Malam harinya, In Gyu bertemu Byeong Woon. Ia datang ke kediaman Byeong Woon di Ganghwa. In Gyu menuangkan minum untuk Byeong Woon. In Gyu : Kau minum sekarang?
Byeong Woon : Tiga tahun lalu, sejak datang ke sini, aku minum sedikit. Bagaimana kabarmu? Bagaimana lenganmu?
In Gyu : Aku tidak bisa memegang senjata lagi.
Byeong Woon : Kau interogator. Kau tidak perlu menggunakan senjata lagi.
Byeong Woon mengajak In Gyu minum.
Byeong Woon : Kau ingat? Lima belas tahun lalu, di sini. Kau menuduh dukun tidak bersalah, bukan? Ibu kandung Tuan Putri, Ban Dal.
In Gyu : Kau benar, aku melakukan itu.
Byeong Woon : Aku tidak menyalahkanmu. Berkat kau, aku bisa mendapatkan kekuatan luar biasa Tuan Putri.
In Gyu : Kau mau dia kembali? Kau ingin mengendalikan dewan kerajaan lagi?
Byeong Woon : Mungkin... Jawab aku dahulu. Kau milik Daewongun atau Ibu Suri?
In Gyu tak menjawab.
Byeong Woon : Kau tidak akan menjawab? Kurasa itu tidak penting saat ini. Kadang aku bertanya-tanya. Aku hampir seperti inang tempatmu tumbuh. Sepuluh tahun lalu, kau mengorbankan Choi Chun Joong dan memanfaatkanku untuk pergi dari pulau ini. Kau menjadi bagian dari panggung terbesar, pemerintah kerajaan. Kini kau menemukan inang baru, Ibu Suri, untuk membawamu kembali.
In Gyu : Jadi, apa rencanamu? Kau ingin membunuhku seperti serangga?
Byeong Woon : Parasit harus dibunuh.
Byeong Woon memberi perintah ke anak buahnya, potong dia.
Saat anak buah Byeong Woon akan menebas In Gyu, tiba-tiba saja mereka diserang anak panah.
Anak buah Byeong Woon yang berjaga diluar juga diserang.
In Gyu lantas berdiri.
In Gyu : Apa yang Tuan lakukan?
In Gyu lalu mengambil pedang anak buah Byeong Woon dan mendekati Byeong Woon.
In Gyu : Aku juga memikirkan hal yang sama dengan Kim Byeong Woon yang hebat. Ini suatu kehormatan.
Byeong Woon : Berengsek! Setelah membunuhku, kau kira kau bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup?
In Gyu : Kau lupa bahwa ayahku adalah pria terkaya di Ganghwa? Aku tahu tanah di sini. Ini dahulu rumahku. Tidak ada prajurit di sini yang akan berani mengejarku.
Byeong Woon mulai takut.
In Gyu : Terima kasih untuk 10 tahun terakhir. Selamat tinggal.
In Gyu menggorok leher Byeong Woon.
Byeong Woon tewas seketika.
Paginya, Bong Ryeon terbangun dan mendapati dirinya di tempat yang tidak dikenalnya.
Tempat itu, Sam Jun Dong Sang! Bong Ryeon berdiri. Dia celingukan, lalu membuka jendela di depannya.
Burung-burung tampak beterbangan di langit.
Chun Joong datang, kau masih suka melihat burung terbang seperti dahulu.
Bong Ryeon berbalik dan menatap Chun Joong dengan wajah bingung.
Bong Ryeon : Apa kau mengenalku?
Chun Joong : Ini lebih dari sekadar mengenalmu. Semua yang kau lihat di sini adalah hasil usaha membebaskanmu. Kau cinta sejatiku.
Bong Ryeon terkejut, cintamu?
Samar2 Bong Ryeon ingat kebersamaannya dengan Chun Joong.
Kepala Bong Ryeon langsung sakit. Melihat itu, Chun Joong langsung mendekat dan memegangi Bong Ryeon.
Chun Joong : Kau tidak mengingatku karena racun penghalang ingatan. Itu juga penyebab rasa sakitmu. Kita harus menyembuhkannya. Atau kau akan kehilangan penglihatanmu.
Bong Ryeon melihat pitanya di pergelangan tangan Chun Joong. Kepalanya sakit lagi.
Bong Ryeon yang tidak tahan, lalu marah.
Bong Ryeon : Kau... Bagaimana aku tahu kau berusaha menyembuhkanku dari racun ini atau mencelakaiku dengan yang lain?
Chun Joong diam.
Hujan turun dengan lebat pagi itu.
Tahun 1866, pernikahan Ja Young dan Jae Hwang digelar.
Dengan pakaian resminya, Ja Young melangkah dengan anggun, memasuki istana.
Jae Hwang, Hakim Lee dan Ibu Suri sudah menunggunya di depan istana.
Ja Young terus berjalan dengan langkah tegas.
Hakim Lee melirik putranya.
Dari atas bukit, Chun Joong menatap ke arah istana. Dia tidak peduli hujan dan angin yang cukup kencang.
Ja Young hampir sampai di dekat Jae Hwang.
Chun Joong : Tuan Daewongun,kau mencoba mengendalikan takdir. Kini kau akan merasakan takdir baru yang kuciptakan. Kau dan aku akan mempertaruhkan nyawa negara ini untuk satu pertarungan terakhir!
Bersambung...
0 Comments:
Post a Comment