King Maker : The Change Of Destiny Ep 16 Part 2

Sebelumnya...


Tuan Simam dan para pejabat membawa Kepala Konfusianisme ke hadapan Hakim Lee untuk disidang.

Tuan Simam :Habha, aku membawa Kepala Konfusianisme. Dia tetua di kuil yang menjaga Mandongmyo.

*Mandongmyo, kuil untuk mengenang Raja Shinjong.

Nama pria itu, Jang Ui.

Hakim Lee menyuruh Tuan Simam membacakan banding mereka.


Tuan Simam mulai membaca.

"Konfusianisme adalah dasar pendidikan masyarakat kita dan kuil kami penting untuk mental rakyat. Bagi orang seperti Daewongun tiba-tiba menutup kuil sama dengan mengabaikan dan tidak menghormati semangat dan ajaran negara kita. Dia orang bodoh yang tiran..."

Tuan Simam berhenti membaca dan menatap Hakim Lee serta Tuan Jang secara bergantian.

Tuan Simam : ... Heungseon Daewongun harus memohon maaf kepada para cendekiawan Konfusianisme dan membatalkan penutupan kuil.


Hakim Lee tanya ke Tuan Jang, benarkah itu yang ia fikirkan.

Tuan Jang : Ya, bahkan Guktaegong harus berlutut jika dia melakukan kesalahan.

Hakim Lee : Begitukah? Aku ingin bertanya. Apa tujuan kuil-kuil ini?

Tuan Jang : Bukankah mendidik generasi berikutnya dan memberi hormat kepada para leluhur?

Hakim Lee : Kalau begitu, untuk alasan apa... Jika kau butuh dana untuk pendidikan dan ritual sederhana, kenapa kau memerlukan anggaran yang luar biasa besar setiap tahun?

Tuan Jang : Lantas, restrukturisasi keuangan sederhana sudah cukup. Bagaimana bisa kau menutup semua kuil?

Hakim Lee : Restrukturisasi?


Hakim Lee berdiri dan marah.

Hakim Lee : Selama 200 tahun terakhir, setiap raj sudah berusaha memenuhi tuntutan dana yang tidak masuk akal dan setiap kalinya kalian menyerbu tangga istana serta membuat kerusuhan. Karena kelonggaran luar biasa yang diberikan kepada kalian, negara ini memiliki lebih dari 1.000 kuil Konfusianisme. Dan semua kuil ini sudah menumpang di punggung rakyat kita seperti parasit dan memeras uang mereka.

Tuan Jang kebingungan harus menjawab apalagi.

Hakim Lee : Beraninya kau! Kalian semua parasit, mengisap darah rakyat kita. Aku, Heungseon-gun, Lee Ha-eung! Aku tidak peduli bahkan jika roh leluhurmu mengutukku. Aku ingin menghancurkan kalian, semua cendekiawan Konfusianisme dengan mencabut akar-akar kalian! Kalian harus bersiap mati untuk melawanku!


Hakim Lee mencabut pedang pengawalnya dan mengarahkannya ke Tuan Jang.

Tuan Jang ketakutan.

Tuan Jang : Tuan Daewonwee. Aku salah, Tuan Daewonwee.


Pejabat yang lain bergidik ngeri menatap Hakim Lee.


Hakim Lee : Aku akan mulai denganmu. Untuk kuil-kuil dan para cendekiawan Konfusianisme, aku akan mulai denganmu! Kau siap untuk mati?

Tuan Jang terus memohon ampun.


Chun Joong dan rombongannya mengajak Nyonya Lee ke Sam Jeon Do Jang mereka. Mereka melihat orang-orang sedang berlatih.

Chun Joong menunjukkan senjata mereka.

Bong Ryeon, Nyonya Lee dan Pal Ryeong menutup kuping mereka saat Chun Joong memamerkan daya tembak senjatanya.


Tiba-tiba Ja Young datang. Dia buru-buru dan minta Chun Joong ikut dengannya sebentar.


Ja Young membawa Chun Joong menemui para penduduk dari tempat lain.

Pal Ryeong yang sudah tahu siapa mereka, membantu menjelaskan ke Chun Joong bahwa mereka adalah penduduk Jeongam-hyeon.

Pal Ryeong : Gubernur lokal mereka tidak membayar kuil dan memperlakukan mereka seperti budak, dan preman memeras mereka. Itu tempat tinggal yang mengerikan. Semua orang ini melarikan diri. Mereka semua datang kemari kelaparan, berharap tempat ini bisa menjadi tempat perlindungan sungguhan.

Ja Young : Anak itu sakit karena penyakit dan akan segera mati.


Chun Joong segera memeriksa bayi itu.


Lalu minta Ja Young mencari dokter yang bersedia tinggal di Sam Jeon Do Jang bersama mereka.

Ja Young mengerti dan langsung pergi.


Chun Joong juga menyuruh Man Seok menyiapkan makanan dan tempat istirahat untuk mereka.

Man Seok : Ya, akan segera kukerjakan.


Kamera menyorot ke arah Nyonya Lee yang terdiam menatap Chun Joong.


Malam mulai larut. Hakim Lee berdiri di teras rumahnya, memikirkan Chun Joong. Sejak ia mengunjungi Sam Jeon Do Jang Chun Joong, ia mulai merasa resah dan terganggu dengan Chun Joong. Ia sendiri tidak mengerti kenapa merasa sangat terganggu dengan Chun Joong, padahal ia sadar Chun Joong sudah banyak membantunya.

"Tidak mungkin dia mengkhianatiku tapi kenapa aku sangat terganggu olehnya?" ucap Hakim Lee dalam hati.


Hakim Lee lalu memanggil pengawalnya, Chun.

Chun datang, ya, Habha...


Di kamarnya, Ibu Suri yang bersiap untuk tidur, sedang meneguk air. Tapi kemudian wajahnya berubah kesal dan ia melempar cangkirnya.

Ibu Suri lalu memikirkan ramalan Chun Joong soal Hakim Lee.

Flashback...


Chun Joong menemui Ibu Suri di malam Raja Cheoljong meninggal.

Ibu Suri menunjukkan tanggal lahir Hakim Lee.

Chun Joong kaget, benarkah ini tanggal lahir Tuan Heungseon-gun?

Ibu Suri : Ya. Ini tanggal lahir aslinya yang tidak diketahui siapa pun. Tanggal lahir putranya, Jae Hwang, seharusnya kau tahu... Lihatlah.


Chun Joong lalu bicara dalam hatinya.

Chun Joong : Ini luar biasa. Tanggal lahir Heungseon-gun yang sebenarnya sangat cocok untuk pria dengan mata harimau. Dia ditakdirkan menjadi orang paling berkuasa!

Ibu Suri menyuruh Chun Joong bicara.

Chun Joong bicara. Walau terlahir dengan status besar, dia menderita kesialan yang membuatnya tumbuh dengan penuh kesulitan. Namun, bertahun-tahun berikutnya, dia akan mendapat untung besar. Putranya, Jae Hwang, benar-benar pantas menjadi raja, tapi dia harus menemukan wanita yang bijaksana dan layak.


Ibu Suri tanya lagi, dimasa depan dia dan Hakim Lee akan menjadi lawan atau kawan.

Chun Joong bicara lagi dalam hatinya. Anda dan Heungseon-gun sungguh berlawanan. Mereka berdua bisa menghasilkan sinergi terbaik, tapi jika bertentangan, mereka akan saling menyerang.

Melihat Chun Joong diam, Ibu Suri tanya apa ada energi buruk antara dia dan Hakim Lee.

Chun Joong : Tidak ada energi yang buruk semacam itu. Tapi peruntungan besar Heungseon-gun tidak akan bertahan lebih dari 10 tahun.

Flashback end...


Ibu Suri senang dan bicara dalam hati.

Ibu Suri : Si brengsek Heungseon-gun itu hanya punya 10 tahun lagi. Aku harus bersiap sebelumnya. Calon istri Jae Hwang harus setia kepadaku.


In Gyu menemui Song Hwa di wallsongru. Dia memberikan surat titah kepada Song Hwa.

In Gyu : Sebelum saudaramu Song Jin meninggal, dia diberi posisi resmi di Gwansanggam. Sayangnya, dia meninggal sebelum menerima ini.

Song Hwa sedih melihatnya.

Song Hwa : Aku tahu betapa dia sangat menginginkan ini Akhirnya... Terima kasih, Tuan. Ibuku akan bahagia.


In Gyu : Aku menyadari betapa kerasnya dunia setelah mencapai titik terendah. Aku tidak punya tempat bersandar di dunia ini. Aku sendirian sepertimu.

Song Hwa terkejut, Naeuri...

In Gyu meminta Song Hwa menghangatkannya malam ini. Ia mengajak Song Hwa tidur dengannya.

Song Hwa terdiam.


Byeong Woon ke istana Unhyeongung.

Pengawal Hakim Lee keluar, menemuinya.

Byeong Woon : Beri tahu Habha, Kim Byeong Woon datang.

Pengawal masuk tapi tak lama keluar lagi.

Pengawal bilang Byeong Woon harus menunggu lagi.

Byeong Woon sewot, apa maksudnya ini!

"Jika tidak mau, kau boleh pergi.  Dalam perjalanan pulang, belilah minuman." ucap pengawal, lalu melemparkan uang pada Byeong Woon.


Sontak lah Byeong Woon marah. Si pengawal masuk dan menutup pintu gerbang istana Hakim Lee.

Byeong Woon teringat saat pelayannya dulu juga melakukan hal yang sama kepada Hakim Lee.

Byeong Woon pun kesal Hakim Lee berusaha membalas perbuatannya dulu.

Byeong Woon lalu pergi. Ia berjalan menuju tandunya dengan wajah terhina.


Paginya, Byeong Woon masih berada di depan kediaman Hakim Lee. Sepertinya dia menunggu Hakim semalaman. Dia duduk di tandunya, menunggu dengan wajah kesal.

Tak lama, pengawal Hakim Lee keluar dan menyuruh Byeong Woon masuk.


Di dalam, Hakim Lee sedang mengelap pedangnya.

Pelayan masuk, meletakkan sebuah kotak kayu berukuran sedang di depan Hakim Lee.


Tak lama, Byeong Woon masuk dengan langkah berat.

Hakim Lee : Maafkan aku. Pelayanku tidak memberi tahu Tuan Hwasa kita menungguku. Aku berniat menggorok mereka.

Byeong Woon berlutut dan membuka kotak kayu yang ternyata ia yang bawa.

"Aku sudah menyiapkan 500.000 koin. Tolong terima ini, Daewongun Habha."

"Kenapa kau melakukan ini, Wakil Perdana Menteri? Aku bukan preman yang memeras uang."

"Aku ingin pindah ke Ganghwa, tempat kapal asing terlihat, dan melindungi Hanyang dari sana. Tolong, turunkan posisi resmiku, dan tenangkan kemarahanmu. Maafkan kami, keluarga Jangdong Kim-moon, Guktaegong Habha."


Hakim Lee berdiri. Dia membawa pedangnya mendekati Byeong Woon.

"Kalian bergerak sebelum aku bertindak." ucapnya sambil menatap pedangnya dengan bengis.

Hakim Lee : Baik, pindahlah ke Ganghwa. Begitu kalian di sana, bertobatlah atas semua perbuatan keji yang kalian lakukan. Dan jangan pernah bermimpi pindah kembali ke sini. Selama aku, Lee Ha Eung hidup, kalian tidak akan pernah bisa kembali. Bagaimana, Tuan Hwasa?

Byeong Woon tak punya pilihan selain setuju.


Hakim Lee menancapkan pedangnya ke uang yang dibawa Byeong Woon. Lalu dia menatap Byeong Woon dengan sadis.


Song Hwa memakai bajunya, usai melayani In Gyu.

In Gyu sendiri masih berbaring di belakang Song Hwa.

Song Hwa tanya, apa benar Chun Joong dan Bong Ryeon yang membunuh Song Jin.

In Gyu : Jika kau ragu, bicaralah dengan pelayan Yeongun-gun. Chun Joong dan Tuan Putri mengincar Yeongun-gun dan memojokkan saudaramu. Tuan Kim Byeong Woon membunuh saudaramu karena Choi Chun Joong memanipulasinya. Kini mereka bersikap seperti orang suci. Selagi menertawakanmu karena tidak tahu kebenarannya.


In Gyu memegang lengan Song Hwa.

In Gyu : Jika kau mematuhiku, aku akan membawamu ke keluargaku dan menjadikanmu wanita bangsawan.

Song Hwa terdiam.


Chun Joong menunjukkan tanggal lahir Hakim Lee pada Bong Ryeon.

Bong Ryeon kaget membacanya.

Chun Joong lantas berniat memberitahu Hakim Lee kalau baru2 ini dia bertemu pedagang kaya dan dia menyembunyikan pendeta barat, tapi dilarang Bong Ryeon.

Chun Joong heran dan tanya kenapa Bong Ryeon tak setuju.

Chun Joong : Menyembunyikan hal-hal dari Daewongun bukanlah ide bagus. Mengatakan yang sebenarnya akan lebih baik.

Bong Ryeon : Daewongun memiliki jiwa yang kelam dan paranoid. Kegelapan dan paranoidnya bersama kekuasaan barunya adalah hal paling menakutkan. Paranoidnya tidak akan berhenti sampai lawannya mati. Karena itu kau tidak boleh memberitahunya!

Chun Joong : Aku akan memutuskan. Aku akan memilih dengan bijak. Jangan terlalu khawatir.

Chun Joong pergi.


Bong Ryeon kembali melihat tanggal lahir Hakim Lee. Dia merabanya dan berusaha melihat.

Dalam penglihatannya, ia melihat Hakim Lee berusaha membunuh Chun Joong.

Bong Ryeon cemas dan juga marah. Ia mengepalkan tangannya.


Bong Ryeon menyusul Chun Joong ke atas bukit.

Bong Ryeon : Apa aku sudah menyakiti perasaanmu?

Chun Joong : Aku minta maaf untuk tadi.

Bong Ryeon : Tidak, aku bicara terlalu bebas dan santai kepadamu.

Chun Joong : Ini kali pertama kita bertengkar.

Bong Ryeon : Apa kita bertengkar?


Chun Joong tertawa. Bong Ryeon juga.


Bong Ryeon lalu menatap pemandangan dari atas bukit.

Bong Ryeon : Tuan. Ini bukan Ganghwa. Dan Daewongun tidak seperti ayahmu, Choi Gyung. Kau mencari sosok ayah dari dalam Daewongun. Tuan Choi Gyung orang yang tegas, tapi jujur dan tulus.


Bong Ryeon menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Tapi Daewongun tidak seperti itu.

Chun Joong : Aku tahu. Jangan khawatir. Aku tidak akan membuatmu khawatir.


Di kediamannya, Hakim Lee memanggil Chun.

Hakim Lee : Seperti apa situasi internal di Sam Jun Do Jang?

Chun : Semua orang mencari Choi Chun Joong. Baru-baru ini, bahkan pedagang kaya, Lee Deok Yoon, mencarinya.

Hakim Lee : Lee Deok Yoon yang kaya... Orang yang seberkuasa itu pergi untuk menemui Choi Chun Joong?

Hakim Lee tambah merasa terancam.


Hakim Lee mematai-matai Chun Joong sendiri. Dia terkejut melihat Byung Hak dan beberapa pejabat mengunjungi Chun Joong.



Setelah Byung Hak pergi, dia melihat keluarga yang ditolong Chun Joong memuja Chun Joong.

"Para petinggi lain membunuh rakyat tapi kau menyelamatkan rakyat. Kau Raja kami!"

Sontak Hakim Lee terpengarah mendengar Chun Joong dipanggil Raja.

Pal Ryeong : Kurasa dia Raja dari Sam Jeon Do Jang kita! Rajaku!


Chun Joong melarang mereka memanggilnya Raja.

Hakim Lee marah.


Pendeta Jang (panggil gini aja deh biar enak) sedang membuat sepeda.

Man Seok melihat Pendeta Jang. Dia cemas, minta Pal Ryeong menyembunyikan Pendeta Jang dengan baik.

Man Seok : Jika orang luar melihatnya, mereka akan berasumsi yang terburuk.

Pal Ryeong : Orang luar apa? Kau takut Daewongun Habha akan melihatnya?


Yang diomongin tiba-tiba datang.

Pal Ryeong dengan santainya menunjuk ke arah Hakim Lee. Pal Ryeong : Dia disana.


Tapi setelahnya, keduanya kaget. Mereka bergegas menutupi sesuatu dengan jerami.

Pendeta Jang yang sedang membuat sepeda, langsung lari.


Man Seok buru-buru menghampiri Hakim Lee.

Man Seok : Selamat datang, Tuan.

Hakim Lee : Apa yang kalian lakukan? Apa yang kalian buat di sini?


Pal Ryeong langsung mencari alasan. Dia bilang mereka sedang membuat peralatan untuk bercocok tanam.

Pal Ryeong lalu bertanya, kenapa Hakim Lee tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan.


Hakim Lee melihat sepeda yang tadi dibuat Pendeta Jang.

Lalu dia menatap ke arah Pendeta Jang yang sedang memalu sesuatu.


Pal Ryeong dan Man Seok langsung tegang.

Pal Ryeong mengajak Hakim Lee pergi menemui Chun Joong.


Hakim Lee melihat sesuatu yang tadi mereka tutupi dengan jerami. Hakim Lee melihat ujung senjata.

Wajah Hakim Lee langsung berubah dingin.

Hakim Lee : Suruh Tuan Choi mengunjungiku di Unhyeongung-ku.


Chi Sung lagi melihat-lihat obat yang dijemur di rak.

Tak lama, Ja Young keluar. Chi Sung bilang dia menunggu Ja Young.

Chi Sung lalu menunjukkan barang-barang yang ia bawa. Ia bilang, akan membawa semua barang itu ke rumah Ja Young.

Ja Young : Apa ini?

Chi Sung : Tuan Putri memintaku memberikan ini kepadamu. Sutra, sepatu, dan barang lainnya. Dia bilang keluargamu punya alasan untuk merayakan, jadi, kau akan membutuhkan semua ini.

Ja Young : Astaga, dia baik sekali.

Chi Sung : Ayo.


Ja Young : Biar kubantu.

Ja Young bermaksud mengambil bundelan berwarna pink dari tangan Chi Sung tapi dia tak sengaja memegang tangan Chi Sung.

Chi Sung langsung salting. Chi Sung yang salting, langsung menyerahkan bundelan itu ke Ja Young dan pergi duluan.

Ja Young menghela nafas menatap Chi Sung lalu ia bergegas menyusul Chi Sung.


Sampai di rumah Ja Young, Chi Sung meletakkan barang2 itu di atas meja di halaman.

Lalu Chi Sung memberikan hadiah yang ia terima dari Hakim Lee pada Ja Young. Ia bilang ia mau Ja Young memilikinya.

Ja Young : Kau ingin aku memilikinya? Kenapa?

Chi Sung : Sutra dan yang lainnya tidak berguna bagiku, jadi... aku akan membuangnya, bagimu...

Ja Young : Kumohon jangan. Aku tidak bisa menerima ini. Saat kau menemukan kekasih, berikan ini kepadanya.

Tapi Chi Sung memaksa Ja Young menerimanya.

Chi Sung : Ambillah.


Ja Young : Tuan, aku tidak akan bisa pergi ke Sam Jeon Do Jang untuk saat ini. Tetaplah aman dan jaga dirimu.

Chi Sung : Kenapa? Apa ada masalah?


Seung Ho tiba-tiba datang. Seung Ho melihat Chi Sung, siapa ini?  Tampaknya kau dari Sam Jeon Do Jang.

Seung Ho bertingkah sombong.

Seung Ho : Beri tahu mereka, Ja Young kami tidak akan pergi ke tempat mencurigakanmu lagi. Kami melarangnya. Jangan kirim orang-orangmu ke sini juga!

Ja Young : Kakak, dia sangat baik dan membantu kita!

Seung Ho memarahi Ja Young.

Seung Ho : Beraninya kau! Ini rumah kerabat Raja. Kini kau youngae. Kau harus berhati-hati! Beraninya kau bicara dengan pria hina di dalam rumah kita!

*Youngae,, putri pejabat.

Ja Young : Kakak!

Seung Ho : Suruh dia pergi dan kunci gerbang!


Seung Ho beranjak masuk tapi sampai di depan pintu, ia menatap sinis pada Chi Sung.

Seung Ho : Aku akan memakai ini dengan baik.

Seung Ho menyuruh Ja Young mengusir Chi Sung. Seung Ho masuk.


Ja Young minta maaf pada Chi Sung atas kelakuan kakaknya.

Chi Sung yang tersinggung, pergi begitu saja.


Malamnya, orang2 di Sam Jeon Do Jang sedang melihat sepeda buatan Pendeta Jang.

Pendeta Jang bilang sepeda itu hadiah pernikahan untuk Chun Joong dan Bong Ryeon.


Pal Ryeong : Orang Barat punya banyak hal aneh. Mereka akan segera menemukan sesuatu untuk terbang di langit.

Man Seok : Kau bicara tentang hal yang mustahil. Bahkan jika itu 100 atau 1.000 tahun, tidak akan ada orang yang terbang.

Pal Ryeong : Kenapa kau serius sekali?


Bong Ryeon menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Tuan tahu cara menaiki ini?

Chun Joong : Tidak.


Pendeta Jang : Dia bukan "Tuan" lagi, tapi "Suami".

Bong Ryeon malu dan memegangi pipinya.

Chun Joong menyuruh Bong Ryeon menaiki sepedanya, sementara ia akan mendorong dari belakang.


Bong Ryeon naik.

Yang lain mendorong sepedanya.


Mereka terlihat bahagia, terutama Bong Ryeon dan Chun Joong.

Terdengar narasi Bong Ryeon.

Bong Ryeon :

Bong Ryeon : Terkadang aku takut dengan betapa besar kebahagiaan ini. Aku takut ini tidak akan bertahan dan ramalan buruk akan terwujud. Karena itulah kebahagiaan ini membuatku takut, Tuan.


Sementara itu, seorang cenayang menemui Hakim Lee. Cenayang itu memberitahu kehebatan Bong Ryeon pada Hakim Lee.

Hakim Lee kaget, Tuan Putri Hwa Ryeon sehebat itu?

Cenayang : Seperti perintahmu, aku hanya mengawasinya dari jauh. Dari ratusan ribu makhluk supernatural, dia yang terkuat dan termurni.Aku belum pernah melihat dukun seperti itu seumur hidupku, Habha.

Hakim Lee : Benarkah? Dia sekuat itu?

Cenayang : Jika memiliki kekuatan seperti itu dan usianya, aku akan mendedikasikan seluruh hidupku untukmu, Habha.

Hakim Lee tertarik memiliki Bong Ryeon. *Omo

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment