Wonderful World Episode 4

 All Content From : MBC
Sinopsis Lengkap : Wonderful World
Sebelumnya : Wonderful World Episode 3
Selanjutnya : Wonderful World Episode 5

Soo Hyun dan Soo Ho di perjalanan. Foto Soo Ho mencium wanita lain masih membuatnya terganggu. Soo Ho melirik Soo Hyun. Dia pikir Soo Hyun terganggu karena tampil di publik tadi.

"Sulit untuk tampil di acara hari ini, bukan?" tanya Soo Ho.

Soo Hyun hanya mengiyakan. Melihat respon Soo Hyun, Soo Ho pun tanya apa Soo Hyun baik-baik saja. Soo Hyun lagi2 menjawab sekenanya, kalau dia baik-baik saja.


Sekarang, Soo Hyun sudah di kamarnya. Dia terdiam memikirkan foto itu. Beberapa saat kemudian, dia melihat lagi foto itu. Dia kemudian ingat saat mencoba mencari si pengirim foto usai melihat foto itu. Dia keluar dari ruang ganti membawa foto dan sempat melihat seseorang ber-hoodie yang nampak terburu-buru pergi. Soo Hyun pun mengikuti orang itu tapi orang itu menghilang di koridor panjang.


Soo Ho datang. Soo Hyun pun langsung menyimpan foto itu ke tasnya sebelum Soo Ho mendekatinya. Soo Ho duduk di samping Soo Hyun. Dia lalu memegang tangan Soo Hyun.

Soo Ho : Yeobo, kau melalui banyak hal hari ini. Kau pasti lelah. Kau melalui banyak hal hari ini. Kau pasti lelah.

Soo Hyun : Tidak, aku baik-baik saja.

Soo Ho : Aku takut kau akan jatuh sakit.


Soo Hyun menatap Soo Ho.

Soo Hyun : Soo Ho-ssi...

Tiba2, bel mereka berbunyi.

Soo Ho : Kurasa ibumu datang. Bagaimana? Jika kau merasa tak enak badan, mari kita jadwalkan ulang.

Soo Hyun : Tidak, aku baik-baik saja. Jangan biarkan dia menunggu.

Soo Ho pun bergegas membuka pintu.

Mereka barbeque-an di halaman rumah. Soo Hyun pun tanya, bagaimana rasanya. Soo Ho lalu datang membawa hidangan lagi. Dia menyuruh Nyonya Oh mencoba hidangan yang dibawanya.

Nyonya Oh : Kenapa kau siapkan begitu banyak?

Soo Ho : Hanya hidangan sederhana, tapi makanlah.

Yoo Ri datang, membawa oleh2.

Yoo Ri : Wanginya harum sekali. Apa aku terlambat?

Nyonya Oh : Kau bilang tak bisa datang.

Yoo Ri : Ini momen bersejarah bagi pasangan ini. Tidak boleh kulewatkan. Aku mengatur ulang jadwalku.

Yoo Ri kemudian menyapa Soo Ho.

Yoo Ri : Soo Ho, senang bertemu denganmu.

Soo Ho : Lama tak bertemu. Kabarmu baik?

Yoo Ri : Ya.

Yoo Ri lalu menyapa Soo Hyun, eonni.

Soo Hyun : Apa yang kau beli?


Yoo Ri : Ini pakaian golf terlaris di toko kami. Kubawakan untukmu. Kau main golf, bukan?

Soo Ho pun berterima kasih dan menerima hadiah dari Yoo Ri.

Yoo Ri pun menyuruh Soo Ho mengajak Soo Hyun main golf juga.

Soo Ho mengerti, ya.


Setelah itu, Yoo Ri memberikan hadiah syal pada Nyonya Oh.

Nyonya Oh : Kau tak perlu membelikanku sesuatu!

Yoo Ri : Tentu saja harus.

Namun Soo Hyun nampak tak nyaman dengan kedatangan Yoo Ri.


Soo Ho : Akan kubawakan piring lagi.

Soo Hyun : Biar aku saja.

Soo Hyun bergegas bangkit dari duduknya.

Soo Ho pun menatap Soo Hyun dengan tegang.

Setibanya di depan pintu, Soo Hyun berbalik lagi dan menatap Yoo Ri. Semua karena foto perselingkuhan Soo Ho.

Sekarang, Soo Hyun muntah2 di kamar mandi.

Soo Ho yang mendengar itu, cemas. Dia mengetuk pintu kamar mandi, lalu bertanya apa Soo Hyun baik2 saja.

Soo Hyun menyahut, ya. Perutku hanya terasa mual.

Soo Ho : Bisa kau buka pintunya?

Soo Hyun : Tidak apa-apa. Aku akan keluar setelah menyikat gigi. Tidurlah.

Soo Ho : Benarkah kau baik-baik saja?

Soo Hyun : Ya.

Soo Ho : Akan kuletakkan obat di meja. Minumlah saat kau keluar. Ya?


Soo Ho lantas menaruh obat di atas meja.

Tapi entah kenapa, wajahnya tiba-tiba berubah tegang.


Sambil menatap cermin, Soo Hyun membayangkan saat Soo Ho mencium wanita itu. Tapi dia tak punya bayangan siapa wanita selingkuhan Soo Ho.

Sun Yool yang tengah memakai kemejanya, dihubungi seseorang. Orang itu memanggil Sun Yool 'sayang' dan tanya Sun Yool lagi dimana. Sun Yool pun meminta pacarnya berhenti bermain-main. Sang pacar kemudian mengajak Sun Yool makan diluar karena hari itu hari libur Sun Yool. Sun Yool bilang dia ada acara.

Kamera menyorot pacar nya Sun Yool yang tengah menjahit menggunakan mesin.

"Kalau makan tengah malam?" tanya Sun Yool.

Pacar Sun Yool langsung senang, ya, baiklah.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya sang pacar lagi. Tapi Sun Yool nya malah mutusin panggilan.

Pacar Sun Yool pun bertanya2 siapa yang mau Sun Yool temui. Pacar Sun Yool kemudian menatap foto Sun Yool yang dia pajang di sudut kanvas kain nya. Dia tersenyum sambil melanjutkan pekerjaannya, melukis wajah Sun Yool tapi bukan dengan kuas dan cat, melainkan menyulam.

Sun Yool membaca pesan Soo Hyun. Soo Hyun menyuruh Sun Yool menemuinya di Pusat Perawatan Solgang. Sun Yool lalu ingat kata-kata Soo Hyun setelah Soo Hyun mengembalikan liontin ibunya. Soo Hyun bilang dia kehilangan anaknya dan masih terluka setiap hari dalam sakit yang tak tersembuhkan.

Soo Hyun : Karena itu aku datang mencarimu. Tapi aku keliru. Kau menjalani hidupmu dengan baik dalam caramu sendiri. Aku sungguh menyesal.


Sun Yool lantas mencari tahu tentang Soo Hyun di internet.

Dia melihat video Soo Hyun yang menerima penghargaan Sastra Rosaline.  Dia juga melihat video tentang kecelakaan yang menewaskan Gun Woo, putra Soo Hyun. Kemudian, dia melihat berita tentang Soo Hyun yang membunuh pengemudi yang menabrak Gun Woo. Terakhir dia melihat Soo Ho yang membela Soo Hyun di berita.

Soo Ho : Pemirsa. Sekali saja, pikirkanlah alasan kenapa dia tak punya pilihan selain melakukan tindakannya. Apa ada orang di luar sana yang benar-benar bisa mengadilinya?


Soo Hyun yang baru keluar kamar, mendapati Soo Ho lagi memasak. Soo Hyun mengambil air, sambil bertanya Soo Ho lagi apa.

Soo Ho : Kau sudah bangun. Aku membuat bubur.  Aku tidak tahu apakah akan enak.

Soo Hyun : Kenapa kau membuat itu? Aku yakin kau banyak pekerjaan.

Soo Ho : Bagaimana perasaanmu?

Soo Hyun : Aku merasa lebih baik. Aku pasti gugup soal acara itu.

Soo Ho : Syukurlah.


Soo Ho lalu memberikan buburnya ke Soo Hyun.

Soo Ho : Apa kau menjadi sukarelawan hari ini?

Soo Hyun : Ya, benar.

Soo Ho : Aku ingin memintamu tinggal di rumah jika bisa. Jangan berlebihan, ya?

Soo Hyun : Ya.

Soo Ho : Cicipi rasanya.


Soo Hyun pun mencicipi bubur buatan Soo Ho.

Soo Ho : Apakah lumayan?

Soo Hyun : Ya, ini enak.

Soo Ho : Aku akan menemui Tae Ho untuk makan siang. Saat terakhir kita melihatnya, dia tampak seperti gelandangan. Aku ingin mentraktir dia sesuatu.

Soo Ho hanya menanggapi sekenanya.

Soo Ho ke RS Universitas Hankook untuk menemui Tae Ho, sang adik. Mereka duduk di kantin. Sambil makan, Tae Ho bercerita bahwa dia tak sempat mandi dan dia baru makan lagi sekarang setelah 10 jam.

Soo Ho : Kakak ingin mentraktirmu makanan enak. Kalau terus begini, kau akan sakit selagi merawat orang lain. Jangan lupa makan.

Tae Ho : Itu yang kuinginkan, tapi aku dipanggil setiap kali mencoba untuk duduk. Tapi aku akan memastikan untuk menonton segmen Kakak.

Soo Ho : Tidak, jangan mengungkitnya. Kakak sangat menyesalinya sekarang. Seharusnya Kakak lakukan sendirian.

Tae Ho : Kenapa?

Soo Ho : Kakak iparmu semalam muntah sepanjang malam setelah syuting.

Tae Ho : Itu pasti sangat sulit baginya. Tapi kakak tidak memaksanya tampil.

Soo Ho : Itu karena dia tampil demi Kakak. Kakak seharusnya menghentikannya. Ini salah kakak. Itu buruk sekali.

Melihat itu, Tae Ho jadi cemburu.

