King Maker : The Change Of Destiny Ep 10 Part 1

Sebelumnya...


Di sel, Byeong Woon menuliskan surat untuk Raja.

Byeong Woon : Raja, teganya anda membuangku. Aku menghabiskan 10 tahun terakhir untuk melindungi anda sebagai anggota dewan kerajaan. Teganya anda mempertanyakan kesetiaanku dan meninggalkanku? Semua tuduhan penipuan dan penghindaran pajak yang dikatakan Dojeonggung itu palsu. Dengan intuisi superior anda, tolong ungkap kebenaran di balik taktik politik ini terhadapku. Percayalah aku tak bersalah, Rajaku! Sudah kukatakan semuanya, Rajaku.


Raja membaca surat Byeong Woon itu di depan Ha Jeon dan Hakim Lee.

Ha Jeon berkata, kalau Byeong Woon sangat putus asa.

Raja : Aku telah menjadi Raja selama 10 tahun terakhir, tapi belum pernah melihat sisi putus asa dari Kim Byeong Woon.


Ha Jeon tertawa dan meminta Raja tetap menghukum Byeong Woon.

Raja : Dua hari dari sekarang, dia akan dihukum saat Namun. Kau boleh pergi.

Sementara Hakim Lee diam saja.


Goo Cheol yang lagi bersantai dengan Pal Ryeong di beranda kedai, dibawakan makanan oleh Nyonya Paeng. Nyonya Paeng menyuruh Goo Cheo makan, bahkan menyuapi Goo Cheol.

Pal Ryeong ikut mencicipi. Tapi baru mengambil, tangannya sudah dipukuli oleh Nyonya Paeng.

Pal Ryeong sewot, berhenti memukuliku!


Bong Ryeon datang bersama Dan.

Ketiganya kaget, tapi setelahnya Nyonya Paeng senang melihat Bong Ryeon.

Goo Cheol dan Pal Ryeong menyuruh Bong Ryeon makan.

Bong Ryeon : Tidak usah, terima kasih.

Bong Ryeon celingukan mencari Chun Joong.


Pal Ryeong langsung berdiri dan memanggil Chun Joong.

Chun Joong keluar dengan terburu-buru dan tersenyum melihat Bong Ryeon.


Chun Joong lalu mendekati Bong Ryeon.

Chun Joong : Kau baik-baik saja?

Bong Ryeon : Ya, tidak ada masalah. Dan kau, Tuanku?


Melihat itu, sontak Nyonya Paeng dan Pal Ryeong meledek Chun Joong.

Nyonya Paeng : Astaga, lihat majikan kita! Wajahnya memerah! Dia tersipu!

Pal Ryeong : Kurasa ada yang salah.

Chun Joong dan Bong Ryeon tersipu malu.


Goo Cheol melirik bungkusan merah yang dibawa Bong Ryeon.

Goo Cheol : Kau bawa apa, Nona?

Bong Ryeon : Ini bukan apa-apa, tapi...

Goo Cheol : Aku yakin itu hadiah untuk Tuan.


Mendengar kata 'hadiah' Pal Ryeon langsung kepo dan berniat mengambil hadiahnya tapi Chun Joong langsung mengambilnya duluan sebelum diambil Pal Ryeong.


Mereka semua duduk di dalam, di ruangannya Chun Joong.

Bong Ryeon membuka hadiahnya, jam saku!

Pal Ryeong tanya, apa ini?

Bong Ryeon : Ini benda asing yang menunjukkan waktu. Ini disebut jam saku.

Chun Joong : Bagaimana mengetahui waktu dengan ini?

Pal Ryeong : Bagaimana kau bisa membedakan siang dan malam?


Bong Ryeon : Saat jarum pendek menunjuk di sini, artinya siang. Saat jarumnya kembali, artinya sudah malam...

Pal Ryeong : Apa? Siang dan malam sama saja? Ini cantik, tapi agak tidak berguna.


Chun Joong langsung menoyor kepala Pal Ryeong.

Chun Joong : Jangan berikan penilaian pada hadiah orang lain. Ini bukan untukmu, jangan ikut campur.


Bong Ryeon menyuruh Chun Joong mendekat.

Chun Joong dengan malu-malu mendekat. Bong Ryeon memasangkan jam sakunya ke leher Chun Joong.


Goo Cheol : Kau yakin itu benar? Kenapa memasangnya di leher?

Bong Ryeon : Di Barat, arloji adalah simbol kedewasaan. Aku memikirkanmu, setelah melihat ini.

Chun Joong : Terima kasih, aku akan menyimpan ini selamanya.


