King Maker : The Change Of Destiny Ep 16 Part 1

Sebelumnya...


Dimulai dengan Chun Joong yang menyematkan cincin ke jari Bong Ryeon. Mereka berdiri di bawah pohon.

Chun Joong lalu mengatakan, bahwa mereka sudah menikah sekarang.

Chun Joong : Sejak hari pertama kita bertemu sampai hari ini, tidak, sampai aku mati, selalu kau, dan akan selalu kau.

Bong Ryeon : Aku merasakan hal yang sama. Hanya kau cinta sejatiku.


Kunang-kunang muncul, menemani mereka.

Bong Ryeon pun berkata, bahwa terkadang ia merasa takut dengan besarnya kebahagiaan yang ia terima. Ia takut, kebahagiaannya tidak akan bertahan lama dan ramalan buruk akan terwujud. Chun Joong minta Bong Ryeon tidak takut. Ia pun berjanji, akan berada di sisi Bong Ryeon juga mati di sisi Bong Ryeon. Seperti kunang-kunang yang bersinar di langit malam, ia akan selalu melindungi Bong Ryeon.


Chun Joong lalu memegang pipi Bong Ryeon.

Tak lama kemudian, mereka berciuman.


Paginya, Byung Hak menuangkan minuman untuk ayahnya seraya mengucapkan selamat kepada ayahnya.

Sang ayah tertawa,terima kasih. Byung Hak berharap ayahnya menjalani hidup sehat.

Ternyata, Keluarga Kim sedang menjamu pejabat mereka.


Tiba-tiba Hakim Lee datang. Suasana langsung berubah tegang. Jwa Keun pura-pura senang melihat Hakim Lee. Dia mengucapkan selamat datang pada Hakim Lee dan menyuruh Hakim Lee duduk di tempatnya. Hakim Lee menolak. Ia bilang, bagaimana mungkin ia duduk di kursi kepala keluarga.


Byung Hak menghampiri Hakim Lee.

Byung Hak : Tentu saja bisa, Habha. Duduklah di kursi utama.

Hakim Lee : Tidak, tidak apa-apa. Aku lebih nyaman di sini.

Byung Hak : Tidak, itu omong kosong. Kemari, duduklah.

Jwa Keun menatap benci Hakim Lee.


Byung Hak membawa Hakim Lee duduk di dekat ayahnya.

Mereka semua kembali duduk.

Jwa Keun : Orang tua sepertiku, merayakan ulang tahun lagi! Aku telah mengumpulkan semua orang untuk bicara jujur bersama Tuan Heungseon Daewongun.

Hakim Lee : Selamat, Tuan.

Byung Hak : Kami telah siapkan Man Han Jeon Seok untukmu, Habha. Ini makanan khas yang sepadan untuk kaisar Dinasti Qing.

*Man Han Jeon Seok, makanan untuk Dinasti Qing.


Hakim Lee mulai makan. Byeong Woon menahan rasa kesalnya.


Tapi tiba-tiba saja, Hakim Lee merasa kesakitan saat lagi asyik makan.

Semua terkejut melihatnya.

Hakim Lee memegangi lehernya. Ia merasa seperti tercekik dan menyemburkan isi mulutya.

Pengawal Hakim Lee datang. Ia yakin itu racun.

"Mereka berencana membunuh Tuan Daewongun!"


Semua kaget. Byeong Woon minta waktu dan memanggil para pasukan.

Pasukannya masuk.

Jwa Keun teriak, tunggu!


Jwa Keun mendekati Hakim Lee.

Byeong Woon mau mendekat tapi dilarang Jwa Keun.

Jwa Keun lalu mengambil gumpalan makanan yang disemburkan Hakim Lee dari atas meja.

Byeong Woon : Ayah! Apa yang Ayah lakukan?

Jwa Keun : Kubilang, mundur!


Jwa Keun lalu memakannya. *Gak jijik apa ya dia.

Hakim Lee langsung berhenti kesakitan.


Jwa Keun menatap Hakim Lee.

Jwa Keun : Jika aku memakan ini sendiri dan jika ini benar-benar diracuni, aku juga pasti akan mati.

Hakim Lee lantas berdiri. Dia sehat-sehat saja. *Omo

Jwa Keun malah berlutut.

Jwa Keun : Karena masalah kesehatan, aku ingin mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Tolong terima, Habha.

Hakim Lee : Pengunduran diri katamu... Aku baru akan mulai membalas perlakuanmu kepadaku selama ini. Aku baru mulai.

Jwa Keun : Aku sudah tua dan sangat sakit, Daewongun Habha. Kumohon izinkan aku menjalani sisa hidupku dengan tenang.

Hakim Lee lalu ingat perlakuan Jwa Keun padanya dulu.

Flashback...


Jwa Keun : Putramu, Jae Myeon, menggambar ini di rok selir. Sudah bersikap seolah-olah dia Raja!

Hakim Lee berlutut, minta maaf.

Flashback end...


Hakim Lee : Tentu. Kuharap kau kesakitan dan amat kesakitan. Kau akan merasa lebih sakit dalam waktu dekat. Aku, Lee Ha Eung, tidak boleh mendengar namamu lagi. Setenang itulah kau harus menjalani hidupmu, Kau mengerti?

Jwa Keun tidak menjawab.


Byeong Woon syok menatap ayahnya berlutut.


Hakim Lee marah Jwa Keun tidak menjawabnya.

Hakim Lee : KAU MENGERTI!

Jwa Keun : Aku mengerti, Habha.


Hakim Lee menatap para pejabat. Mereka takut dan langsung mengalihkan pandangan mereka dari Hakim Lee.


Para pelajar berdemo di depan istana.

"Penutupan kuil Konfusius harus dihentikan! Hentikan penutupannya! Daewongun membunuh Neo-Konfusianisme! Mundur! Daewongun harus mundur!"


Jae Hwang kebingungan mendengar protes para pelajar.

Di depan Jae Hwang, sudah berkumpul para pejabat termasuk ayahnya.

Sang ayah marah melihat kebingungannya.

Hakim Lee : Anda chija. Kenapa anda takut kepada rakyat jelata, Raja?

Jae Hwang : Jumlah keluhan tertulis yang sangat besar dan suara hogokgwondang memenuhi dinding istana. Semuanya membuatku bertanya-tanya apakah aku melakukan kesalahan.


Tuan Simam angkat bicara. Ia bilang pada Hakim Lee, wajar para pelajar marah.

Tuan Simam : Anda menutup semua kuil mereka.

Ibu Suri membela pelajar.

Ibu Suri : Kuil adalah fondasi Konfusianisme negara kita. Bagaimana kau bisa menyingkirkan semua kuil?


Byung Hak setuju dengan Hakim Lee.

Byung Hak : Tapi, Ibu Suri, kuil-kuil itu sudah memeras uang dari rakyat kita terlalu lama. Itu menjijikkan untuk disaksikan.  Aku setuju, sebagian besar orang bersumpah setia pada Konfusianisme. Raja terdahulu tidak punya pilihan selain bekerja sama dengan mereka.

Ibu Suri : Apa yang kalian katakan? Konfusianisme adalah agama resmi kita dan landasan filosofi itu adalah esensi Dinasti Joseon kita. Apa yang akan terjadi pada negara kita jika kalian tiba-tiba menghancurkannya?


Hakim Lee menunjukkan warna aslinya. Dia membentak Ibu Suri.

Hakim Lee : Jika anda sangat berbakti pada Neo-Konfusianisme, beraninya anda tidak menjaga sopan santun di depan Raja dan bicara dengan suara lantang!

Ibu Suri terperangah Hakim Lee berani padanya.

Hakim Lee : Ibu Suri, anda duduk di sana untuk memberi saran kepada Raja. Kenapa anda tidak setuju dengan perintah Raja? Anda tidak pantas bertindak seperti itu!


Hakim Lee lalu menatap Jae Hwang dan pamit.

Semua memberikan jalan pada Hakim Lee, seperti takut. Hakim Lee beranjak pergi.


Ibu Suri menatap kesal kepergian Hakim Lee.

"Bedebah kau, Heungseon-gun.Akhirnya menunjukkan sifat aslimu!" ucap Ibu Suri dalam hati.


Man Seok membawa Chun Joong ke Balai Perdagangan.

Chun Joong heran dan tanya mereka dimana.

Man Seok : Ini adalah pedagang terkaya Joseon, pusat perdagangan Lee Deok Yoon.

Chun Joong : Kenapa dia meminta bertemu denganku? Apa dia ingin aku meramalnya?

Man Seok : Tidak ada salahnya mengenalnya.


Beberapa pria yang terlihat seperti pengawal datang. Mereka mengucapkan selamat datang pada Chun Joong.

Man Seok bilang dia hanya bisa mengantar Chun Joong sampai situ saja.


Nyonya Lee meletakkan kacamatanya di atas meja.


Chun Joong : Aku tidak tahu Lee Deok Yoon yang kaya itu wanita. Kenapa kau memanggilku? Kau penasaran dengan takdirmu?

Nyonya Lee  Selama wabah itu, putraku yang dalam perjalanan kembali dari Dinasti Qing jatuh sakit karena penyakit di kedai. Karena tidak sadarkan diri, dia dibawa sebagai pasien kritis. Tiba-tiba seseorang membawa putraku dan menyelamatkan nyawanya.

Chun Joong : Omong-omong, apa dia diselamatkan oleh Sam Jun Do Jang kami?

Nyonya Lee mengangguk, ya, tepat sekali.


Nyonya Lee beranjak ke depan Chun Joong. Ia membungkuk, mengucapkan terima kasih.

Chun Joong yang sedang duduk, langsung berdiri dan melakukan hal sama.

Chun Joong : Aku hanya melakukan yang seharusnya dilakukan. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku.

Nyonya Lee : Tidak. Yang telah kau dan Tuan Putri capai adalah kehebatan dengan menyelamatkan rakyat dan anak-anak kita. Aku tidak akan pernah melupakan rasa syukurku kepadamu.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment