King Maker : The Change Of Destiny Ep 13 Part 3

Sebelumnya...


Jin Sang mengeluh lapar. Dia menunggu di desa miskin sekarang bersama Goo Cheol, Man Seok.

Jin Sang : Menurutmu bagaimana keadaan bibi kita? Aku ingin makan makanan lezatnya.


Goo Cheol langsung menatap sengit Jin Sang.

Goo Cheol : Kenapa kau menanyakan kakakku?

Jin Sang pun mengalihkan pembicaraan dan bertanya-tanya kenapa Chun Joong lama sekali.


Tak lama, Chun Joong datang.

Ja Young bergegas menyambutnya.

Ja Young : Selamat datang, Tuan.

Chun Joong : Kau baik-baik saja?

Ja Young : Ya.


Seorang pasien tanya pada Chun Joong apa mereka akan dibawa keluar gerbang Soogoo besok?  Apa mereka akan membiarkan kita mati?

Pasien lain : Bukankah kau bilang akan mencari tempat untuk kami?

Chun Joong minta waktu lagi.

Pasien mendesak Chun Joong menyelamatkan mereka. Mereka bilang hanya Chun Joong harapan mereka.


Ja Young marah, kalian keterlaluan! Jika bukan karena dia, semua orang di sini sudah diseret keluar gerbang Soogoo. Dibuang begitu saja seperti sampah hidup. Siapa yang mencegah itu terjadi? Hanya Tuan Choi! Apa kalian tahu rasa bersyukur?


Jin Sang pun meminta para pasien tenang.

Para pasien berteriak, memohon pertolongan Chun Joong.


Chun Joong mengajak Man Seok bicara.

Man Seok : Baik, Tuan.


Mereka kembali ke kedai. Chun Joong dan Man Seok bicara di kamar Chun Joong.

Chun Joong memberikan Man Seok cek.

Chun Joong : Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Ambil uang ini, beli kuda dan kereta sebanyak mungkin. Kita mungkin harus membawa yang sakit dan kabur.

Man Seok : Tuan, kenapa kau berusaha menyelamatkan semua orang? Kau tidak bertanggung jawab atas setiap warga. Kau bisa hidup untuk dirimu sendiri, Tuan!

Chun Joong : Man Seok-ah, aku selalu hidup untukku.

Man Seok : Apa?

Chun Joong : Apa aku terlihat seperti orang suci? Tidak. Jika aku menyerah, jodohku tidak perlu menunggu dan kalian tidak perlu menderita. Semua orang di sekitarku menderita karena aku. Tapi saat aku menyerah, orang-orang itu akan mati.  Bagaimana bisa aku diam saja padahal mengetahui hal ini?


Diluar, yang lain tersentuh dengan jawaban Chun Joong.

Chun Joong : Ke mana pun melihat, aku tidak bisa melihat orang yang bisa melindungi dan merawat pasien yang sakit. Hanya aku. Mereka bukan penyakit, mereka juga manusia. Jika aku menyerah, mereka semua akan mati. Itu sebabnya aku tidak boleh menyerah.

Man Seok : Tuan! Kenapa kau menanggung beban itu sendirian?

Chun Joong : Ya, itu sulit, tapi jangan terlalu memarahiku dan bantu aku Man Seok-ah.  Kalianlah alasanku bisa menanggung beban itu.


Jin Sang gregetan, dimana Pal Ryeong!  Dia seharusnya berdiri di samping Tuan Choi!

Mendengar itu, Goo Cheol menggoda Jin Sang.

Goo Cheol : Tapi kenapa kau terlihat sangat mengandalkannya?

Kedua adik Jin Sang ikut menggodanya.

"Dia menyukainya."

"Dia sudah menyukainya." Goo Cheol tertawa.


Jin Sang malu mengakuinya dan duduk disamping Nyonya Paeng. *Ciyeee..

Jin Sang : Tidak! Apa yang dia katakan... Itu hanya karena dia selalu ada, aneh tidak melihatnya.

Nyonya Paeng : Kenapa kau duduk begitu dekat?

Nyonya Paeng berkata, jika Pal Ryeong tidak sakit, Pal Ryeong  mungkin dia sedang berjudi!


Goo Cheol tak yakin Pal Ryeong sedang berjudi.

Goo Cheol : Dia tidak akan berjudi sekarang. Terutama dengan uang Tuan Choi.


Dan memang benar, Pal Ryeong sedang berjudi.


Besoknya, In Gyu bersama pengawal Keluarga Kim dan para prajurit istana datang mengobrak-abrik desa miskin. Prajurit juga memukuli para pasien.


Chun Joong keluar.

In Gyu kesal menatap Chun Joong.

In Gyu : Waktu kalian sudah habis. Sesuai titah Raja, aku akan mengisolasi pasien sakit ke luar gerbang.

Chun Joong : Mereka bukan hanya orang sakit! Mereka semua rakyat. Aku tidak akan membiarkan seorang pun pergi.

In Gyu : Lantas, kami harus menyingkirkanmu dahulu.


Pengawal Keluarga Kim mulai mengarahkan pedang mereka pada Chun Joong.

Chi Sung bertindak dan membela Chun Joong.

Chi Sung : Selama aku di sini, tidak ada yang akan boleh menyakiti atau membunuh Choi Chun Joong.


In Gyu kesal menatap Chi Sung dan teringat saat dia melapor ke Byeong Woon bahwa Chi Sung memihak Chun Joong sekarang.

In Gyu : Dia bedebah yang mencoba membunuhmu, Tuan. Perintahkan aku...

Byeong Woon : Tidak, biarkan saja. Kita tidak ingin perhatian darinya.


Pal Ryeong kembali dan dengan santainya berjalan di tengah-tengah prajurit.

Pal Ryeong : Tuan Choi! Kau di sana! Ini aku temanmu, Ryeong Pal Ryeong.  Ada apa dengan kekerasan ini?


Pal Ryeong mendekati Chun Joong.

Pal Ryeong : Tuan, akhirnya aku berhasil. Aku, Ryeong Pal Ryeong, telah menemukan tanah terluas di Hanyang untuk mengarantina orang-orang ini!

Semua kaget.

Chun Joong : Apa dia sungguh menemukan tempat untuk semua orang ini?

Pal Ryeong : Ya, tentu saja! Aku bertaruh lengan kananku dan 10.000 koin untuk itu!


In Gyu yang panas, menuding Pal Ryeong bohong.

In Gyu : Tempat seperti itu tidak ada!

Pal Ryeong menunjukkan bukti yang dibawanya.


Chun Joong membacanya. Dia kaget.

Chun Joong memberikan kertas itu ke Man Seok. Semua membacanya.


Chun Joong menatap bangga Pal Ryeong. Dia memeluk Pal Ryeong.

Para pasien senang.


Pal Ryeong meminta para pasien mengikutinya.

In Gyu tambah panas.


Byeong Woon kaget dapat laporan dari Menteri Jo soal tanah yang ditemukan Pal Ryeong.

"Ya, Tuan, para orang sakit bergerak ke sana saat ini. Selain itu, orang sakit lain yang mendengar rumor semua bergerak ke sana." ucap Menteri Jo.


Byung Hak : Choi Chun Joong, dia berhasil.


Byeong Woon tak percaya dan ingin melihatnya sendiri.

Byung Hak senang melihat kekesalan Byeong Woon.


Pal Ryeong membawa para pasien ke tanah itu.

Goo Cheol : Jaraknya bahkan tidak jauh dari rumah kita!


Nyonya Paeng penasaran bagaimana Pal Ryeong menemukan tanah itu.

Pal Ryeong : Bagaimana, lumayan, bukan? Aku juga tidak menyangkanya. Gakwae memberitahuku, pemilik tanah ini dihancurkan orang-orang di rumah judi. Dia kehilangan semua tanah ini dan hidup sengsara. Pada saat itu, intuisiku muncul. Aku mempertaruhkan tanganku sendiri! Aku bertaruh 10.000 koin dari Tuan!

Nyonya Paeng : 10.000 koin? Bagaimana jika kau kehilangan itu?

Pal Ryeong : Aku menghancurkan rumah judi itu!

Flashback...


Pal Ryeong menang di meja judi.

Flashback end...


Pal Ryeong : Entah kenapa, kartuku yang terbaik!

Man Seok : Kau serius? Ada pepatah bilang begitu penjudi sukses, dia harus membayarnya nanti, berhati-hatilah.

Pal Ryeong : Kau memedulikanku? Kau memedulikanku, ya?

Man Seok : Tentu saja!

Mereka bersuka cita.


Tak lama, Chun Joong datang. Mereka semua langsung mengelu-elukan Chun Joong.


Bong Ryeon datang dan melihat Chun Joong dielu-elukan para pasien.

Hakim Lee juga melihat itu dan mulai khawatir. Sepertinya Hakim Lee mulai merasa Chun Joong ancamannya.


Di dapur, semua sibuk membuat makanan untuk para pasien.

Goo Cheol : Kakak, tanah yang kau peroleh ini, semuanya tidak berubah. Ke mana semua orang yang tinggal di sini?

Pal Ryeong : Bangunan ini dihuni gatbachi dan pandai besi. Karena kebijakan gongnab yang berat, mereka semua kabur di tengah malam. Sejak itu, pemilik tanahnya terus berubah.

Chun Joong : Kabur di malam hari... Tanah ini dipenuhi darah dan air mata rakyat kita.


Hakim Lee datang, dia datang dengan kondisi setengah mabuk.

Hakim Lee memanggil Chun Joong saudaranya dan memeluknya.

Nyonya Paeng : Tuan, kau mabuk. Aku akan membuatkanmu teh.

Hakim Lee : Bibi yang cantik. Terima kasih!

Chun Joong mengajak Hakim Lee masuk.


Tanpa mereka sadari, beberapa pria datang dan melihat-lihat tanah itu.


Hakim Lee : Berapa lama kau berencana tinggal di tempat seperti ini? Aku bisa menyediakan rumah bersih untukmu.

Chun Joong : Tidak, terima kasih. Aku suka tempat ini.

Hakim Lee : Tidak. Tempat ini tidak cukup untukmu. Semua orang mengidolakanmu sebagai peramal.

Chun Joong : Aku hanya membersihkan jalan untuk Raja berikutnya.

Hakim Lee : Tapi ada anak jahat yang mencoba berlari melalui jalan itu lebih dahulu. Apa yang akan kita lakukan dengannya?


Chun Joong : Kau bicara soal Yeongun-gun? Kau ingin membunuhnya?

Hakim Lee : Seolah-olah kau bisa melihat langsung ke dalam hatiku.

Chun Joong : Kau tidak boleh melakukan itu.

Hakim Lee : Tidak boleh? Apa kau memerintahku?

Chun Joong : Aku hanya mengatakan fakta. Pembunuhan tidak sesuai dengan moral kita, Tuan.

Hakim Lee : Siapa yang memutuskan itu? Kau?

Chun Joong : Jika kita berdiri di atas jasad orang yang dibunuh, apa yang akan terjadi?


Hakim Lee : Itu akan membusuk.

Chun Joong : Ya, itu akan membusuk dan hancur. Dan aroma busuk akan menyebar di mana-mana. Tidak ada yang namanya rahasia. Karena Raja Yeongjo menderita akibat rumor bahwa dia meracuni raja sebelumnya, putramu akan mendapatkan kritik yang sama seumur hidupnya.

Hakim Lee : Kau benar juga. Tapi bagaimanapun caranya, kita harus menyingkirkan Yeongun-gun.

Chun Joong : Aku akan memikirkan cara untuk menyingkirkannya. Tapi jika ingin meminta dukunganku, jangan pernah berniat membunuh lagi. Kau mengerti?

Hakim Lee tertawa, kau mengancamku? Astaga, menakutkan sekali! Aku takut! Baiklah. Aku mengerti.


Mereka mengantar Hakim Lee keluar. Hakim Lee memuji teh buatan Nyonya Paeng.

Setelah itu, Hakim Lee berbalik dan pergi tapi begitu berbalik raut wajahnya berubah dingin.

Hakim Lee ingat saat Ibu Suri bilang akan menjadikan Yeongun-gun sebagai Raja berikutnya.


Yeongun-gun berlutut pada Byeong Woon. Byeong Woon memegang bukti bahwa dulu Yeongun-gun hidup sebagai budak.

Byeong Woon lalu melemparkan pakaian Song Jin yang masih bernoda darah.

Yeongun-gun ketakutan dan minta Byeong Woon membiarkannya hidup.

Byeong Woon : Kau tidak layak mendapatkan takhta, bahkan tidak layak menjadi pria bangsawan. Tapi jika aku membuang bukti ini, tidak ada orang di dunia ini yang tahu tentang kehidupan lampaumu.

Yeongun-gun : Ya, Tuan. Aku tidak akan melupakan kemurahan hatimu.


Tengah malam, Hakim Lee sedang bersama anak buahnya.

Ternyata beberapa pria yang melihat2 tanah yang ditemukan Pal Ryeong tadi adalah orang2nya Hakim Lee.

Hakim Lee menanyakan Song Jin.

"Dia belum terlihat. Dia pasti terbaring mati di suatu tempat."

"Bagaimana dengan Yeongun-gun? Bagaimana bisa aku sudah memberimu perintah, tapi anak ini masih hidup?" tanya Hakim Lee.

"Entah Kim-moon atau Ibu Suri telah mengutus banyak pengawal di sekelilingnya. Kami sudah berusaha menembusnya, tapi hampir ketahuan."


"Seorang wanita tua benar-benar berkomitmen terhadap anak ini... Dia sudah memaksa tanganku sekarang..." ucap Hakim Lee dengan wajah dingin.

Bersambung....

0 Comments:

Post a Comment