Sekarang Chun Joong dan Bong Ryeon jalan-jalan berdua dan bicara di tepi danau.

Chun Joong : Maksudmu, keluarga Kim Jwa Keun tetap tenang?

Bong Ryeon : Bisa-bisanya tetap tenang padahal ketua keluarga mereka berikutnya dipenjara? Aku bertemu dengan Na Hab dan mendengar rumor orang dalam...

Flashback...


Nahab dan Bong Ryeon minum teh setelah Byeong Woon ditangkap.

Nahab bilang dia bertanya, Byeong Woon atau Byung Hak.

Bong Ryeon, lalu?

Nahab : Dia tidak memberikan jawaban jelas, tapi aku yakin Tuan akan memilih Byun Hak.

Bong Ryeon : Tapi kau bilang Kim Jwa Keun menyimpan uang dengan Seniman Negara?

Nahab : Benar sekali. Tapi dia sangat tenang dan menikmati kue madunya. Teganya seorang ayah menikmati hidangan penutup sementara putranya dipenjara? Dia memang tidak pernah peduli.

Flashback end...


Chun Joong tanya, apa menurut Bong Ryeon Jwa Keun meninggalkan Byeong Woon.

Bong Ryeon menghadap ke danau.

Bong Ryeon : Kadang aku masih bisa merasakan sakitnya. Rasa sakit dari malam itu masih menghantuiku. Selama aku masih bisa merasakan sakit ini, takdir Kim Byeong Woon belum berakhir.


Bong Ryeon ingat saat Byeong Woon memberinya cap kriminal.

Chun Joon menyentuh bekas lupa itu.


Bong Ryeon menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Wasiat Kim Byeong Woon tidak akan binasa, aku yakin.

Chun Joong memegang bahu Bong Ryeon dengan kedua tangannya dan terdiam memikirkan sesuatu.


Malamnya, Ha Jeon dan para bangsawan berkumpul di wallsongru. Para bangsawan memuji Ha Jeon yang berhasil memenjarakan Byeong Woon dan menyita gudang rahasia Keluarga Kim.

Ha Jeon : Ini bukan kesuksesan besarku. Semuanya pencapaian Tuan Heungseon-gun!

Hakim Lee : Tidak, itu semua keputusan hebatmu!

Ha Jeon mengajak mereka bersulang demi masa depan Joseon.

Ha Jeon : Semuanya, minumlah sesuka hati kalian! Selamat menikmati!


Hakim Lee lalu berdiri diluar, sedang yang lain masih minum2 di dalam.

Ha Jeon yang sudah mabuk, keluar menyusul Hakim Lee.

Ha Jeon : Tuan, maksudku... Kakak. Terima kasih.

Ha Jeon memberi hormat kepada Hakim Lee.


Hakim Lee : Kau mabuk. Kau sudah bekerja dengan baik. Tapi pekerjaan kita belum berakhir.

Ha Jeon : Ya, ini baru permulaan. Jalanku menjadi raja dan mengubah negara akan segera dimulai!

Hakim Lee : Bagus, mari kita akhiri era Kim-moon dan ciptakan generasi Raja Agung seperti Raja Sejong dan Raja Yeongjo!

Ha Jeon : Kalau begitu, aku akan membutuhkan dukunganmu, Kakak!

Ha Jeon memeluk Hakim Lee. Ha Jeon : Kakak! Kakakku!


Wajah Hakim Lee berubah tegang. Dia teringat kata-kata Jwa Keun saat mereka meminta Byeong Woon dihukum berat.

Jwa Keun : Aku tak bisa berkata-kata, Rajaku. Kim Byeong Woon adalah aib keluarga kami.


Dan benar saja, keluarga Kim memang merencanakan sesuatu.

Byung Hak menemui ayahnya.

Byung Hak : Heungseon-gun dan Lee Ha Jeon terlalu percaya diri dan merayakan, Ayah.

Jwa Keun : Pasti begitu.

Byung Hak : Orang-orang bodoh ini!

Jwa Keun : Omong-omong, aku penasaran bagaimana interogasi Byeong Woon nanti.

Byung Hak : Aku juga, Ayah.


Paginya, Jongsagwan Im menemui Gubernur Gunwi bersama Chun Joong. Gubernur Gunwi tanya siapa Chun Joong. Jongsagwan Im bilang, Chun Joong peramal paling terkenal di Hanyang. Gubernur Gunwi, apa? Dukun? Kenapa mistik ada disini?

Jongsagwan Im : Dia sangat terkenal dan ingin menyapa Tuan Gubernur, serta meramal peruntunganmu.

Gubernur Gunwi : Peruntunganku?


Chun Joong mulai membaca wajah Gubernur Gunwi.

Chun Joong dalam hati, dia memiliki wajah tikus.


Mereka bicara di dalam. Chun Joong terus membaca wajah Gubernur Gunwi.

Chun Joong : Dia cepat tanggap dan pintar bicara, tapi tidak berani melaporkan korupsi. Hanya akan bertindak saat menguntungkan dirinya. Dia juga punya dahi yang maju dengan mata menonjol. Kedua telinganya datar di samping kepalanya. Dia memiliki wajah seorang penipu!


Gubernur Gunwi tanya bagaimana peruntungannya pada Chun Joong.

Chun Joong : Kau tahu dunia bergerak dan bicara dengan fasih. Jika pejabat tinggi memperhatikanmu, kau bisa menjadi menteri. Kau mendapat banyak tawaran?

Gubernur Gunwi : Benar, aku dapat tawaran dari banyak tempat.

Jongsagwan Im : Dari yang kudengar, bahkan Kim Byeong Woon menawarkan posisi tinggi?

Gubernur Gunwi : Tuan Byeong Woon memberiku tawaran saat kami minum-minum. Dia meminta 100.000 koin lagi di gudang pribadinya dan sebagai balasan, menawarkan Perdana Menteri!

Chun Joong : Sepertinya kau sering minum bersama Tuan Byeong Woon.

Gubernur Gunwi : Tentu! Kami hampir menjadi seperti saudara!


Gubernur Gunwi membuka kipasnya dan mulai berkipas.


Chun Joong pulang. Pal Ryeong dan Goo Cheol langsung memberitahunya bahwa dia ada tamu.

Ternyata tamunya Hakim Lee.

Chun Joong kaget, pria yang sangat sibuk datang jauh-jauh kemari untuk menemuiku?

Hakim Lee : Aku menemukan minuman yang sangat enak. Mau?


Hakim Lee minum duluan, lezat. Seperti yang kau tahu, aku sudah menyia-nyiakan seluruh hidupku. Aku tidak bisa terbiasa dengan kehidupan baru yang sibuk ini.

Chun Joong : Aku senang mendengar seranganmu terhadap Byeong Woon sukses, tapi apa alasanmu mengunjungiku?

Hakim Lee : Aku ingin berbagi minuman enak ini denganmu.

Chun Joong : Aku sudah memperingatkanmu agar tidak menyerang Kim Byeong Woon. Sepertinya firasatku salah. Kenapa kau menemui peramal yang salah? Katakan kenapa kau di sini.

Hakim Lee : Belakangan ini, aku merasa seseorang meletakkan jalan sutra untukku berjalan. Mungkin sudah keberuntunganku... Dari keluarga Jangdong Kim-moon yang tidak tersentuh, Kim Byeong Woon adalah yang paling kejam dan aku sudah menjatuhkannya?

Chun Joong : Kau mencurigakan. Kau khawatir ada yang ikut campur sejak insiden itu?

Hakim Lee : Jika itu benar, siapa dia? Dojeonggung yang paling diuntungkan dalam situasi ini, tapi sudah pasti bukan anak itu. Mungkinkah itu Ibu Suri? Atau Keluarga Jo Pung-yang?

Chun Joong : Atau mungkin saja keluarga Jangdong Kim sendiri.


Hakim Lee : Kau benar. Byung Hak dan Byeong Woon  bisa saja memiliki perang internal. Siapa pun itu, aku hanya penasaran. Karena itulah aku di sini.

Chun Joong : Kau butuh orang untuk mencari tahu.

Hakim Lee : Besok interogasi terakhir Kim Byeong Woon. Kau bisa menyelidikinya sebelum itu terjadi?


Chun Joong : Aku sendiri punya kecurigaan, tapi apa kau akan percaya padaku, Tuan Heungseon-gun? Aku tidak bisa bekerja dengan orang yang tidak memercayaiku. Jalan di depan kita membutuhkan kepercayaan penuh terhadap satu sama lain. Tuan Heungseon-gun, aku akan segera menjadi sekutu terbaik dan paling tepercaya untukmu.

Hakim Lee terdiam, lalu meminum minumannya.

Setelah itu, ia memutuskan untuk mempercayai Chun Joong.

Hakim Lee : Kau harus membawakanku sesuatu sebelum usi.

*Usi, antara pukul 17.00-19.00

Chun Joong : Baiklah.

Hakim Lee : Pegang botolnya! Kita akan menghabiskannya setelah pekerjaan kita sukses!

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment