Wonderful World Episode 3

 All Content From MBC
Sinopsis Lengkap : Wonderful World
Sebelumnya : Wonderful World Episode 2
Selanjutnya : Wonderful World Episode 4

Sun Yool bersender di batu nisan, sambil menatap sebuah liontin.

Hujan turun dengan deras. Namun Soo Hyun tidak peduli. Dia tetap tidur di makam Gun Woo. Sun Yool kemudian datang, memayungi Soo Hyun. Merasa ada yang memayungi, Soo Hyun membuka matanya dan melihat seorang pria muda tengah memayunginya.


Sun Yool : Kau tidak apa-apa? Pakai ini.

Sun Yool mau memberikan payungnya. Tapi Soo Hyun menolak. Dia mengambil barang2nya, lalu menatap nisan Gun Woo sejenak sebelum akhirnya beranjak pergi.

Sun Yool menatap nisan Gun Woo. Setelah itu, dia mengejar Soo Hyun.

Sun Yool : Kau boleh pakai payung ini.

Soo Hyun masih menolak. Sun Yool terus memaksa. Dia bilang, Gun Woo mungkin akan sedih jika melihat Soo Hyun seperti itu. Soo Hyun membeku mendengarnya. Sun Yool lantas memberikan payungnya. Usai memberikan payungnya, dia langsung pergi.

Nyonya Oh di rumahnya resah menunggu kedatangan Soo Hyun. Dia ingat saat Soo Hyun melarangnya datang. Soo Hyun bilang, dia ingin menemui Gun Woo sendiri. Soo Hyun sendiri sudah di depan pagar. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya memijit bel. Mendengar suara bel, Nyonya Oh lega dan langsung keluar. Pasangan ibu dan anak ini saling menatap penuh haru.

Soo Hyun : Ibu. Aku datang terlambat, ya?

Soo Hyun pun langsung menghambur ke pelukan ibunya. Sang ibu memberinya semangat dengan mengatakan tidak apa-apa karena Soo Hyun sudah di rumah sekarang.


Sekarang, Soo Hyun tengah mengering rambut ibunya dengan alat pengering rambut. Nyonya Oh bilang, biar dia saja. Dia tak mau lengan Soo Hyun sakit. Soo Hyun mematikan hairdryer. Dia bilang dia sudah selesai. Lalu dia melihat tampilan ibunya di cermin.

Soo Hyun : Sekarang baru seperti ibuku.

Nyonya Oh memegang tangan Soo Hyun di bahunya.

Nyonya Oh : Benarkah kau baik-baik saja sekarang?


Soo Hyun pun duduk di tempat tidur dan berkata dia baik2 saja, bekas lukanya hampir hilang.

Nyonya Oh : Ibu bicara tentang hatimu.

Nyonya Oh lalu duduk disamping Soo Hyun. Dia menatap Soo Hyun dengan cemas dan berkata, tak ingin Soo Hyun punya pikiran buruk.

Nyonya Oh : Meski tidak ada yang bisa mengisi kekosongan kehadiran anak, tapi kau punya Ibu dan Yoo Ri.

Soo Hyun : Ibu, aku tidak akan mati. Aku tak akan meninggalkan ibu sendirian di dunia ini. Mana mungkin aku sanggup? Aku juga berjanji kepada Gun Woo bahwa aku tak akan menjalani kehidupan yang memalukan. Aku akan bertahan hidup semampuku untuk memenuhi janji itu. Aku akan menepatinya.

Nyonya Oh lalu kembali memeluk Soo Hyun.


Yoo Ri tengah bekerja. Dia mengawasi pemotretan para model yang menggunakan beberapa perhiasan. Tapi kemudian, Yoo Ri mendekati salah satu model. Dia sedikit mengatur tampilan salah satu model, lalu menanyakan pendapat Pak Lee, sang fotografer.

"Bukankah berliannya lebih menonjol?" tanya Yoo Ri.

"Ya, jauh lebih baik." jawab Pak Lee.

Selesai pemotretan, Yoo Ri kembali ke tokonya sambil bicara dengan seseorang di telepon.

Yoo Ri : Tentu saja. Brosurnya akan dirilis tepat waktu untuk pembukaan.


Pegawainya lalu bilang Yoo Ri kedatangan tamu. Yoo Ri bergegas ke ruangannya. Dan, dia melihat seorang wanita duduk di depan mejanya. Yoo Ri membeku menatap wanita itu. Dia mengenalinya, eonni. Soo Hyun berbalik dan mendekati Yoo Ri. Keduanya berpelukan.

Soo Hyun menatap foto2 Yoo Ri. Lalu Yoo Ri datang membawa minum. Tahu Soo Hyun melihat fotonya, Yoo Ri bilang itu foto saat tokonya diluncurkan. Soo Hyun menatap Yoo Ri. Dia bilang Yoo Ri menjadi sangat menakjubkan.

Yoo Ri : Kau hanya tidak sadar sebelumnya. Aku cukup cantik saat berdandan.

Soo Hyun : Terima kasih. Telah menjaga ibuku menggantikanku.

Yoo Ri : Bicara apa kau? Saat aku menjadi yatim piatu, kau dan ibu menjagaku. Aku masih jauh dari melunasinya. Dia ibuku juga. Jangan dipermasalahkan hanya karena kalian sedarah.

Soo Hyun : Melihatmu begitu sukses membuatku sangat senang.

Yoo Ri : Sekarang giliranmu. Mulailah lagi dari awal. Ya?

Soo Hyun terdiam mendengarnya.


Soo Hyun lalu mendatangi Kantor Polisi Yangpyeong. Dia mencari penyintas kasus kebakaran di Yangpyeong tahun 2003. Detektif bilang kantor polisi pindah pada tahun 2005, jadi sebagian besar catatan lama hilang. Dia lantas meminta maaf pada Soo Hyun karena tak dapat membantu.


Soo Hyun hendak pergi saat Nyonya Oh tengah menyiram tanaman.

Soo Hyun : Ibu, aku akan pulang nanti.

Nyonya Oh : Apa kau akan pergi mencari lagi? Hati-hati.


Soo Hyun mendatangi Pondok Hwasong. Berbekal catatan yang ditinggalkan Nyonya Jang, dia melihat rumah si penyintas kebakaran yang dulu dibakar Nyonya Jang. Rumah itu kini telah menjadi restoran bernama Pondok Hwasong.

Soo Hyun lalu bertanya pada pemilik pondok.

Soo Hyun : Bukankah ini bekas pondok lama?

Pemilik : Pondok itu? Sudah hilang setelah kebakaran. Sekarang menjadi restoran.

Soo Hyun : Apa kebetulan kau punya informasi kontak mereka?

Soo Hyun juga bertanya pada warga setempat, tapi tak ada yang tahu soal si penyintas.


Lalu Soo Hyun pergi ke kantor Pusat Senyum Kota Daejin.

Petugas bilang kejadian itu sudah lama sekali, tidak ada catatan lain. Tapi ada satu catatan dari konselor psikologi yang bertugas.

Soo Hyun menatap nama yang diberikan si petugas. Profesor Kim Si Ra, Psikologi Universitas Hankook.


Soo Hyun lalu mendatangi Universitas Hankook. Saat melihat kelas tengah berlangsung, Soo Hyun ingat masa lalunya saat memberikan kuliah psikologi kepada mahasiswa.

Soo Hyun : Hasrat adalah dorongan untuk bangkit dari keputusasaan. Itu adalah antinomi. Semua manusia memiliki keinginan sendiri Alasan keinginan itu tidak bisa diungkapkan adalah karena aturan sosial. Freud mengatakan jika seseorang menekan keinginan ini karena aturan sosial, pada akhirnya itu akan diungkapkan melalui mimpi.

Ketika kelas berakhir, para mahasiswa memberikannya kejutan.

Flashback end....


Lamunan Soo Hyun buyar ketika mahasiswa keluar dari kelas karena kelas udah berakhir. Soo Hyun lantas masuk mendekati Profesor Kim Si Ra.

Soo Hyun : Apa kau Profesor Kim Sira?

Soo Hyun bicara dengan Profesor Kim. Profesor Kim bilang dia ingat tentang penyintas kebakaran.

Profesor Kim : Dia sangat waspada sejak sesi pertamanya. Dia takut terhadap api. Dia juga menderita insomnia parah. Pada akhirnya, dia menolak pengobatan, jadi, sesinya dihentikan.

Soo Hyun : Apa kebetulan kau punya nomor teleponnya?

Profesor Kim : Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak aku bicara dengannya. Tapi aku yakin ada catatannya di suatu tempat. Aku akan mencarinya.

Soo Hyun : Terima kasih banyak.

Profesor Kim : Omong-omong, kau adalah dia, bukan?

Soo Hyun terdiam mendengarnya.

Profesor Kim : Aku akan membantumu. Aku janji.


Soo Hyun beranjak pergi. Namun begitu keluar dari ruang kelas, Yu Ri menelponnya.

Soo Hyun : Hei, Yu Ri-ya.


Soo Hyun pun pergi menemui Yu Ri di sebuah kafe.

Begitu Soo Hyun datang, Yu Ri langsung memberinya hadiah. Yu Ri bilang, dia melihatnya dalam perjalanan bisnis jadi dia membelinya karena merasa itu cocok dengan Soo Hyun. Yu Ri lalu menyuruh Soo Hyun membuka hadiahnya. Soo Hyun membukanya. Isinya high heels.

Yu Ri : Cantik, bukan?

Yu Ri lalu menunjukkan high heels yang dia pakai, sama dengan high heels yang dia berikan ke Soo Hyun.

Yu Ri : Kita sepasang.

Soo Hyun : Terima kasih.

Yu Ri : Hei, apa kau ingat? Saat kubilang aku tidak tahu bagaimana bisa bertemu orang sepertimu dalam hidupku? Aku serius.

Soo Hyun : Bagaimana perjalananmu ke Amerika?

Yu Ri : Yang kulakukan hanya bekerja. Omong-omong... Begini... Kurasa Soo Ho akan segera kembali. Apa kau tidak akan meneleponnya?

Soo Hyun pun diam mendengar pertanyaan Yu Ri.


Sekarang sambil menenteng hadiah dari Yuri, Soo Hyun berjalan kaki ke rumah yang dulu dia tinggali bersama suami dan anaknya.

Dia pun ingat saat dia menyuruh Yu Ri memberikan surat cerainya ke Soo Ho.


Yu Ri marah, baiklah, lakukan sesukamu. Jangan peduli jika ibu khawatir, aku marah, atau Soo Ho tersiksa!

Soo Hyun : Mana mungkin aku melakukan sesukaku? Aku juga tak ingin melepaskannya. Aku ingin tetap di sampingnya meski aku menjadi bebannya, tapi mana mungkin aku melakukan itu? Dia seseorang yang paling kucintai.

Soo Hyun mengatakan itu sambil menahan tangis.

Flashback end...


Setelah beberapa saat terdiam, Soo Hyun mau pergi. Tapi dia berbalik lagi lantaran mendengar suara Gun Woo. Soo Hyun terpaku, menatap ke arah gerbang, mengingat kenangannya bersama Gun Woo, Soo Ho dan Happy. Ingatan akan masa lalunya semakin kuat saat dia masuk ke dalam dan menatap setiap sudut rumahnya yang dipenuhi oleh kenangan manis.


Tiba-tiba saja, dia melihat Gun Woo berlari ke atas. Gun Woo tak mau memakai celana dan menyuruh Soo Hyun mengejarnya. Sontak lah Soo Hyun langsung menyusul Gun Woo. Gun Woo lari ke kamarnya dan lompat2 di atas kasur.

Gun Woo : Ibu, lihat. Aku bisa lompat setinggi ini. Lihat aku!

Soo Hyun yang mengira itu nyata, tersenyum dan beranjak masuk.


Tapi begitu masuk, ingatan itu langsung sirna.


Soo Hyun lalu memberanikan dirinya membuka lemari Gun Woo. Tangisnya langsung menyeruak keluar melihat pakaian Gun Woo. Soo Hyun mengambil seragam sekolah Gun Woo dan memeluknya dengan erat.


Setelah itu, Soo Hyun membuka laci Gun Woo. Dia mengambil sebuah kotak, lalu membukanya. Isinya gigi Gun Woo yang masih lengkap dengan benang. Soo Hyun ingat saat dia mencabut gigi Gun Woo memakai sehelai benang. Sambil memegang benang yang sudah diikatkan ke gigi Gun Woo yang goyang, Soo Hyun menepuk jidat Gun Woo dengan keras. Dan gigi goyang Gun Woo tercabut. Tapi Gun Woo protes.

Gun Woo : Ibu bilang akan menariknya setelah hitungan ketiga. Maafkan Ibu. Apa itu sakit?

Flashback end...


Tangis Soo Hyun akhirnya pecah. Dia meminta maaf berkali2 pada Gun Woo.

Paginya, Soo Hyun terbangun di kamar Gun Woo. Dia ketiduran di lantai kamar Gun Woo setelah semalaman menangis.


Soo Hyun lalu beranjak keluar. Saat menutup gerbang dan mendengar suara gerbang terkunci, Soo Hyun teringat sesuatu.

Soo Hyun : Hari itu, aku mendengar suara ini.


Ponsel Soo Hyun kemudian berbunyi. Telepon dari Profesor Kim.

Profesor Kim : Aku menemukannya. Catatan konseling korban yang kau cari. Akan kukirimkan semuanya langsung kepadamu.


Berbekal alamat yang diberikan Profesor Kim, Soo Hyun pun bergegas mencari si penyintas. Dia mendatangi sebuah alamat.

20, UNAM-DONG 1-GIL, SEOJAE-GU, SEOUL!

Soo Hyun bertanya pada pemilik kedai kopi yang ada di sana.

Soo Hyun : Apa ini alamat yang benar?

Pemilik kedai : Ya, benar.

Soo Hyun : Apa kebetulan kau kenal Kwon Soon Yul?

Pemilik kedai : Soon Yul? Dia tinggal di lantai dua. Tapi dia tidak di rumah saat ini. Dia sedang bekerja. Aku melihatnya berangkat kerja pagi ini. Jika mendesak, akan kuberi tahu tempat kerjanya.

Ternyata benar si penyintas kebakaran adalah Soon Yul dan Soon Yul tinggal di gedung yang sama dengan kedai kopi.


Soon Yul sendiri lagi membuntuti Anggota Kongres Choi.

Seketaris Joon bilang kalau Anggota Kongres Choi mengemudi tanpa pengawal.


Anggota Kongres Choi masuk ke vila nya tanpa curiga diikuti seseorang.

Soon Yul masuk lewat halaman belakang.

Anggota Kongres Choi lagi bersenang-senang dengan para gadis.


Soon Yul mulai memotret. Tapi sialnya, dia kepergok oleh para penjaga vila.

Sontak lah para penjaga vila mengejar Soon Yul. Mereka berusaha mengambil tas Soon Yul, namun Soon Yul berhasil mempertahankan tasnya dan meloloskan diri. Para penjaga vila gagal mengejar Soon Yul.


Soo Hyun baru saja tiba di tempat kerja Soon Yul. Hari sudah malam. Dia melihat seorang wanita yang baru keluar dari dalam kantor.

Soo Hyun pun nanyain Soon Yul.

Wanita itu menyuruh Soo Hyun ke belakang.


Soo Hyun pun berjalan ke belakang, ke tempat dimana mobil dihancurkan.

Bersamaan dengan itu, Soon Yul melintas dengan motornya.


Soon Yul duduk membersihkan luka di lengannya gara-gara berantem sama pejaga Vila Anggota Kongres Choi. Dia juga memutar2 pergelangan tangannya yang agak terkilir. Soo Hyun datang dan melihatnya. Dia yang gak tahu itu Soon Yul, mencoba bertanya. Soon Yul menoleh. Soo Hyun terkejut melihat pria di depannya. Dia ingat pria itu yang memberinya payung di pemakaman. Soon Yul juga ingat Soo Hyun adalah wanita yang dia beri payung di pemakaman.

Rekan-rekan Soon Yul keluar dari bangunan di belakang Soo Hyun berdiri.

"Hei, Soon Yul. Jangan lupa mematikan lampu." ujar salah satu temannya, lalu pergi. Soo Hyun terkejut pria di depannya adalah Soon Yul yang dicarinya.


Soo Hyun memperhatikan Soon Yul makan. Soon Yul lagi-lagi makan malam dengan mi.

Soo Hyun : Apa kau selalu makan malam selarut ini?

Soon Yul : Ya. Tapi aku penasaran. Kenapa kau datang mencariku?

Soo Hyun : Sejujurnya, seseorang memintaku menemuimu mewakilinya.

Soon Yul mengernyit heran. Soo Hyun lalu memberikan sebuah buku pada Sun Yul.

Soon Yul : Apa ini?


Soon Yul membuka buku itu. Begitu membuka buku, dia mendapati sebuah buku rekening di dalamnya. Soon Yul lalu melihat halaman berikutnya dan menemukan artikel koran tentang 4 orang yang tewas dalam kebakaran dan satu anak berusia delapan tahun yang selamat.

Soo Hyun mulai bicara.

Soo Hyun : Orang itu merasa sangat bersalah dan menulis surat permintaan maaf untukmu sejak lama.

Soon Yul : Jadi, apa kau datang untuk mengantarkan permintaan maaf dari orang yang membunuh orang tuaku?


Dan Soon Yul pun marah, kenapa kau melakukan ini untuknya?

Soo Hyun : Karena dia tidak bisa mengantarkannya sendiri lagi. Dia meninggal. Sampai napas terakhirnya, dia merasa sangat menyesal. Dia dengan tulus berharap kau menjalani hidup baik...

Soon Yul : Lalu? Bagaimana kelihatannya? Apa aku terlihat baik-baik saja?

Soon Yul menatap Soo Hyun dengan tatapan penuh emosi.

Soon Yul : Permintaan maaf tidak menghidupkan orang yang meninggal. Atau meringankan beban apa pun.

Soo Hyun : Aku tahu. Aku mengerti yang kau rasakan. Aku sangat memahaminya.

Soon Yul : Apa yang kau pahami? Aku tak mau tahu soal orang ini sampai aku mati. Kau tahu apa yang kau lakukan padaku?

Mata Soon Yul penuh emosi mengatakannya. *Akting Cha Eun Woo keren pas adegan ini.. Emosinya dapet.


Sekarang, Soo Hyun sudah di kamarnya. Dia menatap buku catatan itu dan teringat permintaan terakhir Nyonya Jang.

Nyonya Jang : Soo Hyun, aku punya permintaan. Anak itu mengalami masa sulit sepertimu. Bisakah kau membantunya melupakan rasa sakit itu?


Besoknya, Soo Hyun kembali mendatangi Soon Yul pagi2, saat Soon Yul mau pergi. Namun dia tak berani mendekat. Soon Yul yang masih marah, pergi begitu saja dengan motornya. Soo Hyun pun memutuskan menunggu Soon Yul. Dia duduk di depan kedai kopi dan memikirkan kata2 Soon Yul tadi malam.

Soon Yul : Bagaimana kelihatannya? Apa aku terlihat baik-baik saja? Apa yang kau pahami? Aku tak mau tahu soal orang ini sampai aku mati. Kau tahu apa yang kau lakukan padaku?

Soo Hyun pun beranjak karena hari mulai gelap.


Besok malamnya, Soo Hyun kembali menunggu Soon Yul. Namun Soon Yul tak kunjung datang. Soo Hyun akhirnya pergi. Tapi baru sebentar berjalan, dia melihat ada kecelakaan yang melibatkan beberapa pesepeda, anak-anak dan pejalan kaki.

Polisi menanyai salah satu pesepeda yang menjadi korban.

Korban : Kami hanya bersepeda biasa. Anak itu berlari ke depanku dengan bola sepak. Lalu pria itu muncul entah dari mana dan aku menabraknya.

Polisi : Jadi, kau menabraknya karena mencoba menghindari anak itu?

Lalu ada seorang ibu yang protes pada polisi.

"Keadaan menjadi kacau karena dia. Anakku pasti terluka jika bukan karena dia!"


Ternyata yang dimaksud 'pria' oleh si pesepeda dan 'dia' oleh ibu2 tadi adalah Soon Yul.

Soon Yul sendiri tengah mencari sesuatu di rawa-rawa.

Polisi menyuruh Soon Yul keluar, tapi Soon Yul gak mau. Ternyata Soon Yul lagi mencari liontinnya, liontin dari ibunya. Polisi memaksa Soon Yul keluar. Soon Yul teriak, kalau foto ibunya ada di liontin itu.

Soo Hyun menyaksikan semua itu.

Sun Yool hendak pergi lagi, mencari liontin ibunya. Tapi Soo Hyun tiba-tiba datang. Sun Yool yang kesal, nyuekin Soo Hyun. Dia mau pergi, tapi dihentikan Soo Hyun. Soo Hyun mengembalikan liontin Sun Yool. Sun Yool terkejut Soo Hyun mendapatkan liontinnya. Lalu dia melihat ke arah rok Soo Hyun yang dipenuhi lumpur. Setelah terdiam beberapa saat, Sun Yool akhirnya mengambil liontin ibunya dan mau pergi begitu saja. Dia mau masuk ke rumahnya. Tapi Soo Hyun lagi2 menghentikan langkahnya.

Soo Hyun : Aku juga mengalami rasa sakit serupa. Aku kehilangan anakku. Aku ingin permintaan maaf dari orang. yang melakukan itu kepada anakku.

Kita diperlihatkan flashback saat Soo Hyun menemui Ji Woong sambil membawa foto Gun Woo. Soo Hyun menuntut Ji Woong meminta maaf pada Gun Woo. Dia bilang, Ji Woong sudah menghancurkan hidup Gun Woo. Tapi Ji Woong malah marah2.

Ji Woong : Dia bisa saja mati di tempat lain! Kenapa harus tertabrak mobilku?

Karena itulah, Soo Hyun gelap mata dan menabrak Ji Woong.

Soo Hyun : Jika dia minta maaf, aku tetap tidak bisa memaafkannya, tapi aku akan mencoba melupakannya. Aku masih terluka setiap hari dalam rasa sakit yang tak dapat disembuhkan. Karena itu aku datang mencarimu. Aku harap kau tak terjebak dalam derita sepertiku. Kuharap kau bisa menerima permintaan maafnya yang tulus dan mencoba menjalani hidupmu. Tapi aku keliru. Kau menjalani hidupmu dengan baik dalam caramu sendiri. Kau telah mengubur rasa sakit ini, tapi aku menggalinya kembali. Aku sungguh menyesal.

Setelah mengatakan itu, Soo Hyun pun pergi.


Sun Yool naik rooftop nya. Di rooftop, dia menatap kepergian Soo Hyun.

Sun Yool melihat liontin ibunya. Tapi ada secarik kertas di sana. Sun Yool membukanya. Di sana tertulis nama Soo Hyun.


Adegan beralih ke Soo Ho yang menerima penghargaan sebagai jurnalis terbaik.

Setelah menerima penghargaan, Soo Ho ke ruangannya.

Soo Ho menatap papan namanya di atas meja. Soo Ho adalah Direktur Departemen Berita ABS sekarang.

Soo Ho kemudian melihat ada Joon di televisinya. Sorot matanya penuh kemarahan.

Setelah itu, Soo Ho melihat bunga dan ucapan selamat dari Joon di atas meja.

Lalu dia membuang bunga itu ke tempat sampah dan beranjak pergi.


Soo Hyun yang baru aja pulang, terdiam saat melihat ibunya mengantarkan seorang pria keluar. Dia tahu pria itu Soo Ho. Nyonya Oh bilang pada Soo Ho, bahwa Soo Hyun akan segera kembali. Mereka keluar. Soo Ho terdiam menatap Soo Hyun. Nyonya Oh masuk ke dalam, meninggalkan Soo Ho dan Soo Hyun.

Soo Ho : Sudah enam tahun.

Soo Ho melihat wajah Soo Hyun sembari mengangkat tangannya, ingin menyentuh wajah Soo Hyun. Dia miris.

Soo Ho : Kau terlihat sangat kurus. Kau sudah melalui banyak hal. Ayo pergi.

Tapi Soo Hyun menolak.

Soo Hyun : Apa yang kau lakukan?

Soo Ho : Apa kau benar-benar berpikir aku akan meninggalkanmu?

Soo Hyun : Bukankah aku membuatmu takut? Tolonglah. Kau tak membutuhkanku dalam hidupmu. Jadi, lupakan aku dan temui orang lain.


Soo Hyun mau pergi tapi Soo Ho menarik Soo Hyun ke pelukannya.

Soo Ho : Ya. Aku mencobanya, tapi tidak bisa. Aku tidak bisa melakukannya. Kau tidak bermaksud begitu.
Katakan saja kau menyesal. Katakan kau tak akan pernah mendorongku pergi. Katakan kau tak akan pernah mengatakan hal seperti itu lagi. Maka aku akan memaafkanmu.

Tapi Soo Hyun kekeuh mau Soo Ho pergi.

Soo Ho : Bagaimana bisa aku melepasmu? Apa kau tak tahu siapa dirimu bagiku? Aku sangat merindukanmu, Soo Hyun. Ayo kita pulang. Ya?

Soo Ho terlihat tulus.

Di teras, Nyonya Oh tersenyum menatap mereka berdua.


Besoknya, Soo Ho dan Soo Hyun baru tiba di depan sebuah restoran. Lalu Tae Ho datang dan memanggil Soo Hyun 'Profesor'.

Soo Ho : Jangan panggil dia seperti itu. Dia kakak iparmu.

Tae Ho : Kak, apa kau baik-baik saja?

Soo Hyun : Ya. Apa kau baik-baik saja?

Tae Ho : Aku ingin datang menemuimu.

Soo Hyun : Aku bersyukur kau mengirimkan surat meski kau sangat sibuk.

Soo Ho : Benarkah?

Tae Ho : Ya.

Soo Hyun : Bukankah sekarang tahun ketigamu? Aku mengajarimu saat kecil. Kapan kau menjadi dokter?

Tae Ho : Semua itu berkatmu.

Soo Ho melihat Tae Ho datang memakai sandal.

Soo Ho : Apa ini? Kau datang seperti ini?

Tae Ho melihat sandalnya : Aku terburu-buru meninggalkan rumah sakit.

Soo Ho mengajak Tae Ho masuk.


Di dalam, makanan sudah tersaji. Tae Ho memotret makanan dengan kamera ponselnya.

Soo Ho : Kenapa kau selalu memotret makanan?

Tae Ho : Kakak tak akan mengerti. Ini kebahagiaan pribadiku. Ini seperti diari berharga yang mencatat hariku.

Soo Ho : Lupakanlah. Coba telepon Ibu lagi.

Tae Ho : Kurasa Ibu tak akan datang.

Soo Hyun langsung diam.

Soo Ho melirik Soo Hyun. Tae Ho yang juga menyadari dia salah ngomong, langsung meralat ucapannya.

Tae Ho : Dari suaranya di telepon....

Soo Ho berusaha menghibur Soo Hyun. Dia mengajak Soo Hyun makan.


Tapi Nyonya Jung datang. Soo Hyun langsung berdiri melihat ibunya Soo Ho.

Soo Hyun : Aku menyebabkan banyak masalah bagi Ibu. Aku sangat menyesal.

Nyonya Jung memeluk Soo Hyun.

Nyonya Jung : Kau telah melalui banyak hal. Pasti sangat sulit bagimu, Sayang.

Mereka mulai akan. Soo Hyun menaruh potongan galbi ke piring Nyonya Jung. Tapi Nyonya Jung bilang itu tidak perlu dan menaruh galbi tersebut ke piring Soo Hyun.

Nyonya Jung : Kau melalui banyak masalah. Makanlah. Kau suka galbi rebus. Ini. Makanlah.

Nyonya Jung juga menaruh piring galbi ke dekat Soo Hyun.


Adegan kemudian loncat keluar, dimana mereka berdua tengah menunggu Soo Ho dan Tae Ho yang mengambil mobil. Soo Hyun berterima kasih karena Nyonya Jung sudah mau menerimanya lagi. Dia juga bilang kalau dia dan Soo Ho akan hidup dengan baik.

Tapi Nyonya Jung bersikap dingin.

Nyonya Jung : Jangan berpikir aku menerimamu. Kau masih membuatku takut. Jika kau tidak pulang hari itu, cucuku tidak akan meninggal seperti itu. Yang terjadi kepada Gun Woo sebagian salahmu. Sekarang kau kembali setelah melakukan pembunuhan dan kau ingin menjatuhkan putraku. Betapa menakutkannya itu? Tapi putraku memberitahuku bahwa dia akan mati tanpamu. Dia bilang akan memutuskan ikatan denganku jika aku terus menentang. Jadi, apa lagi yang bisa kulakukan? Aku tak punya pilihan selain menyerah. Maka tahanlah segalanya demi Soo Ho.  Aku juga akan bertahan denganmu.


Mobil Soo Ho dan Tae Ho datang.

Nyonya Jung kembali bersikap baik pada Soo Hyun. Dia mengajak Soo Hyun pergi.

Soo Hyun syok, saking syoknya dia sampai sesak napas.


Sekarang, Soo Hyun dan Soo Ho ada di istana peninggalan Joseon.

Soo Ho berterima kasih pada Soo Hyun karena sudah menerimanya kembali.

Soo Ho : Bisa berikan tanganmu?

Soo Ho lalu menaruh sebuah kotak di tangan Soo Hyun. Soo Hyun membukanya. Isinya jam tangan.

Soo Ho : Apa kau ingat saat aku melamarmu? Apa pun yang terjadi, kubilang kita akan selalu bersama. Kita sudah terpisah begitu lama, bukan? Jadi, aku akan melamarmu lagi hari ini. Terima kasih telah mengizinkanku berada di sisimu lagi. Serta karena mengizinkanku menjadi ayah Gun Woo. Terima kasih untuk itu. Mari kita jalani masa kini bersama, ya? Mulai sekarang, aku akan selalu bersamamu. Mari berbahagia.


Soo Ho lalu memeluk Soo Hyun.

Kamera tiba2 menyorot sepasang kaki yang mengenakan sepatu kets.


Tak lama kemudian, sepasang kaki tersebut beranjak pergi.

Dia berjalan di koridor panjang yang diterangi lampu remang2. Setelah itu dia masuk ke dalam sebuah ruangan.


Soo Ho dan Soo Hyun baru saja tiba di rumah mereka saat Hee Jae dan ibunya datang.

Hee Jae dan ibunya terkejut melihat mereka.

Ibu Hee Jae : Kau sudah kembali?

Soo Hyun : Ya.

Soo Hyun lalu melirik Hee Jae, apa kau Hee Jae? Kau sudah besar.

Hee Jae disuruh ibunya memberi salam pada Soo Hyun.

Ibu Hee Jae : Dia ibu Gun Woo.

Soo Hyun : Apa kau mengingatku? Kau sering main di taman kami.

Hee Jae : Ya, aku ingat main sepak bola dengan Gun Woo.

Mendengar itu, Soo Hyun terdiam lagi.

Seolah paham, Soo Ho pamit pada mereka dan membawa Soo Hyun masuk.

Ibu Hee Jae terus menatap Soo Hyun.


Paginya, rekan2 Sun Yool lagi makan di depan bus yang akan dihancurkan. Di dalam bus, Sun Yool melamun memikirkan Soo Hyun. Dia ingat saat Soo Hyun mengembalikan liontin ibunya. Dia juga ingat saat melihat rok Soo Hyun yang penuh lumpur. Kata2 Soo Hyun terngiang di telinganya.

Soo Hyun : Aku masih terluka setiap hari dalam rasa sakit yang tak dapat disembuhkan. Karena itu aku datang mencarimu. Aku harap kau tak terjebak dalam derita sepertiku. Kuharap kau bisa menerima permintaan maafnya yang tulus dan mencoba menjalani hidupmu.


Soo Ho pergi ke ruangan CEO ABS. Di sana, juga ada manajer ABS.

CEO : Kau menjadi wajah Berita Pukul Delapan. Ditambah siaran khusus. Ratingnya akan bagus karena kau populer, bukan?

Soo Ho : Apa kau ingin bicara denganku tentang sesuatu?

Manajer : Direktur, kami bertanya-tanya. Bagaimana kalau tampil dengan istrimu?

CEO : Boleh juga. Bagaimana menurutmu?

Soo Ho : Ya, maafkan aku. Itu akan sulit. Aku tak mau membuatnya tidak nyaman.

CEO : Tapi bisakah kau bicarakan dengannya?

Soo Ho : Aku ada rapat untuk berita malam. Aku harus pergi.


Soo Ho beranjak keluar.

Manajer : Kurasa dia tak akan mau.

CEO : Kang Soo Ho adalah wajah ABS sekarang. Bukankah sebaiknya kita periksa jika istrinya yang pembunuh akan menjadi kelemahan atau kekuatannya? *Njiiir, jahat euy rekan2 Soo Ho.


Soo Hyun sendiri ada di kafe bersama Yu Ri dan Nyonya Oh.

Yoo Ri : Bukankah tempat ini bagus? Aku menemukan banyak tempat bagus untuk dikunjungi denganmu dan Ibu.

Nyonya Oh : Kau seharusnya datang dengan pacar.

Soo Hyun : Apa kau mengencani seseorang?

Yoo Ri : Meski aku mau, tidak ada yang memikat perhatianku.


Ponsel Soo Hyun tiba-tiba berdering. Soo Hyun pun langsung tidak nyaman saat menerima telepon.

Soo Hyun : Ya. Begitu rupanya. Akan kupertimbangkan soal itu.


Selesai menelpon, Nyonya Oh tanya itu dari siapa.

Yoo Ri : Apa yang harus kau pertimbangkan?

Soo Hyun : Itu tentang Soo Ho. Dia melakukan siaran khusus. Produser yang bertugas bertanya jika aku bisa tampil dengannya.

Nyonya Oh : Apa Soo Ho mengatakan sesuatu?

Soo Hyun : Tidak.

Nyonya Oh : Jika dia tidak mengungkitnya, ibu yakin ada alasannya. Kau akan berakhir sakit hati jika memutuskan untuk tampil dan orang-orang mulai menggosipkanmu. Ibu juga merasa begitu.

Yoo Ri : Aku juga merasa begitu. Aku yakin ada orang yang mendukungmu, tapi akan ada orang yang mengkritik. Aku khawatir kau akan terluka.

Soo Hyun terdiam.


Sepasang kaki yang mengenakan sepatu kets tengah mencuci sebuah foto.

Kita lalu diperlihatkan dindingnya yang dipenuhi foto2 Soo Hyun dan seluruh keluarga Soo Hyun, disertai dengan tulisan.

Eun Soo Hyun -Pembunuh-

Kang Soo Ho -Direktur ABS-

Eun Soo Hyun -Dihukum 7 tahun-

Kang Tae Ho -Dokter Bedah Saraf-

Han Yoo Ri -Direktur Utama Muse di Cheongdam-

Juga ada foto Nyonya Jang, Yoon Hye Geum ibunya Hee Jae dan Nyonya Jung.


Setelah itu dia memasukkan foto yang dicucinya tadi ke dalam amplop dan menuliskan nama Soo Hyun sebagai penerima.

Dia kemudian beranjak pergi.

Kamera menyorot wajahnya.


Di halaman rumah, Soo Hyun dan Soo Ho duduk berdua.

Soo Hyun : Kenapa tak memberitahuku mereka ingin aku tampil di acara spesialmu?

Soo Ho : Bagaimana kau tahu? Apa seseorang menelepon?

Soo Ho kesal, orang-orang itu benar-benar... Aku sudah beri tahu mereka.

Soo Hyun : Sayang. Aku akan tampil.

Soo Ho : Tidak, aku tahu kau melakukannya untukku, tapi jangan khawatir soal itu.

Soo Hyun : Apa aku tidak boleh melakukan sesuatu untukmu? Aku tahu banyak ketidaknyamanan yang harus kau hadapi karenaku karena kau ada di posisi itu. Selain itu aku tak mau menjadi seseorang yang harus kau lindungi. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa berjalan di sampingmu.

Soo Ho : Aku mengerti, tapi Sayang...

Soo Hyun : Ini bisa menjadi peluang bagi kita.


Besoknya, Soo Ho dan Soo Hyun tampil di televisi.

Namun sebelum mulai wawancara, pewarta memberikan ucapan selamat pada Soo Ho atas penghargaan yang diterima Soo Ho.

Pewarta : Mengenai Bu Eun Soo Hyun,  kau mengambil langkah yang cukup sulit. Terima kasih banyak telah datang. Itu sudah cukup lama, tapi aku yakin masih sulit untuk dibicarakan. Aku minta maaf sebelumnya karena menanyakan ini. Apa kau sudah mengatasinya?

Soo Ho : Entahlah. Kesedihan kehilangan anak bukan sesuatu yang bisa kau atasi. Setiap hari menyakitkan. Itu masih sangat sulit.

Pewarta : Untuk Bu Eun Soo Hyun,  aku yakin tidak mudah untuk datang ke acara ini. Aku tahu ini mungkin sulit, tapi bisakah kau membagikan pemikiranmu juga?

Soo Hyun : Aku yakin mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang untuk melihatku. Namun, aku ingin mengatakan ini. Aku adalah ibu dari seorang anak yang nyawanya lebih berharga dari nyawaku. Lalu aku kehilangan anakku dalam semalam. Dia anak yang menyukai bintang dan dia menjadi bintang bagi kami.


Pria muda pemilik kaki yang mengenakan sepatu kets datang ke ABS membawa amplop untuk Soo Hyun.

Salah satu kru tiba2 pergi saat wawancara berlangsung.


Soo Hyun : Aku mencoba menerimanya setiap hari, tapi ada kalanya aku tidak bisa. Orang tua yang kehilangan anak masih merasa sakit tak peduli berapa lama waktu berlalu. Tapi kurasa ini waktunya untuk melepas semuanya dan melupakannya. Aku tidak bisa melindungi pria di sampingku atau keluargaku karena rasa sakitku. Jika aku ingin melindungi seluruh keluargaku, aku harus berusaha sebisaku untuk menjadi ibu yang akan dibanggakan oleh Gun Woo dan istri yang lebih baik dari diriku kemarin.

Soo Hyun mengatakannya sambil menahan tangis.


Kru tadi menerima kiriman dari pria muda itu.

Setelah itu, kru langsung menaruh amplop itu di dekat tas Soo Hyun di ruang ganti.


Pewarta meminta Soo Ho memberikan pesan terakhir.

Soo Ho memegang tangan Soo Hyun, kami telah melalui masa sulit bersama. Itu membuat kami lebih kuat. Serta perasaan kami terhadap satu sama lain telah menguat. Itu tidak akan pernah berubah. Untuk semua orang tua di luar sana yang melalui rasa sakit yang sama, kami harap kalian bisa bertahan.


Begitu wawancara selesai, Soo Hyun pergi begitu saja selagi Soo Ho menerima ucapan selamat dari rekan2nya.


Soo Hyun masuk ke ruang ganti. Dia mencoba menenangkan dirinya. Beberapa saat kemudian, dia mengecek ponselnya. Dia terkejut ada misscall dari Sun Yool. Soo Hyun pun langsung menelpon Sun Yool.

Sun Yool : Soal diari itu. Aku tidak yakin bisa memaafkannya, tapi aku akan membacanya. Kirimi aku pesan nanti.


Soo Hyun pun langsung mengirimi Sun Yool pesan.

Soo Hyun : Temui aku di Pusat Perawatan Solgang pukul 14.00.


Saat mau menyimpan ponselnya ke dalam tas, Soo Hyun melihat amplop itu. Dia memeriksanya. Tak ada nama pengirim. Soo Hyun lalu membukanya. Ternyata isinya foto perselingkuhan Soo Ho. Soo Ho mencium wanita lain di dalam foto itu, namun wajah wanitanya tidak nampak. Hanya punggungnya yang nampak. Sontak Soo Hyun terkejut.


Kamera menyorot sebuah foto di tempat pria muda itu mencuci fotonya.

Itu foto Ji Woong bersama istri dan anaknya ketika anaknya masih kecil.

Berarti pria muda tadi adalah anak Ji Woong.

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment