Nyonya Kwak melamun di meja makan. Sementara Jin Sook sibuk menatap rambutnya yang rontok kena jambak Mi Sun di kaca. Jin Sook kemudian menyemprotkan hair spray ke bagian rambutnya yang rontok. Nyonya Kwak langsung menegur sikap tidak sopan Jin Sook itu.
“Aku akan berhati2. Ada apa dengan ibu? Rambutku rontok, itu membuatku sakit kepala.” Sungut Jin Sook
Tak lama kemudian, pelayan mereka datang menyajikan sup. Tapi Nyonya Kwak malah marah2 karena pelayannya memasak terlalu banyak. Si pelayan pun minta maaf dan berjanji akan hati2 lain kali. Pelayan pergi. Nyonya Kwak mencicipi sup nya, tapi ia tidak menyukai rasanya.
Tak lama kemudian, Jin Tae datang. Sang ibu langsung mencecarnya dengan pertanyaan dimana Jin Tae menginap semalam dan kenapa baru pulang sekarang. Bukannya menjawab, Jin Tae malah menyuruh kakaknya mengambilkan pakaian gantinya.
“Kau punya tangan, kan? Ambil saja sendiri.” Jawab Jin Sook.
“Aku tidak tahu itu dimana!” teriak Jin Tae.
“Kenapa kau berteriak padaku? Kenapa kau menyuruh ayah Kim Sang Wook datang? Kau seharusnya memeriksa terlebih dahulu. Apa kau pikir mereka bodoh? Jika kau meminta mereka datang ke hotel, apa kau pikir mereka akan datang bersama?” ucap Jin Sook.
“Iya, aku memang bodoh dan kau pintar!” balas Jin Tae.
“Diamlah!” suruh Nyonya Kwak.
Pelayan datang lagi membawakan semangkuk nasi Dengan manisnya, Nyonya Kwak menyuruh si pelayan pergi. Setelah pelayan mereka pergi, Nyonya Kwak menegur kedua anaknya yang saling meneriaki satu sama lain itu.
“Mi Do bilang kalau aku tidak bisa menyelesaikan masalah keluarga hari ini, dia akan menendangku ke jalanan.” Ucap Jin Tae.
“Apa?” kaget Jin Sook.
“Haruskah aku menjebloskan mereka ke rumah sakit jiwa?” tanya Jin Tae.
“Ayahnya melihat kekacauan yang kau buat. Apa kau pikir dia akan percaya?” ucap Jin Sook.
“Atau haruskah aku menabrak mereka dengan truk sampah?” tanya Jin Tae.
“Apa yang kau bicarakan!” tegur Nyonya Kwak.
“Apa yang harus kulakukan? Dia menyuruhku menyelesaikan masalah ini sekarang. Jika file itu tersebar, kita semua akan mati. Atau haruskah aku menyuruh orang mencuri buku itu darinya?” ucap Jin Tae.
“Omong kosong!” jawab Jin Sook.
Jin Tae pun kesal dan mau memukul Jin Sook. Tapi ia langsung berhenti saat Jin Sook menatapnya dengan galak…
“Lao-Tzi mengatakan ini. Jangan egois, meski kau benar. Jangan sombong meski kau pintar. Itu artinya, jika kita menemui masalah, jangan bertindak gegabah. Tenanglah dan cari solusinya.” Ucap Nyonya Kwak.
“Ibu, itu mengajarkan orang untuk menjadi sederhana.” Jawab Jin Tae.
“Minta maaflah padanya. Apa yang akan dia lakukan kalau kau minta maaf? Kau harus berlutut dan bawa dia kemari.” Ucap Nyonya Kwak.
“Dia menghabiskan hidupnya di sini sepanjang tahun. Ibu pikir dia akan menerima permintaan maaf itu dan kembali ke sini? Biar aku yang mengurusnya.” Jawab Jin Sook.
Di studio, So Hye yang belum bisa menerima kenyataan tentang kondisi Joon Gi memilih menenggelamkan dirinya dalam pekerjaannya. Tak lama kemudian, Sang Hwa datang. Sang Hwa heran karena So Hye mengajak meeting tiba2. So Hye berkata, kalau mereka harus menyelesaikan sampai episode 16.
“Menyelesaikan sampai episode 16 sekaligus?” tanya Sang Hwa kaget.
“Aku akan merasa nyaman setelah menyelesaikan semuanya. Aku sudah membuat daftar adegan. Kau hanya tinggal membacanya.” Jawab So Hye.
“Apa perasaanmu tidak enak?” tanya Sang Hwa.
“Tidak. Bacalah dan cari apa ada yang mengganggumu.” Jawab So Hye.
Tiba2, ponsel So Hye berdering. So Hye yang takut mendengar kabar tentang Joon Gi, memilih tidak menjawab teleponnya. Sang Hwa langsung menatap cemas So Hye. Ponsel So Hye terus berdering. So Hye semakin takut dan menutup telinganya. Tak lama kemudian, So Hye beranjak pergi.
Hae Sung yang baru tiba di lokasi langsung disambut oleh Sutradara Yoon. Hae Sung meminta Sutradara Yoon memberitahunya jika membutuhkan sesuatu. Mendengar itu, Sutradara Yoon merasa lega. Hae Sung terlihat lesu. Sutradara Yoon bertanya, kenapa Hae Sung terlihat lesu.
“Itu karena acting dan produksi drama yang sulit.” Jawab asisten Sutradara Yoon.
“Itu tidak sulit sama sekali.” Ucap Hae Sung.
“Tapi saudaramu yang bodoh tidak ikut ke sini?” tanya asisten Sutradara Yoon.
“Bodoh?” tanya Hae Sung bingung.
“Bodoh dan yang lebih bodoh. Kau dan Dokter itu. Dia orang yang lucu dan menyenangkan.” Jawab asisten Sutradara Yoon.
“Katakan padanya, aku akan memberinya sebuah peran dan suruh dia kemari.” Ucap Sutradara Yoon.
Mendengar itu, wajah Hae Sung langsung berubah sedih. Sutradara Yoon dan asistennya lantas beranjak pergi untuk mengurusi yang lain. Begitu mereka pergi, Chang Suk datang memberikan Hae Sung sebotol susu. Tapi Hae Sung menolak meminumnya. Hae Sung lantas menyuruh Chang Suk mengecek keadaan So Hye.
“Ini semua sangat menyakiti kita. Bagaimana perasaan Penulis Lee.” Ucap Chang Suk cemas.
So Hye berlari ke rumah sakit. Ia mau melihat kondisi Joon Gi. Tapi langkahnya langsung terhenti saat ia mau masuk ke ruangan Joon Gi. So Hye masih belum sanggup menerima kenyataan tentang kondisi Joon Gi. Karena terlalu cemas, So Hye sesak napas. Tak lama kemudian, Jamie datang dan melihat So Hye. Jamie memahami perasaan So Hye.
Selang oksigen tampak melilit di hidung So Hye. Jamie meminta So Hye melakukan itu sepuluh jam sehari dan latihan 30 menit sehari. Jamie mengaku bahwa Joon Gi sudah menyiapkan semuanya untuk pengobatan So Hye. Jamie lantas membaca catatan yang sudah disiapkan Joon Gi.
“Sembelit, sakit kepala, tidak bisa tidur, bintik merah, pusing, sesak napas. Dan apa yang harus kita lakukan setelah kau selesai dengan uji klinismu. Tidakkah kau berpikir dia terlalu keras? Dia bahkan tidak meninggalkan catatan untuk adiknya. Tapi dia menulis semua informasi tentangmu.” Ucap Jamie.
So Hye diam saja. Hanya deru nafasnya yang terdengar.
“Jangan salah paham denganku. Aku minum pil anti depresi. Suasana hatiku berubah2.” Ucap Jamie.
So Hye masih diam.
“Aku tidak akan menangis saat berbicara dengan pasien dank arena kakakku terbaring di tempat tidur.” Ucap Jamie
“Dokter…” gumam So Hye.
“Jangan berusaha terlalu keras untuk mengucapkan selamat tinggal. Setidaknya, jenguklah dia. Mungkin akan terasa sulit bagimu melihat dia terbaring seperti itu. Tidak apa2.” Jawab Jamie.
So Hye menyusuri sepanjang jalan dengan tabung oksigennya. Ia tidak mempedulikan tatapan aneh yang diberikan orang2 yang lalu lalang di sekitarnya. Yang ia pikirkan, hanyalah Joon Gi.
So Hye kembali ke rumah Hae Sung. Ia menghubungi Sang Hwa dan membatalkan meetingnya hari itu. So Hye mengaku ada yang harus dia urus, jadi mereka akan meeting besok harinya. Usai berbicara dengan Sang Hwa, So Hye duduk di sofa ruang tengah.
Di meja, So Hye menemukan sebuah bingkisan. So Hye membukanya, isinya adalah gaun pengantin dan sepatu putihnya. So Hye menatap gaun itu dengan wajah sedih. Tak lama kemudian, So Hye marah dan menutup kotak itu dengan kasar.
Sang Wook dan Seok meninggalkan kafe bersama2. Tiba2, ponsel Sang Wook berdering. Sang Wook menyuruh seseorang memeriksa email yang sudah dikirimnya. Sebuah klakson terdengar cukup keras. Tak lama kemudian, sebuah motor yang melaju kencang nyaris saja menyerempet Seol yang berdiri di pinggir jalan. Untung Sang Wook dengan cepat menggapai tubuh Seol.
Seol membeku di pelukan Sang Wook. Sementara Sang Wook masih meneruskan pembicaraannya di telepon. Usai menutup teleponnya, Sang Wook langsung mengecek keadaan Seol. Seol pun berkata bahwa dirinya baik2 saja. Sang Wook lalu mengajak Seol makan malam.
“Apa tidak menjadi masalah jika seorang klien makan malam dengan pengacaranya?” tanya Seol.
“Kita tidak boleh menunda makan atau meeting, kan?” jawab Sang Wook.
Ponsel Seol kemudian berdering. Seol tampak kaget menerima telepon itu.
Sang Wook datang ke rumah Jin Tae bersama Seol. Jin Tae langsung menyambut mereka. Jin Tae minta maaf pada Sang Wook atas apa yang terjadi kemarin. Jin Tae mengaku, karena takut kehilangan Seol ia jadi membuat keputusan yang bodoh.
“Masuklah. Aku akan memberitahu ibu.” Ucap Jin Tae, lalu pergi memanggil ibunya.
Tak lama kemudian, Jin Tae datang memapah ibunya. Nyonya Kwak pura2 lemas dan khawatir pada Seol. Seol tampak tersentuh dan membantu Nyonya Kwak duduk di sofa.
“Ibuku tidak makan apapun sejak kau pergi.” Ucap Jin Tae.
“Aku salah mendidik anakku. Dan aku membuatmu terluka. Setelah aku mengetahui keadaan orang tuamu, aku merasa marah dan sedih.” Jawab Nyonya Kwak sembari menangis.
Nyonya Kwak lantas berlutut pada Seol. Ia meminta Seol memaafkannya.
“Ini salahku. Mengurus rumah besar ini, itu pasti sulit buatmu. Dan kau pasti sangat menderita setelah mengetahui yang dilakukan suamimu. Tolong lupakan semuanya dan kembali lah.” Bujuk Nyonya Kwak.
Jin Tae ikut berlutut dan meminta maaf pada ibunya untuk semua kesalahannya. Seol tersenyum sinis. Jin Tae membujuk Seol untuk membatalkan perceraian. Nyonya Kwak bahkan berkata tidak akan berdiri dan akan terus berlutut sampai Seol mau memaafkannya.
“Berhentilah bersandiwara dan berdirilah.” Ucap Seol.
“Apa? Bersandiwara?” tanya Nyonya Kwak kesal.
“Tolong konsentrasi lah mendidik putramu dan juga putrimu. Putrimu yang melempar pakaian adik iparnya.” Jawab Seol.
Nyonya Kwak geram mendengar perkataan Seol. Ia mau memukuli Seol lagi, tapi langsung dicegah Jin Tae. Nyonya Kwak lantas pura2 menangis lagi.
“Kami datang ke sini karena kau bilang kau mau menyelesaikan semua ini.” ucap Sang Wook.
“Aku tidak mau bercerai. Kau tidak boleh memaksa kami.” Jawab Jin Tae.
“Jadi kau menolak kesepakatan ini? Dalam kasus ini, kami tidak punya pilihan lain selain melangkah ke persidangan. Kau adalah orang yang bertanggungjawab untuk kehancurkan keluargamu. ” Ucap Sang Wook.
Jin Tae marah, APA!!
Seol menghela napas, kemudian bangkit dari duduknya.
“Pengacara Kim, aku berubah pikiran. Aku mau pergi ke persidangan.” Ucap Seol.
“Sampai juga di pengadilan.” Jawab Sang Wook.
Seol dan Sang Wook bergegas pergi. Jin Tae berusaha mencegah Seol. Sementara Nyonya Kwak tampak geram.
Hae Sung yang baru pulang langsung mencari So Hye. Karena So Hye tidak menjawab, Hae Sung beranjak ke ruang tengah dan menemukan So Hye lagi tiduran di sofa sambil membaca skrip. Hae Sung terkejut melihat selang oksigen yang terpasang di hidung So Hye.
“Kau ke rumah sakit? Kau sudah menemui Joon Gi?” tanya Hae Sung.
“Sudah kubilang kan aku akan menemuinya nanti.” Jawab So Hye ketus.
“Kau belum makan malam, kan? Aku membawakanmu bubur abalone yang sangat enak.” Ucap Hae Sung.
“Aku sudah makan.” Jawab So Hye.
“Kau sudah melihat gaun pengantinmu? Chang Suk bilang dia membayar jasa layanan antar.” Ucap Hae Sung.
“Aku mengembalikannya.” Jawab So Hye.
“Kenapa? Apa itu tidak cocok?” tanya Hae Sung.
“Lupakan soal itu. Itu adalah keputusan yang bodoh. Besok mungkin aku tidak bisa datang. Bagaimana aku bisa menikah? Kau pikir itu masuk akal? Kau ingin melihatku memakai gaun pengantin dengan selang ini?” jawab So Hye.
“Kita bicarakan ini nanti.” Ucap Hae Sung.
“Jangan bicarakan ini lagi.” Jawab So Hye sembari bersiap2.
“Kau mau kemana?” tanya Hae Sung.
“Aku mau ke studio. Aku tidak bisa konsentrasi di sini.” Jawab So Hye.
“Kenapa kau terburu2?” tanya Hae Sung.
“Aku akan merasa nyaman setelah Hitman selesai!” jawab So Hye.
So Hye pun beranjak pergi. Ia berjalan menuju lift dengan napas terengah2. Hae Sung menyusul So Hye. So Hye marah karena Hae Sung tidak memberitahu kondisi Joon Gi padanya sejak awal. Hae Sung meminta maaf. Ia beralasan bahwa Joon Gi sendiri lah yang mau memberitahu So Hye. So Hye mengaku, bahwa ia mungkin tidak akan terlalu terkejut kalau tahu kondisi Joon Gi dari awal. Hae Sung mengajak So Hye menjenguk Joon Gi. So Hye menolak.
“Kenapa kau terus memaksaku melihatnya? Aku akan melihatnya setelah menyelesaikan Hitman. Pikiranku campur aduk sekarang.” ucap So hye.
“Ini bukan dirimu. Ada apa?” tanya Hae Sung.
“Karena aku seorang pasien. Suasana hatiku berubah setiap hari. Aku tidak bisa mengontrol perasaanku. Jadi tolong jangan memaksaku. Aku masih belum siap!” teriak So Hye.
“Aku mengerti perasaanmu tapi…”
“Apa yang kau tahu? Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Kau tahu bagaimana rasanya melihat seseorang yang sekarat di saat waktumu tidak banyak!” teriak So Hye.
“Kau pikir mudah bagiku melihat wajah seseorang yang akan mati! Jika kau lari dan bersembunyi karena kau takut, lalu apa yang akan kau lakukan di masa depan? Kita mungkin akan menghadapi sesuatu yang lebih serius dari ini! Aku juga butuh waktu bersiap2. Kau ingin bersembunyi dariku juga?” ucap Hae Sung.
“Itulah yang aku inginkan. Aku tidak mau melihatmu sekarang! Saat aku melihatmu, aku merasa seperti orang gila! Ini juga sulit bagimu. Jangan terlalu memaksakan dirimu.” Teriak So Hye di tengah nafasnya yang kian sesak.
So Hye pun pergi. Hae Sung menangis. So Hye menunggu di depan lift. Tak lama kemudian, Hae Sung datang dan memeluk So Hye.
“Maafkan aku karena menjadi sensitive. Tolong tenanglah.” Ucap Hae Sung.
“Aku mau sendirian! Jangan ikuti aku!” teriak So Hye.
So Hye masuk ke lift… Hae Sung menghela nafasnya.
So Hye kembali ke studio. Hae Sung mengikuti So Hye. Sesampainya di sana, So Hye mengambil kain lap dan membersihkan meja dengan emosi. Tiba2, bel berbunyi. So Hye menatap layar intercom nya dan menemukan wajah Jin Sook di sana. So Hye bergegas melepas selang oksigennya dan membukakan pintu.
“Ada apa?” tanya So Hye dingin.
“Nama perusahaanmu cukup bagus. Hye dari So Hye dan Sung dari Hae Sung. Hae Sung cukup romantic juga.” jawab Jin Sook sambil tertawa sinis.
“Aku tanya ada apa?” tanya So Hye lagi.
“Kau melihatku diserang.” Jawab Jin Sook.
“Lalu kenapa?” tanya So Hye.
“Tidak bisakah kita minum teh dulu?” ucap Jin Sook.
“Tidak. Katakan apa yang mau kau katakan, lalu pergilah.” Jawab So Hye.
“Kau bawa file itu kan? Kalau tidak, aku akan meledakkan bom itu.” ancam Jin Sook.
“Ledakkan saja.” Tantang So Hye.
“Kau tidak tahu kalau Hae Sung terlibat narkoba selama berada di Amerika?” tanya Jin Sook.
“Aku tahu. Itu sudah 20 tahun yang lalu dan dia sudah dihukum. Kau bahkan memaksa menandatangani kontrak untuk menjaga rahasianya.” Jawab So Hye.
“Aku tahu, tapi aku kehilangan ponselku. Di dalam ponsel itu, ada foto Hae Sung. Kau tahu, foto yang kau ambil saat seorang criminal ditangkap. Dia terlihat mengerikan di foto itu. Apa yang harus kita lakukan?” ucap Jin Sook.
“Kehilangan ponsel itu salahmu. Kau melanggar kontrak.” Jawab So Hye.
“Kenapa jadi salahku? Aku ini juga korban. Jika kalian bisa menuntutku atas pelanggaran kontrak, aku juga bisa menuntut kalian. Saat kita memulai persidangan, itu akan memakan waktu tiga tahun untuk menerima keputusan.” Ucap Jin Sook.
So Hye mulai kesal…
“Bawa file itu, lalu aku akan mencari ponselku entah bagaimana caranya.” Pinta Jin Sook.
“Sebuah drama tidak akan berakhir karena kesalahan yang dia buat saat dia masih remaja.” Jawab So Hye.
“Kau tidak akan bisa mengatakan itu kalau kau melihat fotonya.” Ucap Jin Sook.
Jin Sook lantas tertawa puas dan berkata kalau tadinya ia pikir ia telah kehilangan ponselnya. Jin Sook lalu mengambil ponselnya dari dalam tas dan memperlihatkan foto Hae Sung itu pada So Hye. So Hye terkejut melihatnya. Jin Sook berjanji akan memberikan ponsel itu kalau So Hye melakukan apa yang ia minta.
“Apa kau bercanda?” tanya So Hye.
“Carilah solusi yang terbaik untuk kita bertiga. Biarkan Baek Seol bercerai, selamatkan Hae Sung dan buat keluarga kita bahagia. Bukankah ini hadiah terbaik yang bisa kau berikan pada Hae Sung? Setelah persidangan dimulai, kau pikir kau akan langsung mendengar putusannya. Itu membutuhkan waktu 3 tahun.” Jawab Jin Sook.
So Hye yang sudah tidak tahan lagi akhirnya mematahkan hidung Jin Sook…..
Jin Sook pun langsung melaporkan So Hye ke polisi karena sudah membuat hidungnya patah. Dengan wajah tenang, So Hye berkata kalau dia akan menerima hukumannya.
So Hye meringkuk ketakutan di penjara….
Bersambung ke part 3
duhh semkin seru aja ini. mksih yaa buat sinopsis nya walau gk bsa nton langsung tapi sngat beruntung ada sinopsis dari mbk nya. semngat trus yaa.. dtggu part 3 nya.