King Maker : The Change Of Destiny Ep 18 Part 1

Sebelumnya...


Bibi Paeng kembali!! Bersama Paman Jin Sang yang kini sudah menjadi suaminya, dia kembali ke Joseon. Mereka ada di keda sekarang. Goo Cheol senang kakaknya datang.

Paman Jin Sang mengomentari kedai yang dulu mereka huni. Dia bilang, tempat itu menyeramkan. Mungkin akan muncul hantu.


Tak lama Man Seok datang.

Paman Jin Sang senang Man Seok masih hidup


Disusul kemudian dengan Pal Ryeong dan Chun Joong.


Bibi Paeng dan Paman Jin Sang senang melihat Chun Joong.

Pal Ryeong merentangkannya sambil tertawa saat Bibi Paeng dan Paman Jin Sang berlari ke arahnya. Dia fikir, mereka mau memeluknya, tapi Paman Jin Sang mendorongnya dan hanya memeluk Chun Joong. *Wkwkwkwkw

Paman Jin Sang : Tuan Choi kita, kupikir aku tidak akan melihatmu lagi!

Bibi Paeng : Kau belum berubah, kau masih tampan! *Jd inget The Great Show. Harusnya yang meranin Chun Joong ini Song Seung Heon, tapi Song Seung Heon nolak. Kalau Song Seung Heon nerima, bakal reuni dia sama Kim Joo Ryung (Bibi Paeng). Yang nonton The Great Show pasti tahu Kim Joo Ryung jd ibunya Song Seung Heon.


Pal Ryeong sewot, ada apa ribut-ribut?

Paman Jin Sang : Aku hanya senang melihat semua!  Aku sangat senang bertemu dengan semua orang lagi.


Chun Joong menatap Bibi Paeng.

Chun Joong : Aku sudah bicara dengan putra sulung Daewongun, Lee Jae Myeon. Dia sudah resmi membuka kediamanmu lagi. Bibi bisa kembali bekerja di kediamannya dan si Biksu Merah bisa tetap di sini dan meramal.

Paman Jin Sang : Bisakah kita benar-benar kembali ke Hanyang?


Chun Joong : Aku akan membutuhkan bantuan kalian. Kalian berdua harus bertindak sebagai pengawal kita. Jika terjadi sesuatu, kalian harus meniup peluit dan beri tahu aku.

Pal Ryeong : Tiga tahun lalu, kita menderita sebab kurangnya pengamanan.


Bibi Paeng menatap Paman Jin Sang, pengawal?

Paman Jin Sang : Peniup peluit?

Paman Jin Sang lalu menatap Chun Joong dan berkata, Chun Joong bisa mengandalkan mereka.

Paman Jin Sang : Siapa yang bisa menjagamu lebih baik daripada kami?

Chun Joong senang, terima kasih.

Mereka semua tertawa. Bibi Paeng yang bahagia, lantas memeluk Chun Joong.

Sontak lah Paman Jin Sang cemburu dan langsung menjauhkan Bibi Paeng dari Chun Joong. Mereka lalu tertawa kembali. Bibi Paeng terus memuji Chun Joong tampan.


Ibu Suri di kediamannya, berbicara dengan Raja dan Ratu.

Ibu Suri tanya ke Raja. Kau mengunjungi kediaman Dayang Lee semalam?

Jae Hwang tak langsung menjawab, sebelum mengiyakan.

Ibu Suri memperingatkan Jae Hwang. Kau tidak boleh melupakan tugas raja, tapi... pastikan saja anak pertamamu dari dalam istana ini. Kau mengerti, Raja?

Jae Hwang : Ya. *Ibu Suri kek nya gk mau kejadian Raja Cheoljong yg punya anak diluar istana terulang lagi.


Kasim masuk. Kasim bilang ada surat dari Hakim Lee.

Kasim : Dia meminta Ratu segera menuju barak Timur.

Ibu Suri sewot, apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat aku sedang berbicara dengan Raja dan Ratu?

Kasim : Maafkan aku. Tapi Tuan Daewonwee memintaku untuk segera...


Ibu Suri marah, sepertinya Guktaegong tidak menghormatiku, Raja. Dia tidak menghargai waktuku dan berharap aku menuruti perintahnya.

Jae Hwang yang tidak mengerti apa-apa, membela ayahnya.

Jae Hwang : Ayah tidak bermaksud tidak menghormati Ibu Suri.


Ja Young coba mengendalikan situasi.

Ja Young : Sebagai menantu, aku harus melakukan tugasku.


Ja Young lalu menundukkan kepalanya, memohon agar Ibu Suri memberinya izin menemui Hakim Lee.

Ibu Suri kesal, kau boleh pergi.


Hakim Lee menginterogasi Ja Young. Dia marah karena Ja Young merekomendasikan buku pada Jae Hwang untuk seokgang.

*Seokgang, semacam acara jamuan makan gitu.

Ja Young bilang dia merekomendasikan kitab Konfusianisme dan Jae Hwang senang menerimanya.


Hakim Lee : Kau tidak merekomendasikan apa pun. Kau sudah keterlaluan sebagai seorang Ratu. Siapa kau, berhak merekomendasikan sesuatu?

Ja Young terkejut mendengarnya, apa maksud ayah?

Ja Young : Membaca akan sangat membantu Raja karena dia berkuasa...

Hakim Lee : Kau pikir kau lebih berpendidikan daripada aku? Kau duduk di sana berusaha mengajari ayah mertuamu?

Ja Young : Bukan itu maksudku, kurasa ayah salah paham.

Hakim Lee : Salah paham? Maksudmu aku tidak mengerti situasinya sekarang? Bagaimana ini bisa terjadi? Beraninya seorang wanita rendahan memberikan pendapatnya, menggonggong seperti anjing. Itu saja sudah tidak bisa dipercaya. Tapi kini kau bilang aku salah paham? Ratuku?

Ja Young terus berusaha menjelaskan tapi Hakim Lee tambah marah.


Hakim Lee : Beraninya kau terus membantahku, Ratu!

Ja Young terkejut dibentak Hakim Lee.

Ja Young lalu mengalah. Dia menundukkan kepalanya dan meminta maaf.


Jae Hwang masuk dan membela istrinya.

Jae Hwang : Tenangkan diri ayah. Bahkan saat masih rakyat jelata, dia selalu membantuku dengan buku. Aku meminta pendapatnya dahulu.

Hakim Lee : Kata-kata orang bodoh! Jika kau ingin bicara soal kehidupan rakyat jelata, aku harus mencambukmu seperti sebelumnya dan memberimu pelajaran seperti dahulu. Apa itu yang kau mau, Raja?


Hakim Lee lalu menatap Ja Young.

Hakim Lee : Ratu, jika kau melewati batas lagi, aku harus memberimu pelajaran dengan keras dari awal.

Ja Young : Ya, ayah.

Hakim Lee menyuruh Ja Young pergi. Ja Young keluar dengan wajah kesal.


Hakim Lee : Ratu pintar, tapi keras kepala dan suka berpendapat. Sebelum punya anak, kau harus menghancurkan harga dirinya dan melatihnya dengan baik, Raja.

Jae Hwang terdiam. Dia tak berani melawan ayahnya.


Jae Hwang menyusul istrinya.

Jae Hwang : Tolong jangan marah, Ratu. Setidaknya kau belum lama berurusan dengannya. Aku telah menghadapi sifat aslinya seumur hidupku. Dia akan selalu seperti itu, kau harus melupakannya.

Ja Young : Aku menghargaimu mencemaskan perasaanku, Raja. Tapi...

Jae Hwang : Ada apa? Silakan bicara dengan bebas.

Ja Young : Hanya karena kau berurusan dengannya seumur hidupmu, bukan berarti kau harus terus melakukannya, Raja.

Jae Hwang : Apa? Bagaimana kau bisa bilang begitu?


Ja Young : Jangan khawatir. Aku bukan bilang kau harus menjadi anak durhaka. Maksudku adalah ayahmu bukan Raja. Aku ingin mengingatkanmu bahwa kau Raja kami.

Jae Hwang terdiam, sebelum akhirnya berkata kalau dia tahu.


Bong Ryeon jalan-jalan ke sungai.

Ia mendongak, menatap langit. Lalu memejamkan matanya sebentar. Tapi membuka matanya lagi karena terkejut.

Samar-samar, Bong Ryeon ingat saat ia kecil, ia berlari di tengah hutan mengejar kunang-kunang.

Bong Ryeon yang kaget, bergegas lari.


Chun Joong mengikuti Bong Ryeon.

Bong Ryeon kembali mengingat sesuatu meskipun samar-samar.


Ia ingat kerusahaan di Sam Jun Do Cang.

Ia juga ingat saat Hakim Lee menembak ia dan Chun Joong.

Bong Ryeon langsung sakit kepala. Tubuhnya yang melemas, jatuh ke jurang.


Chun Joong yang melihat itu, dengan sigap menangkap Bong Ryeon yang jatuh berguling ke jurang.

Chun Joong : Kau baik-baik saja? Kau terluka?

Bong Ryeon mendorong Chun Joong dan marah.

Bong Ryeon : Kau mengikutiku?

Chun Joong : Maaf, aku hanya khawatir. Kudengar Mihonsan membutakan. Aku cemas dan mengikutimu.


Bong Ryeon melihat tangan Chun Joong berdarah karena menolongnya tadi.

Bong Ryeon cemas, kau terluka!

Chun Joong : Tidak apa-apa.


Bong Ryeon sewot, tentu saja tidak! Ayo, lukanya bisa terinfeksi dalam cuaca sepanas ini.

Chun Joong : Kubilang aku baik-baik saja.

Bong Ryeon : Diam! Ikuti saja aku dan jangan keras kepala!

Bong Ryeon jalan duluan. Chun Joong tersenyum. Dia senang Bong Ryeon mencemaskannya.


Di tepi sungai, Bong Ryeon menumbuk daun untuk mengobati luka Chun Joong.

Chun Joong terus menatap Bong Ryeon dan teringat saat ia membawa Bong Ryeon pergi.

Chun Joong juga ingat kata-kata Nyonya Lee.

Flashback...


Bong Ryeon masih belum sadar setelah dibuat pingsan oleh Chi Sung.

Bong Ryeon yang pingsan, dibawa oleh Chun Joong dan Chi Sung ke Sam Jun Do Cang.

Chun Joong terdiam menatap Bong Ryeon. Pita Bong Ryeon tampak terikat di pergelangan tangannya.

Nyonya Lee juga ada disana, menatap Bong Ryeon.

Nyonya Lee : Selama tiga tahun terakhir, aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Daewongun menyembunyikannya di istana.


Chun Joong : Yeon Chi Sung bilang tiga tahun lalu, kepalanya terluka parah, dan dia kehilangan ingatannya sejak itu.

Nyonya Lee : Selain itu, dia minum Mihonsan. Mihonsan yang dibuat dengan opium Dinasti Qing. Itu menghancurkan pikiran dan tubuh.

Flashback end...


Bong Ryeon mulai mengobati luka Chun Joong. Chun Joong bilang itu salahnya.

Chun Joong : Seharusnya aku tidak pergi tanpamu pada malam itu. Setiap malam selama tiga tahun terakhir, aku menyesalinya.

Bong Ryeon : Aku tidak mengerti maksudmu.

Chun Joong : Meskipun kau tidak mengingatku sekarang, suatu hari nanti kau akan mengingatku. Seperti aku mengingat semua kenangan kita dengan jelas. Tidak mungkin hatimu bisa melupakanku. Ikatan kita tidak akan pernah hilang.


Bong Ryeon yang bingung, langsung berdiri.

Bong Ryeon : Aku masih tidak ingat apa pun. Semuanya sangat membingungkan.

Chun Joong minta maaf dan mengajak Bong Ryeon pulang. Ia bilang semua orang pasti khawatir dengan mereka.

Chun Joong jalan duluan. Bong Ryeon terdiam, memperhatikan Chun Joong.


Malamnya, In Gyu datang ke Istana Unhyeongung menemui Hakim Lee. Ternyata inang baru In Gyu adalah Hakim Lee, bukan Ibu Suri.

Hakim Lee : Kau menghabiskan seluruh hidupmu tumbuh bersama Choi Chun Joong?

In Gyu : Ya, Tuan.

Hakim Lee : Maka kau pasti memahami kepribadian dan pemikirannya lebih baik dari siapa pun.

In Gyu : Tentu. Haruskah aku mencarinya untuk anda? Tuan, jika anda memanggilku dan menanyakan hal ini, berarti Choi Chun Joong kembali.

Hakim Lee : Kau benar. Mungkin kau bisa benar-benar menangkap Choi Chun Joong untukku.

In Gyu : Jika begitu, bukankah setidaknya harus ada satu alasan bagus untukku untuk menangkap Choi Chung Joong  untuk anda, Tuan?


Hakim Lee tertawa mendengar jawaban In Gyu.

Hakim Lee lalu berdiri di terasnya, membelakangi In Gyu. Wajahnya berubah bengis.

Hakim Lee : Kau berani meminta kompensasi dariku?

In Gyu : Jika harus mengalahkan Choi Chun Joong,  aku harus mempertaruhkan hidupku. Kematian Kim Byeong Woon  menyebabkan posisi kosong. Biarkan aku menjadi Gubernur Ganghwa.


Hakim Lee berbalik menatap In Gyu : Kau ingin sukses dalam hidup dan kembali ke kampung halamanmu? Baiklah, aku akan mengizinkannya.

Mendengar itu, In Gyu pun membungkuk pada Hakim Lee.

"Aku akan menangkap Choi Chun Joong untuk anda, Tuan." ucapnya dengan mata menyala-nyala.


Ibu Suri kaget mendengar laporan seorang pejabat soal Byeong Woon yang menghilang usai bertemu In Gyu.

Ibu Suri melarang si pejabat memberitahu Hakim Lee.

Ibu Suri : Jika kau menemukan bukti nyata, datanglah kepadaku lebih dahulu. Kau mengerti?

Ibu Suri yakin In Gyu membunuh Byeong Woon.


Besoknya,, para pejabat heboh dengan kematian Byeong Woon.

Tuan Simam bilang, seorang anhaek eosa baru saja tiba untuk menyelidiki kematian Byeong Woon.

*Anhaek eosa ini semacam detektif kriminal gitu lah...

Byung Hak minta Jae Hwang menghadiahi Byeong Woon dengan byeolsajeon (lahan tani untuk pejabat dari Raja). Alasannya karena Byeong Woon sudah banyak membantu raja sebelumnya mengamankan istana.

Tuan Jung marah, bukankah Kim Byeong Woon adalah keluargamu! Kau mau byeolsajeon lagi?


Byung Hak : Apa aku seperti meminta keuntungan untukku sendiri? Dia kakakku. Pria tidak berdosa yang menghabiskan seluruh hidupnya demi istana sudah mati!

Tuan Simam : Dia bukannya tidak bersalah!

Byung Hak : Bagaimana bisa semua orang begitu dingin? Kim Byeong Woon dan semua orang di sini pernah bekerja bersama dan mendiskusikan masa depan! Apa ini tidak benar?

Jae Hwang menyuruh mereka berhenti bertengkar.


Hakim Lee : Raja, bukankah kita harus menghibur Kim Byeong Woon  dan keluarganya dengan byeolsajeon?

Jae Hwang pun tampak kebingungan.

Hakim Lee minta pendapat Ibu Suri.


Ibu Suri : Aku setuju, lakukan itu Raja.

Jae Hwang patuh.


Byung Hak senang, anda merahmatiku Raja.

Jae Hwang dengan tegas meminta anhaek eosa menyelidiki kematian Byeong Woon.

Anhaek eosa : Ya, Raja.


Bibi Paeng sibuk melayani para pengunjung yang memenuhi kedainya. Kedai Bibi Paeng sudah dibuka kembali.

Pengunjung datang untuk diramal.


Si peramal, Paman Jin Sang! Ia sedang meramal pasangan suami istri.

Paman Jin Sang : Bahkan tahun ini, kau diberkati dengan keberuntungan! Sekarang kau hanya perlu mengkhawatirkan pencuri.

"Pencuri?" tanya pasangan suami istri itu.

Paman Jin Sang : Bicara soal pencuri, kediaman Tuan Soon Jo Doo dirampok oleh Jang Sam Seong, sudah dengar? Semua harta untuk menyuap Daewongun, menurutmu dari mana asal uang itu? Semua uang itu dari memeras rakyat dengan pajak! Kudengar si pencuri hebat Jang Sam Seong mencuri uang itu dan mengembalikannya kepada rakyat! Pria ini hidup untuk rakyat, sungguh pencuri yang baik!


Bibi Paeng pun ikut membantu suaminya menyebarkan rumor soal si pencuri baik. Dia bilang, Jang Sam Seong adalah pencuri baik.

Para pengunjung percaya.

Paman Jin Sang senang dan menatap Bibi Paeng.


Pal Ryeong kembali ke meja judi untuk mencari informasi. Ia pun mendapat informasi tentang pemberontakan di Pungcheon terhadap Hakim Lee.

"Itulah yang kudengar! Rakyat sangat tidak senang! Bukan hanya itu!"

"Apa? Apa lagi yang terjadi?"

"Di dalam istana, Ibu Suri dan Daewongun terus bertengkar! Itu benar-benar bencana dan kekacauan besar! Aku bahkan tidak tahu lagi ada berapa raja yang kita miliki! Astaga, apa yang terjadi pada dunia ini? Kini apa yang terjadi pada tanganku? Aku menyerah! Setelah keluarga Kim- moon pergi, kita punya Heungseon-gun? Kacau sekali."


Sementara Hakim Lee kesal membaca laporan soal pemberontakan rakyat terhadap dirinya.

Hakim Lee : Pencuri hebat Jang Sam Seong berdiri di atas kepala Daewongun. Dia pencuri baik yang mengembalikan dari harta Daewongun. Semua rumor ini menyebar ke seluruh penjuru negeri kita!

Tuan Heungin-gun mencoba menenangkan Hakim Lee.

"Tenanglah. Tidak ada negara tanpa pencuri."

Tuan Jung bilang, pencuri hebat atau bukan, dia bukan siapa-siapa begitu tertangkap.

Hakim Lee menatap sadis Tuan Jung.

Hakim Lee : Jadi, kau sudah menangkapnya? Tuan Gubernur Provinsi, kau sudah menangkapnya?

Tuan Jung diam.


Tuan Simam : Dari semua Tuan yang duduk di sini, satu-satunya rumah yang belum dirampok adalah kediaman Daewonwee. Unhyeongung ini terlalu mewah untuk dirampok siapa pun.

Byung Hak : Masalahnya, pencuri ini tampak seperti juru bicara rakyat. Belakangan orang-orang amat tidak puas dengan Tuan Daewonwee. Perbaikan Gyeongbokgung dan perlakuan kasar kepada umat Katolik, semua orang tidak senang.

Hakim Lee : Jika kita berkompromi dengan orang bodoh dan keluhan mereka, tidak ada yang bisa dicapai.

Hakim Lee lalu menyuruh Tuan Simam membubarkan departemen kehakiman yang sekarang dan membentuk departemen kehakiman yang baru untuk membalas Jang Sam Seong.

Tuan Simam : Baik, Tuan.


Jae Myeon senang-senang di wallsongru


Nahab menatapnya dari jauh, lalu duduk dan bicara dengan Chun Joong.

Nahab : Tiga tahun lalu setelah Tuan Jwa Keun meninggalkan jabatannya, keluarga ini kacau. Aku mengambil alih Wallsong-ru untuk menghibur kebosananku. Aku sudah menunjuk Song Hwa sebagai selir pelaksana dan yang kulakukan hanyalah menghitung uang di belakang.

Chun Joong : Pilihan bagus, pekerjaan ini cukup cocok dengan kepribadianmu.

Nahab : Seperti yang kau minta, aku mengumpulkan semua pecundang dari keluarga Kim-moon.

Chun Joong : Siapa lagi di Hanyang yang bisa mengumpulkan Kim-moon yang tidak penting? Aku ragu ada orang selain kau, Nyonya Perdana Menteri.

Nahab : Apa yang terjadi dalam tiga tahun terakhir? Aku merasakan kehadiran pria yang mendominasi darimu.


Nahab memegang tangan Chun Joong. Ia coba menggoda Chun Joong.

Nahab : Tuan Putri. Kalian masih bersama? Atau kau sudah berhenti?

Chun Joong : Kami bersama.

Mendengar itu, Nahab berhenti menggoda Chun Joong.

Nahab : Baiklah kalau begitu. Aku bahkan tidak mencoba jika tidak bisa menjadi milikku.


Chun Joong : Ada kabar soal permintaanku yang lain?

Nahab : Begitu tahu di mana ibu Tuan Putri tinggal, aku akan menghubungimu. Aku ingin bertemu dengan Tuan Putri lain kali kita bertemu.

Chun Joong : Kabari aku dengan surat.

Nahab : Omong-omong, Song Hwa telah jatuh cinta dengan Chae In Gyu. Dasar bodoh. Dia sudah lama menjadi selir, tapi tetap tidak bisa memilih pria. Bagaimanapun, camkan itu dan tetaplah aman.


Jae Myeon sudah mabuk.

Chun Joong gabung dengan mereka.

"Apa kau tahu? Ada banyak keluarga bangsawan yang tidak puas dengan Tuan Daewonwee."

"Itu bisa dimengerti untuk Kim-moon mana pun." jawab Chun Joong.

"Tidak semuanya. Hanya Tuan Kim Byung Hak dan ayah pria ini, Kim Byung Kyo, yang memiliki masalah terbesar." ucap Seung Ho.

"Jangan lupakan Tuan Jung Won Young."

Seung Ho lalu penasaran dengan kabar Ja Young.

Tiba-tiba Jae Myeon teriak minum.

Seung Ho : Kau sudah mabuk.

Seung Ho mengajak mereka pulang.


Saat mau pulang, mereka bertemu In Gyu yang baru datang.

Chun Joong yang berdiri di belakang, langsung menutupi wajahnya dengan kipas.

Para anggota Keluarga Kim itu pun pergi.

Chun Joong berjalan di belakang mereka dan terus menutupi wajahnya dengan kipas.


Song Hwa menatap Chun Joong. Ia merasa tidak asing.

Song Hwa : Siapa pria yang pergi terburu-buru itu?

Jae Myeon : Mereka Kim-moon dan Ha Jun-ho, bangsawan dari desa.

Seung Ho : Baiklah. Sekarang, biarkan kami pergi juga.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment