Blessing of the Sea Ep 5 Part 1

Sebelumnya...

Akhirnya sy bisa ngelanjutin sinopsis drama ini..... Kangen berat pengen nulis kelanjutan ni drama.... ep aslinya udah jauh banget.... udah sampe 70an epi.. ntar lagi tamat.... dan pastinya makin seru sih gaes....

Gk usah lama2 lagi ya....


Dokter memberitahu Ji Na kalau Ji Na hamil 5 bulan. Ji Na sontak kaget, aku hamil??


Tak lama kemudian, Chung Yi datang. Ji Na kaget melihat Chung Yi.

Chung Yi mengaku mendengar kakaknya pingsan dan tanya pada dokter, bagaimana kondisi kakaknya.

Ji Na langsung menatap dokter dan menggelengkan kepalanya, meminta dokter tidak mengatakan kehamilannya.

Dokter mengerti dan mengatakan pada Chung Yi kalau Ji Na hanya butuh istirahat.

Dokter lalu pergi.


Ji Na tanya, bagaimana Chung Yi bisa tahu dia di rumah sakit.

Chung Yi bilang polisi menghubunginya dan bilang Ji Na pingsan.

Chung Yi lalu tanya keadaan Ji Na.

Ji Na kesal dan meminta Chung Yi tidak membesar-besarkan masalah.

Chung Yi : Ini karena kakak terlahir lemah. Aku hanya cemas.

Ji Na : Kakak hanya kelelahan. Kakak juga mengidap anemia. Kau pergilah. Bukankah kau sudah kelas 3 SMA? Kau tidak bisa belajar jika bermain-main begini.

Chung Yi :  Sekolah tidak penting jika kakak pingsan.

Ji Na : Urus saja hidupmu, berhenti ikut campur urusan orang lain!

Chung Yi : Kakak bukan orang lain. Jangan bilang begitu.


Ji Na : Kau mau kita ribut disini!

Chung Yi : Aniya, mianae, tapi eonni, kau yakin kau baik-baik saja.

Ji Na : Pergilah! Kakak baru bisa istirahat jika kau pergi, serta jangan bilang apa-apa pada ibu. Kakak tidak mau dia cemas.


Ji Na lantas berbaring, membelakangi Chung Yi.

Chung Yi menatap Ji Na, kenapa kakak begitu banyak menyimpan rahasia?


Jae Ran mengajak Poong Do masuk. Ia ingin tahu sehebat apa Poong Do sampai bisa memenangkan Kompetisi Chopin.

Young In marah Poong Do berani datang ke perusahaannya.

Gwi Nyeo pun meminta neneknya berhenti marah-marah.

Poong Do menyingkirkan tangann Gwi Nyeo dari lengannya dan menatap kesal sang nenek.

Poong Do : Siapa yang bilang aku mau bermain disini? Aku tidak bermain di sembarang tempat. Serta tempat ini tidak sesuai standarku.


Poong Do beranjak pergi, tapi Young In menghentikan langkahnya.

Young In : Dasar bedebah tidak tahu diri. Kau bahkan tidak mengingat hari kematian ayahmu.

Jae Ran : Cukup. Kita baru bertemu dengannya lagi setelah sekian lama.

Gwi Nyeo : Benar, Nenek.


Gwi Nyeo lantas merangkul Poong Do dan mengajak Poong Do masuk.

Tapi Poong Do menghempaskan tangan Gwi Nyeo dan pergi.

Young In tersenyum sinis sembari menatap Gwi Nyeo.


Di rumah sakit, Ji Na gelisah memikirkan kehamilannya dan Shi Joon yang ditangkap polisi karena ulahnya.


Di kantor polisi, Shi Joon menanyakan kondisi Ji Na pada polisi.

Polisi : Saksi itu? Dia tiba-tiba pingsan dan dilarikan ke UGD.

Shi Joon kaget, dia pingsan? Kenapa?

Shi Joon lantas minta izin menggunakan telepon. Ia mau menghubungi Ji Na.

Polisi : Baek Shi Joon-ssi, kau tidak punya waktu untuk mencemaskannya. Keadaannya jadi rumit sekali. Kenapa kau berurusan dengan pria dari keluarga seperti itu? Hukumanmu bisa dua kali lebih berat karena kau sok pintar dengannya.


Tak lama kemudian, Ji Na datang. Ia langsung terdiam melihat Shi Joon.

Polisi melihat Ji Na. Shi Joon pun menghampiri Ji Na.

Shi Joon : Ji Na-ya, kau baik-baik saja? Kenapa kau bisa sakit?

Ji Na : Aku baik-baik saja.

Shi Joon : Kenapa kau di sini? Kau seharusnya di rumah sakit.

Ji Na : Tenanglah, aku baik-baik saja.

Polisi menyuruh mereka duduk.


Polisi tanya apa yang terjadi.

Ji Na menatap Shi Joon. Shi Joon mengangguk. Ji Na tampak ingin menangis.

Ji Na lalu menjelaskan pada polisi, bahwa pria itu berusaha melecehkannya, lalu Shi Joon datang dan terjadi perkelahian.

Polisi : Mendiang, Pak Yoo Kyung Soo, berusaha memerkosa Nona Yeo. Lalu Pak Baek datang dan berkelahi dengannya serta memukul kepalanya dengan botor bir.

Ji Na : Tapi ini pertahanan diri. Bedebah itu mencoba melakukan hal mengerikan kepadaku.

Polisi : Ya, aku mengerti. Tapi biar kuselesaikan tulisanku dahulu.


Young In dan keluarganya tiba di rumah.

Sampai di rumah, Young In memarahi Pil Doo karena berani mengundang Poong Do.

Pil Doo : Maafkan aku. Seharusnya aku memikirkan ini matang-matang.

Gwi Nyeo : Aku sedih tidak bisa mendengarnya bermain. Aku yakin banyak orang datang demi menontonnya.

Jae Ran : Tapi kenapa Poong Do berpakaian seperti itu? Andaikan mataku tidak tajam, kita pasti akan melewatkan dia.

Young In : Ingat, aku tidak peduli dia memainkan atau menghancurkan piano. Aku tidak ingin melihatnya melakukan itu dengan mataku. Jangan pernah mengadakan acara kejutan seperti ini lagi.

Young In lalu beranjak menuju kamarnya.


Di kamarnya,  Pil Doo melonggarkan dasinya dan menghela nafas.

Lalu ia melihat kartu nama Moo Sim dan teringat pertemuannya dengan Moo Sim di acara tadi.

Pil Doo lantas meremas kartu nama itu.


Di kamar hotelnya, Poong Do tiduran di sofa, sambil memakai penutup mata. Wajahnya nampak kesal.

Tak lama, Ryan datang dan mengomeli Poong Do yang dilihatnya tidur2an setelah kabur dari acara tadi.

Poong Doo tambah kesal, ya! Aku tidur nyenyak sekali!

Ryan menghela nafas.

Ryan : Baiklah. Lagi pula itu keluargamu. Kau bisa mengurus ganti ruginya.

Poong Doo diam saja. Ryan sewot.

Ryan : Kenapa tidak menjawabku? Kau enggan mendengarkanku bicara soal uang?

Poong Do pun bangun dan membuka penutup matanya.

Poong Do : Sudah mendengar kabarnya? Si anak galak itu.


Ryan : Kau benar. Dia menyuruh kita membayar bajunya, tapi tidak pernah menghubungi. Kenapa kau terus menanyakannya?

Poong Do : Pria itu. Pria yang bersamanya. Dia... Shi Joon. Ya, Shi Joon. Kau bisa mencarinya. Kurasa dia bekerja di sini.

Ryan : Kenapa kau ingin mencarinya?

Poong Do : Aku yang bertanya. Kau bisa mulai mencari. Oke?


Di toko bunganya, Moo Sim menenggak soju dan teringat pertemuannya dengan Pil Doo tadi.

Moo Sim : Kini kau sukses, Seo Pil Doo.

Moo Sim lalu teringat masa lalunya dengan Pil Doo.

Flashback...


Pil Doo dan Moo Sim bicara di sebuah taman. Pil Doo tanya, kenapa Moo Sim datang ke kantornya.

Moo Sim : Kau tidak pulang dan tidak menjawab ponselmu. Tidak ada cara lain untuk menemuimu. Itu sebabnya aku datang.

Pil Doo lantas memberi Moo Sim sejumlah uang.

Pil Doo : Kuharap kau bisa menghargai perasaanku dengan ini. Entah apa yang akan kuberikan jika kau datang lagi.

Pil Doo lalu beranjak pergi.

Moo Sim terduduk lemas. Ia lalu memegangi perutnya. Ya, Moo Sim sedang hamil anaknya Pil Doo dan anak itu adalah Shi Joon.

Flashback end...


Moo Sim menghela nafas. Ia menutup botol sojunya, lalu menerima telepon dari kantor polisi tentang Shi Joon.


Ji Na sudah kembali ke kos2annya. Ia resah memikirkan Shi Joon yang masih di kantor polisi.

Lalu, ia teringat dirinya yang hamil 5 bulan.

Ji Na pun melihat perutnya yang sudah nampak membesar di cermin, di balik kaos tebalnya.

Setelah itu, ia teringat kata2 polisi tadi pada Shi Joon.

Polisi : Keadaannya jadi rumit sekali. Kenapa kau berurusan dengan pria dari keluarga seperti itu? Hukumanmu bisa dua kali lebih berat karena kau sok pintar dengannya.

Ji Na marah, kenapa kaumelakukan ini kepadaku! Aku harus berbuat apa!


Lalu, ia dikejutkan dengan suara gedoran keras di pintunya.

Ji Na membukakan pintu.

Ibu dan pacar pria yang dibunuhnya, merangsek masuk dan mengeroyoknya. Ji Na sontak melindungi perutnya.


Bersamaan dengan itu, ponsel Ji Na berdering. Telepon dari Chung Yi.

Di kamarnya, Chung Yi cemas karena Ji Na tidak menjawab ponselnya.


Deok Hee tiba2 masuk ke kamar Chung Yi dan mengomel.

Deok Hee : Kau dari mana saja seharian ini! Ini caramu protes usai ibu mengomelimu?

Chung Yi : Bukan begitu, Ibu. Terjadi sesuatu.

Deok Hee : Seperti apa? Kau keluar untuk menemui Si Joon lagi?

Chung Yi : Bukan, Ibu. Kenapa Ibu terus mengatakan itu? Bukan begitu.

Deok Hee : Ibu tidak percaya. Pastikan kau menjaga sikap.

Deok Hee kemudian beranjak pergi.


Sekarang, Chung Yi memasukkan buku2 pelajarannya ke dalam tas.

Woo Yang datang. Ia mau memberitahu soal Heon Jung, tapi Heon Jung tiba2 datang dan memberitahu soal Shi Joon yang 'membunuh' seseorang. Chung Yi kaget.


Poong Do dan Ryan masih membahas Shi Joon. Ryan bilang, Shi Joon tukang cuci piring di tempat prasmanan, tapi sudah berhari2 tidak masuk kerja.

Poong Do : Sungguh tidak bertanggung jawab.

Ryan : Kenapa kau mencari dan menjelek-jelekkan dia? Kau tidak pernah memedulikan orang lain.

Poong Do : Kau mendapatkan nomor ponselnya?

Ryan : Kau mau apa?

Poong Do : Berhenti ikut campur. Ini kehidupan pribadiku.

Poong Do beranjak pergi.


Ibu dan kekasih pria itu sudah pergi. Ji Na menatap sekeliling kamarnya yang hancur berantakan karena amukan ibu dan kekasih pria itu. Lalu, Ji Na menatap hadiah gelang dari Shi Joon yang patah. Tangis Ji Na pecah. Ia menangis kesal.



Ji Na kembali ke salon tempat ia bekerja. Sampai di sana, ia pun dimarahi habis2an oleh manajernya.

Manajer : Kau sudah gila, Nona Yeo! Beraninya kau kembali kemari! Kau tidak tahu apa yang terjadi karena dirimu! Orang bilang salah satu pegawai kami merayu pacarnya pelanggan dan membuatnya tewas!

Ji Na protes, merayu? Tidak seperti itu. Anda tahu apa yang terjadi. Kesalahanku hari itu hanya tidak sengaja menyemprotkan air padanya. Pria itu yang mendekatiku...

Manajer tidak mau mendengar penjelasan Ji Na. Ia mencengkram bahu Ji Na dan menyuruh Ji Na pergi.

Ji Na masih bersabar, ia meminta upahnya tapi manajer malah menyiramnya dengan air.

Ji Na marah. Ia berteriak, tidak akan pergi sebelum mendapatkan upahnya.

Manajer lalu menyuruh orang2 salon menyeret Ji Na keluar.

Ji Na pun diseret keluar.


Chung Yi ke toko bunga Moo Sim. Tapi toko bunga itu tutup.

Chung Yi lalu ingat kata2 Heon Jung, kalau Moo Sim terpaksa menjual toko itu untuk membayar ganti rugi tapi karena pria yang tewas itu anak orang kaya, jadi uangnya masih belum cukup.

Chung Yi tidak percaya Shi Joon membunuh orang. Ia yakin itu kesalahpahaman. Chung Yi juga kesal karena Ji Na tidak bisa dihubungi.


Tak lama, Poong Do datang dan melihat Chung Yi dari jauh. Ia tersenyum senang dan melepas kacamata hitamnya. Dan seketika, warna di sekeliling Chung Yi berubah menjadi gelap.


Chung Yi lantas pergi. Ia berjalan gontai, menuju ke jalan.

Poong Do yang melihat itu, langsung menyambar Chung Yi tepat saat Chung Yi akan tertabrak mobil.

Poong Do memarahi Chung Yi, tapi Chung Yi malah menyebutnya psikopat sampah karena kejadian di hotel waktu itu. Poong Do pun sewot dan tambah memarahi

Chung Yi karena tidak berterima kasih padanya setelah ia menyelamatkan Chung Yi. Chung Yi gak mau kalah. Ia memarahi Poong Do yang dikiranya menguntitnya sejak tadi.

Poong Do : Hei, kau tidak mau ganti rugi untuk baju itu? Aku merobek bajunya. Kubilang aku akan ganti rugi, tapi kau tidak menghubungi.


Chung Yi : Itu... aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu sekarang. Nanti. Kuhubungi nanti.

Chung Yi mau pergi tapi dihalangi Poong Do.

Poong Do : Entah bagaimana mengatakannya. Pernahkah kau mendengar orang bilang kau berbeda dan tampak istimewa? Kau tahu, semacam aura. Kau mengeluarkan aura?

Chung Yi : Ahjussi, silakan cari orang beriman lain sebelum kulaporkan kau menguntitku.

Chung Yi lalu berlari pergi.

Poong Do pun heran melihat Chung Yi yang selalu nampak terburu-buru.


Moo Sim menjenguk Shi Joon di penjara.

Shi Joon : Putra Ibu tidak melakukan kesalahan. Dia bedebah. Jadi, tidak usah mencemaskanku dan pulanglah, Ibu.

Moo Sim : Ibu akan memastikan kamu dibebaskan. Ibu akan menyelamatkanmu bagaimanapun caranya.

Shi Joon : Jangan minta mereka untuk menutup kasusnya. Aku hanya akan menebus kesalahanku. Jangan cemas.

Moo Sim : Dasar bodoh.

Moo Sim lalu kepikiran Pil Doo.

Bersambung ke part 2........

0 Comments:

Post a Comment