Tae Ho : Apa ini? Istri kakak sakit dan kakak kesal. Kenapa aku sangat cemburu? Seolah aku merasakan cinta dari pasangan sungguhan.


Soo Ho : Yang benar saja. Berhenti main-main. Apa kau sudah memeriksa yang kakak minta?

Tae Ho : Aku pilih beberapa yang terbaik untuknya.

Tae Ho lalu memberikan Soo Ho beberapa brosur.

Tae Ho : Ini dan yang ini. Itu mencakup sistem pernapasan dan CT jantung. Hanya perlu menambahkan MRI serebrovaskular. Selain itu, kakak juga bisa menemukan ciri-ciri penyakit dengan tes genetik.

Soo Ho : Ya, baiklah. Kakak akan membacanya. Makanlah. Kau tak punya banyak waktu.


Tiba2, Tae Ho dapat telepon. Lalu dia bilang pada kakaknya itu telepon dari UGD dan dia harus pergi. Ada tabrakan 5 mobil.

Tae Ho mau pergi, tapi Soo Ho menyuruhnya minum dulu.

Tae Ho pun minum. Lalu sambil berlalu, dia menyuruh kakaknya membereskan piring bekas makannya.

Kita beralih ke butiknya Yoo Ri dimana para pegawai sedang sibuk-sibuknya. Ada yang memajang banner untuk produk baru mereka. Yoo Ri datang. Dia masuk ke butik sambil berkata pada Jeong Min yang ada di belakangnya kalau urutan pajangannya salah. Lalu seorang pegawai mendekati Yoo Ri.

"Di mana harus kupajang barang naratama?"

"Dekat jendela di pintu masuk." jawab Yoo Ri.


Yoo Ri lantas melihat pesan yang dikirimkan ke Soo Hyun, tidak dibalas.

Yoo Ri tanya apa semua baik2 saja. Tapi Soo Hyun tidak membalas.


Lalu Yoo Ri ingat sikap dingin Soo Hyun di pesta barbeque tadi malam.

Dia pun bingung sendiri.

Di tengah kebingungannya akan sikap Soo Hyun, ketiga temen bule nya datang.

Yoo Ri senang dan langsung menyambut ketiga temannya.

Soo Hyun tengah bekerja sebagai sukarelawan di Pusat Perawatan Solgang. Dia mengurus para lansia dan juga mencuci piring. Tapi di tengah pekerjaannya, Soo Hyun kepikiran lagi soal wanita yang dikencani Soo Ho. Dia mematikan kran air dan bertanya-tanya siapa wanita itu. Lalu Soo Hyun teringat tanggal yang tertera dibawah foto. Dia pun ingat pada tanggal itu, Soo Ho mengunjunginya di penjara.


Soo Hyun : Jangan datang ke sini lagi. Tidak ada ruang untukmu dalam hidupku lagi.

Soo Ho : Kau benar-benar tidak membutuhkanku dalam hidupmu?


Soo Hyun pun sadar kalau Soo Ho mengencani wanita lain saat dirinya masih di penjara.

Lalu dia bertanya2, siapa yang mengiriminya foto itu.

Sun Yool tiba di Pusat Perawatan Solgang. Dia memacu motornya menuju halaman Pusat Perawatan Solgang.


Sementara itu, Soo Hyun menghubungi kru yang menerima dan menaruh amplop untuk Soo Hyun di ruang tunggu. Kru bilang, dia yang menaruh amplop di ruang tunggu hari itu. Soo Hyun pun tanya, apa kira-kira si kru ingat siapa pengirim foto itu. Kru bilang seorang kurir.

Kru : Keadaan sibuk karena syuting, jadi, aku tidak ingat apa-apa lagi. Seorang pria memintaku memberikannya kepadamu.

Soo Hyun : Baik, terima kasih.


Soo Hyun pun kembali memandangi foto perselingkuhan Soo Ho.

Sun Yool lalu datang.

Sun Yool : Aku Kwon Sun Yool.

Soo Hyun pun langsung menyimpan foto itu.

Saat mau bicara, tiba-tiba aja mereka mendengar keributan. Soo Hyun pun langsung masuk. Sun Yool ikutan.


Ternyata keributan itu berasal dari putra salah satu lansia. Lansia itu berusaha menenangkan putranya yang mencari-cari buku rekeningnya. Tapi putranya justru mendorongnya. Soo Hyun masuk dan mencoba menghentikan pria itu tapi dia juga didorong. Beberapa saat kemudian, pria itu mengambil sebuah pot. Soo Hyun yang ngeh, langsung melindungi lansia. Pria itu mengayunkan potnya. Tepat saat itu, Sun Yool datang melindungi Soo Hyun. Sun Yool lah yang kena pukul pot. Marah, Sun Yool memukul pria itu.


Sekarang keduanya berakhir di penjara. Pria itu protes, dia bilang Sun Yool lah yang memukulnya.

Sun Yool : Baru kali ini aku melihat omong kosong.

Detektif datang. Sun Yool melihat detektif.

Sun Yool : Detektif, ayo ikuti hukum.

Detektif : Kalian berdua, diamlah.

Detektif menatap Sun Yool, meski itu sah, kau bisa dituntut pidana jika tidak berdamai. Apa tidak ada orang yang bisa kau hubungi?

Sun Yool : Tidak ada.


Soo Hyun datang, dia mengaku wali Sun Yool.

Sun Yool pun terkejut dan menatap Soo Hyun. Soo Hyun juga menatap Sun Yool.


Polisi melepas Sun Yool. Sun Yool pun tanya kenapa Soo Hyun melepas orang seperti itu.

Soo Hyun menatap Sun Yool. Lalu dia menyuruh Sun Yool mengikutinya.

Soo Hyun membawa Sun Yool ke sebuah kedai. Sambil menyiapkan peralatan makan dan menunggu pesanan mereka, Soo Hyun tanya ke Sun Yool, "Apa kau selalu memakai tinju lebih dahulu?"

Sun Yool dengan wajah malas, meminta Soo Hyun memberikannya buku diari Nyonya Jang.

Soo Hyun : Jika tidak berdamai, kau mau masuk penjara? Apa itu akan membuatmu merasa lebih baik?

Sun Yool : Aku tidak merasa melakukan kesalahan.

Soo Hyun : Aku tahu. Menurutku juga begitu. Tapi menurut dunia tidak. Mereka hanya akan mengingatmu sebagai mantan narapidana.

Sun Yool terdiam mendengar kata-kata Soo Hyun.

Soo Hyun : Aku memberitahumu sebagai seseorang yang pernah mengalaminya. Aku serius. Aku tidak mau hidupmu berakhir di sini. Anggap perdamaian itu sebagai investasiku dalam masa depanmu.

Lalu pesanan mereka datang.

Sun Yool : Uang damainya. Akan kubayar kembali.

Soo Hyun : Ya, tentu. Bayarlah kembali. Aku juga tahu di mana kau tinggal.

Sun Yool : Tapi kenapa kau berbicara santai padaku?

Soo Hyun : Tidak boleh?

Sun Yool : Lakukan sesukamu.

Sun Yool mengambil sumpitnya. Tapi saat mau menyuap, dia ingin pangsit. Dia pun tanya ke Soo Hyun apa boleh dia memesan pangsit. Soo Hyun pun langsung memesan dua porsi pangsit ke ajumma pemilik kedai.

Usai makan, mereka duduk di teras. Sun Yool menikmati kopinya sedikit demi sedikit.

Soo Hyun pun memberikan diari itu kepada Sun Yool.

Soo Hyun : Omong-omong... Jika kau kecewa setelah membaca ini, hubungi aku. Serta jangan coba menahan sakitnya. Pastikan mengobati lukamu.

Sebelum pergi, Sun Yool memberitahu Soo Hyun kalau itu diambil dengan kamera film. Soo Hyun bingung maksud Sun Yool. Sun Yool bilang foto yang tadi.

Kita lalu diperlihatkan flashback. Ternyata Sun Yool sempat melihat foto perselingkuhan Soo Ho pas mereka di Pusat Perawatan Solgang tadi.

Sun Yool : Mereka memakai film tungsten CineColor 800T. Orang yang memotretnya profesional. Aku tahu sedikit soal foto. Kau bisa menghubungiku jika butuh bantuan.

Sun Yool pun pergi.

Soo Hyun terdiam menatap kepergian Sun Yool.

Sekarang, Soo Hyun keluar dari kedai sambil memegang kopinya. Dia terus berjalan dan tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya yang membicarakannya. Tiba-tiba, ibunya Hee Jae membunyikan klakson di depan Soo Hyun. Sontak lah Soo Hyun langsung menghentikan langkahnya.

Dua wanita yang bisik-bisik, membicarakan Soo Hyun tadi, memanggil ibu Hee Jae.

"Hye Geum, ayo minum teh!"

"Ya, ayo."

Hye Geum turun dari mobilnya seraya berkata 'lain kali' pada dua temannya. Lalu dia beranjak mendekati Soo Hyun. Sontak lah dua teman Hye Geum terkaget-kaget melihat Hye Geum mendekati Soo Hyun.

Hye Geum : Masuklah. Kita menuju arah yang sama. Aku akan memberimu tumpangan.

Sekarang, Soo Hyun di rumah Hye Geum. Dia melihat mug bergambar foto Hee Jae dan Hye Geum. Lalu Hye Geum datang membawa minuman. Dia bilang, itu foto perjalanan luar negeri pertama mereka. Hye Geum lantas menyuruh Soo Hyun duduk.

Hye Geum : Aku ingin minum teh denganmu.

Soo Hyun : Orang-orang akan bergosip jika kau bergaul denganku.

Hye Geum : Tidak masalah. Kau juga sama.

Soo Hyun menatap Hye Geum dengan bingung.

Hye Geum : Kau tidak ingat? Julukan Hee Jae adalah "Penggila Gelembung". Mulutnya akan berbusa setiap kali dia kejang. Jadi, anak-anak memberinya julukan itu. Tapi, Gun Woo mendekatinya dan berkata, "Hee Jae bukan penggila gelembung." "Dia pemain sepak bola terbaik di dunia." Dia bilang itu yang ibunya katakan.

Soo Hyun terdiam mendengarnya.

Hye Geum : Aku banyak menangis hari itu. Tidak ada yang mau anaknya bermain dengan Hee Jae. Kau mengizinkan Gun Woo bermain dengannya. Saat teman-temanku mengikuti ujian masuk universitas, aku terbaring di rumah sakit untuk melahirkan Hee Jae dan berpikir, "Seharusnya tidak kulahirkan." Seperti itulah aku dan aku belajar banyak dari melihatmu. Kau benar-benar ibu yang baik.

Soo Hyun yang merasa penuh dosa, berkata kalau dia tidak pantas mendengar itu.

Hye Geum : Tidak. Terima kasih telah mengajariku dan juga menjagaku. Aku berjanji akan membalas utang itu.

Hye Geum mengantarkan Soo Hyun keluar.

Soo Hyun berkata dia merasa terhibur hari ini berkat Hye Geum.

Beralih ke Sun Yool yang baru pulang. Dia melemparkan diari Nyonya Jang ke atas meja, lalu duduk di sofa yang letaknya di depan meja. Dia terdiam, dan berusaha mengontrol emosinya. Saat tengah menenangkan dirinya, dia ingat saat Soo Hyun mengaku sebagai 'wali' nya di kantor polisi tadi. Dia juga ingat kata-kata Soo Hyun saat mereka di kedai.

Soo Hyun :  Aku tidak mau hidupmu berakhir di sini. Jangan coba menahan sakitnya. Pastikan mengobati lukamu.

Sun Yool lalu menatap diari Nyonya Jang. Tak lama, dia beranjak mengambil diari tersebut, lalu kembali duduk. Dia mau membuka diari itu, tapi urung dilakukan.

Soo Ho pulang membawa sebuket bunga saat Soo Hyun lagi menyimpan wine. Soo Hyun pun bilang ingin minum wine dengan Soo Ho. Soo Ho bilang itu bagus. Lalu dia memberikan bunga itu kepada Soo Hyun. Katanya itu bunga kesukaan Soo Hyun. Bunga limonium biru.

Soo Ho : Sudah bertahun-tahun sejak aku memberimu bunga.

Soo Hyun : Terima kasih.

Soo Ho : Aku akan ganti baju.

Soo Hyun pun diam memandangi kepergian Soo Ho.

Sekarang, Soo Ho tengah menuangkan wine ke dalam decanter sambil berkata kalau dia minum anggur itu di Amerika. Aromanya enak sekali.

Soo Ho : Aku ingin meminumnya bersamamu suatu hari. Tidak kupercaya hari itu telah tiba.

Soo Ho lantas menuangkan wine dari decanter ke dalam gelas. Setelah itu, mereka bersulang. Soo Hyun bilang itu enak. Soo Ho lantas menanyakan hari Soo Hyun. Soo Hyun bilang dia kerja sukarela, lalu minum teh dengan ibunya Hee Jae.

Soo Ho : Ibu Hee Jae?

Soo Hyun : Tetangga sebelah. Ya. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan pulang. Dia bilang aku ibu yang baik.

Soo Ho : Tentu saja. Kau ibu yang baik. Istri yang baik juga.

Soo Ho lalu tanya, apa ada yang terjadi. Dia bilang sikap Soo Hyun aneh.

Soo Hyun : Ya. Sejujurnya ada yang ingin kubicarakan denganmu.

Soo Ho : Benarkah? Apa itu?

Soo Hyun pun menunjukkan foto itu pada Soo Ho.

Soo Hyun : Seseorang mengirimiku ini.

Soo Ho terkejut melihat fotonya mencium wanita lain.

Soo Hyun : Apa yang selama ini kau lakukan? Kenapa aku dapat sesuatu seperti ini?

Soo Hyun : Aku pernah berpikir bahwa selagi kau terpisah dariku, kau bisa menemui wanita lain. Jika kau jatuh cinta dengan orang lain, aku harus melepasmu suatu hari nanti.

Soo Ho : Apa yang kau bicarakan? Kau tahu bagaimana perasaanku dan kenapa aku kembali kepadamu. Aku sangat menyesal. Itu kesalahanku. Apa pun yang kukatakan akan terdengar seperti alasan saat ini, tapi kenyataannya adalah itu hanya sesaat dan terjadi selagi kita terpisah. Tapi ini...

Soo Ho merujuk pada foto nya mencium wanita lain.

Soo Ho : Itu tak berarti apa-apa. Bahkan tak layak diingat. Aku hanya...

Soo Ho kemudian bilang itu semua sudah berlalu.

Soo Ho : Dahulu dan sekarang, kau satu-satunya untukku. Percayalah.

Soo Hyun : Baiklah. Mungkin itu yang ingin kudengar. Kau bilang itu sudah berlalu. Aku tak akan menyalahkanmu. Mari kita lupakan. Kita sepakat untuk memulai kembali.

Soo Ho : Aku minta maaf. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu lagi. Aku janji.

Soo Hyun : Baiklah. Foto itu boleh kau buang.

Mereka kembali hening. Soo Ho menatap lagi foto itu.

Soo Hyun : Pada hari kita siaran bersama. Seorang pria datang ke stasiun dan meminta menyampaikan foto itu padaku. Apa kira-kira kau tahu siapa orang itu?

Soo Ho : Tidak.

Mereka hening lagi.

Sun Yool lagi menonton berita tentang Anggota Kongres Choi Juseok dan Anggota Kongres Kim Joon yang saling mendukung. Disebutkan bahwa Anggota Kongres Choi akan mendukung Anggota Kongres Kim dan mundur dari pencalonan presiden.

Tak lama, Sun Yool dihubungi seketaris Joon.

Seketaris Joon : Berjalan sesuai rencana. Kerja bagus. Apa kau ingin pergi berlibur?

Di lantai bawah, Hong Soo Jin, pacar Sun Yool, lagi menyiapkan makan malam. Dia melihat Sun Yool lagi teleponan. Sun Yool bilang ke seketaris Joon kalau dia baik-baik saja, dan memutus panggilan. Soo Jin memanggil Sun Yool untuk makan.

Sun Yool mematikan televisi dan turun ke bawah. Lalu dia duduk di sofa, di depan meja makan. Soo Jin masih menata meja makan.

Soo Jin : Apa kau memecahkan semua piring yang kubuatkan? Kenapa hanya ada ini?

Soo Jin melihat diari Nyonya Jang di atas meja. "Apa ini?" tanya nya sambil duduk di kursi makan.

Sun Yool : Baru kudapatkan hari ini.

Soo Jin : Dari mana kau mendapatkannya?

Sun Yool : Mau aku menginap malam ini?

Soo Jin : Kenapa tidak? Aku merasa harus melindungimu hari ini. Tapi aku bisa melihatmu tersenyum. Itu cukup bagus.

Sun Yool : Wanita itu bilang dia waliku. Dia minta dihubungi jika perlu.

Soo Jin : Hei! Kau bicara tentang wanita lain di depanku?

Sun Yool pun pindah ke kursi makan. Dia mengambil sendok, dan menggertak Soo Jin. Soo Jin tertawa. Sun Yool lantas mencicipi masakan Soo Jin. Soo Jin tanya, enak?

Perhatian mereka teralihkan pada televisi yang menampilkan Gelar Wicara Gonggam dengan bintang tamu Soo Ho dan Soo Hyun.

Soo Hyun juga menonton acaranya.

Lalu Soo Ho pulang. Dia hanya terdiam di belakang Soo Hyun, menatap Soo Hyun.

Beberapa saat kemudian, Soo Ho naik ke atas tanpa bicara apapun.

Di kedainya, Nyonya Oh berkaca-kaca menonton putrinya.

Soo Hyun : Aku adalah ibu dari seorang anak yang nyawanya lebih berharga dari nyawaku. Lalu aku kehilangan anakku dalam semalam. Dia anak yang menyukai bintang dan dia menjadi bintang bagi kami.

Yoo Ri juga menontonnya.

Dia tersenyum menatap Soo Hyun.

Kamera menyorot pria bersepatu kets yang makan di kedai Nyonya Oh.

Nyonya Oh yang masih berkaca-kaca, tiba-tiba menoleh ke sampingnya. Pria bersepatu kets itu telah pergi dan meninggalkan uang di atas meja.

Joon juga menonton sambil makan di kedai yang biasa ia datangi. Lalu seketarisnya mendekat, menunjukkan komentar warganet tentang acara Soo Ho dan Soo Hyun. Rata2 komentar warganet memuji Soo Ho.

Joon pun menatap daging ikannya.

Joon : Ini dia. Harus difermentasi agar terasa seperti ini.

Soo Ho terbangun dari tidurnya dan tak mendapati Soo Hyun disampingnya. Dia pun keluar kamar dan melihat Soo Hyun di lantai bawah, tengah melamun di depan jendela. Soo Ho hanya menghela nafas menatap Soo Hyun.

Besoknya di kantor, Soo Ho mendapat ucapan selamat dari Direktur ABS.

Direktur ABS : Respons dari segmen tersebut bagus. Aku merasa lega sekarang. Kupercayakan kepadamu.

Direktur kemudian pergi. Setelah direktur pergi, Soo Ho juga diberi ucapan selamat oleh rekan2nya. Soo Ho hanya mengangguk, lalu masuk ke ruangannya. Tak lama, juniornya datang, menyerahkan flashdisk ke dia.

"Ini rekaman keamanan pada hari yang kau minta." ucap juniornya.

Soo Ho pun langsung memeriksa rekaman itu. Dan dia melihat seorang kurir yang datang.

Soo Ho pun menghubungi Soo Hyun.

Soo Ho : Aku sudah periksa rekaman keamanan, tapi tak bisa menemukannya.

Soo Hyun mengerti.

Soo Hyun sendiri lagi di kedai kue saat menerima telepon Soo Ho. Tak lama, Yoo Ri datang membawakan kue mereka.

Yoo Ri : Ini dia. Kak, kau harus coba ini. Tempat ini terkenal. Koki kue di sini mengencani pegawaiku. Aku akan memberinya pujian.

Soo Hyun : Terima kasih.

Melihat raut wajah Soo Hyun, Yoo Ri tanya apa ada masalah.

Yoo Ri : Hanya saja, sebelumnya... Kau tampak tidak sehat di pesta barbeku di rumahmu. Kau juga tidak membalas pesanku.

Soo Hyun : Yoo Ri-ya, saat aku memberimu surat ceraiku. Aku benar-benar akan melepas Soo Ho.

Yoo Ri : Aku tahu. Mana mungkin aku tidak tahu?

Soo Hyun : Aku menyuruhnya pergi dari hidupku. Bahwa tidak ada tempat lagi baginya. Aku mengatakan hal-hal buruk kepadanya. Kuharap dia akan bertemu orang lain dan menjalani hidup yang lebih bahagia. Untuk melupakanku dan memulai kembali. Tapi perasaan seseorang sungguh aneh. Rasanya tidak enak mengetahui bahwa dia benar-benar menemui orang lain.

Mendengar itu, Yoo Ri tegang.

Yoo Ri : Orang lain? Apa yang kau bicarakan?

Soo Hyun : Soo Ho pernah mengencani wanita lain.

Yoo Ri : Apa dia mengatakan itu?

Soo Hyun : Tidak. Seseorang mengirimiku foto mereka.

Yoo Ri : Maka kau tahu siapa wanita lain itu.

Soo Hyun : Aku tidak tahu. Wajahnya tidak terlihat di foto. Bagus seperti itu. Jika aku melihatnya, wajahnya akan selalu ada dalam pikiranku.

Yoo Ri : Apa kata Soo Ho? Apa kau bicara dengannya?

Soo Hyun : Ya. Semalam. Katanya wanita itu tidak berarti apa-apa dan bahkan tak layak diingat. Kami sepakat untuk melupakannya. Tapi kurasa aku tidak serius. Aku memahaminya dalam pikiranku. Aku tahu dia mengalami masa sulit setelah kami terpisah. Aku bisa apa soal seseorang yang dia temui saat itu? Apalagi, dia bilang sudah berlalu. Tapi aku tetap bertanya-tanya siapa yang mengirimkan foto itu. Aku tak bisa berhenti memikirkan siapa wanita di foto itu. Hanya karena kau pernah tersambar petir, menahan terpaan hujan tidak menjadi lebih mudah. Kenapa kubiarkan hal ini menggangguku?

Yoo Ri : Bukankah kau juga wanita? Meski itu sudah berlalu, itu tetap mengganggumu. Tapi Kak,  lupakan saja. Jangan melihat ke belakang. Soo Ho mengatakannya kepadamu. Bahwa dia bahkan tak layak diingat. Orang yang benar-benar dia cintai hanya kau. Aku bisa menjaminnya. Aku telah melihatnya sendiri.

Yoo Ri mengatakan itu tapi entah kenapa wajahnya juga tampak kecewa.

Ponsel Yoo Ri tiba-tiba berdering. Yoo Ri menjawab, halo? Aku akan segera ke sana.

Yoo Ri lantas memberitahu Soo Hyun kalau ada masalah di tempat kerjanya.

Yoo Ri : Nanti kutelepon.

Soo Hyun : Baik.

Nyonya Oh yang baru pulang belanja, mengambil surat2 di kotak surat sebelum masuk ke rumah. Dan salah satu surat yang dia ambil adalah amplop berwarna cokelat. Oh My God! Sambil melangkah masuk ke rumah, Nyonya Oh menghubungi Soo Hyun.

Nyonya Oh : Tadi kau menelepon. Ibu tidak tahu. Ibu sedang berbelanja.

Soo Hyun : Ya. Aku hanya ingin dengar suara ibu.

Nyonya Oh : Kalau begitu, mampirlah. Ibu juga ingin bertemu denganmu. Ya, pasar petani. Mereka menjual bahan segar. Ibu beli beberapa bahan selagi di sana. Sepertinya ibu sampai lupa waktu.

Soo Hyun : Itu terlalu berat untuk ibu. Pergelangan tangan ibu sakit. Ibu seharusnya pergi denganku.

Nyonya Oh : Putri ibu terlalu berharga untuk itu.

Soo Hyun : Mau aku datang menemui ibu sekarang?

Nyonya Oh : Kau mau? Ibu setuju.

Nyonya Oh kemudian memeriksa surat2 sambil terus menelpon.

Nyonya Oh : Mau ibu buatkan apa? Katakan kau mau makan apa.

Lalu dia melihat amplop berwarna cokelat.

Nyonya Oh : Apa ini?

Soo Hyun : Ibu?

Nyonya Oh : Ibu baru mendapat surat. Tidak ada alamat pengirim dan tidak tertulis apa-apa.

Mendengar itu, Soo Hyun curiga itu amplop yang sama seperti yang dia terima.

Nyonya Oh membuka amplop itu. Dan benar saja, isinya foto perselingkuhan Soo Ho. Sontak lah Nyonya Oh terkejut. Saking terkejutnya, ponselnya sampai meluncur ke bawah dari tangannya.

Soo Hyun memanggil ibunya, ibu? Panic, Soo Hyun pun bergegas pulang.

Sampai di rumah, Soo Hyun gak bisa menemukan ibunya. Dia hanya melihat ponsel ibunya di lantai dapur, bersama dengan belanjaan sang ibu yang berserakan di lantai. Soo Hyun pun pergi keluar, mencari sang ibu. Dan tak lama, dia menemukan ibunya duduk seorang diri di halte.

Soo Hyun mendekati ibunya. Nyonya Oh tampak mengusap hidungnya, begitu Soo Hyun datang.

Nyonya Oh : Bagaimana kau menemukan ibu?

Soo Hyun menatap sang ibu. Tak lama, dia bilang pada ibunya bahwa dia baik-baik saja.

Nyonya Oh terkejut Soo Hyun udah tahu.

Nyonya Oh : Kau tahu?

Nyonya Oh lantas berkata kalau dia tak mau membiarkan Soo Hyun lolos begitu saja.

Nyonya Oh : Ibu ingin menemuinya. Tapi ibu tidak sanggup pergi. Ibu tak mau menyakitimu lagi.

Soo Hyun : Itu bagus, Ibu. Dia bilang semua sudah berlalu. Itu terjadi saat kami terpisah, Bu.

Nyonya Oh : Dasar berengsek. Dia seharusnya menahan diri. Putri ibu kehilangan anaknya dalam semalam. Selagi dia bertahan di lantai penjara yang dingin... Dia seharusnya menahan diri.

Nyonya Oh kemudian tersadar akan sesuatu.

Nyonya Oh : Tunggu. Apa dia juga mengirimimu foto itu? Siapa pengirimnya? Siapa wanita di foto itu?

Soo Hyun : Aku tidak tahu.

Nyonya Oh marah, beraninya mereka mengganggu putri ibu! Ibu akan menemukannya dan memberi mereka pelajaran. Sama seperti Gun Woo adalah duniamu, itu juga sama bagi ibu. Tidak ada yang tak akan ibu lakukan untukmu.

Tangis Nyonya Oh akhirnya pecah.

Soo Hyun memeluk ibunya, maafkan aku. Maafkan aku membuat ibu khawatir lagi seperti ini.

Nyonya Oh : Kenapa orang melakukan ini kepada putri ibu yang malang?

Soo Hyun : Ibu, aku baik-baik saja. Tidak apa-apa.

Soo Ho tengah melakukan pemotretan di studio bersama rekan wanitanya.

Selesai pemotretan, Soo Ho menjauh dari rekan2nya dan menghubungi seseorang.

Soo Ho : Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu. Apa itu kau? Kau yang mengirim foto itu? Ayo bicara secara langsung.

Soo Ho lalu mengirimi seseorang pesan. Hotel Cinderia, 701.

Sun Yool di Panti Asuhan Santa Andrea. Ibu panti memberinya sebuah foto.

Ibu panti : Ini dia. Ini foto terakhir sebelum kau meninggalkan panti asuhan.

Kamera menyorot foto itu. Itu adalah foto anaknya Ji Woong!

Sun Yool kemudian menghubungi Soo Jin sambil menuju motornya.

Sun Yool : Ya, ada yang baru?

Soo Jin : Dia bahkan tidak ke rumah sakit. Tidak ada catatan asuransi kesehatan dan alamat saat ini tidak diketahui.

Sun Yool : Periksa catatan kriminal.

Soo Jin : Kenapa kau terus menyuruhku? Tapi aku tetap akan melakukan yang kau minta. Kau berutang ayam dan bir padaku.

Soo Jin pun mulai bekerja dengan perangkat komputernya.

Sun Yool memakai helm nya dan beranjak pergi.

Tanpa dia sadari, dia diikuti oleh dua mobil.

Soo Hyun yang berdiri di depan ABS, menghubungi Soo Ho.

Soo Hyun : Kapan kau akan selesai?

Soo Ho : Kurasa rapatku akan lebih lama hari ini. Akan kutelepon segera setelah selesai.

Soo Hyun : Baik.

Tapi tak lama, Soo Hyun melihat mobil Soo Ho meninggalkan ABS.

Soo Hyun pun mengikuti Soo Ho dengan taksi. Mobil Soo Ho memasuki pelataran parkir Hotel Cinderia. Soo Ho turun dari mobilnya dan beranjak masuk ke hotel tanpa menyadari diikuti oleh Soo Hyun. Soo Hyun turun dari taksi. Dia bergegas mengikuti Soo Ho.

Soo Hyun sempat kehilangan jejak Soo Ho sejenak ketika dia tiba di koridor hotel. Tapi itu hanya sebentar. Karena tak lama, dia melihat Soo Ho berdiri di depan sebuah kamar hotel dari pantulan kaca.

Kamera menyorot Soo Ho yang berdiri di depan sebuah kamar, tak jauh dari tempat Soo Hyun berdiri. Tak lama, seorang wanita membukakannya pintu. Soo Hyun pun kaget melihat siapa wanita itu. Wanita itu, Hye Geum! Ibu Hee Jae!

Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment