.

Bong Soo : Kepala harus menjelaskan kasus di Gedung Biru nanti. Kita bahkan belum menangkap pelakunya.

Joon Young : Aku sungguh berpikir beberapa hal harus diprioritaskan.

Dong Woo : Omong-omong, suatu keajaiban Mi Jin masih hidup.

Dong Woo lantas mengaku lapar dan mengajak kedua rekannya makan.


Tapi setibanya diluar,, mereka bertemu Joon Hee yang baru datang. Joon Hee dan Joon Young saling bertatapan.


Joon Hee dan Joon Young bicara di ruang interogasi.

Joon Hee : Kau sudah besar.  Kau tampak seperti orang dewasa sekarang.

Joon Young : Beberapa orang mungkin salah paham bahwa kita sebenarnya dekat.

Joon Hee : Benar. Entah bagaimana aku harus berterima kasih.

Joon Young : Aku hanya melakukan tugasku. Kurasa kau tidak datang kemari hanya untuk berterima kasih. Langsung ke intinya saja.


Diluar,, Dong Woo, Bong Soo dan Kang Jae memperhatikan mereka. Woo Hyun lalu datang dan bergabung dengan mereka.


Joon Hee memberikan artikel korban ketujuh Jo Pil Doo yang dibunuh di rumah sakit.

Joon Hee : Aku memeriksa semua artikel terkait agensi berita lain, tapi hanya artikelku yang punya foto nomor kamarnya. Sehari setelah artikelku diterbitkan, dia dibunuh. Aku tahu Jo Pil Doo tahu setelah membaca artikelku, jadi...


Woo Hyun terkejut mendengarnya.


Joon Hee : ... jadi, aku ingin mengubur masalah ini sampai akhir. Aku yakin dia membaca artikelku. Aku mengerti. Dia tidak bisa memaafkanku. Putrinya yang diselamatkan dibunuh karena aku.

Joon Young : Jo Pil Doo bisa melihat nomor kamar melalui artikel ini. Namun, kurasa ayah korban tidak berusaha membalas. Jika dia melihat foto ini, mungkin dia lebih mengkhawatirkan bahwa wajahnya ada di koran, bukan nomor kamar. Ini foto terakhirnya sebelum dia meninggal. Tidak mungkin ayah korban melihat foto ini. Dia diserang artikel berita bahwa putrinya sudah meninggal di rumah sakit saat mereka sangat dekat dengan putri mereka. Tapi banyak artikel diterbitkan tentang kematiannya. Apa menurutmu dia membaca koran?

Joon Hee terdiam.


Joon Young : Dia akan membaca koran jika tidak tahu bagaimana dia mati. Karena itulah yang kurasakan. Aku melihat jasad ayahku melalui artikel yang kau terbitkan.

Joon Hee terkejut mendengarnya.

Joon Young : Lebar, 20 cm. Panjang, 15 cm. Saat aku melihat jasad ayahku di foto kecil itu, aku tidak percaya.

Flashback....


Joon Young yang duduk di sebuah meja, membaca artikel ayahnya.

Joon Young : Korban mengalami sembilan fraktur pada tulang rusuk. Pergelangan kaki dan panggulnya terkoyak hingga tidak bisa dikenali.



Woo Hyun kembali ke kantornya. Joon Hee mengikutinya dan membombardirnya dengan pertanyaan-pertanyaan.

Joon Hee : Kau belum menemukan tempat penguburan untuk enam korban lainnya. Kau sudah menetapkan tanggal untuk pemeriksaan TKP Jo Pil Doo? Ayolah. Beri tahu saja aku.

Woo Hyun :  Sudah cukup. Cukup!

Joon Hee : Detektif Nam, aku seorang reporter. Aku melakukan ini demi kebaikan masyarakat.



Woo Hyun yang sudah tidak tahan lagi, mencengkram kerah Joon Hee.

Woo Hyun : Bagaimana menerbitkan foto seorang detektif yang tewas saat bertugas dianggap sebagai hak publik? Beri tahu aku idemu soal hak publik! Kau keterlaluan! Yang benar saja!


Mereka lalu melihat Joon Young.

Woo Hyun : Joon Young-ah.

Woo Hyun bergegas mendekati Joon Young.



Joon Young menoleh dan saat itulah ia melihat Joon Hee.

Flashback end...


Joon Young menatap tajam Joon Hee.

Joon Young : Di artikel itu, tertulis ada sembilan fraktur rusuk, lalu mata, hidung, mulut, telinga, kepalanya yang retak, juga kakinya yang patah berdarah. Tertulis bahwa seluruh tubuhnya kehabisan darah. Tapi aku menemukan sesuatu setelah menjadi polisi. Tidak ada sembilan fraktur. Ada 13.

Joon Hee merasa bersalah.


Joon Hee : Maaf. Saat itu, aku...

Joon Young : Mungkin kau sangat ingin membuat laporan eksklusif. Aku mengerti kenapa kau melakukan itu. Tapi kenapa ayah korban ingin membalas dendam setelah 20 tahun?


Joon Hee : Dia ingin membuatku merasakan sakit yang sama. Gadis itu juga diculik setelah membeli kue ulang tahun, sama seperti Mi Jin. Dia membelinya untuk merayakan ulang tahun ibunya.

Woo Hyun kaget mendengarnya.


Joon Hee : Pelakunya adalah ayah korban ketujuh, Hong Jung Ho.

Joon Young terkejut mendengarnya.


Bersambung....

0 Comments:

Post a Comment