Di balai perdagangan, semua orang tampak sibuk.
Man Seok menghampiri Goo Cheol. Dia menepuk punggung Goo Cheol sembari berteriak memanggil Goo Cheol.
Goo Cheol kaget, kau mengejutkanku!
Man Seok memberi semangat Goo Cheol.
Man Seok : Tetaplah fokus dan bekerja keras.
Goo Cheol : Tentu saja! Semoga harimu menyenangkan.
Man Seok pergi.
Chun Joong berdiri melihat kesibukan para pedagang.
Chun Joong : Semua pedagangmu bahagia dan sibuk. Aku tidak mengharapkan apa pun dari Pedagang Agung Lee Deok Yoon. Untuk Joseon kita yang tertutup, balai perdagangan ini adalah satu-satunya jendela yang terbuka ke dunia luar.
Di belakangnya, Nyonya Lee duduk sambil minum teh.
Chun Joong kemudian duduk. Nyonya Lee menuangkan teh untuk Chun Joong.
Nyonya Lee : Kau menyanjungku.
Nyonya Lee lalu memberitahu Chun Joong bahwa ada surat dari Ibu Suri.
Nyonya Lee : Ada banyak ketegangan antara Ibu Suri dan Daewongun. Hubungan mereka amat memburuk sampai hal buruk mungkin terjadi, begitulah isi suratnya.
Chun Joong : Aku sudah menduganya.
Nyonya Lee : Apa yang kau rencanakan?
Chun Joong : Dari bawah, aku akan memperkuat semua kebencian orang kepada Daewongun dan menyatukan mereka. Dari atas, aku akan menggunakan ketegangan antara Ratu dan Daewongun serta mengumpulkan orang yang menentangnya.
Nyonya Lee : Dengan mulut pintarmu, kau menipu Heungseon-gun untuk ke puncak.
Chun Joong : Kini dengan mulut pintarku, akan kujatuhkan Heungseon-gun raksasa dan kuselamatkan negara dan rakyatnya.
Tiba-tiba saja, Man Seok dan Goo Cheol menghampiri mereka dengan wajah panic.
Chun Joong heran, kenapa? Apa yang terjadi?
Man Seok : Tuanku, Daewongun sedang menuju kemari. Tuan Heungseon-gun datang ke sini!
Hakim Lee tiba. Nyonya Lee bergegas menemui Hakim Lee.
Nyonya Lee : Kenapa Tuan Daewonwee kemari tanpa surat?
Hakim Lee : Kau sudah banyak membantu perbaikan Gyeongbokgung. Aku datang untuk berterima kasih secara langsung.
Nyonya Lee : Kau terlalu baik, Tuan.
Hakim Lee lalu melihat-lihat. Sepertinya dia tahu Chun Joong ada disana.
Hakim Lee melihat dua cangkir di meja.
Hakim Lee : Apa Choi Chun Joong kemari?
Nyonya Lee : Apa maksudmu Choi Chun Joong?
Hakim Lee berbalik dan menatap tajam Nyonya Lee.
Hakim Lee : Biar kutegaskan. Choi Chun Joong adalah musuh terbesar kita. Jika kau membantunya... kau harus berhati-hati. Kau dan tempat ini akan menghilang dari Joseon tanpa jejak.
Hakim Lee lalu menyuruh pengawalnya mencari Chun Joong.
Tapi mereka tak menemukan Chun Joong.
Nyonya Lee marah dan menyebut Hakim Lee keterlaluan.
Nyonya Lee : Kau sadar berapa yang kuhabiskan untuk perbaikan Gyeongbokgung-mu? Apa kau sudah lupa?
Hakim Lee : Belum. Ke depannya kau harus bayar dua kali lipat.
Nyonya Lee : Namamu tidak ada artinya di Dinasti Qing. Tapi surat sanggup bayar dariku bisa sampai ke istana Kaisar. Jika kau berani memperlakukanku seperti ini lagi, kita berdua akan menderita, Tuan Habha.
Hakim Lee marah. Dia melirik Chun, mengkodenya.
Chun mengerti dan mendudukkan paksa Nyonya Lee di tanah.
Pengawal Nyonya Lee langsung mencabut pedangnya. Ingin melindungi Nyonya Lee tapi dia langsung ditebas Chun.
Nyonya Lee : Apa yang Tuan lakukan?
Hakim Lee mengambil pedang Chun. Dia menatap pedang Chun yang tajam mengkilat dengan mata bengis, sebelum akhirnya mengarahkan pedang Chun ke leher Nyonya Lee. Hakim Lee mengancam Nyonya Lee. Dia bilang kuasa apapun yang Nyonya Lee miliki di Dinasti Qing, tidak akan berarti jika Nyonya Lee mati.
Hakim Lee : Jangan lupa. Jika kau membantu Choi Chun Joong, akan kupastikan kau menghilang tanpa ada yang tahu.
Hakim Lee lalu menjatuhkan pedang Chun dan mengajak pengawalnya pergi.
Nyonya Lee kesal, Heungseon-gun, dasar berengsek!
Hakim Lee dan pengawal nya tak sadar, mereka melewati Chun Joong.
Chun Joong menatap Hakim Lee penuh rasa benci.
Chun Joong : Tunggu dan lihat saja. Tidak lama lagi kita akan bertemu, Daewongun!
Hakim Lee berdiri dibawah sinar bulan. Ia ingat kata-kata Bong Ryeon.
Hakim Lee : Jadi, maksudmu, semua usahaku memperbaiki Gyeongbokgung tidak akan sepadan?
Bong Ryeon : Meski rakyat bisa mengeluh sekarang, di masa depan, istana itu akan bertahan selama ribuan tahun. Itu akan menjadi pencapaian terbesarmu yang akan diingat sepanjang sejarah.
Hakim Lee : Aku senang mendengar itu. Aku suka perkataanmu. Aku akan memberimu hadiah. Aku akan membiarkanmu pergi dalam waktu dekat.
Bong Ryeon diam dan menatap Hakim Lee.
Hakim Lee : Kenapa kau menatapku... Dahulu ada dukun hebat yang menatapku seperti itu. ] Dahulu kami bekerja sama untuk mengalahkan seorang tiran. Dan berjanji akan membangun kembali negara yang hebat.
Bong Ryeon : Kini kau tidak punya siapa pun?
Hakim Lee : Aku tidak mau rakyat membenciku. Tapi rakyat bodoh dan tidak bijaksana. Jika mereka tidak bisa diajari, aku harus menghukum
mereka dan menyeret mereka ke arah yang benar.
Flashback end...
Hakim Lee : Benar. Aku tidak peduli jika semua orang menyalahkanku. Aku akan menuntun negara ini ke arah yang benar.
Paginya Chun Joong sedang membaca buku. Tapi kemudian dia menatap arloji pemberian Bong Ryeon.
Chun Joong ingat saat Bong Ryeon memberinya arloji itu.
Sementara Chi Sung minta Bong Ryeon memberitahu Chun Joong.
Bong Ryeon tanya soal apa. Chi Sung bilang Bong Ryeon paham maksudnya.
Chi Sung : Mengenai anaknya.
Bong Ryeon : Berhenti. Aku sudah memintamu untuk tidak membahas ini lagi.
Chi Sung : Kurasa kau harus menemui ibumu, Ban Dal. Bukankah dia membesarkan anakmu dengan Dan-ah di istana lain?
Bong Ryeon : Setelah peristiwaku tiga tahun lalu, yang bisa kuingat hanyalah ibuku.
Chi Sung : Kalau begitu, jika kau bicara dengan ibumu dan mempelajari masa lalumu, akankah kau memberi tahu Tuan Choi soal anaknya?
Chun Joong tiba2 masuk dan tanya apa sesuatu terjadi. Keduanya langsung diam.
Chun Joong : Apa yang menyebabkan kalian berdua begitu serius?
Chi Sung pergi.
Bong Ryeon bilang ke Chun Joong kalau dia meminta bantuan Chi Sung.
Chun Joong cemburu, bantuan? Kenapa kau meminta bantuan kepada Chi Sung? Kau harus meminta kepadaku! Dahulu, kau selalu meminta bantuanku. Mintalah apa pun, aku bisa melakukan apa pun untukmu!
Bong Ryeon : Mungkin ada yang bilang kau tampak agak cemburu.
Chun Joong : Omong kosong! Sejak lahir sampai sekarang, aku tidak pernah cemburu sekali pun.
Bong Ryeon tertawa mendengarnya.
Chun Joong Senang melihat Bong Ryeon tertawa.
Chun Joong lalu mendekati Bong Ryeon.
Chun Joong : Aku senang melihatmu tertawa. Seperti sebelumnya. Aku mau minta tolong. Aku ingin kau meminta bantuanku. Jika bisa membalasmu untuk tiga tahun terakhir, aku bersedia melakukan apa pun.
Bong Ryeon : Kalau begitu... Aku ingin bertemu dengan ibuku.
Chun Joong : Aku sudah mencarinya. Beri aku waktu lagi. Kau akan segera bertemu dengannya.
Bong Ryeon pun terdiam.
Sepertinya sudah beberapa hari.
Chun Joong membawa Bong Ryeon ke balai perdagangan.
Begitu mereka datang, Man Seok dan Goo Cheol menyambut mereka dan menyuruh Bong Ryeon masuk.
Chun Joong dan Bong Ryeon berjalan ke dalam.
Di dalam, Nahab dan Nyonya Lee sudah berdiri menunggu mereka. Tapi ada satu lagi yan berdiri membelakangi mereka di belakang Nyonya Lee.
Wanita itu berbalik. Dia Ban Dal!
Bong Ryeon terkejut, eomma...
Ban Dal langsung lari memeluk Bong Ryeon.
Nyonya Lee senang melihat reuni ibu dan anak itu.
Chun Joong menyapa Ban Dal.
Chun Joong : Sudah lama sekali, Ibu.
Ban Dal : Kau baik-baik saja, Tuan? Kau menjaga keselamatan Bong Ryeon...
Nahab menghampiri Bong Ryeon. Nahab bilang Bong Ryeon tidak berubah.
Bong Ryeon yang hilang ingatan, terheran-heran dan tanya Nahab siapa.
Pal Ryeong langsung fokus menatap Nahab.
Nahab : Kudengar kau hilang ingatan, tapi tidak bisakah kau mengenaliku?
Nyonya Lee : Biarkan dia bersama ibunya, pasti banyak yang ingin mereka bicarakan. Beri mereka privasi.
Ban Dal membawa Bong Ryeon masuk.
Pal Ryeong mendekati Nahab.
Pal Ryeong : Bagaimana kabarmu?
Nahab : Siapa kau?
Pal Ryeong : Kau tidak ingat? Aku...
Pal Ryeong melepas topinya dan mengibas2kan rambutnya.
Pal Ryeong : ... rekan kerja Tuan Choi.
Nahab syok melihat tingkah Pal Ryeong.
Ban Dal menunjukkan cincin pernikahan Bong Ryeon dan Chun Joong.
Bong Ryeon melihatnya dan merasa aneh.
Bong Ryeon : Kukira aku tidak mengenalnya. Tapi aku berdebar saat berada di dekatnya. Hatiku terus terasa untuknya.
Ban Dal : Jika kau tetap sabar, ingatanmu tentang dia akan kembali.
Bong Ryeon menanyakan anaknya.
Ban Dal : Jangan khawatir. Dia bersama Dan-ah di rumah yang disediakan Tuan Daewonwee.
Bong Ryeon ingat setelah melahirkan bayinya. Dia terus menatap wajah bayinya.
Ban Dal senang melihat cucunya.
Ban Dal : Dia laki-laki. Putra yang tampan dan kuat, Bong Ryeon-ah.
Flashback end...
Ban Dal : Jika mendengar kata "Ibu", dia berjalan-jalan.
Sontak lah mata Bong Ryeon berkaca-kaca.
Ban Dal : Bong Ryeon-ah, karena kini kau seorang ibu, kau harus kuat. Ibu tidak bisa mengambil risiko membawa anak itu kemari. Tapi dalam dua hari di siang hari, semua pelayan wanita akan diganti. Keamanan akan longgar sekitar 15 menit. Ibu akan mengambil anak itu dan membawanya ke gubuk lumpur yang dahulu ibu tinggali.
In Gyu berdiri di halaman rumahnya. Ia menatap sangkar burung yang rusak yang ia gantung di pohonnya.
In Gyu ingat saat menghadiahi burung ke Bong Ryeon. Bong Ryeon bilang ia benci sangkar burung tanpa pintu yang In Gyu bawa.
Bong Ryeon : Seleramu sangat kejam dan aneh. Kau dan kandang burung ini... Aku membencinya.
Song Hwa keluar.
Song Hwa : Kenapa kau tidak tidur dan berdiri di sini?
In Gyu : Jika kupikir kembali ke Ganghwa. Sekitar 10 tahun lalu, aku diramal, ternyata dia tidak salah. Aku diberi tahu seorang teman akan membantuku. Aku harus menunggangi punggungnya saja. Kali ini bukan Choi Chun Joong. Aku akan diuntungkan dari putra Choi Chun Joong.
Song Hwa kaget mendengar Chun Joong punya anak. Dia langsung tahu itu anak Chun Joong dan Bong Ryeon.
Pelayan mengantarkan Chun Joong yang berseragam pengawal ke kamar Ibu Suri.
Chun Joong dan Ibu Suri bicara. Di belakang Chun Joong berdiri Chi Sung yang juga berseragam pengawal.
Ibu Suri : Jadi, kau benar-benar masih hidup. Kau mungkin abadi.
Chun Joong : Ibu Suri, aku sangat bersyukur Anda bisa membaca sangsin-ku (surat penyataan anggota dewan) dan mengundangku ke kamar anda.
Ibu Suri : Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku?
Chun Joong Aku datang menemui anda karena tirani Daewongun. Negara kita dan rakyatnya meminta bantuan. Selama masa-masa sulit ini, seseorang harus menyelamatkan Joseon, bukan? Bukankah seharusnya ada yang membantu raja muda menelusuri jalan yang benar?
Ibu Suri : Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?
Chun Joong : Satu-satunya orang yang mampu adalah anda, Ibu Suri!
Ibu Suri tertawa.
Ibu Suri : Aku wanita yang sangat tua sekarang. Aku tidak mampu menghentikan Daewongun dan menyelamatkan negara ini.
Chun Joong : Aku tidak pernah mendekati anda tanpa rencana. Karena aku yang membuat Heungseon-gun menjadi Guktaegong. Kali ini aku akan menjadikan anda, Ibu Suri, seopjeong yang memiliki kekuatan sejati dan kuasa politik dari belakang.
*Seopjeong, penguasa sementara saat Raja tidak bisa memerintah.
Ibu Suri : Kesetiaanmu pada negaramu dan Raja sangat mengagumkan.
Ibu Suri tertarik mendengar rencana Chun Joong. Ia tanya, apa yang bisa ia bantu.
Chun Joong : Tolong beri aku kekuatan. Aku akan mengasingkan Daewongun dan menyerahkan kekuasaan kembali kepada anda. Berikan aku kekuatan anda, Ibu Suri.
Ibu Suri tertarik.
Setelah menemui Ibu Suri, keduanya menemui Ratu. Ratu senang melihat keduanya.
Ratu : Kau sudah bertemu dengan Ibu Suri?
Chun Joong : Ya, aku bertemu dengannya dan mendapat bantuan khusus.
Ratu : Apa itu?
Chun Joong : Dia mengizinkan Yeon Chi Sung menjadi pendekar pengawalmu.
Ratu menatap Chi Sung.
Chi Sung langsung menundukkan pandangannya.
Chun Joong : Dia yang terbaik di Joseon. Tidak ada yang lebih baik untuk menjadi pengawalmu. Selain itu, jika perlu menghubungiku, kau bisa memberi tahu Yeon Chi Sung.
Ratu : Aku akan menuruti permintaanmu.
Ratu lalu kembali menatap Chi Sung.
Ratu : Tolong lindungi aku dengan baik, Pendekar.
Chi Sung : Aku akan melindungi anda dengan nyawaku, Ratu.
Paginya, Chun Joong menemui Byung Hak dan pejabat lainnya di gazebo.
Byung Hak senang melihat Chun Joong.
Byung Hak lalu mengajak Chun Joong gabung dengan mereka dan memperkenalkan para pejabat pada Chun Joong.
Byung Hak : Ini Tuan Heungin-gun. Di sini, Tuan Jung Won Young. Tuan Kim Byung Gyo dari keluarga Kim-moon. Sekarang, mari kita minum!
Malam kembali datang. Pal Ryeong dan Goo Cheol duduk2 di depan persembunyian mereka di hutan.
Pal Ryeong : Aku lapar.
Man Seok menmanggil mereka karena makanan sudah siap.
Mereka masuk dan tidak sadar Chun mengawasi mereka.
Chun kemudian pergi setelah mengetahui persembunyian mereka. *Omo
Mereka makan-makan.
Pal Ryeong : Ini, tidak banyak, tapi selamat menikmati.
Jin Sang : Hei, dia yang menyiapkan dan memasak. Aku menyajikannya.
Pal Ryeong : Diam saja.
Bibi Paeng menyuruh Bong Ryeon makan.
Chun Joong terus menatap Bong Ryeon.
Man Seok : Tuan, selamat menikmati.
Chun Joong langsung salting ketahuan menatap Bong Ryeon.
Chun Joong : Benar, selamat menikmati.
Pal Ryeong : Tuan, kau tampak bahagia.
Goo Cheol : Aku harus menikah, aku sangat kesepian.
Bibi Paeng : Aku setuju!
Pal Ryeong : Kau belum siap, Bodoh. Kau harus kesepian setidaknya selama aku untuk bisa bilang bahwa kau kesepian. Kau belum pantas bilang kesepian.
Goo Cheol : Bukankah kau mencintai wanita bangsawan itu?
Bibi Paeng : Wanita bangsawan? Siapa? Siapa?
Man Seok : Aku tahu tentang dia.
Bong Ryeon menatap Chun Joong dan teringat masa lalunya bersama mereka. Ya, ingatan Bong Ryeon akhirnya kembali!!
Chun Joong menatap Bong Ryeon dan kaget melihat Bong Ryeon menatapnya.
Chun Joong : Ada apa? Ada yang salah?
Mereka semua langsung memandangi Chun Joong dan Bong Ryeon.
Bong Ryeon bilang tidak ada apa-apa.
Saat Chun Joong menatap mereka, mereka langsung sok sibuk dengan makanan.
Chun Joong memegang tangan Bong Ryeon.
Bong Ryeon terkejut awalnya tapi ia membiarkan Chun Joong memegang tangannya.
Seulas senyum terukir di bibir Bong Ryeon.
Bong Ryeon menatap lembut Chun Joong.
Terdengar narasi Bong Ryeon.
Bong Ryeon : Aku sungguh mencintai pria ini dahulu dan masih mencintainya sekarang.
Chun memberitahu Hakim Lee soal Chun Joong.
Paginya, Ban Dal dan Dan membawa bayi Bong Ryeon dan Chun Joong ke gubuk lumpur.
Bong Ryeon sudah menunggu di sana.
Ban Dal tiba2 menghentikan langkahnya dan mendongak menatap langit. Rautnya berubah tegang. Dan tanya ada apa.. Ban Dal bilang mereka diikuti.
Ban Dal lalu menyuruh Dan membawa cucunya ke gubuk lumpur.
Ban Dal : Kita tidak punya pilihan. Dan-ah, kita harus berpisah. Pergilah langsung ke rumah lumpur. Dengarkan aku.
Mereka berpisah. Ban Dal berlari sambil berpura-pura menggendong bayi. Sesekali, ia melihat ke belakang.
Beberapa pria mengejar Ban Dal.
Salah satu yang memburu Ban Dal adalah In Gyu.
In Gyu melihat Ban Dal dan Dan berlari ke arah yang berbeda.
Rekan-rekan In Gyu mengejar Ban Dal. Sementara In Gyu memilih mengejar Dan.
Dan akhirnya tiba di rumah lumpur.
Dan memberitahu Bong Ryeon, bahwa mereka diikuti.
Bong Ryeon : Dimana ibu?
Dan : Dia memberikan anak ini kepadaku dan lari ke arah berbeda.
Bong Ryeon : Dan-ah, bawa anak ini dan pergilah ke rumah lumpur. Jika aku tidak kembali sampai malam hari, pergilah ke balai perdagangan.
Dan tidak rela, nona.
Bong Ryeon : Aku harus menemukan ibuku. Tolong jaga dia.
Bong Ryeon mencium putranya, lalu pergi.
Ban Dal terus berlari. Tapi pelariannya terhenti karena ia sudah tiba di ujung jurang.
Ban Dal panic karena tahu pengejarnya sudah dekat.
Ban Dal melangkah mundur, sambil menatap sekelilingnya. Sampai akhirnya ia jatuh ke jurang.
Dua orang bertopeng hitam melihat Ban Dal jatuh, lalu mereka pagi.
Sementara In Gyu sudah tiba di rumah lumpur.
In Gyu masuk, Dan sontak langsung melindungi anak Bong Ryeon dan Chun Joong.
Dan : Ini anak Tuan Putri. Mundur!
In Gyu membuat Dan pingsan.
Setelah Dan pingsan, ia mendekati anak Bong Ryeon.
In Gyu : Jangan khawatir. Aku akan mengurus anak ini lebih baik daripada siapa pun di dunia ini.
In Gyu lalu melihat mainan yang dipegang bayi Bong Ryeon.
Bong Ryeon mendaki jurang di hutan, tapi belum menemukan ibunya. Saat berada di atas, Bong Ryeon melihat ibunya tergeletak di bawah. Bong Ryeon terkejut dan bergegas turun.
"Eomma." panggil Bong Ryeon.
Bong Ryeon terkejut melihat kepala ibunya berdarah.
Bong Ryeon berusaha membangunkan ibunya.
Ban Dal pun sadar. Dengan napas tersengal, ia terus menyebut Bong Ryeon putrinya.
Bong Ryeon mau membawa ibunya ke tabib tapi Ban Dal bilang dia harus pergi karena langit memanggilnya.
Tentu saja Bong Ryeon ketakutan.
Bong Ryeon : Aku bisa menyelamatkan ibu.
Tapi Ban Dal hilang memejamkan mata lagi. Bong Ryeon, eomma! Kumohon!
Ban Dal kembali menatap Bong Ryeon. Ia menangis dan minta maaf karena Bong Ryeon terlahir dari rahim wanita hina sepertinya.
Bong Ryeon : Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Ibu, tolong tunggu.
Ban Dal memegang wajah Bong Ryeon.
Ban Dal : Jangan pernah menyerah dan bertahanlah hidup.
Bong Ryeon : Ibu, kumohon. Hiduplah.
Ban Dal pun menghembuskan napas terakhirnya. Roh Ban Dal terbang ke langit.
Bersamaan dengan meninggalnya Ban Dal, Bong Ryeon ingat semuanya.
Bong Ryeon ingat masa lalunya, saat ia pacaran dengan Chun Joong sebelum dirinya jadi Tuan Putri.
Lalu ia ingat saat hampir menikah dengan Chun Joong.
Ia juga ingat saat menemui Chun Joong di penjara. Saat itu ia menangis.
Bong Ryeon : Maafkan aku karena meninggalkanmu di sini.
Bong Ryeon ingat saat Chun Joong menemukan ibunya.
Ia ingat kata-kata Chun Joong ketika mereka di Sam Jun Do Jang.
Chun Joong : Aku mencintaimu lebih dari hidupku.
Terakhir Bong Ryeon ingat saat pertemuan terakhir mereka sebelum kerusuhan di Sam Jun Do Jang. Chun Joong janji padanya akan segera kembali.
Tangis Bong Ryeon pecah. Bong Ryeon menjerit, menangisi ibunya yang sudah tiada.
Lalu tiba-tiba saja tangisnya berhenti karena ia mendengar suara tangisan bayi. Lalu ia melihat dua pria bertopeng melintas membawa bayinya.
Di belakang dua pria itu, ia melihat In Gyu! In Gyu menatap Bong Ryeon. Bong Ryeon syok melihat In Gyu.
Para pasukan istana sedang menuju tempat persembunyian Chun Joong.
Mereka diberi perintah oleh Hakim Lee untuk menangkan Chun Joong cs.
Goo Cheol yang berdiri di luar, kaget melihat pasukan datang dan langsung lari ke dalam memanggil Pal Ryeong.
Hakim Lee yang baru saja tiba di kediamannya, ditemui Chun.
Chun : Habha, anda diperintahkan untuk kembali ke istana.
Hakim Lee : Diperintahkan? Apa ada perintah yang tidak kuketahui?
Pal Ryeong, Goo Cheol dan Man Seok diseret keluar oleh pasukan. Mereka diikat.
Seorang utusan dari kerajaan tiba2 datang membawa titah bahwa Chun Joong sudah diampuni.
Pal Ryeong tertawa keras.
Pal Ryeong : Apa kataku! Sudah kuduga Tuan akan membereskannya! Kita hidup!
Mereka senang.
Hakim Lee tiba di istana. Semua pejabat sudah berkumpul. Ia mengernyit heran melihat seorang pria yang berdiri di hadapan Raja.
Pria yang di depan Raja menoleh. Dia Chun Joong!
Tentu saja Hakim Lee langsung minta penjelasan sama Raja kenapa Chun Joong ada disana.
Jae Hwang menatap Ibu Suri.
Ibu Suri yang menjawab, bilang kalau Raja sudah membebaskan Chun Joong dari semua tuntutan kejahatan dan memerintahkan mengembalikan
reputasi dan identitasnya.
Hakim Lee melihat titah Raja soal Chun Joong.
Hakim Lee tak terima, kenapa kau membuat keputusan itu tanpa bicara denganku dahulu?
Jae Hwang : Aku berniat mengirim surat, tapi lupa.
Hakim Lee : Tiga tahun lalu, pria ini membuat kultus. Dia memproduksi senjata dan bersekongkol melawan takhta! Bagaimana bisa kau mengampuninya dan mengembalikan reputasinya?
Byung Hak membela Chun Joong.
Byung Hak : Tidak ada bukti jelas untuk mendukung klaim itu.
Kakak Hakim Lee bahkan juga membela Chun Joong.
"Dia pria yang sangat berbakat. Dia pantas mendapat kesempatan kedua."
Hakim Lee terkejut.
"Semua pria ini bersatu!"
Ja Young menunggu di kamarnya, tersenyum tipis.
Ibu Suri : Raja telah mendengarkan pendapat semua orang. Dan menerima saranku. Choi Chun Joong sudah diampuni dan juga diminta menangkap Jang Sam Seong. Dia sekarang pemimpin satuan tugas mandiri resmi.
Ibu Suri minta Chun Joong mendekat untuk menerima titah.
Chun Joong : Aku, Choi Chun Joong menerima titah anda. Aku akan menangkap si Pencuri Hebat untuk anda, Raja.
Hakim Lee kesal. Dia berjalan mendekati Chun Joong dan menatap Chun Joong dengan tatapan benci.
"Beraninya kau bersembunyi di bayanganku, dan merencanakan penghancuranku!" rutuk Hakim Lee dalam hati.
Chun Joong tersenyum, membalas tatapan kebencian Hakim Lee.
"Daewongun, sudah saatnya kau menderita. Aku tidak akan kenal lelah. Akulah takdir kehancuranmu yang baru!" balasnya dalam hati.
Bersambung....
0 Comments:
Post a Comment