King Maker : The Change Of Destiny Ep 19 Part 2

Sebelumnya...


Chi Sung menyusul Chun Joong yang hendak pergi sehabis menemui Ja Young.

Chun Joong heran Chi Sung tidak bersama Ja Young.

Chi Sung bilang Ja Young menyuruhnya mengikuti Chun Joong.

Chi Sung : Dia bilang kau akan membutuhkan bantuanku.


Bong Ryeon pergi menemui In Gyu di sebuah rumah.

Begitu Bong Ryeon datang, In Gyu langsung menyuruhnya duduk.

Bong Ryeon dan melihat mainan anaknya di atas meja.


Bong Ryeon : Kau memintaku menemuimu diam-diam untuk memberitahuku soal anakku. Di mana anakku?

In Gyu : Aku akan segera mengembalikan anakmu. Jika kau mau membantuku.

Bong Ryeon : Biar kudengar. Apa yang kau inginkan dariku?

In Gyu bilang dia mau Chun Joong dan Nyonya Lee.

In Gyu : Aku tahu mereka berdua berencana melawan Tuan Daewongun. Aku ingin pengakuan. Selembar kertas.

Tentu saja Bong Ryeon menolak. Tapi In Gyu mengancam akan membunuh anak Bong Ryeon. *Keji bener!!!!!!!!

In Gyu : Di Ganghwa dahulu, kau bersaksi melawan Choi Chun Joong. Untuk menyelamatkan ibumu dan Choi Chun Joong. Kali ini, untuk menyelamatkan anak Choi Chun Joong.


Bong Ryeon marah. Kau sungguh ingin mati?

In Gyu : Sekali saja. Sekali lagi, Tuan Putri. Begitu kau menulisnya, anakmu akan kukembalikan. Aku juga akan memberikan perlindungan, tersembunyi dari Daewongun. Anak itu mirip denganmu. Dia aman, jangan khawatir.

Bong Ryeon pun nangis, tapi In Gyu tidak peduli tangisan Bong Ryeon.

In Gyu bilang dalam hatinya, kalau itu adalah kesempatan terakhirnya dan ia akan memanfaatkan Chun Joong sebagai batu loncatan untuk memanjat.


Bong Ryeon pergi. Di luar, dia bertemu Pal Ryeong yang langsung menghampirinya.

Pal Ryeong : Astaga, sulit sekali menahan Tuan Choi.

Bong Ryeon : Kerja bagus. Jika melihat Chae In Gyu, dia tidak akan bisa mengendalikan diri. Bagaimana dengan Song Hwa?

Pal Ryeong : Seperti prediksimu, dia sudah berhari-hari tidak masuk kerja. In Gyu membutuhkan seseorang untuk mengurus anakku.


Goo Cheol datang, Tuan Putri! Aku menemukan rumah ibunya. Rumah ibu Song Hwa. Dia punya rumah yang bagus dan baru.

Bong Ryeon : Pengawal Chae In Gyu akan berpatroli. Ikuti mereka dan mereka akan membawamu ke anakku. Aku akan pergi ke balai perdagangan.


Pal Ryeong dan Goo Cheol memulai tugas mereka.

Mereka pura2 main catur di dekat kediaman Song Hwa, bersama beberapa pria.

Dua pengawal In Gyu lewat. Begitu mereka lewat, Goo Cheol dan Pal Ryeong bergegas mengikuti mereka.


Goo Cheol dan Pal Ryeong melihat mereka masuk ke sebuah rumah. Tentu saja, ada banyak penjaga di rumah itu.


Para tetua Ganghwa menemui Bong Ryeon. Tentu saja Bong Ryeon heran mereka mendatanginya.

Man Seok bilang, kedua pria itu punya hal berharga untuk Bong Ryeon.

Man Seok : Ini benda penting, mereka tidak bisa sekadar membawanya.


Tetua Ganghwa menyerahkan gulungan surat kepada Bong Ryeon.

Bong Ryeon membukanya dan membacanya bersama Man Seok.

Man Seok kaget dan langsung menatap Bong Ryeon.

Bong Ryeon menyunggingkan senyumnya. Senyum penuh kemenangan.


Malam harinya, Pal Ryeong dan Goo Cheol membawa Chun Joong dan Chi Sung ke rumah itu.

Pal Ryeong : Ini rumah tempat tinggal para penganut Katolik dahulu. Artinya, rumah ini dibuat untuk menghindari kepolisian.

Chi Sung : Biarkan aku masuk lebih dahulu, aku akan mengeluarkannya.

Chun Joong : Tidak, kita semua pergi bersama. Anakku bisa terluka, kita harus cepat.

Pal Ryeong : Aku juga ikut.

Chun Joong : Jika seseorang yang tidak terduga muncul...


Goo Cheol : Ya, aku akan mengawasi dan jika ada masalah...

Goo Cheol mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya.

Goo Cheol : Jangan khawatir.



Mereka masuk dan melumpuhkan penjaga satu per satu.


Setelah melumpuhkan penjaga diluar, mereka masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah ada beberapa penjaga lagi tapi mereka melumpuhkannya dengan mudah.


Chun Joong mendengar tangisan bayi dari lantai atas. Ia bergegas naik ke atas dan melihat Song Hwa berusaha membawa lari putranya.


Ya, Song Hwa berusaha kabur. Tapi sampai di pintu, Bong Ryeon datang.

Song Hwa kaget. Bong Ryeon minta putranya dikembalikan. Song Hwa menggeleng ketakutan dan melangkah ke belakang.

Bong Ryeon terus mendekati Song Hwa dan minta bayinya dikembalikan.

Song Hwa minta maaf dan memutuskan mengembalikan bayi itu ke ibunya.


Diluar, Goo Cheol dikejutkan dengan kedatangan seseorang.


Chun Joong mengejar Song Hwa, membeku melihat putranya sudah ada di tangan Bong Ryeon.

Chun Joong lalu menjatuhkan pedangnya sambil terus menatap ke arah putranya.

Bong Ryeon terkejut melihat Chun Joong. Doryongnim.


Tiba2 mereka dikejutkan dengan suara tembakan.

Chun Joong langsung berbalik. In Gyu sudah berdiri di depan mereka, menodongkan pistol ke mereka.

Chun Joong marah. Jika menarik pelatuk itu, kau juga akan mati.

In Gyu : Benarkah? Jika ingin semua orang hidup, kau harus mundur.

In Gyu minta surat yang dimintanya ke Bong Ryeon


Bong Ryeon : Yang kubawa adalah nyawamu.

In Gyu : Nyawaku? Apa yang kau rencanakan?

Bong Ryeon : Surat tertulis resmi. Oleh utusan kerajaan yang menyatakan Chae In Gyu membunuh gubernur administratif Ganghwa, Kim Byeong Woon Aku membawanya.


In Gyu tak percaya karena ia sudah membunuh si anhaek eosa itu.

Bong Ryeon : Kau membunuh anhaek eosa itu dan menghancurkan suratnya. Tapi rakyat Ganghwa takut kau mungkin akan menjadi gubernur administratif berikutnya. Jadi, anhaek eosa itu menulis surat terpisah untuk Ratu. Mereka mengirimkannya kepadaku, Tuan Putri. Mereka ingin aku menghentikanmu.


Bong Ryeon lalu menyuruh In Gyu pergi.

In Gyu tidak mau. Dia bilang dia tidak mau rugi lagi.


In Gyu bersiap menembak Chun Joong dan Bong Ryeon.

In Gyu menarik pelatuknya. Tapi Chi Sung datang dan menghalangi peluru dengan pedangnya.


In Gyu membeku melihat Chi Sung. Ia sadar, ia sudah kalah.

Melihat In Gyu lengah, Pal Ryeong menggunakan kesempatan itu untuk mendorongnya. In Gyu jatuh dan Pal Ryeong langsung menendang senjata In Gyu jauh2.


Pal Ryeong beranjak menjauhi In Gyu. Goo Cheol datang.


Chi Sung mendekati In Gyu. Ia siap menebas In Gyu tapi dilarang Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Kau tidak boleh membunuhnya!


In Gyu lantas berdiri dan tertawa, menertawakan dirinya. In Gyu lalu perlahan beranjak pergi.


Bong Ryeon memeluk anaknya. Ia lega anaknya selamat..

Chun Joong terpana menatap putranya. Ia lalu mendekati Bong Ryeon.

Bong Ryeon menatap Chun Joong, Doryongnim...

Lalu Bong Ryeon berbisik pada putranya.

Bong Ryeon : Anakku. Temui ayahmu.

Chun Joong : Anakku. Ini benar-benar anakku?


Chun Joong lalu menggendong putranya.

Ia memeluk putranya dengan tangis haru.


Paginya setelah semua kejadian menegangkan yang mereka alami tadi malam, Chun Joong membawa Bong Ryeon ke makam Ban Dal.

Chun Joong minta maaf pada Bong Ryeon karena tidak bisa melindungi Ban Dal.

Bong Ryeon meletakkan bunga di makam ibunya.

Bong Ryeon : Aku sungguh minta maaf, Ibu. Ibu telah menderita seumur hidup ibu untukku. Ibuku yang baik dan cantik. Tolong beristirahatlah tenang. Aku akan menepati janjiku dan tidak akan menyerah. Aku akan bertahan apa pun yang terjadi. Jadi, jangan cemaskan aku lagi. Dan beristirahatlah dengan tenang. Bebaslah.


Tiba2, serbuk2 bunga yang dibawa Bong Ryeon beterbangan ke langit.

Chun Joong dan Bong Ryeon kaget melihatnya.

Bong Ryeon lalu berdiri. Ia dan Chun Joong saling tersenyum satu sama lain.


Usai dari makam Ban Dal, mereka berkumpul di balai perdagangan.

Nyonya Lee : Kau menamainya Moon?

Chun Joong : Ya, kami ingin dia menjadi orang paling sadar di dunia baru. Itu sebabnya kami menggunakan karakter "untuk Moon tercerahkan".


Pal Ryeong berseru, Choi Moon! Nama yang indah?

Goo Cheol dan Man Seok kompak menyuruh Pal Ryeong diam.

Man Seok :  Dia akhirnya tertidur.


Nyonya Lee : Dia menawan seperti orang tuanya.

Man Seok meledek Chun Joong.

Man Seok : Syukurlah dia lebih mirip Tuan Putri daripada Tuan.

Yang lain tertawa.


Goo Cheol : Tuan Putri, Dan-ah telah diminta kembali ke tugas resminya. Dia sudah kembali ke kantor polisi.

Bong Ryeon : Aku senang dia kembali tanpa cedera.


Chun memberitahu Hakim Lee kalau Bong Ryeon dan putranya sudah kembali bersama Chun Joong.

Chun : Haruskah aku mengirim pasukan untuk menyerang Chun Joong, Tuan Habha?

Hakim Lee : Bagaimana kita bisa membenarkan itu? Kita harus menangkap pria yang menemui putranya?

Hakim Lee ingat kata2 Biksu Alam..

Flashback...


Hakim Lee tanya, apa si biksu sudah dengar Bong Ryeon melahirkan kemarin.

Biksu : Ya, Venus bersinar di langit malam.

Hakim Lee : Aku menduga hal hebat akan terjadi. Pendapatmu? Sangat sulit mencarimu dan membawamu ke sini. Apa aku belum meminta bantuanmu?

Biksu : Takdir anak itu?

Hakim Lee : Anak Chun Joong. Seorang anak yang terlahir di keluarga pengkhianat.


Biksu tertawa, itukah pendapatmu tentang keluarga itu? Mari kita lihat. Putra sulung yang lahir tanggal 27 April pada akhir pagi. Dia pintar dan sangat tampan, tapi dia hanyalah beomjae. Berbeda dengan ayah dan ibunya, dia bukan peramal. Dia akan tumbuh menjadi pria yang sangat setia.

Flashback end...


Hakim Lee : Jangan lukai anak itu atau Tuan Putri. Aku akan segera mengurus Choi Chun Joong.

Chun : Baik, Tuan.


Bong Ryeon masuk saat Chun Joong sedang ganti baju.

Bong Ryeon sedih melihat luka-luka di tubuh Chun Joong.

Bong Ryeon : Seberapa besar penderitaanmu?

Chun Jong : Aku baik-baik saja sekarang. Ini tidak sakit lagi, jadi, jangan khawatir.

Bong Ryeon : Tidak, tidak apa-apa menunjukkan kelemahan. Kau bisa mengakui semua yang sakit kepadaku Kau bisa mengatakan apa pun.


Chun Joong berbalik, Bong Ryeon membantu Chun Joong memakai baju tapi Bong Ryeon nangis melihat luka tembak di punggung Chun Joong.

Bong Ryeon memakaikan pakaian Chun Joong. Chun Joong berbalik menatap Bong Ryeon.

Chun Joong : Aku tidak mau ini. Saat aku kesakitan, itu akan membuatmu menderita. Aku tidak mau.

Bong Ryeon : Bagilah rasa sakitmu denganku. Kebahagiaan dan rasa sakitmu. Semuanya. Bagi semuanya denganku.


Chun Joong memegang wajah Bong Ryeon : Kau sangat serakah.

Bong Ryeon memeluk Chun Joong. Chun Joong tersenyum dan balas memeluk istrinya itu.


Setelah itu, Bong Ryeon ingin memakaikan sabuk Chun Joong.

Chun Joong menolak tapi Bong Ryeong maksa.

Chun Joong mengalah. Bong Ryeon memakaikan sabuk Chun Joong. Tapi Chun Joong tiba2 memeluknya.


Tiba-tiba, Pal Ryeong masuk.

Pal Ryeong :  Astaga, maafkan aku. Bagaimana ini bisa terjadi setiap kali? Aku tidak bermaksud mengganggu...

Chun Joong : Jika kau menyesal, pergilah.

Pal Ryeong : Bukankah terlalu dini untuk terlalu bergairah? Omong-omong, kita kedatangan tamu.


Tamunya si biksu alam. Chun Joong dan Bong Ryeon bergegas menyambut biksu alam.

Biksu Alam menanyai kabar keduanya.

Bong Ryeon bilang dia baik-baik saja berkat si biksu alam.


Bong Ryeon memberitahu Chun Joong kalau si biksu alam memprediksi mereka akan punya anak  dan datang membantuku.

Bong Ryeon : Dia terjaga semalaman untuk melindungiku.

Biksu alam menatap Chun Joong : Saat memikirkan akan melihat anakmu, aku tidak bisa pergi tanpa bertemu dengannya. Biarkan aku melihatnya.


Chun Joong menggenggam tangan si biksu alam.

Chun Joong : Tuan....

Biksu alam balas menggenggam tangan Chun Joong.


Chun Joong bicara empat mata dengan biksu alam. Biksu alam melihat arloji Chun Joong. Apa ini jam barat?

Chun Joong : Ya, ini nyaman setelah kau terbiasa.


Biksu meletakkan arloji itu di meja. Waktu....

Biksu menatap Chun Joong. Apa kau mencoba mempersingkat waktu Daewongun?

Chun Joong : Jika aku membiarkan Daewongun, pada akhirnya, dia akan menghancurkan negeri ini. Bukankah kau sudah tahu ini?

Biksu : Tapi masa Daewongun belum berakhir. Kau tidak bisa mengendalikan bagaimana takdirnya nanti.

Chun Joong : Tuan, kau pernah berkata aku akan mati muda. Bahwa Bong Ryeon akhirnya akan membunuhku. Tapi aku masih hidup. Bong Ryeon dan aku punya anak dan kami sudah menikah.

Biksu : Jadi, maksudmu ramalanku salah?


Chun Joong : Tuan, orang-orang menyebutku peramal. Tapi sampai hari ini, aku tidak pernah membuat ramalan. Semua yang telah terjadi, aku menciptakannya sendiri. Besok aku akan mengubah takdir negara tanpa mengeluarkan setetes darah pun. Tunggu dan lihat saja.

Biksu tertawa. Kau masih arogan. Pertarungan keduamu dengan takdir... Silakan. Aku akan mengawasimu.


Hakim Lee dan Jae Myeon menemui Ibu Suri. Ibu Suri kaget membaca dari tetua ganghwa soal kematian Byeong Woon.

Jae Myeon menjelaskan, Tuan Putri mengklaim orang Ganghwa memberikan kepadanya.

Ibu Suri : Interogator Chae In Gyu. Apa dia benar-benar membunuh Tuan Kim Byeong Woon?

Hakim Lee : Dari temuan kami, dia diutus dengan surat anda untuk berbicara dengan Tuan Kim Byeong Woon.

Ibu Suri : Itu benar. Tapi aku tidak memintanya membunuh Kim Byeong Woon!

Hakim Lee : Bagaimanapun, pada akhirnya, karena perintah anda Tuan Kim Byeong Woon dibunuh. Ibu Suri, kau harus bertanggung jawab.

Ibu Suri sewot. Bertanggung jawab!

Hakim Lee menyuruh Jae Myeon menangkap In Gyu.

Jae Myeon mengerti dan langsung pergi.


Setelah Jae Myeon pergi, Hakim Lee mendekati Ibu Suri.

Hakim Lee : Ibu Suri, anda membuat keputusan buruk belakangan ini. Kali ini pembunuhan? Raja sudah cukup dewasa. Kurasa anda tidak perlu menjadi suryeom cheongjeong lagi.

*Suryeom cheongjeong, wanita keluarga kerajaan yang memerintah, bukan raja muda.

Ibu Suri tak terima. Kau akan menggunakan insiden ini untuk mengusirku!

Hakim Lee : Pemimpin sejati tahu kapan harus pergi sendiri!  Jika tidak bisa, anda akan didorong keluar.


Hakim Lee pergi.

Ibu Suri kesal dan melemparkan surat dari tetua Ganghwa itu.


In Gyu berniat melewati gerbang Joseon.

Ya, ia mau meninggalkan Joseon.

"Surat penangkapan belum datang. Aku hanya perlu lewat sana." ucap In Gyu dalam hati.

Tapi tiba-tiba para pengawal datang dan mulai melakukan razia.

In Gyu langsung kabur. Dia berbalik arah tapi dua pengawal mendadak muncul di depannya.


In Gyu mencari jalan lain, tapi dua pengawal itu curiga dan langsung mendekati In Gyu.

Kedua pengawal meminta identitas In Gyu.

In Gyu merogoh sakunya, pura-pura mengambil identitas tapi kemudian dia memukul kedua pengawal dan mencoba kabur.

Tapi pelarian In Gyu gagal. Dia tertangkap oleh pengawal lain.


Nyonya Lee menanyai Ratu kepada Bong Ryeon. Dia bilang, ingin bertemu Bong Ryeon secara terpisah untuk menanyakan Ratu orang seperti apa. Bong Ryeon bingung, apa maksudmu?

Nyonya Lee bilang, ia pernah dipanggil oleh Ratu.

Flashback...


Saat itu, Hakim Lee melarang semua kapal perdagangan berlayar.

Sontak Nyonya Lee marah dan bertengkar dengan pengawal Hakim Lee di pelabuhan.

Nyonya Lee : Apa Daewongun berencana menghancurkan bisnis perdagangan negara kita?

Chun : Jaga bicaramu, Wanita Bangsawan. Apa Pedagang Agung Lee Deok Yoon berpikir dia punya banyak nyawa?


Nyonya Lee kesal dan menampar Chun.

Rekan Chun langsung mengarahkan pedangnya ke Nyonya Lee.

Nyonya Lee : Dibutakan oleh kekuatan Daewongun, bahkan sampah sepertimu pun percaya kau penting!


Seung Ho datang dan memberikan perintah baru kepada Chun.

Seung Ho : Biarkan kapal berlayar.


Setelah itu, Seung Ho mengenalkan diri sebagai kakak Ratu kepada Nyonya Lee.

Seung Ho : Ratu ingin bertemu denganmu. Silakan ikut denganku.

Nyonya Lee kaget.


Nyonya Lee langsung menemui Ratu.

Ratu : Kudengar ayah mertuaku membatasi perdaganganmu dengan Seomna-guk (Thailand). Aku akan bicara dengan Raja. Dia akan membukanya untukmu.

Nyonya Lee kaget, apa?

Nyonya Lee bicara dalam hati. Apa yang dikatakan anak ini?

Ratu : Kenapa? Apa aku tampak tidak berdaya bagimu?

Nyonya Lee : Tidak.

Ratu : Kau pebisnis wanita yang sukses. Kau bisa membaca orang. Bagaimana jika kau bertaruh untukku? Aku akan membantu kemajuan bisnismu. Sebagai balasannya, aku ingin kau berinvestasi untukku dan istana.

Flashback end...


Nyonya Lee : Apa pendapatmu tentang Ratu, Tuan Putri?

Bong Ryeon : Saat kali pertama melihatnya, aku melihat kehadiran Raja. Aku terkejut melihat kehadiran seperti itu dalam diri seorang gadis. Matanya lebih tajam daripada pisau.


Nyonya Lee : Pisau? Kau pikir bisa memakai hati Ratu yang seperti pisau untuk menangkap harimau seperti Heungseon-gun?

Bong Ryeon : Kurasa begitu.

Nyonya Lee : Terima kasih, Tuan Putri. Kau sudah banyak membantu.


Nyonya Lee berdiri dan mengajak Bong Ryeon pergi. Ia bilang sudah menyiapkan hadiah untuk Moon.

Nyonya Lee pergi duluan.


Bong Ryeon terdiam menatap kepergian Nyonya Lee.

Nyonya Lee : Dia ingin membunuh Daewongun. Apa yang dia dapatkan dari membunuhnya?

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment