So Hye kembali
studio lamanya. Ia tersenyum saat berhasil membuka sandi pintunya. So Hye masuk
ke dalam. Di pintu, tampak tulisan ‘Hye Sung Entertainment’.
“Bagus sekali.
Nama perusahaanmu Hye Sung?” tanya So Hye sembari menghampiri Hae Sung dan
Chang Suk.
“Gabungan So Hye
dan Hae Sung, Hye Sung Entertainment.” Jawab Hae Sung sembari menunjukkan plang
nama perusahaannya.
“Seorang bintang
besar yang melesat seperti komet, Hye Sung Entertainment.” Tambah Chang Suk.
Ketiganya pun
tertawa.
“Aku
menyukainya.” Jawab So Hye.
“Karena Presiden
dan Sutradara perusahaan ini akan sibuk diluaran, jadi kantor ini akan sering
kosong. Jadi penulis Lee bisa membuat dirinya nyaman dan menggunakan kantor ini
sebagai ruang kerjanya.” Ucap Hae Sung.
“Tentu saja,
hanya ruangan sekaliber ini yang bisa membantuku menulis.” Jawab So Hye.
So Hye lantas
memperhatikan sekelilingnya dan bertanya bagaimana Hae Sung bisa mengingat
semua rincian di tempat itu. Hae Sung mengaku bahwa Sang Hwa yang membantu
mereka. So Hye tersenyum, kemudian berkata bahwa ia sudah menduganya.
So Hye lalu
terdiam saat melihat lukisan Salar de Uyuni nya. Hae Sung berkata, setelah
Hitman selesai, ia akan membawa semuanya berlibur ke Uyuni.
“Jinjja?” tanya
So Hye dengan mata berbinar2.
“Kau tahu apa
hal pertama yang akan kulakukan sebagai presiden perusahaan ini? Menandatangani
kontrak dengan Penulis Lee.” Jawab Hae Sung.
Dan Hae Sung pun
mengeluarkan selembar cek dari saku jasnya, dan memberikannya pada So Hye. Ia
menyuruh So Hye menulis berapapun yang So Hye inginkan.
“Apa yang harus
kulakukan? Aku sedikit mahal.” Jawab So Hye.
“Penulis Lee,
tolong buatlah kesepakatan dengan kami. Ini bisnis pertama yang dirintis oleh
calon suamimu.” Ucap Chang Suk.
“Baiklah. Akan
kuluangkan waktu untuk memikirkannya, Presdir.” Jawab So Hye.
Ponsel Hae Sung
berdering. Hae Sung segera keluar setelah menyadari siapa yang menelponnya.
It’s Joon Gi. Hae Sung memberitahu Joon Gi kalau So Hye ada di dalam dan
menyuruh Joon Gi masuk. Tapi Joon Gi menolak dan meminta Hae Sung keluar.
Setibanya
diluar, Hae Sung melambaikan tangannya pada Joon Gi yang menunggunya di mobil.
Joon Gi tampak pucat!! Hae Sung masuk ke mobil. Dengan pedenya, ia bertanya
hadiah besar apa yang mau diberikan Joon Gi padanya sehingga Joon Gi
menyuruhnya keluar. Hae Sung langsung cemas begitu melihat kondisi Joon Gi.
“Tubuhku tidak
mau mendengarkanku.” Ucap Joon Gi yang tampak menggigil.
“Tasku tolong….
di kursi belakang.” Ucap Joon Gi lagi.
“Haruskah kita
memanggil ambulance?” tanya Hae Sung sembari mengambilkan tas Joon Gi di kursi
belakang.
“Tidak perlu.
Berikan saja obatku.” Jawab Joon Gi.
Namun Joon Gi
malah kehilangan kesadarannya setelah meminum obatnya. Hae Sung berseru panik,
ia memanggil nama Joon Gi berkali2. Tak lama kemudian, deru nafas Joon Gi
terdengar. Hae Sung menarik napas lega. Joon Gi menyuruh Hae Sung memeriksa
nafas dan nadinya dan juga melarang Hae Sung mengguncang tubuhnya.
“Apa kau benar
baik2 saja?” tanya Hae Sung cemas.
Joon Gi diam
saja. Napasnya terdengar memburu. Tak lama kemudian, Joon Gi membuat kepalan
dan mengiyakan pertanyaan Hae Sung. Hae Sung memaksa Joon Gi menelpon rumah
sakit. Joon Gi setuju ke rumah sakit, tapi ia ingin Hae Sung mengantarkannya
secara diam2 ke rumah sakit.
Hae Sung segera turun
dari mobil Joon Gi. Dipapahnya tubuh Joon Gi keluar dari mobil ke kursi
penumpang. Joon Gi berusaha bertahan. Hae Sung buru2 masuk ke mobil Joon Gi.
Tak lama kemudian, mobil Joon Gi melesat dengan kencang.
Joon Gi terluka
melihat hasil rontgennya. Sel kankernya sudah merambah hingga ke otaknya.
Junior Joon Ki berkata bahwa sel kanker Joon Gi berkembang begitu cepat. Joon
Gi melarang juniornya memberitahu Jamie. Junior Joon Gi tidak setuju. Joon Gi
berkata, ia sendiri yang akan memberitahu Jamie.
Hae Sung yang
mengawasi Joon Gi di depan pintu juga terlihat sedih. Tak lama kemudian, ponsel
Hae Sung berdering. Hae Sung langsung bergegas pergi meninggalkan Joon Gi.
Hae Sung
menerima telepon So Hye di koridor rumah sakit. So Hye ingin tahu dimana Hae
Sung karena Hae Sung tiba2 menghilang dan tidak bisa dihubungi. Hae Sung yang
tak ingin membuat So Hye cemas pun berkata bahwa ia sedang ada urusan.
“Urusan apa? Kau
menemui seseorang?” tanya So Hye.
Belum sempat Hae
Sung menjawab, Sang Hwa sudah berteriak. Ia menuduh Hae Sung sengaja mengulur2
waktu karena tidak mau ikut bersih2. Hae Sung pun berkata, bahwa mulut Sang Hwa
sangat tajam. Hae Sung lantas mengaku bahwa ia diajak Joon Gi bermain billiard.
Hae Sung berkata, terakhir kali saat mereka main billiard, Joon Gi kalah jadi
karena itulah Joon Gi mengajaknya bermain billiard untuk membalasnya.
Tak lama
kemudian, Joon Gi datang. Joon Gi tersenyum sembari berjalan melewati Hae Sung.
Hae Sung pun langsung menyudahi pembicarannya dengan So Hye dan bergegas mengejar
Joon Gi.
Hae Sung
mengikuti Joon Gi ke rumah kaca. Hae Sung bertanya, ada jalan lain kan? Dengan
operasi atau sesuatu… kau akan mendapatkan perawatan, kan?
“Ketika aku
masih kecil, aku memiliki kotak music yang benar2 kusukai. Lagu sepanjang tiga menit,
ketika lagu itu berakhir, aku akan memutarnya kembali dan mendengarkannya
secara berulang2. Lalu, kotak music itu rusak. Aku menangis untuk mendapatkan
gantinya, tapi suara yang keluar tidaklah sama. Kotak music yang sudah usang.
Kotak music itu sekarang aku. Tidak bisa digunakan bahkan meski aku
memperbaikinya. Aku tetap bertahan selama lima tahun. Aku menikmati semuanya
tanpa penyesalan. Aku tidak ingin bertahan dengan suntikan dimana2. Itulah yang
kupikirkan. Apa yang harus kulakukan ketika aku masih bisa berjalan sendiri.
Apa yang harus kulakukan pertama kali?” ucap Joon Gi.
Hae Sun
menangis. Joon Gi langsung tersenyum.
“Ryoo Hae
Sung-ssi, jangan lemah.” Ucap Joon Gi.
Hae Sung pun
langsung menyeka air matanya….
“Apa kau begitu
menyukaiku? Kau akan mewujudkan impianku? Kalau begitu, pinjamkan Penulis Lee
padaku selama 3 hari.” Ucap Joon Gi.
Hae Sung diam
saja. Ia seperti kehilangan kata2.
“Apa ini? Kau
menangis tapi tidak mau mengabulkan keinginanku.” Ucap Joon Gi.
“Itu….
maksudku…”
“Aku bercanda.
Maukah kau membantuku menyiapkan pemakamanku? Itu keinginan terakhirku.”
“Kau berencana
melakukannya sendiri?”
“Itu keinginan
terakhirku yang kutulis dalam daftar keinginanku. Tadinya aku merencanakannya
dengan Penulis Lee, tapi kupikir lebih baik kau yang melakukannya.”
Setibanya di
rumah, Hae Sung langsung menghampiri So Hye di ruang kerja. So Hye tersenyum
begitu melihat Hae Sung.
“Kau sudah
pulang? Siapa yang menang?” tanya So Hye.
“Apa maksudmu?”
tanya Hae Sung balik.
“Bukankah kau
bilang kau main billiard dengan Dokter Hong.” Jawab So Hye.
“Soal itu,
setelah pertandingan yang cukup sengit, tidak ada yang menang.” Ucap Hae Sung.
“Kau seharusnya
membiarkannya menang.” Jawab So Hye.
Hae Sung
menghela napas. Wajahnya menyiratkan sebuah kecemasan….
“Semakin kau
mengenal Dokter Hong, kau akan tahu dia pribadi yang hangat. Aku tidak akan
bisa seperti ini tanpa dirinya. Aku beruntung kan memiliki dia sebagai
dokterku.” Ucap So Hye ceria.
Hae Sung
tersenyum sekenanya.
“Kau sedang
sibuk?” tanya Hae Sung.
“Ini berjalan
baik. Ngomong2, kapan kita akan menyelenggarakan pernikahan? Teman2ku
menanyakannya?” ucap So Hye.
“Beberapa minggu
lagi. Aku memesan jas dari Italia.”
“Kenapa kau
jauh2 memesan ke Italia? Pernikahan kita hanya sederhana.”
“Karena aku Si
Bintang Top.”
“Apa kau sudah
memberitahu Dokter Hong tentang pernikahan kita?”
“Aku akan
memberitahunya setelah tanggalnya ditetapkan.”
Hae Sung kembali
resah. Menyadari keresahan Hae Sung, So Hye bertanya apa yang membuat Hae Sung
resah. Hae Sung berbohong, ia berkata bahwa energy nya habis dipakai bermain
billiard.
Agar So Hye tidak bertanya2 lagi, Hae Sung mengalihkan pembicaraan
dengan berkata bahwa So Hye tidak boleh terlalu lelah. So Hye berkata, bahwa ia
akan menulis sedikit lagi. Hae Sung pun mengerti dan memberikan So Hye satu
kecupan di pipi.
Setelah mengecup
pipi So Hye, Hae Sung beranjak pergi. Begitu Hae Sung pergi, So Hye terbatuk.
So Hye langsung minum untuk meredakan batuknya. Dari luar, Hae Sung
memperhatikan So Hye dengan wajah sedih.
Kasihan Hae
Sung…. dua orang yang disayanginya sama2 berada dalam kondisi kritis…
Keesokan
harinya…. Joon Gi yang telah memakai seragam dokternya sedang memberikan
pengarahan pada pasien dan wali pasien.
“Aku akan
memberitahukanmu obat terbaik, bukan hanya untuk pasien tapi juga untuk wali
pasien. Kalian tidak butuh dokter atau semacamnya, kalian bisa melakukannya
sendiri. Dan yang paling penting, obat ini gratis.” Ucap Joon Gi.
“Semuanya buka
mulut kalian dan tarik napas….” Ucap Joon Gi lagi.
Tak lama
kemudian, So Hye pun datang bersama Mi Sun. So Hye dan Mi Sun langsung duduk
diantara para wali pasien.
Joon Gi lantas menyuruh para pasiennya mengambil napas dalam2. Tak hanya para pasien, tapi para wali pasien juga ikut menarik napas dalam. Saat sedang menarik napas, Joon Gi membicarakan soal uang, membuat mereka semua tertawa.
“Ngomong2 kemana perginya Nona Pyo Mi Sook?” tanya Joon Gi saat mendapati bangku di sebelahnya kosong.
“Dia pergi berdoa lagi. Dia ingin mencobanya lagi.” Jawab salah satu pasien Joon Gi (aku lupa namanya).
“Aigoo… kalian tidak perlu melakukannya terburu2. Kalian harus makan banyak hal yang baik jadi sel yang baik dapat berjuang melawan sel kanker. Jika kalian ingin berdoa, ikutilah layanan pagi. Lakukanlah setelah kalian sarapan. Bukankah itu juga latihan?” ucap Joon Gi.
“Kau pernah mendengar cerita ini? Orang yang taat berdoa kepada Tuhan. Dia berdoa, agar kankernya disembuhkan. Tapi sayangnya dia meninggal. Lalu, dia bertanya kepada Tuhan, kenapa Tuhan tidak mendengar doanya. Menurut kalian apa yang Tuhan katakan?” ucap Joon Gi.
“Itulah kenapa Aku mengirimkan dokter yang bagus. Kenapa? Apa kau tidak mendengarkan dokter itu?” ucap Joon Gi lagi.
Semua pun tertawa…
“Tolong dengarkan kata dokter kalian. Mengerti?” Ucap Joon Gi.
“Iya!” jawab para pasien serentak.
“Dengarkan doktermu!” teriak Joon Gi pada So Hye.
“Iya!” teriak So Hye, lalu melambaikan tangannya pada Joon Gi.
So Hye dan Mi Sun berjalan lurus mengikuti garis berwarna biru di lantai rumah sakit. Sementara Joon Gi menunggu mereka di pinggir sambil memegang sebuah berkas. Namun So Hye dan Mi Sun berjalan begitu saja melewati Joon Gi, membuat Joon Gi terheran2. So Hye dan Mi Sun kemudian berbalik dan beranjak mendekati Joon Gi lagi. Saat melewati Joon Gi, So Hye menunjukkan jam tangannya dan berjalan pergi.
Joon Gi tersenyum melihat kelakuan So Hye, tapi senyumnya mendadak hilang. Wajahnya tampak semakin pucat.
Joon Gi mengajak So Hye dan Mi Sun ke rumah kaca. Mi Sun terkagum2 melihat rumah kaca Joon Gi. Joon Gi memarahi So Hye yang tidak melakukan olahraga karena sibuk. Joon Gi berkata, jika So Hye tidak melakukannya, maka tubuh So Hye akan memburuk tanpa So Hye sadari.
“Pastikan untuk berjalan dua kali sehari selama 30 menit. Katakan padaku, jika itu terlalu melelahkan untukmu. Aku akan meresepkan oksigen untukmu.” Ucap Joon Gi serius.
“Baiklah.” Jawab So Hye sambil menatap heran Joon Gi.
“Kau pasti bosan kan jalan2 sendirian? Bagaimana kalau kita jalan2 bersama dengan Seol?” ajak Mi Sun.
“Aku akan jalan dengan Dokter Hong sekali2. Haruskah kita memulainya lagi?” tanya So Hye.
“Aku pikir akan lebih jika kau jalan dengan teman2mu. Aku sibuk dengan urusanku.” Jawab Joon Gi berkaca2.
Joon Gi lalu pura2 membaca berkasnya.
“Kau makan dengan baik, mengikuti aturannya?.” ucap Joon Gi.
“Aku akan mencobanya.” Jawab So Hye.
“Apa gunanya mencoba? Jumlah yang tercantum di sini adalah jumlah yang diperlukan. Kau harus makan ini setidaknya untuk menahan obat. Kalau sulit bagimu untuk mencernanya, katakan padaku. Aku akan meresepkanmu obat pencernaan.” Ucap Joon Gi.
“Apa ada sesuatu yang terjadi? Kau terlihat menakutkan.” Jawab So Hye sambil menatap curiga Joon Gi.
“Itu karena seorang pasien yang tidak mau mendengarkan kata2ku. Aku akan benar2 sibuk dengan urusanku, jadi aku tidak dapat memeriksa setiap detail terkecil.” Ucap Joon Gi.
“Baiklah.” Jawab So Hye sembari tersenyum.
“Kami akan membantu mendisplinkannya.” Ucap Mi Sun.
“Tolong urus pasien bandel ini.” jawab Joon Gi pada Mi Sun.
“Dokter Hong, apa kau sibuk? Haruskah kita makan siang bersama?” tanya So Hye.
“Aku sibuk. Kita lakukan lain waktu.” Jawab Joon Gi.
So Hye pun beranjak pergi. Joon Gi menatap kepergian So Hye dengan mata berkaca2.
Bersambung ke part 2…
0 Comments:
Post a Comment