• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 5 Part 2

Sebelumnya...


Moo Sim ke kantor Pil Doo. Pil Doo langsung kesal melihat Moo Sim. Ia berkata, harus mendisiplinkan karyawannya karena membiarkan orang asing masuk ke perusahaan.

Moo Sim : Aku tahu ini tidak pantas, tapi aku tidak punya waktu.

Pil Doo bangkit dari kursinya dan duduk di meja tengah. Ia tanya, apa yang Moo Sim maksud adalah uang.

Moo Sim terdiam.

Pil Doo makin yakin Moo Sim datang untuk meminta uang.

Moo Sim : Ada sesuatu yang harus kukatakan sebelum kita membicarakan uang. Seharusnya aku memberitahumu 25 tahun lalu, tapi dahulu aku bodoh dan tidak bisa memberitahumu karena harga diriku.

Pil Doo : Lantas kenapa sekarang! Jika dahulu tidak memberitahuku, aku yakin kau punya alasan bagus.

Moo Sim : Karena aku butuh bantuanmu!

Pil Doo : Berapa yang kau butuhkan? Kau akan menerobos masuk tiap kali keadaannya mendesak?


Jae Ran datang. Pil Doo mengatakan, Moo Sim karyawan yang bekerja pada hari ulang tahun perusahaan dan datang untuk menyampaikan sesuatu.

Jae Ran lalu menatap Moo Sim.

Pil Doo pun berdiri dan menatap Moo Sim.

Pil Doo :Akan kuminta penanggung jawab untuk segera mengurus ini.


Ji Na pulang ke rumahnya. Ia senang rumahnya kosong dan langsung masuk ke kamar Chung Yi.

Ji Na ingat kata2 ibunya soal tabungan Chung Yi.

Ji Na pun bergegas mencari buku tabungan Chung Yi. Tak lama, ia menemukannya di laci Chung Yi.

Mata Ji Na berbinar2 melihat banyaknya nominal tabungan Chung Yi.

Tapi kemudian, ia dikejutkan dengan suara omelan sang ibu.


Diluar, Deok Hee marah2 karena Hak Kyu dan Chung Yi. Ia menyebut mereka adalah masalah besar.

Deok Hee kemudian masuk dan terus ke kamar Chung Yi tapi saat mau menekan hendel pintu, ponselnya berbunyi. Telepon dari pelanggannya yang minta diramalin.

Deok Hee pun bergegas pergi.

Setelah Deok Hee pergi, Ji Na keluar dari kamar Chung Yi dan langsung pergi.


Ji Na ke dokter kandungan. Dia mau aborsi. Tapi dokter bilang, Ji Na tak bisa aborsi karena akan membahayakan nyawa Ji Na.

Ji Na memohon, ia berlutut dan memberikan sejumlah uang pada dokter.


Ji Na keluar dari ruangan dokter dengan langkah gontai.

Lalu ia terduduk lemas di lorong.

Ji Na kemudian berteriak marah, membuat orang di sekelilingnya langsung menatap padanya.

Ji Na menangi dan memarahi bayinya, dalam hatinya.

Ji Na : Kau menipuku selama ini seakan-akan kau tidak ada. Kenapa kau melakukan ini! Kau melawanku untuk mengatakan bahwa kau hidup! Kau mengancamku untuk melahirkanmu!





Poong Do sedang di taksi. Lalu tiba2 saja, sebuah bus mengerem mendadak di depan taksinya. Sontak si supir taksi langsung menginjak rem, diikuti dengan mobil yang ada di belakang taksi mereka.

Poong Do teringat pada seorang pria yang ia pukul karena membekap Hong Joo.


Lalu ia teringat kecelakaan sang ayah.

Poong Do yang tak kuat lagi pun langsung keluar dari dalam taksi karena merasa mual.


Ji Na terlunta2 di pinggir jalan. Ia kemudian berhenti di jembatan yang di pegangannya ada tulisan 'semoga berakhir dengan bahagia'.

Ji Na yang merasa, hidupnya mengerikan, berniat lompat ke bawah.


Tapi Poong Do tiba2 datang.

Poong Do : Kau bukan lagi orang asing. Aku akan sibuk jika kau tenggelam dan mati. Membantu dan bersekongkol dalam bunuh diri? Aku terlalu sibuk untuk diinterogasi oleh polisi.

Ji Na marah.

"Hya! Aku ingin mati. Aku tidak peduli atau tidak takut dengan apa pun. Jadi, tidak usah ikut campur dan enyahlah! Kenapa kau berusaha menggangguku!"

"Baiklah. Tapi jangan mati di sini sekarang. Bukan hanya kau. Hidup semua orang sulit. Jadi, jangan membuat hidup orang lain menderita dan setidaknya, jangan membahayakan orang saat kau mati."


"Kau gila." jawab Ji Na, lalu pergi.

Poong Do bicara lagi.

"Kau bilang tidak peduli dan tidak takut dengan apa pun. Jangan mati. Teruslah hidup seperti itu."

Poong Do kemudian beranjak pergi.

Ji Na menangis mendengar ucapan Poong Do.


Sekarang, Ji Na duduk di sebuah kafe. Tak lama, kekasih dari pria yang dibunuhnya datang, menemuinya.

"Siapa kau sampai menyuruhku datang? Kau pikir kau siapa?"

"Hasil diagnosisku cukup buruk. Mereka bisa menangkapmu karena menganiayaku."

"Coba saja. Kau tidak tahu aku siapa?"

"Mungkin anak keluarga kaya. Jadi, begini saja. Wanita yang tidak punya apa-apa dan wanita yang punya segalanya. Siapa yang lebih putus asa? Aku tidak takut dengan apa pun. Perbuatanmu dan pacarmu mungkin bukan apa-apa bagimu, tapi itu masalah besar bagi orang biasa. Kulihat ayahmu akan mengikuti pemilu. Jika aku mati, aku akan menguak segalanya sebelum mati. Buat pilihan. Kau punya banyak uang. Akankah kau memberiku uang agar aku tutup mulut? Atau kau ingin aku membuat tajuk utama mulai besok? Aku yakin kau tidak bisa mengendalikan semua media." ancam Ji Na, membuat wanita itu ketakutan.

Bersambung ke part 3....

Different Dreams Ep 13-14 Part 4

Sebelumnya...


Young Jin di ruangan ayahnya, bicara dengan sang ayah, sambil minum teh.

Hiroshi : Inspektur Jenderal Urusan Negara dilahirkan berparu-paru lemah. Penyakit keturunan keluarganya.

Young Jin : Karena itulah aku merasa ini perlu. Aku ingin mengirimkan pemberitahuan untuk pemeriksaan medis rutin bagi para pejabat di Kantor Gubernur berdasar riwayat medis mereka.

Hiroshi : Baiklah. Mereka akan merasa kita selalu memikirkan kesehatan mereka.

Young Jin : Kita juga harus memberi mereka informasi tentang makanan dan kondisi yang tidak baik bagi mereka.

Hiroshi : Kau benar-benar ingin merombak rumah sakit ini.

Young Jin : Benar.

Hiroshi : Tapi ayah punya syarat. Pertama, pikirkan baik-baik soal posisi wakil direktur yang ayah katakan tadi.

Young Jin : Aku akan memikirkannya. Lalu yang kedua?

Hiroshi : Jaksa Fukuda dari Biro Urusan Yudisial. Kenali dia lebih baik dengan rencana menikahinya. Dia pria baik. Dia tidak tergoda tren dan bekerja penuh keyakinan.

Young Jin : Aku....

Hiroshi : Ayah tidak memintamu langsung menikahinya. Ayah memintamu lebih mengenalnya lebih dahulu.

Young Jin terdiam.


Young Jin bersiap pulang. Diluar, ia bertemu Fukuda. Fukuda tersenyum menatap Young Jin. Young Jin membalas senyuman itu.


Fukuda dan Young Jin mampir ke kafe.

Young Jin : Ayahku ingin menikahkan kita. Aku yakin kau mengetahuinya.

Fukuda : Bagiku, aku ingin memperlihatkan sisi lain diriku dan ingin membuatmu bisa memercayaiku. Proses itu berharga bagiku.

Young Jin : Kau memercayaiku? Saat Dokter Yoo Tae Joon meninggal, aku ada di sana. Kau mungkin sudah mengetahuinya. Kenapa kau tidak menanyaiku apa yang terjadi di Manchuria?

Fukuda : Ada yang bilang akan ada masanya saat kau ingin memercayai seseorang dengan tulus. Bagiku, kau lah orang itu.

Young Jin tertegun.


Fukuda : Lihat dirimu sekarang. Kau yang memberitahukannya lebih dahulu.

Young Jin : Tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui. Akan kukatakan.

Fukuda : Kudengar ada seorang pria yang menemanimu ke Manchuria. Apakah dia aman? Biro merasa dia mungkin mata-mata dari Amerika atau Rusia.

Young Jin tersenyum, dia agen pemasok medis. Tujuan kami sama, karenanya kami ke Manchuria bersama. Dia belum lama ini membuka butik di Gyeongseong. Mau ke sana bersamaku?

Fukuda : Begitu rupanya. Lain kali, tolong perkenalkan kami.

Young Jin : Baik.


Won Bong memberitahu Nam Ok dan Jung Im kalau  Cheongbang memberi mereka dana.

Won Bong : Jin Soo and So Min akan berada di Gyeongseong untuk membantu kita.

Nam Ok : Apa balasan untuk mereka?

Won Bong : Song Byeong Soo.

Nam Ok : Tuan Noda? Memang apa gunanya membunuhnya? Kita punya Majar dan bom. Lebih baik kita ledakkan Kantor Gubernur.

Won Bong : Lalu apa? Setelahnya... Kalau Kantor Gubernur meledak, polisi militer akan turun ke jalanan. Kita pun tidak bisa bergerak. Kita perlu mengubah urutan aksi kita.

Nam Ok : Jangan-jangan kau takut? Bagi Seung Jin, ada keluarganya. Bagimu, si dokter wanita itu. Kalau orang yang ingin kau lindungi memenuhi hatimu, ketakutan menguasai pikiranmu sampai kau gentar.

Won Bong : Jangan salah sangka.


Nam Ok :  Dokter wanita itu... Jangan bilang kau menyukainya.

Won Bong marah dan mencengkram baju Nam Ok.

Nam Ok : Kalau wanita itu mengancam pekerjaan kita, bisakah kau membunuhnya dengan tanganmu sendiri? Bisakah?

Won Bong : Kalau harus, aku bisa.

Nam Ok : Kalau begitu, janjikan satu hal padaku. Kalau Seung Jin mengunjungi rumahnya sekali lagi, kita akan membunuhnya.

Won Bong marah dan beranjak pergi.


Jung Im cemburu dan tanya siapa dokter wanita itu. Nam Ok bilang, Jung Im tak perlu tahu.

*Kok gedek ya ama Nam Ok.... dulu pas Heok jelas2 ketahuan  mengkhianati mereka, dia gak bisa membunuh Heok kan.... bahkan sampai sekarang, dia masih membela Heok. Tapi Seung Jin yang bukan pengkhianat dan cuma kepengen ngeliat keluarganya doang, si Nam Ok panas dan langsung kepengen membunuh dia... Kalo soal Young Jin, sy rasa dia membenci Young Jin bukan karena takut Young Jin ngebahayain mereka, tapi karena takut Won Bong menyukai Young Jin.... karena dia mihak ke Jung Im yang menyukai Won Bong...


Seung Jin menemui wanita itu.

Seung Jin : Yeobo...

Wanita itu ternyata istrinya.

Mereka pun saling melepas kerinduan.



Tapi baru bertemu, Daiki datang. Wanita itu langsung menyuruh Seung Jin pergi. Daiki rupanya sengaja mengikuti istri Seung Jin.

Seung Jin kabur. Tapi Daiki kehilangan jejak Seung Jin.


Daiki lalu melihat sebuah pintu dan mengeluarkan pistolnya. Ia berusaha membuka pintu itu, tapi pintunya ditahan dari dalam oleh Nam Ok yang kini bersama Seung Jin.

Nyerah, Daiki pun pergi mencari Seung Jin ke tempat lain.


Nam Ok lalu membawa Seung Jin ke Hyehwa. Disana, ia memarahi Seung Jin habis2an.

Jung Im dan Majar mencegah Nam Ok yang seperti ingin membunuh Seung Jin.


Won Bong datang.

Nam Ok menagih janji Won Bong untuk membunuh Seung Jin.

Seung Jin menjelaskan, kalau ia hanya mau memberikan syal itu pada istrinya karena istrinya ulang tahun.

Won Bong memberikan Seung Jin pistol. Ia menyuruh Seung Jin menembaknya.

Seung Jin menjatuhkan pistol yang diberikan Won Bong dan terduduk lemas. Seung Jin menangis. Begitu pula Won Bong dan Jung Im.

Won Bong lantas memeluk Seung Jin.

Won Bong : Kau juga rekanku.

Won Bong lalu menatap wajah Seung Jin.


Kini, mereka semua bersatu kembali.

Mereka berpesta. Minum2 dan menikmati makanan di halaman rumah Se Joo.

Nam Ok menyanyikan sebuah lagu.

Bersambung............

Moon Chang Hak, Pejuang kemerdekaan Moon Chang Hak ditangkap saat seorang mata-mata melaporkannya. Dia dijatuhi hukuman mati pada tahun 1923. Istrinya, Kim Jeung Son Nyeo, yang tidak mengetahuinya, berkelana 10 tahun mencari suaminya dan tiba di Sungai Tumen. Di sanalah dia mengetahui dia sudah dibunuh tiga tahun lalu. Dia menangis tersedu-sedu semalaman. Komponis Lee Si Wu menginap di penginapan yang sama" Dia mendengar ratapan tangisan wanita di sebelah dan menggubah lagunya 'Tearful Tumen River'. Dan lagu itulah yang dinyanyikan oleh Nam Ok.

Next epi :



Miki ditampar Tuan Noda, hingga ia jatuh ke tempat tidur.



Won Bong dan tim nya berencana membuat kematian Tuan Noda sewajar mungkin.



Tuan Noda tewas diracun. Miki melihatnya dengan wajah puas.

Different Dreams Ep 13-14 Part 3

Sebelumnya...


Young Jin ke apotik Saehwa.

Pemilik apotik tanya, apa Young Jin diikuti. Young Jin bilang tidak.

"Kau harus berhati-hati. Belakangan ini pengawasan mereka lebih ketat." ucap pria itu.

"Aku tahu." jawab Young Jin.

"Masuklah, aku sudah menyiapkannya untukmu." ucap pria itu.

Young Jin hendak masuk tapi pria itu memanggilnya lagi.

"Kau kenal si apoteker?" tanya pria itu.

"Siapa?" tanya Young Jin.

"Kim Won Bong, pria dari Miryang itu."

"Ya, aku mengenalnya."

"Entahlah. Korps Pahlawan dan Korps Patriotik. Entah sedang apa mereka di sini."


Young Jin turun ke bawah. Ia masuk ke sebuah ruangan dan membaca surat dari Kim Goo.

Satu, laporkan operasi Korps Pahlawan di Gyeongseong. Dua. Dekati Kim Won Bong dan cari tahu siapa saja di sekelilingnya. Tiga. Bantu Korps Pahlawan, kecuali rencana pembunuhan dan penghancuran.

Young Jin lantas membakar surat itu.


Won Bong ternyata menemui Jin Soo dan So Min. Won Bong tanya, kenapa mereka datang.

Jin Soo : Ada pergerakan di area Gwandong, Manchuria. Seperti yang kau duga, invasi Tiongkok Daratan akan segera dimulai. Mereka mengaku melindungi kereta api Manchuria dan Jepan, tapi intel mengatakan tentara Jepang yang akan menyerang Manchuria akan berdatangan dengan stabil.

Won Bong : Berhenti memberiku umpan enak dan langsung saja.

So Min lalu menyodorkan amplop.

So Min : Ini 30 sen. Itu pertimbangan bos untukmu. Dia bilang sumber danamu akan diblokir.

Won Bong tertawa.

Jin Soo : Dia ingin mengonfirmasi bisakah kau  melawan Kantor Gubernur Joseon. Aku akan tinggal di Gyeongseong untuk membantumu. Langsung ke intinya saja. Song Byeong Soo. Singkirkan dia. Dia sudah bergabung dengan Black Dragon Society Takeda. Dia mengirim pembunuh Jepang ke Manchuria.

*Song Byeong Soo nama Korea Noda gaes....

Won Bong mengambil uangnya.


Nam Ok masuk ke Hyewa, lalu membanting pintunya.

Jung Im : Kenapa tidak mendobrak pintu saja?

Nam Ok : Seung Jin belum ke sini, bukan? Aku sudah mencarinya di mana-mana, tapi tidak bisa menemukannya. Sudah kubilang jangan pergi tanpa mengabariku dahulu.

Jung Im lalu teringat syal yang ia berikan.

Jung Im : Seharusnya aku tidak melakukannya.

Nam Ok mendekati Jung Im.

Jung Im : Menurutmu....

Nam Ok : Menurutku apa?

Bersambung ke part 4.....